1. Hipotiroidisme
- Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormon tiroid dan akan
menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan glikosaminoglikan di
intersisial terutama di kulit dan di otot yang dapat dipengaruhi oleh faktor geografi
dan lngkungan. Sedangkan dalam sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya yang dapat terjadi akibat adanya kekurangan produksi tiroid atau
terdapat defek pada reseptornya.
- Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti
tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya
akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring
perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan
konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid
Stimulating Hormon).
- Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid, yang
kemudian mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi
dan anak-anak berakibat pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan
akibat yang menetap yang parah seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan
awitan pada usia dewasa menyebabkan perlambatan umum organisme dengan
deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular, terutama pada otot dan kulit,yang
menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala hipotiroidisme pada orang dewasa
kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).
Yang dimaksud dengan wanita usia subur ( WUS ) adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini
berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun.
Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya
menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga
menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.
Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui.
Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu
pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkannya.oleh karena itu WUS
dianjurkan untuk merawat diri. (Suparyanto,2011)
4. Enzim Kolinesterase
Kolinesterase adalah suatu enzim yang terdapat pada cairan seluller, yang fungsinya
menghentikan aksi AchE dengan jalan terhidrolisis menjadi cholin dan asam asetat.
asetilkolin adalah suatu neuro hormon yang terdapat antara ujung-ujung syaraf dan otot,
sebagai media kimia yang fungsinya meneruskan rangsangan syaraf atau impuls ke reseptor
sel-sel otot dan kelenjar. Apabila rangsangan ini berlangsung terus-menerus akan
menyebabkan gangguan pada tubuh. Untuk itu perlu dihentikan rangsangan yang ditimbulkan
oleh asetilkolin dengan jalan hidrolisis menjadi cholin dan asam asetat. Kolinesterase dalam
darah akan mengikat pestisida golongan organofosfat tersebut.
RM
Salah satu kelompok yang rentan terhadap pajanan pestisida adalah kelompok Wanita
Usia Subur (WUS), terlebih jika WUS tersebut bekerja sebagai petani, istri petani, atau
tinggal dekat dengan lahan pertanian. Pajanan pestisida dapat menyebabkan berkurangnya
tingkat kesuburan, meningkatkan risiko kanker payudara, melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), cacat lahir, dan kematian bayi. Pestisida dapat melintasi plasenta,
hal tersebut telah terdeteksi pada tubuh janin manusia selama tahap awal kehidupan prenatal.
Penelitian di Brazil tahun 2013 menemukan bahwa pajanan pestisida yang terjadi
secara langsung ataupun secara tidak langsung dapat berpengaruh pada meningkatnya
prevalensi kejadian BBLR. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh dapat menghambat
endokrin dan dapat merusak struktur sel secara langsung, serta mengganggu mekanisme
biokimia. Beberapa pestisida dapat menyebabkan berkurangnya pertukaran oksigen sehingga
mengakibatkan toksisitas janin. Penelitian yang dilakukan di Perancis tahun 2014, juga
menyebutkan bahwa tingkat keterpaparan domestik terhadap pestisida untuk tanaman dalam
ruangan berhubungan dengan kejadian BBLR.
e. Rambut rontok. Orang-orang dengan hipotiroid yang parah, mungkin juga akan
mengalami kerontokan rambut yang bisa menyebabkan kebotakan.
f. Perubahan siklus menstruasi. Bagi wanita dengan hipotiroidisme, periode
menstruasi mungkin akan menjadi lebih lama atau lebih pendek, atau volume darah
dapat meningkat.
h. Kolesterol tinggi. Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah atau tinggi akan memicu
tingginya kadar thyroid-stimulating hormone (TSH). Di dalam tubuh, TSH akan
merangsang kelenjar tiroid untuk mengeluarkan lebih banyak hormon tiroid. Hal
inilah yang akhirnya menyebabkan kenaikan kadar kolesterol.
3. Apa hubungan antara enzim kolineterase dengan pestisida sehingga dapat dijadikan
indikator penelitian?
Senyawa organofosfat bersifat tidak stabil sehingga dari segi lingkungan senyawa ini
lebih baik daripada organo- klorin. Akan tetapi, senyawa organofosfat lebih bersifat toksik
terhadap hewan-hewan bertulang belakang dibanding organoklorin karena dapat
mempengaruhi sistem syaraf dengan cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase dalam
tubuh (acetylcholinesterase). Kolinesterase adalah enzim (suatu bentuk dari katalis bilogik)
di dalam jaringan tubuh yang berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan
sel-sel syaraf bekerja secara terorganisir dan harmonis. Jika aktivitas kolinesterase jaringan
tubuh secara cepat sampai pada tingkat yang rendah, akan berdampak pada bergeraknya
serat-serat otot secara sadar dengan gerakan halus maupun kasar. Petani dapat mengeluarkan
air mata akibat mata yang teriritasi serta mengalami gerakan otot yang lebih lambat dan
lemah.
Pada tahun 1996, data Departemen Kesehatan tentang monitoring keracunan pestisida
organofosfat dan karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat dan karbamat di 27
propinsi Indonesia menunjukkan 61,8% petani mempunyai aktivitas kolinesterase normal,
1,3% keracunan berat dan 26,9% keracunan ringan. Pestisida jenis insektisida organofosfat
dan karbamat paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga. Selain itu,
pestisida jenis ini mudah dimonitor dengan mengukur kadar kolinesterase darah. Karena itu,
Departemen Kesehatan mengukur kadar kolinesterase dalam darah untuk memonitor
keracunan pestisida di tingkat petani.
LO
1. METABOLISME KARBOHIDRAT
1.1 DEFINISI
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi didalam mahluk hidup,
mulai dari mahluk bersel satu yang sangat sederhana seperti bakter, protozoa, jamur,
tumbuhan, hewan, sampai kepada manusia, mahluk yang susunan tubuhnya sangat kompleks.
Didalam proses ini mahluk hidup mendapat, mengubah, dan memakai senyawa kimia dari
sekitarnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Martin dkk.,1983).
Metabolisme juga merupakan perubahan transpormasi kimia menjadi energy yang
terjadi diadalam tubuh. Banyaknya energi yang dibebaskan oleh proses katabolisme makanan
di dalam tubuh sama besar dengan jumlah yang dibebaskan diluar tubuh. Energi yang
dibebaskan oleh proses katabolisme dalam tubuh, mencerna dan memetabolisme makanan,
termoregulasi dan aktivitas fisik (Munawwarah, 2011).
Metabolisme meliputi proses sintesis (Anabolisme) dan proses penguraian
(katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel mahluk hidup.Semua proses reaksi
metabolisme dikatalisis oleh enzim, termasuk reaksi sederhana seperti penguraian asam
karbonat menjadi air dan karbondioksida,dll. Hal lain yang penting dalam proses
metabolisme adalah peranannya dalam proses penawar racun atau detoksifikasi, yaitu
mekanisme reaksi pengubahan zat yang beracun menjadi senyawa yang tak beracun yang
dapat dikeluarkan dari tubuh.
Anabolisme dibedakan dari katabolisme dalam beberapa hal : anabolisme merupakan
proses sintesis molekul kimia kecil menjadi molekul besar, sedangkan katabolisme adalah
sebaliknya, yaitu proses penguraian molekul besar menjadi molekul kecil; anabolisme
merupakan reaksi reduksi, katabolisme adalah reaksi oksidasi; hasil akhir dari anabolisme
seringkali merupakan senyawa pemula untuk proses katabolisme. Sebagian besar reaksi
metabolisme terjadi didalam sel, oleh karena itu mekanisme masuk dan keluarnya zat kimia
melalui membran sel mempunyai arti penting dalam mempertahankan keseimbangan energi
dan materi didalam tubuh (Wirahadikusumah, 1985).
1.2 GLIKOLISIS
Glikolisis adalah proses katabolisme glukosa ( memiliki 6 atom karbon ) secara enzimatik
melalui 10 tahap reaksi enzimatik, untuk menghasilkan 2 molekul piruvat ( memiliki 3 atom
C) (Simorangkir, 2016).
Glikolisis merupakan suatu lintas pusat universal dari katabolisme glukosa, tidak
hanya di dalam hewan dan tumbuhan, tetapi juga di dalam banyak mikroorganisme. Urutan
reaksi glikolitik pada setiap spesies berbeda hanya dalam cara pengaturan kecepatan reaksi,
dan dalam jalur metabolik selanjutnya dari piruvat yang terbentuk (Lehninger, 1982).
- Reaksi glikolisis tahap 2 merupakan isomerisasi glukosa 6-fosfat menjadi fruktosa 6-fosfat,
dikatalisis oleh fosfoheksoisomerisase yang juga mengkatalisis kebalikannya. Dalam reaksi
ini tidak terjadi penguraian maupun pembentukan ATP
- Reaksi tahap keempat adalah pemecahan senyawa karbohidrat beratom enam menjadi dua
senyawa beratom tiga, gliserida 3-fosfat dan dihidroksiaseron fosfat. Reaksi ini dikatalis
oleh aldolase yang juga bekerja untuk reaksi berkebalikannya . Selanjutnya terjadi isomerasi
bolak balik antara kedua senyawa beratom tiga ini dikatalisis oleh triosafosfat isomerase.
- Reaksi tahap keenam merupakan perubahan gliseraldehida 3-fosfat menjadi asam 1,3-
difosfogliserat, yang melibatkan reaksi pemasukan satu gugus fosfat dari asam fosfat (bukan
dari ATP), dan oksidasi molekul aldehida menghasilkan asam karboksilat. Raksi oksidasi
ini dikatalisis oleh gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase dan dirangkaikan dengan reaksi
reduksi pembentukan NADHdari NAD+.
- Reaksi tahap ketujuh dikatalisis oleh fosfogliserat kinase (dengan ion magnesiumsebagai
kofaktor), menghasilkan asam 3-fosfogliserat, reaksi tahap keenam ini merupakan reaksi
pertama yang menghasilkan energi. Tahap reaksi sebelumnya memerlukan energi dan gugus
fosfat dari penguraian ATP menjdi ADP.
Gambar 6 Reaksi tahap ketujuh jalur glikolisis.
- Reaksi tahap kedelapan adalah isomerisasi asam gliserat 3-fosfat menjadi asam gliserat 2-
fosfat, dikatalisis oleh fosfogliserat mutase
- Reaksi tahap akhir glikolisis adalah pembentukan asam piruvat dari asam fosfoenolpiruvat
melalui senyawa antara asam enolpiruvat. Dalam reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase
ini (dengan ion magnesium sebagai kofaktor) gugus fosfat yang dilepaskan oleh
fosfoenolpiruvat dipakai untuk mensintesis ATP dari ADP. Perubahan enolpiruvat ke asam
piruvat terjadi secara spontan
2. DASAR-DASAR ENDOKRIN
2.1 DEFINISI
Kelenjar Endokrin yaitu Organ yang menghasilkan hormon yang tidak memiliki
duktus / pembuluh / saluran (duct), sehingga hormon yang dihasilkan didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Contoh : kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, ovarium,
testis, pankreas, dsb.
2.2 KLASIFIKASI HORMON
a. Hormon Perkembangan hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan
& pertumbuhan. (Dihasilkan : kelenjar gonad).
b. Hormon metabolisme hormon yg mengatur proses homeostasis glukosa tubuh.
(Macam glukosa : glukokortikoid, glukagon, katekolamin).
c. Hormon tropik dihasilkan dari kelenjar hipofise sbg hormon perangsang
pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium & proses spermatogonesis (LH).
d. Hormon pengatur metabolisme air & mineral (Kalsitonin) Dihasilkan oleh kelenjar
tiroid untuk atur metabolisme kalsium & fosfor.
2.3 FUNGSI SISTEM ENDOKRIN
a. Membedakan sistem saraf & sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang.
b. Menstimulasi urutan perkembangan.
c. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
d. Memelihara lingkungan internal yang optimal.
3. STATISTIK KOMPARATIF
Uji statistic dua sample dipergunakan jika peneliti ingin menentukan apakah antara dua
perlakuan terdapat perbedaan atau apakah perlakuan yang satu lebih baik dari perlakuan yang
lainnya. Perlakuan yang dimaksudkan disini dapat berupa satu dari berbagai macam kondisi
seperti pemberian perlakuan pelatihan pada suatu lembaga, pemberian suatu dosis obat,
pengenalan suatu program-program baru dan sebagainya. Dalam penelitian, kelompok yang
telah mengalami perlakuan akan dibandingkan dengan kolompok yang tanpa mengalami
perlakuan atau dibandingkan dengan kelompok yang mengalami perlakuan lainnya.
Pada analisis komparatif data yang diperoleh peneliti biasanya berupa data kuantitatif,
yakni data yang berhubungan dengan angka-angka, baik yang diperoleh dari hasil
pengukuran maupun dari nilai sesuatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah data
kualitatif ke dalam data kuantitatif (misalnya dalam bentuk skor tes). Teknik analisis
kuantitatif disebut juga dengan teknik statistic dan digunakan untuk mengolah data yang
berbentuk angka. Teknik ini sangat banyak digunakan dalam berbagai kegiatan penelitian,
karena dianggap lebih tepat dibandingkan dengan analisis kuantitatif.
Pada analisis komparatif, teknik statistic yang digunakan adalah uji-T dan analisis
varians. Dengan analisis uji-T kita dapat melihat perbandingan antara dua kelompok data
untuk diuji apakah kedua kelompok data tersebut berbeda signifikan. Sedang untuk
membandingkan lebih dari dua kelompok, tiga atau lebih menggunakan analisis lain yang
dikenal sebagai analisis varians.
4. KESEHATAN LINGKUNGAN
Konsep dasar ilmu kesehatan lingkungan ini mempelajari hubungan yang total antara
lingkungan hidup dengan makhluk hidup yang ada disana disebut dengan ekologi.
Tujuan ini diperinci atas melakukan koreksi, yakni memperkecil atas modifikasi
terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Melakukan pencegahan dalam arti mengefisienkan pengaturan sumber-sumber lingkungan
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia serta menghindarkannya
dari bahaya.
Kesehatan lingkungan dapat dilihat dari berbagai segi, tergantung dari mata angin yang
ingin memulai. Kesehatan lingkungan dari “frame-work” melalui konsep pendekatan
ekologis yaitu dikenal dengan “the nature of man environment relationship”, namun bagi
pendekatan tersebut kesehatan lingkungan dilihat sebagai kumpulan program maupun
kegiatan kesehatan dalam rangka upaya manusia melalui teknologisnya menciptakan suatu
kondisi kesehatan. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang lingkungan kita
lebih menekankan sistem tersebut pada arti interaksi antar elemen di dalamnya. Bertitik tolak
dari model timbangan Gordon, kemudian dimodifikasikan pada suatu model lanjutannya
dijelaskan oleh empat faktor, yaitu:
a. Faktor penentu kahidupan (life support)
b. Aktifitas manusia (man’s activites)
c. Bahan buangan & residu karena kehadiran adan aktifitas manusia (residues
and wastes)
d. Gangguan lingkungan (environmental hazards)
1. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, yang sering dikenal dengan istilah
“peledakan penduduk” dengan segala implikasi kaitannya lebih lanjut.
2. Urbanisasi, yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kota-
desa, dimana dampaknya tidak saja dirasakan bagi sistem kehidupan kota melainkan
juga ikut merugikan kehidupan sistem pedesaan sendiri.
3. Industrialisasi, yang menimbulkan berbagai mata rantai implikasi serta sebagai akses
secara luas.
4. Perkembangan teknologi yang sangat cepat, khususnya bagi negara-negara yang
sedang berkembang yang belum dapat menyiapkan diri dalam sistem sosialnya (infra
structural).
5. Kebutuhan yang “meningkat” dari masyarakat untuk memaksakan meningkatkan
standart kehidupan, pada hal syarat-syarat untuk mendukung ini juga belum
disiapkan.
Walaupun demikian ada tiga pokok yang dapat dilakukan dalam mengembangkan
upaya-upaya kesehatan lingkungan yaitu :
a. Di mana dimungkinkan gangguan-gangguan yang dapat berakibat terhadap
kesehatan lingkungan perlu di cegah.
b. Apabila gangguan tersebut telah ada, langkah berikutnya adalah
mengusahakan mengurangi atau meniadakan efeknya terhadap kecenderungan
timbulnya penyakit didalam masyarakat.
c. Mengembangkan lingkungan yang sehat, khususnya pada daerah-daerah padat
melalui sistem perencanaan dan pengendalian yang mudah terhadap
pemukiman,perumahan dan fasilitas rekreasi yang sesungguhnya bisa menjadi
pusat kunjungan manusia dan sumber penularan.
DAFTAR PUSTAKA