Anda di halaman 1dari 11

—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu


keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia.1Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

\ 1.24  Upaya kesehatan lingkungan35

Pasal 162)

(1)   Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

(2)   Upaya kesehatan lingkungan mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja,


sekolah/institusi pendidikan, tempat penyimpanan dan penjualan pestisida, tempat
pengelolaan makanan dan minuman baik yang formal maupun informal, gedung-gedung
pemerintahan, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.

(3)   Gedung-gedung pemerintahan dan tempat-tempat umum wajib menyediakan dan


memelihara fasilitas umum yang memenuhi syarat kesehatan dan memasang tanda KTR
(Kawasan Tanpa Rokok).

(4)   Tempat-tempat/fasilitas umum wajib menyediakan tempat khusus bagi perokok.

(5)   Penyelenggara tempat umum seperti hotel, restoran, panti pijat, kolam renang, tempat
pengelolaan makanan dan minuman baik formal maupun informal dan sarana umum
lainnya wajib memiliki surat keterangan laik sehat secara berkala.

(6)   Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis penerbitan surat
keterangan laik sehat bagi hotel, restoran, panti pijat, kolam renang, tempat pengelolaan
makanan dan minuman baik formal maupun informal dan sarana umum lainnya.

(7)   Pelayanan kesehatan pada lingkungan dilakukan agar lingkungan bebas dari unsur-
unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:

(a)   Limbah cair;

(b)   Limbah padat;

(c)    Limbah gas;

(d)   Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;
(e)   Binatang pembawa penyakit;

(f)     Zat kimia yang berbahaya;

(g)   Kebisingan yang melebihi ambang batas;

(h)   Radiasi sinar pengion dan non pengion;

(i)     Air yang tercemar;

(j)     Udara yang tercemar; dan

(k)    Makanan yang terkontaminasi.

(8)   Organisasi Perangkat Daerah yang menangani urusan kesehatan bekerjasama dengan
seluruh OPD terkait menyelenggarakan lingkungan sehat dengan upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran lingkungan.

(9)   Semua institusi kesehatan yang menghasilkan limbah (cair, padat dan gas)
menyelenggarakan pengelolaan dan menatalaksanakan limbahnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

(10)  Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan pengelolaan dan penatalaksanaan


limbah medis padat yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan.

(11)  Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota mengatur, membina dan


mengawasi penyelenggaraan kesehatan lingkungan.

(12)  Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberdayakan dan mendorong


peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan.

(13)  Setiap orang dan/atau pelaku usaha dilarang mengedarkan dan/atau


memperjualbelikan rokok pada anak di bawah umur.

(14)  Pengendalian lingkungan sehat dilakukan melalui peningkatan PHBS.

(15)  Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan upaya
kesehatan lingkungan.

Permenkes no.13 th 2015

Jakarta, CNN Indonesia -- Pencemaran udara atau polusi udara bukan masalah
baru bagi warga Indonesia, khususnya Jakarta.
Biasanya pencemaran udara itu disebabkan oleh tingginya emisi dari berbagai
aktivitas manusia sehingga terjadi peningkatan gas rumah kaca.

Polusi itu pun terjadi akibat jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak,
proyek pembangunan hingga dampak dari pembangkit listrik tenaga uap yang ada di
sekitar Jakarta.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh Komite Penghapusan Bensin Bertimbal
tahun 2016, terdapat 58,3 persen warga Jakarta yang menderita penyakit akibat
pencemaran udara.

Tak dimungkiri, polusi udara berpotensi membahayakan kesehatan. Namun, masih


banyak orang yang seolah menyepelekan bahaya polusi udara.

"Orang tidak menyadari jika pencemaran udara sudah sangat parah. Penyakit yang
ditimbulkan pun cukup banyak," ujar Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin di
Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (30/7).

Ahmad mengatakan, penggunaan masker yang kerap diaplikasikan ternyata belum


bisa mengurangi dampak polusi yang terhirup. Cara terbaik untuk mengurangi polusi
adalah dengan menambah jumlah ruang terbuka hijau.

Berikut beberapa penyakit yang umumnya dialami warga kota berpolusi.

1. Asma atau Asthmatic bronchiale


Penyakit asma terjadi akibat pencemaran udara. Penyakit yang menyerang secara
tiba-tiba itu terjadi karena peradangan paru-paru yang diakibatkan oleh udara
tercemar yang dihirup seseorang.
Penderita asma biasanya akan mengalami sesak napas, suara berderak saat
mengembuskan napas, batuk kering dan perasaan menyempit pada otot dada.
Sebanyak 1,4 juta orang di Jakarta menderita penyakit asma.

2. Bronchopneumonia dan COPD, chronicle obstructive pumonary dieses (penyempitan


saluran pernapasan)
Bronchopneumonia biasanya dialami oleh anak-anak. Hal ini biasanya terjadi karena
virus yang 'bersembunyi' dalam polusi udara yang masuk pada saluran pernapasan.
Seseorang yang mengalami penyakit itu biasanya akan merasa kesulitan dan nyeri
pada saat bernapas, napas yang berbunyi, dan gerakan yang tidak normal di bagian
dada.
Sebanyak 172.632 jiwa disebut mengalami penyakit tersebut.

3. Ispa
Infeksi saluran pernapasan atas atau ispa menyebabkan seseorang tidak bisa
bernapas dengan baik. Biasanya penyakit ini menyerang seseorang mulai dari
hidung, tenggorokan dan paru-paru.
Buruknya, ISPA dapat menular kepada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh
rendah. Bahkan, sebanyak 2.731.734 jiwa orang mengalami penyakit tersebut.

4. Paru-paru basah atau pneumonia


Penyakit itu terjadi karena adanya infeksi yang memicu inflamasi pada salah satu
atau kedua kantong paru-paru. Biasanya penderita penyakit itu akan mengalami
pembengkakan paru-paru yang berisi cairan.
Sebanyak 373.935 jiwa pun diprediksi mengalami penyakit paru-paru basah.
Penyakit tersebut diawali dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas.
Tidak hanya orang dewasa yang dapat terserang paru-paru basah, anak-anak dan
lansia pun dapat mengalaminya.
Pengidap paru-paru basah biasanya tidak dianjurkan untuk keluar malam dengan
menggunakan kendaraan roda dua. Hal tersebut diduga karena keluarnya gas
karbondioksida yang tinggi di malam hari.

5. Jantung koroner
Siapa sangka jika polusi udara justru berpengaruh pada kesehatan jantung.
Sebanyak 1.386.319 jiwa dikatakan memiliki penyakit jantung koroner.
Penyakit tersebut biasanya disebabkan karena jantung tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Gejalanya diawali dengan nyeri pada bagian dada.
Rasa nyeri dapat semakin parah saat seseorang sedang melakukan aktivitas.Ahmad
mengatakan, hal tersebut seperti yang dialami oleh aktor Adjie Masaid. Pemicu
utamanya, dia menilai, didasari oleh pencemaran udara yang terhirup paru-paru.
"Seperti Adjie Masaid yang meninggal usai beraktivitas kan waktu itu karena
pengaruh dari pencemaran udara. Usak beraktivitas terlihat seperti lemas dan
kecapaian padahal keracunan polusi udara," ucapnya

Kesehatan Kerja

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan) memandang upaya kesehatan
kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan
kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Oleh karena itu
kesehatan kerja diatur dalam bab tersendiri, yaitu Bab XII yang terdiri dari Pasal 164 sampai
dengan Pasal 166.

Upaya kesehatan kerja meliputi pekerja di sektor formal, yaitu pekerja yang bekerja dalam
hubungan kerja dan informal, yaitu pekerja yang bekerja di luar hubungan kerja. Upaya
kesehatan kerja dimaksud berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di
lingkungan tempat kerja.

Upaya kesehatan kerja sebagaimana tersebut di atas berlaku juga bagi kesehatan pada
lingkungan Tentara Nasional Indonesia, baik darat, laut, maupun udara, serta Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja yang berlaku
bagi upaya kesehatan.

Kewajiban Pengelola Tempat Kerja

UU Kesehatan menentukan 3 kewajiban pengelola tempat kerja, yaitu:

Menaati standar kesehatan kerja yang ditetapkan oleh Pemerintah dan menjamin
lingkungan kerja yang sehat; sertaBertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;Melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan, dan
pemulihan bagi tenaga kerja.

Pekerja diwajibkan oleh UU Kesehatan untuk menciptakan dan menjaga kesehatan tempat
kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. UU Kesehatan juga
menentukan bahwa hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan penyeleksian pemilihan calon pegawai
pada perusahaan/instansi yang bersangkutan.

Ketentuan ini dimaksudkan sebagai langkah preventif dalam pemilihan calon pegawai untuk
memperoleh pegawai/pekerja yang memenuhi standar kesehatan yang ditentukan,
sehingga produktifitas pekerja optimal.

Kewajiban Majikan atau Pengusaha

UU Kesehatan menentukan 3 kewajiban majikan atau pengusaha, yaitu:

Menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan


pemulihan;Menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja; danMenanggung
biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh poekerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya ditentukan bahwa Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk


perlindungan pekerja sebagaimana tersebut di atas. Tidak ada penjelasan mengenai cara
memberikan dorongan dan bentuk bantuan yang diberikan oleh Pemerintah.

Kesehatan Kerja Menurut UU Ketenagakerjaan

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) juga mengatur


ikhwal kesehatan kerja dalam satu paragraf dengan keselamatan kerja. Pengaturan dalam
Pasal 86 dan 87 UU Ketenagakerjaan sangat sumir.

Dalam passal tersebut antara lain ditentukan sebagai berikut:

Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan


dan kesehatan kerja;Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan

Jamsos Indonesia

Pollution

ENVIRONMENT
WRITTEN BY: Jerry A. Nathanson

See Article History

Alternative Title: environmental pollution

 ARTICLE CONTENTS

Pollution, also called environmental pollution, the addition of any substance (solid, liquid,


or gas) or any form of energy (such as heat, sound, or radioactivity) to the environment at a
rate faster than it can be dispersed, diluted, decomposed, recycled, or stored in some
harmless form. The major kinds of pollution, usually classified by environment, are air
pollution, water pollution, and land pollution. Modern society is also concerned about
specific types of pollutants, such as noise pollution, light pollution, and plastic pollution.
Pollution of all kinds can have negative effects on the environment and wildlife and often
impacts human health and well-being.

Britanica.com sicence

The ICD code R060 is used to code Dyspnea

Dyspnea, dyspnoea, shortness of breath, or breathlessness is the feeling or feelings


associated with impaired breathing. The American Thoracic Society defines it as "a
subjective experience of breathing discomfort that consists of qualitatively distinct
sensations that vary in intensity," and recommends evaluating dyspnea by assessing the
intensity of the distinct sensations, the degree of distress involved, and its burden or impact
on activities of daily living. Distinct sensations include effort/work, chest tightness, and air
hunger (the feeling of not enough oxygen).

  ICD-10 Version:2016
  I Certain infectious and parasitic diseases  
  II Neoplasms  
III Diseases of the blood and blood-forming organs and
 
certain disorders involving the immune mechanism  
  IV Endocrine, nutritional and metabolic diseases  
  V Mental and behavioural disorders  
  VI Diseases of the nervous system  
  VII Diseases of the eye and adnexa  
  VIII Diseases of the ear and mastoid process  
  IX Diseases of the circulatory system  
  X Diseases of the respiratory system  
  XI Diseases of the digestive system  
  XII Diseases of the skin and subcutaneous tissue  
XIII Diseases of the musculoskeletal system and
 
connective tissue  
  XIV Diseases of the genitourinary system  
  XV Pregnancy, childbirth and the puerperium  
XVI Certain conditions originating in the perinatal
 
period  
XVII Congenital malformations, deformations and
 
chromosomal abnormalities  
XVIII Symptoms, signs and abnormal clinical and
 
laboratory findings, not elsewhere classified  
XIX Injury, poisoning and certain other consequences
 
of external causes  
  XX External causes of morbidity and mortality  
XXI Factors influencing health status and contact with
 
health services  
  XXII Codes for special purposes  
Chapter X
Diseases of the respiratory system
(J00-J99)
Note:

When a respiratory condition is described as occurring in more than


one site and is not specifically indexed, it should be classified to the
lower anatomic site (e.g., tracheobronchitis to bronchitis in J40).

Excl.:

certain conditions originating in the perinatal period (P00-P96)

certain infectious and parasitic diseases (A00-B99)

complications of pregnancy, childbirth and the puerperium (O00-


O99)

congenital malformations, deformations and chromosomal


abnormalities (Q00-Q99)

endocrine, nutritional and metabolic diseases (E00-E90)

injury, poisoning and certain other consequences of external causes


(S00-T98)

neoplasms (C00-D48)

symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings, not


elsewhere classified (R00-R99)

This chapter contains the following blocks:

 J00-J06Acute upper respiratory infections


 J09-J18Influenza and pneumonia
 J20-J22Other acute lower respiratory infections
 J30-J39Other diseases of upper respiratory tract
 J40-J47Chronic lower respiratory diseases
 J60-J70Lung diseases due to external agents
 J80-J84Other respiratory diseases principally affecting the
interstitium
 J85-J86Suppurative and necrotic conditions of lower respiratory
tract
 J90-J94Other diseases of pleura
 J95-J99Other diseases of the respiratory system
Asterisk categories for this chapter are provided as follows:

 J17*Pneumonia in diseases classified elsewhere


 J91*Pleural effusion in conditions classified elsewhere
 J99*Respiratory disorders in diseases classified elsewhere

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan


atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian
mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan
mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu
mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan
lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu
yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga
harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta
pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya
keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta
untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi
masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di
lingkungan tersebut saja, tetapi masyarakat dalam arti luas (Laretna, 2002)
KI

KOmplain adalah bentuk ekspresif negative yang dihasilkan dari ketidaksesuaian


antara kenyaatn dengan keinginan seseorang (James: 2006)

Komplain adalah suatu bentuk ekspresi formal tentang ketidaksukaan atau


ketidakpuasan terhadap beberapa aspek yang diterima seseorang (Lovelock &
Wright : 2002)

Complain adalah ungkapan kekecewaan atau ketidakpuasan (Tjiptono : 2004)

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu oleh kondisi
kesehatan, kejiwaan, kecelakaan atau hal lain. Seseorang yang menderita penyakit
kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei (satu
bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. (Badan Pusat
Statistik)

Masalah kesehatan adalah masalah kokmpleks yang merupakanhasil dari berbagai


masalah linkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia. Datangnya
penyakit merupakan hal yang tidak bisa dihindari meskipun padang bissa dicegah
(Foster : 2006)
\

https://www.kamusbesar.com/keluhan-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai