Anda di halaman 1dari 6

SABUN SIRIH DAPAT MENIMBULKAN

MASALAH KEWANITAAN

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas individu pada mata kuliah
Berpikir Kritis dalam Kebidanan

Dosen Pengampu :
Wahyu Setyaningsih, SST, M.Kes

Disusun oleh :
SISKA HENDRI FENITA P17312195012

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
TAHUN 2019
SABUN SIRIH DAPAT MENIMBULKAN MASALAH KEWANITAAN
Siska Hendri Fenita
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Indonesia
Email: siskahf2@gmail.com

ARTIKEL
Wanita merupakan topik yang selalu menarik untuk diperbincangkan.
Salah satu permasalahan yang selalu mengitari para wanita yakni masalah
kesehatan reproduksi. Wanita yang telah mengalami pubertas akan mengalami
menstruasi dan sejak saat itu akan mengalami berbagai masalah mengenai organ
kewanitaannya. Seperti halnya masalah keputihan yang merupakan masalah
kesehatan reproduksi yang begitu meresahkan banyak wanita (Werdiyani, 2012).
Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa sekitar 75%
perempuan di dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur
hidupnya, dan sebanyak 45% akan mengalami 2 kali atau lebih (Medika holistik,
2011). Berdasarkan data WHO (2012), angka prevalensi tahun 2009, 25% - 50%
kandidiasis, 20% - 40 % bacterial vaginosis dan 5% - 15% trichomoniasis. Semua
wanita dengan segala umur dapat mengalami keputihan (Kompas, 25 November
2015). Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%
wanita di Indonesia pernah menggunakan cairan pembersih dalam vagina yang
telah menjadi bagian dari personal hygiene mereka yang dilakukan secara rutin.
Bahkan yang biasa digunakan adalah 51% sabun, 18 % pembersih cair dengan
berbagai merek.
Keputihan atau flour albus adalah keluarnya cairan dari vagina selain
darah haid. Keputihan dibagi menjadi 2 macam, yakni keputihan fisiologis
(keputihan normal) yaitu keputihan yang berwarna putih atau bening, tidak berbau
dan tidak menimbulkan rasa gatal pada vagina. Sedangkan keputihan patologis
merupakan keputihan akibat infeksi yang biasanya berwarna kuning atau hijau,
berbau amis/bau busuk dan menimbulkan rasa gatal (Sari dkk, 2012). Berdasarkan
penelitian Azizah (2015), kejadian keputihan siswi kelas VII di SMK
Muhammadiyah Kudus menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami keputihan patalogis yaitu sebanyak 36 orang (72%), siswa yang lain
sebanyak 14 orang (28%) mengalami keputihan normal. Hal ini dinyatakan bahwa
keputihan sangat beresiko terjadi pada wanita sehingga perlu mendapatkan
perhatian khusus agar tidak mengarah ke keputihan yang patologis.
Tak lepas dari itu, kebiasaan membasuh vagina kerap sekali dilakukan
untuk mengurangi keputihan. Sebagian perempuan telah mengenal dan
menggunakan sabun sirih yang dijual bebas untuk membersihkan organ
reproduksinya, dengan alasan untuk kebersihan. Secara alamiah dalam setiap
vagina terdapat bakteri baik (flora normal vagina). Bakteri baik itu berfungsi
mengusir kuman yang merugikan. Pemakaian sabun vagina berlebihan justru
membunuh bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman masuk ke vagina
sehingga mengurangi tingkat keasaman vagina. Pemakaian sabun sirih juga lebih
menimbulkan cairan keputihan berlebih dan mengarah ke keputihan yang
patologis (Rimawati, dkk, 2012).
Ekstrak daun sirih dan bahan buatan pabrik yaitu sabun dan cairan bilas
vagina dalam kemasan seperti laktasit dan betadine feminim hygiene. Sabun
pembersih vagina buatan pabrik umumnya mengandung bahan aktif dominan
diantaranya asam asetat, asam laktat dan yodium povidone. Kandungan senyawa
tersebut tersebut dapat mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Apabila
keseimbangan pH dalam vagina terganggu akan menyebabkan kuman yang
bersifat parasit dari luar mudah untuk masuk kedalam vagina menyebabkan iritasi
sehingga terjadi infeksi dan peradangan (Malena, 2016). Hal ini sesuai penelitian
yang dilakukan di SMAN 1 Mayong Jepara oleh Sholikah dan Widiastuti (2012)
didapatkan hasil exact sig (2- sided)= 0,004 (p value <α ) yang menunjukkan ada
hubungan penggunaan pembersih genetalia eksterna dengan kejadian keputihan.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan bahan produk - produk pembersih
kewanitaan yang mengandung estrak daun sirih dan bahan providone dapat
mengakibatkan keputihan patologis.
Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian Trisnawati 2018, responden
yang memakai sabun sirih yang mengalami keputihan patologis sebesar 92,3%
(36 responden) dan yang tidak memakai sabun sirih dan mengalami keputihan
patologis sebanyak 8,2% (5 responden). Hasil statistik diperoleh nilai p value <
0,001 yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemakaian sabun
sirih dan keputihan patologis. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
134.400 artinya wus yang tidak menggunakan sabun sirih kewanitaan mempunyai
peluang 134.400 kali tidak mengalami keputihan patologis di banding wus yang
menggunakan sabun sirih kewanitaan. Dari hasil penelitian diatas dapat
dinyatakan bahwa dampak penggunaan pembersih vagina berlebihan dapat
meningkatkan keputihan yang patologis.
Penggunaan sabun sirih juga menimbulkan iritasi pada vagina sehingga
mudah terjadi terinfeksi oleh kuman, bakteri, jamur, dan virus penyebab keputihan
patologis. Hal tersebut diatas didukung berdasarkan penelitian Abrori dkk (2017)
pada siswi di SMAN 1 Simpang Hilir Kabupatn Kayong Utara didapatkan bahwa
52 responden (88,0%) menggunakan pembersih vagina daun sirih dan mengalami
keputihan patologis. sebanyak 19 responden (12,0%) menjawab menggunakan
pembersih vagina jenis obat/jamu tradisional. Hasil uji statistik Chi Square
(Fisher’s Exact Test) diperoleh nilai P Value = 0,002 (P<0,05) yang artinya Ha
diterima (Ho ditolak) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
bermakna antara penggunaan pembersih vagina dengan kejadian keputihan
patologis pada siswi di SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara.
Selain meningkatkan keputihan yang berlebih, penggunaan sabun sebagai
pembersih dapat menyebabkan perubahan keasaman vagina yang menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan flora normal (yakni Lactobacillus vaginalis).
Penurunan flora normal Lactobacillus vaginalis dikarena sabun bersifat basa atau
mengandung ion karbonat dengan pH 8,4, sedangkan pH vagina normal antara 3,8
hingga 4,2. Gangguan flora normal akan menyebabkan ketidakseimbangan pada
area vagina dan menyebabkan kulit menjadi kering dan gatal. Selain itu,
kandungan kimia yang lain pada sabun sirih dapat merusak sintesis enzim tertentu
dalam sel, dapat membunuh bakteri flora normal dan bahkan bakteri patogen,
sehingga memungkinkan kejadian lain yang mengakibatkan bakteri dapat tumbuh
lebih dominan di organ wanita. Sesuai dengan penelitian Sri (2019), hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan sirih sebagai pembersih vagina
pada wanita usia subur menyebabkan perbedaan yang signifikan terhadap jumlah
flora normal Lactobacillus vaginalis dibandingkan dengan penggunaan air sebagai
pembersih vagina. Analisis statistik menggunakan independent T-test diperoleh
nilai p = 0,00 (<0,005), menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara
penggunaan sirih dan air. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan sirih
dapat menurunkan jumlah flora normal Lactobacillus vaginalis dan dapat
membunuh flora baik di dalam vagina.
Tindakan membersikan vagina dengan sabun sirih kewanitaan akan
membuat pH vagina terganggu, apalagi hal tersebut dijadikan rutinitas.
Ketidakseimbangan pH dalam vagina membuat flora normal yang berada didalam
vagina mati dan vagina dapat dengan mudah diserang oleh bakteri dari luar.
Penyerangan yang dilakukan oleh bakteri ini akan berlanjut menyebabkan
perjalanan infeksi ke organ yang lebih tinggi dan dapat menyebabkan terjadinya
rasang panggul (PID). Penyakit ini akan menyebabkan nyeri haid dan mengarah
ke kemandulan bahkan kanker serviks. Bila terjadi kehamilan akan beresiko
kehamilan ektopik (KET) akan meningkat (Rapoport,2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Brown dalam Sri (2019) pada 141
wanita tentang penggunaan sabun untuk membersihkan daerah vagina mendapat
data bahwa 66% wanita mengalami infeksi bakteri dan jamur dan 44 persen
menderita kandidiasis. Keseimbangan alami dalam vagina dapat terganggu oleh
kehadiran beberapa sabun, gel mandi, parfum, dan dapat menyebabkan iritasi pada
kulit sensitif dan risiko infeksi jamur dan bakteri. Pembersih vagina menggunakan
air pada wanita usia subur menyebabkan perbedaan signifikan terhadap jumlah
flora normal Lactobacillus vaginalis. Hasil analisis statistik menggunakan
independent T-test menunjukkan bahwa nilai p = 0,00 (<0,005), artinya terdapat
perbedaan yang sangat signifikan antara penggunaan air, sabun, dan sirih,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan air dapat mengurangi jumlah flora
normal Lactobacillus vaginalis yang lebih sedikit dibandingkan dengan agen
pembersih lainnya yang mana flora baik yang lebih sedikit akan memudahkan
bakteri lebih masuk ke organ organ diatasnya sehingga akan timbul berbagai
penyakit yang lebih serius.
Dari beberapa penelitian diatas menyebutkan ada banyak kelemahan dari
pengguanaan sabun sirih yakni lebih meningkatkan resiko keputihan patologis,
selain itu dapat membunuh flora baik Lactobacillus vaginalis dalam vagina. Para
wanita diharapkan lebih teliti dan waspada lagi terhadap pemakaian sabun sirih
yang banyak di jual di pasaran. Meskipun dalam label kemasan sabun sirih
menyatakan banyak manfaat namun pada faktanya lebih meningkatkan resiko
terkena penyakit kewanitaan yang lebih serius. Pemakaian sabun sirih wanita
apabila dilakukan secara rutin akan lebih mengarah pada resiko penyakit seperti
halnya penyakit PID, servisitis, KET, kemandulan, kanker serviks dll. Oleh karena
itu dalam upaya membersihkan daerah kewanitaan, penggunaan air murni lebih
disarankan dan lebih aman dalam membersihkan vagina sekaligus menghindari
menggunakan pembersih sabun sirih/produk-produk buatan yang akan
membahayakan daerah kewanitaan. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir
gangguan pada kesehatan reproduksi wanita.
DAFTAR PUSTAKA

Abrori dkk. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Keputihan Patologis Siswi Sman 1 Simpang Hilir Kabupaten
Kayong Utara. Unnes Journal of Public Health. Pontianak.
Azizah, N. 2015. Karakteristik Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di Smk
Muhammadiyah Kudus. Jurnal JIKK
Fadilla, E., Maya, M., dan John, W. 2014. Pengetahuan Ibu Tentang Keputihan Di
Kota Manado. Jurnal e-CliniC (eCl), 2 (2): 1-5.
Isti. (2010). Khasiat daun sirih untuk mimisan, luka bakar, dan penghilang bau
badan. Diunduh melalui http://www.klipingku.com pada tanggal 21
Agustus 2019 pukul 21.00 WIB.
Karyati, A. 2014. Korelasi Antara Perilaku Vulva Higiene Dengan Kejadian
Keputihan Pada Mahasiswi Program Studi Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjung Pura. Skripsi. Universitas Tanjungpura:
Pontianak.
Moeljanto, R. D., & Mulyono. (2003). Khasiat dan manfaat daun sirih. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Rapaport, Lisa. 2015. A disturbing new study about the dangers of vaginal
douching. Retrieved 1 Agustus 2019
Rimawati dkk. 2012. Kebersihan Organ Reproduksi Pada Perempuan Pedesaan Di
Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Semarang. Jurnal Visikes - Vol. 11.
Semarang.
Rita. 2010. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Perawatan Alat Genitalia
Eksterna. Medan.
Sari, Nora Hesvita, dkk. 2011. Efek Rebusan Daun Sirih Untuk Mengurangi
Keputihan pada Wanita. Riau: Universitas Riau
Sholikah, Anik, Widiastuti, T. 2012. Hubungan Penggunaan Pembersih Genetalia
Eksterna Dengan Kejadian Keputihanpada Siswi Kelas X1 Ipa di Sman 1
Mayong Jepara. Jurnal Kesehatan Budaya, 3 (1): 8-14.
Sri, Mudayatiningsih and Suryandari Endang Sri Dewi Hastuti. 2018. The
difference of Lactobacillus vaginalis normal flora bacteria on vaginal swab
on women at childbearing age using Piper betle L., soap, and water as
vaginal cleanser. GSC Biological and Pharmaceutical Sciences. Malang
State Health Polytechnic, Malang, Indonesia. Diunduh melalui Article
DOI: https://doi.org/10.30574/gscbps.2018.5.3.0143 pada 1 Aguatus 2019
pukul 22.00 WIB
Trisnawati, Irna. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputihan
Patologis Pada Wanita Usia Subur Yang Bekerja Di Pt Unilever Cikarang
Bekasi. Volume 9 Nomor 1. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes.
Bandung.
Werdiyani, N. L. Y. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Kesehatan Reproduksi Dengan Kejadian Keputihan Di Smp N 2 Bangli
Bali. Yogyakarta: Universitas Respati

Anda mungkin juga menyukai