Anda di halaman 1dari 44

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial secara utuh, yang semata mata bebas dari penyakit atau

kecacatan,dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta

fungsi dan prosesnya (Widyastuti, 2010).

Flour albus atau biasa dikenal dengan keputihan merupakan

pengeluaran cairan pervaginam yang bukan darah. Flour Albus merupakan

manifestasi klinis berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak reproduksi.

Gejala ini tidak menimbulkan mortalitas, tetapi morbiditas karena selalu

membasahi bagian dalam wanita dan dapat menimbulkan iritasi, terasa

gatal sehingga mengganggu dan mengurangi kenyamanan dalam setiap

aktifitas terkhusus dalam hal ini aktifitas seks (Ida Ayu, 2010).

Keputihan yang normal biasanya tidak berwarna atau bening,tidak

berbau,tidak berlebihan dan tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan,

keputihan yang tidak normal biasanya berwarna kuning atau hijau keabu-

abuan, berbau amis atau busuk,jumlah banyak dan menimbulkan keluhan

seperti gatal dan rasa terbakar pada daeran intim (Kissanti, 2011).

Penyebab keputihan sangat bervariasi antara lain yaitu

jamur,bakteri,virus dan candidas, keputihan yang dialami oleh akseptor


2

KB suntik disebabkan oleh pemakaian KB suntik lama, pengaruh personal

hygine dan lingkungan. (Manuaba, 2008)

Berdasarkan hasil survei WHO pada tahun 2016 pemakaian KB

suntik sebesar 45% kemudian pada tahun 2017 sebesar 51,4 % dan

selanjutnya pada tahun 2018 presentase pemakaian KB suntik DMPA

semakin mengalami peningkatan yaitu sebesar 52 %. (BKKBN, 2018)

Menurut studi Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health

Organization) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah

mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita pada

perempuan di dunia salah satunya adalah keputihan (Putranto, 2016).

Sekitar 75% wanita didunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak

sekali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua

kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka

keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan

(Kissanti, 2016).

Di Indonesia sendiri persentase pemakaian KB suntik pada tahun

2016 sebesar 47,96 % dan selanjutnya pada tahun 2018 sekitar 62,77 %

dan selanjutnya presentase pemakaian KB suntik DMPA semakin

mengalami peningkatan yaitu sebesar 63,71%. (SDKI, 2017)

Di Indonesia angka keputihannya sebesar 75% pada tahun 2018,

sedangkan di Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri angka keputihan nya

sebesar 66%. Dimana jumlah persentase pemakaian KB suntik diwilayah

Sulawesi tenggara pada tahun 2016 sebesar 43,3 % dan mengalami


3

penurunan pada tahun 2017 sebesar 42,3 % serta mengalami peningkatan

pemakaian pada tahun 2018 sebesar 46 %. (KEMENKES RI, 2017).

Sedangkan di wilayah Puskesmas Perumnas Antang persentase

pemakaian KB suntik DMPA pada tahun 2016 sebesar 45 % kemudian

pada tahun 2017 mengalami penurunan jumlah pemakaian KB suntik

DMPA yaitu sebesar 42,3 % dan dilanjutkan pada tahun 2018 jumlah

persentase pemakaian KB suntik kembali mengalami peningkatan sebesar

46 %. (BKKBN, 2018)

Dan angka keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas

Antang sebanyak 65% wanita yang mengalami keputihan yang sebagian

besar adalah ibu yang menggunakan akseptor KB suntik.

Studi menunjukan bahwa Candida Vulvovaginities adalah yang

paling sering di diagnosa pada kalangan wanita muda, sekitar 15-30% dari

gejala perempuan yang mengunjungi dokter (Monalisa, 2012). Menurut

Kissanti (2010) kejadian keputihan banyak disebabkan oleh bakteri

candidasis vulvovaginitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak

mengetahui cara membersihkan daerah vagina nya, penyebab lainnya

adalah vaginitis bacteria dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia

data yang ada dari wanita yang mengalami keputihan sulit untuk didapat,

hal ini dapat dimaklumi karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan

masalah alat reproduksinya (Andhita, 2011).

WHO telah menyarankan Negara-negara untuk untuk

memanfaatkan pengobatan tradisional dalam bidang kesehatan


4

(Dalimartha,2008). Banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi

terjadinya keputihan di antara nya secara farmakologi (obat obatan dari

dokter), non farmakologi seperti : perubahan tingkah laku, personal

hygiene, psikologis serta mengkonsumsi produk herbal /alami yang

dipercayai khasiatnya (Benson,2008). Pengobatan secara alami

diantaranya yaitu dengan aloevera atau dikenal dengan lidah buaya. Lidah

buaya adalah tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia karena

kegunaannya sebagai obat untuk aneka penyakit,. Selain itu, lidah buaya

atau Aloe Vera merupakan tanaman Liliace yang mempunyai banyak

jumlah spesies yang berbeda, diantara spesies ini hanya satu yang lazim

digunakan sebagai tanaman obat sejak ribuan tahun yang lalu. Pertama kali

dokumentasi lidah buaya berasal dari mesir sebagai obat luka bakar,

infeksi dan digunakan oleh Cleopatra untuk menjaga kulitnya agar tetap

halus dan awet muda (Clayton, 2010).

Untuk memaksimalkan manfaat lidah buaya yang kaya kandungan

gizi, vitamin C dan E,18 jenis asam amino diantaranya yaitu zat aloin,

kerbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim dan hormon. Semua itu

merupakan antioksidan alami tanpa efek samping. Lidah buaya juga

memiliki kandungan antiseptik, antivirus, anti jamur,anti kanker, anti

bakteri serta anti virus yang resisten terhadap antibiotik. Hasil penelitian

yang sudah dilakukan sebelumnya belum ditemukan efek samping

penggunaan lidah buaya. Jika terdapat masalah biasanya berupa alergi

pada mereka yang belum pernah mengkonsumsi lidah buaya, tetapi eaksi
5

ini timbul karena daya kerja lidah buaya dalam melawan penyakit

(Yulianto, 2012).

Bagian tanaman lidah buaya yang banyak dimanfaatkan daunnya,

dari daunnya bisa didapatkan gel dan getah yang banyak mengandung zat

zat yang berguna bagi tubuh salah satunya adalah anti jamur (Kinanti,

2009). Lidah buaya juga menangdung zat saponin mempunyai anti

mikroba terhadap terhadap bakteri, virus dan jamur. Saponin adalah suatu

glikosida dari steroid , steroid alkaloid atau treterpenes yang ditemukan

pada tumbuhan. Mekanisme kerja aktifitas anti jamur dari saponin yaitu

bereaksi dengan membrane sterol jamur dan kemampuannya untuk

merusak keutuhan membrane jamur (Jones, 2010) .

Tingginya angka keputihan pada wanita di dunia dan Indonesia

serta dampaknya yang fatal apabila tidak ditanggulangi dengan baik

sehingga diperlukan cara/strategi untuk mengatasi keputihan, salah

satunya dengan mengkonsumsi ekstrak lidah buaya yang memiliki khasiat

tanpa efek samping dan banyaknya kasus keputihan yang di keluhkan oleh

pasien puskesmas sawa khususnya ekseptor KB suntik yang mengeluhkan

keputihannya. Akseptor KB suntik di Puskesmas Sawa tahun 2019 yaitu

260 akseptor dan yang mengeluhkan dan memeriksakan ke Puskesmas

yaitu 170 orang jika di presentasikan mencapai 65%. Berdasarkan studi

kasus tersebut sehingga peneliti tertarik utuk meneliti ekstrak Aloe Vera

(Lidah buaya) untuk mengurangi keputihan pada akseptor KB suntik di

wilayah Puskesmas Perumnas Antang.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pemberian ekstrak

Aloe Vera untuk mengurangi keputihan pada akseptor KB suntik”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

Aloe vera untuk mengurangi keputihan pada akseptor KB suntik DMPA

di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar Tahun

2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi pemberian ekstrak Aloe Vera untuk

mengurangi keputihan pada akseptor KB suntik DMPA di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar Tahun 2020.

b. Untuk mengidentifikasi keputihan pada akseptor KB suntik DMPA

di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar

Tahun 2020.

c. Untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian ekstrak Aloe vera untuk

mengurangi keputihan pada akseptor KB suntik DMPA di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar Tahun 2020.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

sumber pengetahuan masyarakat tentang masalah keputihan terhadap

akseptor KB suntik DMPA sehingga dapat meningkatkan taraf hidup

kesehatan masyrakat pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan pustaka bagi

universitas mega rezky Makassar (UNIMERZ) khususnya program

studi DIV Kebidanan dengan menitikberatkan pada inovasi dengan

bahan alami untuk mengurangi keputihan.

b. Bagi masyarakat

Dapat mengobati keputihan yang efektif secara tradisional dengan

menggunakan bahan alami

c. Bagi Peneliti

Studi kasus ini dapat dipakai untuk memberikan wawasan dan

pengetahuan yang mendalam dampak dari kontrasepsi hormonal.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah referensi untuk

melakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh pemberian

ekstrak aloe vera untuk mengurangi keputihan pada akseptor KB

suntik DMPA.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keputihan

1. Pengertian Keputihan

Keputihan atau dalam istilah medisnya disebut flour albus (Flour =

cairan kental, albus = putih) atau leukorhoea. Secara umum adalah

keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa saja terasa gatal, rasa

panas atau perih, kadang-kadang berbau, atau malah tidak merasa apa-

apa. Kondisi ini terjadi karena terganggunya keseimbangan flora

normal (bakteri normal) dalam vagina, dengan berbagai penyebab.

(Tiltra. E, 2010)

Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama

gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat

genitalia yang tidak berupa darah. (Wiknjosastro, 2008)

Keputihan adalah jenis gangguan yang paling sering diperiksakan

oleh sebagian penderita gangguan (Infeksi saluran reproduksi) ISR

yang datang ke sejumlah paramedik. Keputihan dapat merupakan suatu

keadaan normal (fisiologis) atau sebagai tanda dari adanya suatu

penyakit (patologis). Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina

saat mengeluarkan cairan atau lendir yang menyerupai nanah yang

disebabkan oleh kuman (Sunyoto, 2014).


9

Keputihan adalah keluarnya cairan dari vagina yang bukan

darah. Keputihan adalah masalah yang sering terjadi pada wanita di

semua usia. Keputihan berkaitan dengan infeksi yang terjadi pada

wanita, baik karena bakteri, jamur, virus, bahan kimia, dank rim atau

pakaian (Fitriani, 2013). Keputihan adalah keluarnya cairan berwarna

putih kekuningan, agak kental atau cair dan biasanya muncul ketika

akan datang bulan (Aditya N, 2016).

2. Patofisiologi Keputihan

Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita adalah

organ reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan di banding

organ tubuh lainnya. Keputihan (Flour albus) merupakan salah satu

tanda dan gejala penyakit organ reproduksi wanita, di daerah alat

genitalia eksternal bermuara saluran kencing dan saluran pembuangan

sisa-sisa pencernaan yang disebut anus. Apabila tidak dibersihkan

secara sempurna akan ditemukan sebagian bakteri, jamur dan parasit

akan menjalar ke sekitar organ genitalia. Hal ini dapat menyebabkan

infeksi dengan gejala keputihan. Selain itu dalam hal melakukan

hubungan seksual terkadang terjadi pelecetan.

Dengan adanya pelecetan merupakan pintu masuk mikroorganisme

penyebab infeksi penyakit hubungan seksual (PHS) yang kontak

dengan air mani dan mukosa (Kasdu 2008).

3. Klasifikasi Keputihan

Keputihan terdiri dari keputihan normal dan abnormal.


10

a. Keputihan Normal

1) Pengertian

Keputihan normal adalah cairan seksresi berwarna bening,

tidak lengket, dan encer. Selain itu, cairan tidak mengeluarkan

bau yang menyengat. Pada umum nya perempuan akan

mengalami gejala ini saat datang bulan atau sebagai tanda

datangnya masa subur, juga dapat terjadi saat ada rangsangan

seksual. Keputihan yang bersifat fisiologis tidak perlu dicemaskan

karena ini adalah hal yang wajar. (Intan dkk, 2015).

2) Penyebab

Keputihan normal dapat disebabkan oleh beberapa factor

fisiologis dan psikologis (Jatmiko, 2012) seperti berikut :

a) Faktor hormonal, dapat terjadi sebelum atau sesudah menstruasi,

rangsangan seksual, dan penggunaan kontrasepsi seperti KB

suntik.

b) Kelelahan fisik dan jiwa seperti stress yang dapat mencetus

terjadinya keputihan normal.

c) Adanya benda asing dalam sistem organ reproduksi, seperti

penggunaan IUD

d) Memakai pakaian dalam yang ketat dari bhan sintesis.

3) Tanda dan gejala

Tanda dan gejala keputihan yang normal yaitu putih dan

bening, encer dan tidak berbau dan tidak gatal (Williams, 2008).
11

Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologi dan patologi,

leukorea fisiologi terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa

mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang

jarang. Sedangkan pada leukorea patologi terdapat banyak

leukosit. (Wiknjosastro, 2005)

b. Keputihan Abnormal

1) Pengertian

Keputihan abnormal adalah suatu kondisi dimana vagina

mengeluarkan cairan yang tidak normal dan berbau. Dapat

terjadi pada penyakit infeksi alat reproduksi. Keputihan

merupakan gejala dari suatu penyakit oleh karena itu perlu

diketahui hasil dari pemeriksaan laboratorium untuk dapat

menegakkan diagnosa penykit yang menyebabkan keputihan

(Kusmiran, 2012).

2) Penyebab

Keputihan abnormal menjadi satu tanda dan gejala adanya

kelaian pada organ reproduksi wanita. Tidak semua infeksi

pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan

(Cunningham, 2012).

Gangguan yang dapat menimbulkan masalah yaitu :

a) Candidosis

Adalah penyebab paling umum yaitu ditandai gatal-

gatal pada vagina. Jamur menyerang sel pada saluran


12

vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita jamur

masuk kedalam lapisan sel paling dalam dan beristirahat

disna sampai diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-

sel yang terinfeksi tidak terlalu parah gugur kedalam

vagina sehingga menyebabkan keputihan. Candida masuk

ke vagina dari infeksi jamur pada jalur khusus tetapi

mungkin menyebar karena hubungan seks kelamin.

Candida tumbuh lebih cepat jika lingkungan mengandung

glukosa dan lebih umum terjadi dalam kehamilanatau pada

wanita penderita diabetes. Namun tidak tertutup

kemungkinan dapat terjadi pada wanita lain (Llewellyn,

2005).

b) Trichomoniasis

Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun,

berbau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila ditekanatau

perih saat buang air kecil (Nenk, 2009).

Infeksi vagina terjadi jika ketika organism hidup sangat

kecil (trichomonad) masuk kedalam vagina, biasanya

setelah hubungan kelamin dengan pria yang terinfeksi.

Trichomonas menginfeksi sekitar satu dalam 10 wanita.

Organisme ini seukuran dengan sel darah putih dan

mempunyai “bulu getar” serta sebuah ekor yang sangat

kuat. Pada kebanyakan wanita jamur ini hidup dalam


13

saluran vagina yang seperti beledu yang tidak

menimbulkan gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya

dalam saluran kencing di penis. Tetapi pada beberapa

wanita karena sejumlah alasan yang tidak diketahui, ini

menyebabkan gatal- gatal di vagina dan vulva yang cukup

parah (Liewellyn, 2005).

c) Bacterial vaginosis

Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan

bakteri anaerobic yang biasanya terdapat di vagina.

Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang tajam ,

dan berwarna abu-abu kotor. Ini di sebut “amine

vaginosis” karena amine diproduksi dan di menghasilkan

bau amis.

d) Virus HPV (Human Papiloma Virus) dan Herpes Simpleks

Sering ditandai dengan kondiloma akumminato atau

tumbuh seperti jengger ayam, cairan berbau tanpa

disertai rasa gatal (Llwellyn, 2005).

Biasanya keputihan terjadi pada :

1) Wanita usia subur

2) Wanita yang sedang hamil

3) Wanita dengan berat badan yang berlebih

4) Wanita yang terkena penyakit kencing manis

5) Wanita yang mengidap penyakit kelamin


14

6) Para pengguna alat kontrasepsi KB dan obat-obatan

tertentu

7) Sering berbusana dengan busana sangat ketat

8) Sering memakai atau menggunakan obat pembilas

vagina (kimia) (Nenk, 2009).

c. Komplikasi Keputihan

Penyakit keputihan sebaiknya diobati sejak dini, begitu

timbul gejala. Karena penyakit keputihan kalau sudah kronis dan

berlangsung lama akan lebih susah diobati. Sebagian perempuan

tidak pernah mengeluhkan keputihan yang tiba-tiba di deritanya.

Hal ini karena mereka tidak merasa terganggu. Padahal, jika

dibiarkan berlarut-larut keputihan bisa merembet ke rongga rahim

kemudian kesaluran indung telur dan sampai ke indung telur dan

akhirnya kedalam rongga panggul. Keputihan juga bisa merupakan

gejala awal dari kanker leher rahim yang merupakan pembunuh

nomor satu wanita dengan angka insiden kanker serviks

diperkirakan mencapai 100 per 100.000 penduduk per tahun yang

bisa berujung pada kematian (Iskandar. 2002).

4. Penanganan

Keputihan normal tidak perlu diobati dengan obat-obatan tetapi

dirawat dengan menjaga kebersihan dan menjaga kelembaban yang

berlebihan pada daerah vagina dengan menggunakan tissue dan sering

mengganti pakaian dalam. Keputihan abnormal diobati dengan


15

meminum obat dari dokter untuk membersihkan vagina dari agen

penyebab keputihan dsn menjsgs kelembaban daerah vagina. Keputihan

yang disebabkan oleh trichomoniasis dapat diobati dengan

metronidazol, sedangkan keputihan yang disebabkan oleh kandidiasis

dapat dibati dengan Mycostatyn (Kusumaningrat, 2015).

Pengobatan keputihan dapat juga menggunakan cara tradisional

yaitu dengan menggunakan bahan alami seperti ekstrak lidah buaya

atau Aloe Vera. Lidah buaya terkenal ampuh sebagai antibiotik dan anti

jamur. Lidah buaya memiliki zat Aloemoedin dan Aloebarbadiod,

senyawa yang termasuk golongan antrakuinon yang bersifat sebagai

anti jamur (Huslina, 2017).

5. Pencegahan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan

menurut Herawati (2013) adalah sebagai berikut :

a. Basuh vulva dengan air bersih dari arah depan kebelakang untuk

menghindari masuknya kuman dan jamur dari daerah anus kedalam

vagina.

b. Hindari penggunaan bilasan vagina dengan menggunakan sabun

pembersih agar keseimbangan asam vagina tetap seimbang.

c. Gunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum.

Hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan

karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat

mengandung bakteri dan jamur.


16

d. Sediakan selalu tissue untuk mengeringkan bagian luar vagina

setelah buang air kecil atau besar.

e. Ganti pembalut sesering mungkin ketika haid sedang banyak-

banyak nya.

f. Ganti pembalut segera jika terasa ada gumpalan darah diatas

pembalut yang sedang dipakai, agar terhindar dari bakteri dan

jamur.

g. Gunakan celana dalam yang berbahan katun. Katun merupakan

jenis kain yang dapat mengalirkan udara sehingga dapat mencegah

vagina dari kelembaban.

h. Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan cara tradisional

dengan mengkonsumsi ekstrak lidah buaya.

i. Menghindari stress dan kelelahan fisik serta tidak menggunakan

celana ketat yang terbuat dari bahan sintesis.

B. Tinjauan Umum Tentang KB Suntik

1. Pengertian

Kontrasepsi suntikan adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan melalui suntikan hormonal, dimana upaya itu dapat bersifat

sementara. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang

mempengaruhi fertilitas.

Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di Indonesia semakin

banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis

dan harganya relatif murah dan aman.


17

2. Jenis KB suntik

Jenis- jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia antar

lain :

a. Suntikan/bulan : contohnya cyclofem

b. Suntikan/3 bulan : contohnya Depoprovera dan

Depoprogesteron.

3. Cara Kerja

a. Menghalangi ovulasi (Masa subur)

b. Mengubah lendir serviks (vagina) menjadi kental

c. Menhgambat sperma dan menimbulkan perubahan pada rahim

d. Mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan sperma

e. Mengubah kecepatan transportasi sel telur

Hanafi Hartanto (1996) menjelaskan mekanisme kerja kontrasepsi

suntik dalam dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Mekanisme primer

adalah mencegah ovulasi. Pada mekanisme ini, kada FSH dan LH

menurun dan tidak terjadi sentakan LH. Respon kelenjar hipofise terhadap

gonadotropin-releasing hormone eksogenous tidak berubah, sehingga

member kesan proses terjadi dihipotalamus dari pada di hipofise.

4. Keuntungan

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara yang paling baik,

dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% pertahun (Saifuddin, 1996).

Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali


18

cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia

(kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul.

Kontrasepsi suntik memiliki resiko kesehatan yang sangat kecil,

tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Kontrasepsi suntik yang

tidak mengandung estrogen tidak mempengaruhi secara serius pada

penyakit jantung dan reaksi penggumpalan darah. Oleh karenanya

tindakan tersebut harus yang dilakukan oleh paramedis. Pasien atau ibu

tidak perlu menyimpan obat suntik, tidak perlu mengingat setiap hari,

kecuali hanya untuk kembali melakukan suntikan berikutnya.

Kontrasepsi ini tidak menimbulkan ketergantungan, hanya saja ibu

harus rutin control setiap 1, 2 atau 3 bulan. Reaksi suntikan berlangsung

sangat cepat (kurang dari 24 jam), dan dapat digunakan oleh wanita tua

diatas 35 tahun, kecuali Cyclofem.

5. Kerugian Dan Efek Samping

Berbagai macam metode kontrasepsi mempunyai berbagai macam

efek samping. Efek samping yang ditemukan pada kontrasepsi suntik

adalah perubahan berat badan, gangguan haid, depresi, keputihan (flour

Albus), jerawat dan lain sebagainya.

Penggunaan kontrasepsi suntik Progestin menurut Siswosudarmo

(2007) menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Dengan

penggunaaan KB suntik hormonal tersebut salah satunya mempunya

efek samping yaitu keputihan. Keputihan yang terjadi pada akseptor KB

suntik DMPA dapat disebabkan karena ibu kurang menjaga kebersihan


19

alat kelamin dan pakaian yang digunakan. Hal ini sesuai dengan

pendapat BKKBN (2012) yaitu penyebab dari keputihan adalah karena

efek progesterone meruba flora dan PH vagina, sehingga jamur mudah

tumbuh didalam vagina dan menimbulkan keputihan.

C. Tinjauan Umum Tentang Lidah Buaya (Aloe Vera)

1. Deskripsi Dan Taksonomi Lidah Buaya

Aloe vera (lidah buaya)masuk pertama kali ke Indonesia sekitar

abad ke 17. Tanaman tersebut dibawa oleh petani keturunan cina.

Tanaman lidah buaya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang ditanaman

sembarangan dipekarangan rumah dan digunakan sebagai kosmetika untuk

penyubur rambut. Sekitar tahun 1990, tanaman ini baru di gunakan untuk

industri makanan dan minuman (Fatmawati, 2002).

Terdapat beberapa jenis Aloe yang umu di budidayakan, yaitu Aloe

sorocortin yang berasal dari Zanzibar, Aloe barbadensis Miller , dan Aloe

vulgaris. Namaun lidah buaya yang saat ini di budidayakan secara

komersial di Indonesia adalah Aloe barbadensis Miller atau yang

memiliki sinonim Aloe vera Linn (Saryowidodo, 1988) tanaman ini

ditemukan oleh Phillip Miller, seorang pakar botani inggris pada tahun

1768.
20

Berikut adalah kedudukan taksonomi dari lidah buaya menurut

Furnawanthi (2002)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Liliflorae

Suku : Liliace

Marga : Aloe

Jenis : Aloe barbadensis Miller


21

Table 1. Kandungan gizi lidah buaya

Zat gizi Kandungan per 100 gram


bahan
Energi (kal) 4,00

Protein (g) 0,10

Lemak (g) 0,20

Serat (g) 0,30

Kalsium (mg) 85,00

Fosfor (mg) 186,00

Besi (mg) 0,80

Vitamin C (mg) 0

Vitamin A (IU) 0

Vitamin B1 (mg) 0,01

Kadar air (g) 99,20

` Menurut Candra dkk (2009) bagian bagian dari tanaman lidah

buaya yang umum di manfaatkan adalah :

a. Daun, yang dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun

dalam bentuk ekstrak.

b. Eksudat (getah daun yang keluar bila dipotong, berasa pahit dan kental)

secara tradisional biasanya digunakan langsung untuk pemeliharaan

rambut , penyembuhan luka dan sebagainya.

c. Gel (bagian berlendir yang diperoleh dengan menyayat bagian dalam

daun setelah eksudat dikeluarkan), tersusun oleh 96% air dan 4%


22

padatan yang terdiri dari 75 komponen senyawa berkhasiat. Bersifat

mendinginkan dan mudah rusak karena oksidasi, sehingga di buruhkan

proses pengolahan lebih lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan

lama. Djubaedah (2003) menyebutkan bahwa gel lidah buaya

mengandung 17 asam amino yang penting bagi tubuh.

2. Manfaat Lidah Buaya

Kandungan dalam lidah buaya menyebabkan tanaman ini menjadi

tanaman multikhasiat. Kandungan tersebut berupa aloin, emodin, resin,

lignin, saponin, antrakuinon, vitamin, mineral dan lain sebagainya.

Selain itu lidah buaya tidak menyebabkan keracunan baik pada tanaman

ataupun pada hewan, sehingga dapat digunakan dalam industri dengan

diolah menjadi gel, serbuk, ekstrak, atau berbagai produk yang lain

(Suryowidodo, 1988).

Masing-masing kandungan dalam lidah buaya memiliki efek

yang berbeda. Saponin pada lidah buayamempunyai efek yang dapat

membunuh kuman. Antrakuinon dan kuinon berperan sebagai antibiotik

dan penghilang rasa sakit. Aloin dapat berperan sebagai obat pencahar.

Lignin pada gel lidah buaya mampu menembus kedalam kulit sehingga

membantu mencegah hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit

(Suryowidodo,1988).

3. Jenis Dan Cara Pengolahan Lidah Buaya

Adapun cara pengolahan ekstrak Aloe vera pada penelitian

ini yaitu dilakukan modifikasi metode Can et al (2004), yaitu :


23

daun lidah buaya di cuci dengan air bersih, kemudian ditimbang,

dikuliti, kemudian daging daunnya di kerok menggunakan sendok

dan setelah itu di potong berbentuk dadu kemudian di cuci kembali

menggunakan air bersih yang mengalir. Cukup tambahkan

potongan lidah buaya dengan air gula.sirup aneka rasa dan es batu

secukupnya.minuman ekstrak lidah buaya sudah bisa di langsung

dikonsumsi.(Herbavera. 2016)

Gamb
ar 2. Olahan ekstrak Aloe vera
Sumber : (Herbavera.Indonesia.com)

Komposisi : Gel murni lidah buaya (Aloe vera), air mineral,tanpa


bahan pengawet (Herbavera.Indonesia.com)

4. Dosis Pemberian Lidah Buaya (Aloe vera)


Dosis pemberian ekstrak lidah buaya (Aloe vera) yaitu 3 gr/kg BB

(Rahma Elina.2018). kelompok perlakuan mendapatkan minuman lidah

buaya di berikan sebanyak 6 kali pemberian dengan interval waktu selama

14 hari (2 minggu) dengan dosis 2 x sehari setelah makan (Marisi

Elizabeth R. Silitonga, dkk. 2018).


24

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori dan tujuan penelitian yang ingin dicapai,

maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variable Independen Variabel Dependen

Pemberian Ekstrak Keputihan Pada Akseptor


Aloe Vera KB Suntik DMPA

Keterangan :

: Variabel dependen yang diteliti


: Variabel independen yang diteliti

: Variabel yang diteliti

E. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Definisi Operasional merupakan definisi variabel-variabel yang akan

diteliti secara operasional dilapangan. Definisi operasional bermanfaat

untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang akan diteliti serta untuk mengembangkan istrumen.

1. Pemberian Ekstrak Aloe Vera

Pemberian ekstrak Aloe vera dalam penelitian ini diberikan dalam

bentuk potongan Gel (dadu). Diberikan sebanyak 6 kali pemberian

dengan interval waktu selama 14 hari (2 minggu) dengan dosis 2 x

sehari setelah makan.


25

Kriteria Objektif :

a. Ya : Jika ibu diberikan ekstrak Aloe vera

b. Tidak : Jika ibu tidak diberikan ekstrak Aloe vera

2. Keputihan Pada Akseptor KB Suntik DMPA


Keputihan yang dimaksud adalah pengeluaran cairan putih/bening dari

organ kewanitaan yang terjadi pada akseptor KB suntik DMPA.dengan

karakteristik fisiologi yaitu :

1) Tidak berbau

2) Berwarna putih bening atau putih susu

3) Tidak gatal dan tidak terjadi terus menerus

4) Jumlah cairan yang keluar sedikit. (Elmart, 2012)

Kriteria Objektif :

a. Ya : Jika ibu mengalami keputihan

b. Tidak : Jika ibu tidak mengalami keputihan

F. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Alternative (Ha)

Ada pengaruh pemberian ekstrak Aloe Vera terhadap akseptor KB

suntik DMPA di Wilayah Kerja Puskesmas Sawa Kabupaten Konawe

Utara Tahun 2020.

2. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak Aloe Vera terhadap akseptor KB

suntik DMPA di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota

Makassar Tahun 2020.


26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah metode eksperimen, metode eksperimen dapat di artikan

sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk mencari

perlakuan (variabel independen) tertentu terhadap variabel lain

(variabel dependen) dalam suatu kondisi yang terkendalikan

(Sugiono, 2011).

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah Eksperimental Quasi adalah suatu eksperimen yang dalam

mengontrol situasi penelitian dengan menggunakan rancangan

tertentu dan atau penentuan subjek untuk mendapatkan salah satu

dari berbagai tingkat penelitian. Situasi penelitian merupakan

variabel dependen yang diberikan intervensi atau perlakuan oleh

peneliti (Budiman, 2011).

Dengan menggunakan desain penelitian Post-test Only

Control Group Design. Dalam desain ini baik kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan. Kelas

eksperimen mendapatkan perlakuan sedangkan kelas kontrol tidak

mendapatkan perlakuan. Kemudian pada kurun waktu yang telah

ditentukan kelompok eksperimen diberi perlakuan. Setelah


27

perlakuan selesai, dilakukan pengukuran terhadap dua kelompok.

Perbandingan hasil antara kedua kelompok menunjukan efek dari

kedua perlakuan yang diberikan. Kelompok control berfungsi

sebagai pembanding dengan kelompok eksperimen yang telah

diberi perlakuan selama kurun waktu yang telah ditentukan.

Skema Post-test Only Control Group Design ditunjukan pada tabel

3.1 sebagai berikut :

Tabel 2

Skema Post-test Only Control Group Design

Kelompok Perlakuan Post Test

O1 X O1

O2 - O2

Keterangan :

O1 : Post-test kelompok eksperimen


O2 : Post-test kelompok kontrol

X : Perlakuan
- : Tidak diberikan perlakuan (Sugiyono, 2011).

Eksperimen atau pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel

terikat, dilihat dari perbedaan skor Post-test dari kelompok eksperimen

(O1) dan kelompok kontrol (O2). Apabila terdapat perbedaan skor

antara kedua kelompok, dimana skor pada kelompok eksperimen (O 1)

lebih tinggi dibandingkan skor pada kelompok kontrol (O2) maka dapat

disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan mempunyai pengaruh


28

atau efektif terhadap perubahan yang terjadi pada variabel terikat

(Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sawa Kabupaten Konawe

Utara Provinsi Suawesi Tenggara.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari sampai bulan april

tahun 2020

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Dan populasi dalam

penelitian ini yaitu semua ibu yang mengalami keputihan dengan

menggunakan akseptor KB suntik di Wilayah Kerja Puskesmas

Antang Perumnas Makassar.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011 :73) ”sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel

dalam penelitian ini yaitu sebagian ibu yang berkunjung di

puskesmas antang perumnas yang mengalami keputihan dengan

menggunakan KB suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Antang

Perumnas Makassar.
29

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara

sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan

(Sugiyono, 2014).

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian

dari suatu populasi yang terjangkau dan akan diteliti.

1) Ibu yang menggunakan akseptor KB suntik DMPA di

Wilayah Kerja Puskesmas Sawa.

2) Ibu dengan akseptor KB suntik DMPA yang bersedia

menjadi responden.

3) Ibu dengan akseptor KB suntik DMPA yang bersedia

mengkonsumsi ektrak Aloe vera.

4) Ibu dengan keputihan dengan tanda fisiologi yang berada

di Wilayah Kerja Puskesmas Sawa.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab.

1) Ibu yang menggunakan akseptor KB suntik DMPA

tetapi tidak terdaftar di Wilayah Kerja Puskesmas Sawa.


30

2) Ibu yang menggunakan akseptor KB suntik DMPA yang

tidak mengikuti aturan penelitian.

4. Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel di gunakan rumus Frederer

( Hanafiah, 2004). Sebagai berikut :

(n-1)(t-1) ≥ 15

Keterangan :

n : jumlah ulangan

t : jumlah perlakuan

D. Instrumen Penelitian

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran langsung pada subjek sebagai

sumber informasi yang dicari.

Menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden.

Sebelum responden mengisi kuesioner peneliti terlebih dahulu

memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan

setelah selsai pengisian, lalu dikembalikan pada peneliti (Suryono,

2013). Kuesioner akan menggunakan skala guthman yaitu dengan

interpretasi penilaian, apabila jawaban benar nilainya 1 dan apabila

jawaban salah nilainya 0 (Hidayat, 2008). Kuesioner terdiri dari

data umum dan pengetahuan tentang pencegahan keputihan.

Tahap pengumpulan data yaitu :


31

a. Persetujuan responden

Sebelum peneliti melakukan penelitian terlebih dahulu meminta

persetujuan kepada responden.

b. Treatment

Memberikan penyuluhan kesehatan tentang manfaat Aloe Vera

terhadap keputihan beserta pencegahannya kepada ibu yang

menggunakan KB suntik yang mengalami keputihan di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar.

c. Pre eksperimen

Pengukuran dengan membagikan kuisioner dilakukan peneliti 1

hari sebelum pemberian ekstrak aloe vera terhadap ibu yang

menggunakan KB suntik yang mengalami keputihan di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar.

d. Eksperimen

Peneliti memberikan perlakuan Ekperimen terhadap ibu yang

menggunakan KB suntik yang mengalami keputihan di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar.

e. Kontrol

Peneliti tidak memberikan perlakuan apapun terhadap kelompok

kontrol dengan ibu yang menggunakan KB suntik yang

mengalami keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas

Antang Kota Makassar

f. Post-test
32

Pada kelas eksperimen dan control diberikan perlakuan post-test

bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian

ekstrak aloe vera terhadap ibu yang menggunakan KB suntik

yang mengalami keputihan di Wilayah Kerja Puskesmas

Perumnas Antang Kota Makassar

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.

Biasanya berupa data dan dokumentasi atau laporan yang telah

tesedia.

Dalam hal ini data sekunder yaitu buku kunjungan pasien ber KB

di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Antang Kota Makassar.

E. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Hidayat, 2010) :

1. Informed Consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

menjadi responden, yang di berikan sebelum penelitian.

2. Anominity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam menggunakan responden

penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
33

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

3. Kerahasiaan

Semua informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan di laporkan pada hasil riset.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sebelum semua data diolah maka terlebih dahulu melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Pengelolaan secara manual dengan melakukan :

a. Editting untuk memeriksa adanya kesalahan atau kurang

lengkapnya data yang diisi oleh reponden.

b. Coding adalah memberikan kode nomor jawaban yang diisi oleh

responden yang ada dalam daftar pertanyaan. Hal ini dilakukan

menggunakan tabulasi data

c. Tabulasi data dilakukan dengan bantuan komputer sesuai

dengan yang diteliti dan kebutuhan analisis untuk memudahkan

pengolahan data.

d. Pengolahan data dengan menggunakan computer (Hidayat,

2010).

2. Pengolahan data dengan menggunakan komputer dengan

menggunakan aplikasi program SPSS.


34

G. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Variabel di analisis secara deskriptif yang digunakan dalam

penelitian dengan menghitung pesentase, kemudian disajikan

dalam bentuk frekuensi di sertai penjelasan dalam bentuk narasi

(Setiawan, dkk). Ini dilakukan pada setiap variabel dari hasil

perlakuan yaitu distribusi frekuensi nya. Analisa ini menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif,

menggunakan rumus :

f
Ρ = n x 100

Keterangan :

P = Presentase yang dicari

F = Frekuensi Pengetahuan

n = Jumlah Responden (Ali, 1987:184).

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah untuk menghubungkan variabel bebas

(ekstrak Aloe Vera) dan variabel terikat (akseptor KB suntik yang

menglami keputihan). Dalam penelitian ini akan dilakukan

pengujian statistik yaitu Uji chi square (χ2) untuk mengetahui

hubungan signifikan antara masing-masing variabel bebas dan

variabel terikat. Chi square adalah salah satu jenis uji komparatif
35

non parametrik yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala

data kedua varibel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada

satu variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square

dengan merujuk bahwa harus di gunakan uji pada derajat yang

terendah). Uji chi square dilakukan dengan menggunakan bantuan

perangkat lunak berbentuk komputer dengan tingkat signifikan p>

0,05 (taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan

dengan tingkat kepercayaan 95% :

a. Jika nilai sig p> 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak

b. Jika nilai sig p≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima

(Budiarto, 2001).

dengan rumus :

Keterangan :

O : frekuensi hasil observasi

E : frekuensi yang diharapkan

Nilai E : (jumlah sebaris x jumlah sekolom)/ jumlah data

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


36

Puskesmas Antang Perumnas berdiri pada tahun 1992 dan

merupakan salah satu dari 4 puskesmas yang ada di kecamatan

manggala dengan wilayah meliputi kelurahan manggala. Luas

wilayah puskesmas antang perumnas sekitar 4,44 Km2 yang

pembagian wilayahnya terdiri dari 12 RW, 63 ORT dan memiliki satu

puskes mas pembantu (Pustu), satu Poskesdes dan 4 Posbindu.

Pada tahun 2019 jumlah penduduk kelurahan manggala

sebanyak ± 22.725 jiwa dengan tingkat kepadatan 4,5/km2 dengan

rincian jumlah KK sebanyak 5.048 terdiri dari 11.376 laki – laki dan

11.349 perempuan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian pengaruh pemberian ekstrak aloe vera untuk

mengurangi keputihan pada akseptor KB suntik DMPA di wilayah

kerja puskesmas antang perumnas Makassar ini dilakukan dari tanggal

10 Agustus 2020 s/d 05 oktober 2020. Jenis penelitian yang di

gunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Quasi adalah suatu

eksperimen yang dalam mengontrol situasi penelitian dengan

menggunakan rancangan tertentu dan atau penentuan subjek untuk

mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

mengalami keputihan dengan menggunakan akseptor KB suntik

DMPA. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.


37

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dimana

Responden penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan eksklusi

dan inklusi yang telah di tentukan. Sedangkan analisis data yang di

gunakan dalam penelitian ini menggunakan uji chi- square.


38

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Nana. 2016. Happy Pregnancy. Jogjakarta : Stiletto Book

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonom, ed 25.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Cunningham F.G. 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23. Jakarta :EGC

Firtiani, Nisa Nur. 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang Perawatan Organ


Genitalia Eksternal Dengan Kejadian Keputihan Pada Siswi SMK Pariwisata
Satya Widya Surabaya Tahun 2011. Universitas Airlangga : Surabaya
.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Huslina, Feiza.2017. pengaruh ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera.l) “Terhadap
Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Secara In Vitro”. Jurnal Biotik
Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Banda Aceh

Iskandar, dkk. 2002. Akuntansi Pemerintahan, Jakarta : Salemba empat

Khotimah, Siti, dkk. 2016. Pemanfaatan infusa lidah buaya (Aloe Vera. l) sebagai
antiseptik pembersih tangan terhadap jumlah koloni kuman.journal. di
akses tanggal 12 desember 2019.

Kusumaningratri, Rose. 52 Penyakit Perempuan, Jogjakarta: Ar-ruz Media

Llwellyn, Derek. 2005. Ginekologi Dan Kesehatan Wania. Jakarta : Deloprata

Malena, Rini. 2016. Hubungan vaginal douching dengan kejadian keputihan pada
wanita usia muda. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga :
Surabaya

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Profil kesehatan provinsi Sulawesi tenggara.2017. Cakupan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Puteri, Teresya. 2013. Uji daya hambat ekstrak daun lidah buaya (Aloe vera l)
terhadap bakteri Escherichia coli. Di akses tanggal 11 desember 2019.
39

Septiani, Ana.2017. “Pemberian Agar-Agar Lidah Buaya Utuk Mengurangi


Keputihan Pada Akseptor KB IUD “ Skripsi Tesis Universitas
Muhammadiyah Gombang

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Kebidanan. Bandung : Alfabeta.

Suhardi, Sugi. 2009. Awas Keputihan Bisa Mengakibatkan Kematian Dan


Kemandulan. (www.mitrakeluarga.net.kesehatan.2014 di download
tanggal 10 desember 2019)
40

Lampiran 1

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan hormat,

Saya mahasiswi Program Studi DIV Kebidanan Universitas Mega Rezky

Makassar.

Nama : Runaya Haryadi Ningsih

Nim : A1B1 19019

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian

Ekstrak Aloevera Untuk Mengurangi Keputihan Pada Akseptor KB Suntik di

Wilayah Kerja Puskesmas Sawa Tahun 2020.

Adapun segala informasi yang ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya

dan saya bertanggung jawab, apabila informasi yang diberikan merugikan ibu.

Maka dari itu ibu tidak mencantumkan nama atau identitas lainnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, apabila ibu setuju untuk ikut serta dalam

penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan, atas

kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Responden Peneliti

( ) ( )
41

Lampiran 2

LEMBAR OSERVASI

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ALOEVERA UNTUK


MENGURANGI KEPUTIHAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWA
TAHUN 2020

A. IDENTITAS RESPONDEN

Hari / Tanggal :

Jam :

Kode responden :

Nama :

Umur :

Alamat :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Jenis kontrasepsi :

B. Pemberian ekstrak aloe vera

Tidak diberikan :

Setelah diberikan :
42

No Pernyataan Ya Tidak

1 Jumlah cairan keputihan yang keluar sedikit

2 Cairan keputihan yang keluar berwarna bening


atau putih
3 Cairan keputihan yang keluar kental

4 Cairan keputihan yang keluar berbau

5 Keluhan yang di alami pada lipatan paha dan


bagian kemaluan
6 Rasa gatal yang di alami pada bagian kemaluan
43

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar persetujuan responden

Lampiran 2. Lembar observasi


44

DAFTAR TABEL

Nomor : Halaman :

Tabel 1.1 ......................................................................................................22

Tabel 2.2.......................................................................................................28

Anda mungkin juga menyukai