Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN SIRSAK


TERHADAP KEPUTIHAN FISIOLOGIS PADA REMAJA
PUTRI DI SMK KESEHATAN AMANAH HUSADA
KECAMATAN JUNREJO
KOTA BATU

OLEH:
TRI PUJI LESTARI
19.6.061

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju ke
dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga dalam arti fisik.
Batasan usia remaja Indonesia adalah 11–24 tahun dan belum menikah
(Sarwono, 2013). Menurut WHO (1995) batasan usia remaja terdiri dari
remaja awal (10–13 tahun), remaja madya (14–16 tahun), dan remaja akhir
(17–19 tahun) (Depkes, 2010). Masa peralihan dari anak-anak menjadi
remaja juga dikenal dengan istilah pubertas. Pada masa pubertas juga
terjadi berbagain perubahan. Perubahan fisik pada pubertas terutama
merupakan hasil aktivitas hormonal yang di bawah pengaruh sistem saraf
pusat. Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental,
dan sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan
sistem reproduksi. Sedangkan, kesehatan reproduksi remaja merupakan
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi
yang dimiliki oleh remaja (Effendi, 2009).
Organ reproduksi merupakan organ tubuh yang sensitif dan memerlukan
perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik dalam menjaga
kebersihanorgan reproduksi dapat memelihara kesehatan reproduksi
(Pudiastuti, 2010). Organ reproduksi wanita merupakan daerah tertutup dan
berlipat, sehingga apabila tidak menjaga kebersihannya, maka akan lebih
mudah untuk berkeringat, lembab dan kotor. Tempat yang lembab dan kotor
merupakan tempat bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Perilaku
yang tidak baik dalam menjaga kebersihan organ reproduksi, seperti
membersihkan dengan menggunakan air yang kotor, memakai sabun
kewanitaan secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak
menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan tidak sering
mengganti pembalut merupakan pencetus timbulnya infeksi yang dapat
menyebabkan keputihan patologis(tidak normal). Kebersihan organ
reproduksi pada wanita harus dijaga khususnya remaja, karena merupakan
salah satu upaya pencegahan terhadap keputihan. Masalah reproduksi pada
remaja perlu mendapat penanganan yang serius, karena masalah tersebut
banyak terjadi pada negara berkembang, seperti di negara Indonesia karena
kurang tersedia akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan
reproduksi, khususnya keputihan (Kasdu, 2011)
Keputihan (white discharge, fluor albus, leucorhea) adalah nama gejala
yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak
berupa darah. Keputihan dapat dibedakan antara keputihan yang normal
(fisiologis) dan keputihan yang tidak normal (patologis). Keputihan fisiologis
terdiri atas cairan yang kadangkadang berupa mukus yang mengandung
banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang keputihan patologik
terdapat banyak leukosit. Penyebab paling penting dari keputihan patologi
ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak
kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau
(Rembang, 2013).
Ada dua hal yang menjadi faktor pendorong keputihan yaitu faktor
endogen dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, yang
keduanya saling memengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang
kemaluan, faktor eksogen dibedakan menjadi dua yakni karena infeksi dan
non infeksi. Faktor infeksi yaitu bakteri, jamur, parasit, virus, sedangkan

2
3

faktor non infeksi adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja
maupun tidak, cebok tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi
tubuh, kelainan endokrin atau hormon, menopause (Indriyani, 2012).
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75%
perempuan di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur
hidup dan 45% di antaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali
atau lebih (Hariana, 2013). Di Indonesia sekitar 90% keputihan yang dialami
oleh wanita yang belum kawin atau remaja puteri yang berumur 15-24 tahun
yaitu sekitar 31,8%. (Azizah, 2015). Hasil penelitian di Jawa Timur tahun
2013 menunjukkan dari jumlah wanita sebanyak 37,4 juta jiwa, 75%
diantaranya adalah remaja yang mengalami keputihan.
Flour Albus dapat diatasi dengan berbagai cara yang pertama yaitu
dengan memperbaiki personal hygiene, menggunakan celana dalam yang
terbuat dari bahan katun ataupun celana dalam yang menyerap keringat,
menjaga pola makan, istirahat, olahraga yang teratur serta menghindari
stress. Selain itu, keputihan juga dapat diatasi dengan mengkonsumsi obat-
obat farmakologis seperti obat golongan flukonazol dan obat golongan
metronidazol (Octaviyati, 2012).
Cara lain untuk mengatasi keputihan juga dapat menggunakan bahan
nonfarmakologi yaitu mengggunakan daun sirsak. Sirsak (Annona muricata
L) merupakan tanaman yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Di Indonesia, sirsak mulai dikenal sejak dibawa orang
Belanda pada abad ke-19. Sirsak dikenal dengan nama lokal srikaya
(Makassar), nangka londo (Jawa), atau jambu landa (Lampung) (Sunarjono,
2008). Daun sirsak dapat untuk mengobati keputihan pada wanita karena
mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu fenol,
dimana kandungan fenol dalam daun sisak memiliki sifat antiseptik 5 kali
lebih efektif dibandingkan fenol biasa. (Triarsari, 2007)
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober di
SMK Kesehatan Amanah Husada Kecamatan Junrejo Kabupaten Batu
didapatkan data kurang lebih... remaja putri mengalami keputihan dari total
... remaja putri yang ada di SMK Kesehatan Amanah Husada.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Rebusan Daun
Sirsak Terhadap Keputihan Patologis Pada Remaja Putri di SMK Kesehatan
Amanah Husada Kecamatan Junrejo Kota Batu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: “adakah pengaruh pemberian rebusan daun sirsak
terhadap keputihan fisiologis pada remaja putri di SMK Kesehatan Amanah
Husada Kecamatan Junrejo Kota Batu’’.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun sirsak
terhadap keputihan fisiologis pada remaja putri di SMK Kesehatan
Amanah Husada Kecamatan Junrejo Kota Batu.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi keputihan sebelum diberikan rebusan daun sirsak
pada remaja putri di SMK Kesehatan Amanah Husada Kecamatan
Junrejo Kota Batu.
4

b. Mengidentifikasi keputihan sesudah diberikan rebusan daun sirsak


pada remaja putri di SMK Kesehatan Amanah Husada Kecamatan
Junrejo Kota Batu.
c. Menganalisa pengaruh rebusan duan sirsak terhadap keputihan pada
remaja putri di SMK Kesehatan Amanah Husada Kecamatan Junrejo
Kota Batu.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi
perpustakaan dan mahasiswa kebidanan khususnya mengenai pengaruh
pemberian rebusan daun sirsak terhadap keputihan pada remaja putri.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
Sebagai sumber informasi bagi lahan praktek dalam rangka
mengembangkan terapi nonfarmakologi dalam penatalaksanaan
pengaruh pemberian rebusan daun sirsak terhadap keputihan pada
remaja putri.

1.5 Penelitian Yang Relevan


NO Tahun Nama Metode dan Hasil Perbedaan
Penulis/Jud Variabel dengan
ul Penelitian
ini

1 2016 Suwanti, Quasi Hasil analisis Dilakukan


Yonferizal Eksperimen, dapat pada WUS
MR Koto/ variabel diketahui bahwa (Wanita
Keputihan keputihan penggunaan daun Usia Subur)
Pada sirsak efektif
Wanita terhadap kejadian
Usua Subur keputihan dengan
Menggunak nilai Z = 4,796 dan
an Ekstrak nilai p = 0,000
Daun (p<0,05),
Sirsak sehingga dapat
disimpulkan
bahwa terdapat
pengaruh
pemberian daun
sirsak terhadap
keputihan wanita
usia subur.
2 2017 Nadia Deskripsi Kondisi keputihan Dilakukan
Mubarok, analitik, sebelum diberikan pada WUS
Umi variabel rebusan daun (Wanita
Laelatul/ keputihan sirsak yaitu Usia Subur)
Penerapan patologis partisipan pertama
Daun mengeluh
Sirsak keputihan serta
Untuk keluar cairan
Menurunka berwarna
n kekuningan
Keputihan agak kental dan
Patologis berbau amis,
Pada partisipan kedua
5

Wanita mengeluh keluar


Usia Subur cairan berwarna
kekuningan,
konsistensi kental,
gatal didaerah
kemaluan dan
berbau amis.
partisipan ketiga
mengeluh
keputihan
berwarna putih,
konsistensi kental,
berbau
amis dan gatal.
Dari hasil
penelitian semua
partisipan
mengalami
perubahan
dilihat dari segi
warna, konsistensi
menjadi tidak
kental dan dapat
menghilangkan
bau amis.
3 2018 Melia Ulfa, Deskripsi Penerapan Dilakukan
Lutfia Uli analitik, rebusan daun pada WUS
Namah/ variabel sirsak dapat (Wanita
Pemberian keputihan mengurangi Usia Subur)
Rebusan patologis tingkat keputihan
Daun patologis pada
Sirsak wanita usia subur.
Untuk
Mengurangi
Keputihan
Patologis
Pada
Wanita
Usia Subur

Anda mungkin juga menyukai