Oleh:
Ninis
Wulandari
NIM : 201403075
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
SKRIPSI
Oleh:
Ninis
Wulandari
NIM : 201403075
PEMINATAN EPIDEIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Email : niniswulandari96@gmail.com
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat–Nya,
Skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO)
dan Pengetahuan Pasien dengan keberhasilan pengobatan tuberkulosis paru di
wilayah kerja Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan” dapat terselesaikan dengan
baik. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah
berkontribusi dalam proses penulisan Skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun sekaligus Pembimbing I, yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Hari Widodo selaku Kepala Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan
yang telah memberikan ijin serta kerjasama selama proses penelitian.
3. Drg. Nuning Tyas Susanti selaku Kepala Puskesmas Tebon Kabupaten
Magetan yang telah memberikan ijin serta kerjasama selama proses
penelitian.
4. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku Ketua Dewan Penguji yang
telah memberikan masukan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Ibu Hanifah Ardiani, SKM., M.KM selaku Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu penulisan Skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mohon saran dan masukan dari berbagai pihak untuk
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan sebaik–baiknya oleh
Mahasiswa, Pembimbing Skripsi, Penguji, dan berbagai pihak yang terkait.
Penulis
ABSTRAK
Ninis Wulandari
Ninis Wulandari
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
SAMPUL DALAM.................................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.............................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................7
1.5. Keaslian Penelitian...........................................................................8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Tuberkulosis....................................................................13
2.2. Strategi DOTS................................................................................22
2.3. Kinerja Pengawas Menelan Obat...................................................23
2.4. Pengetahuan Pasien........................................................................26
2.5. Keberhasilan Pengobatan...............................................................30
2.6. Kerangka Teori...............................................................................38
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Konseptual.....................................................................39
3.2. Hipotesis Penelitian........................................................................40
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Rancang Bangun Penelitian............................................................41
4.2. Populasi dan Sampel.......................................................................41
4.3. Teknik Sampling.............................................................................43
4.4. Kerangka Kerja Penelitian..............................................................43
4.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel..................44
4.6. Instrumen Penelitian.......................................................................47
4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................49
4.8. Prosedur Pengumpulan Data..........................................................49
4.9. Pengolahan Data.............................................................................50
4.10. Teknik Analisis Data....................................................................51
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum...........................................................................53
5.2. Hasil Penelitian..............................................................................54
5.3. Pembahasan....................................................................................62
5.4. Keterbatasan Penelitian..................................................................72
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan....................................................................................74
6.2. Saran..............................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
PENDAHULUAN
organ paru-paru dan organ tubuh lainnya. Penyakit ini memerlukan waktu
kasus Multy Drug Resistant. Wilayah Pasifik Barat, Asia Tenggara, dan
ada di wilayah Amerika dan Eropa, yaitu sebesar 75% (WHO, 2015).
dunia setelah Angola, China, Kongo, Ethiopia dan India. Jumlah pasien TB di
Indonesia sekitar 10,3 % dari total pasien TB di dunia (WHO, 2015). Hal
1
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 menempati urutan kedua dari 34
orang, angka tersebut belum memenuhi target nasional yaitu minimal 90%
Hal tersebut dikarenakan ada penderita yang resisten obat, putus berobat, dan
2
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) telah diketahui dapat mengatasi
penyakit TB, namun angka drop out berupa mangkir dan tidak patuh obat di
kuman TB menjadi resisten terhadap OAT dan dapat menjadi TB Multi Drug
Drug Resistence, dan akibat yang paling fatal adalah meninggal dunia. Untuk
obat dimakan dengan kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat.
Pasien yang sembuh secara keseluruhan memiliki PMO dari anggota keluarga
yang berperan dengan baik. Namun penelitian tersebut kurang mendalam
menyebutkan tanda dan gejala utama TB paru, dan 51% mengetahui cara
pasien tentang tanda, gejala, dan cara penularan TB paru. Pengetahuan pasien
yang kurang akan meningkatkan risiko pasien tidak patuh minum obat.
dilakukan edukasi atau penyuluhan kepada PMO atau keluarga, serta pasien
mengenai TB paru.
Oleh karena latar belakang di atas, maka perlu untuk diteliti hubungan
Magetan. Selain kinerja PMO, peneliti juga tertarik untuk meneliti faktor lain
yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pasien tuberkulosis paru di
Magetan?
Magetan.
Magetan.
kesehatan masyarakat.
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi keilmuan, serta
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan, peneliti membuktikan keaslian penelitian ini
8
Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Tempat dan Metode Variabel Hasil Penelitian
No. Judul Penelitian Nama Peneliti
Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
3 Hubungan antara Gendhis Indra Balai Kesehatan Jenis penelitian Variabel bebas: Ada hubungan antara
pengetahuan, sikap Dhewi Paru Masyarakat deskriptif pengetahuan, pengetahuan (p=0,000),
pasien dan Kabupaten Pati, korelatif dengan sikap, dan sikap (p=0,001), dan
dukungan keluarga 2011 pendekatan dukungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan cross sectional keluarga (p=0,000) dengan
minum obat pada kepatuhan minum obat
pasien TB Paru di Variabel terikat: pasien TB paru
BKPM Pati kepatuhan
minum obat
4 Faktor-faktor yang Murtantiningsih Puskesmas Jenis penelitian Variabel bebas: Ada hubungan antara
berhubungan Purwodadi I survei analitik penyuluhan status gizi (p=0,002),
dengan kesembuhan Kabupaten dengan petugas pendapatan (p=0,034),
penderita Grobogan, 2010 pendekatan case kesehatan, jenis keteraturan berobat
tuberkulosis paru control kelamin, (p=0,005) dengan
pendidikan, kesembuhan TB paru.
status gizi, Tidak ada hubungan antara
pendapatan, penyuluhan tenaga
keteraturan kesehatan (p=0,345), jenis
berobat, kelamin (p=0,550),
dukungan PMO pendidikan (p=0,620), dan
dukungan PMO (p=0,773)
Variabel terikat: dengan kesembuhan TB
kesembuhan TB paru.
paru
Lanjutan Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
Tempat dan
Metode
No. Judul Penelitian Nama Peneliti Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Penelitian
5 Pengaruh PMO dan Khilda Puskesmas Jenis penelitian Variabel bebas: Ada hubungan antara
tanpa PMO terhadap Fauziyah Ciawi, observasional adanya PMO adanya PMO dan tanpa
kesembuhan TB paru Tasikmalaya, analitik dengan PMO (p=0,000) dengan
dewasa di Puskesmas 2014 pendekatan Variabel terikat: kesembuhan TB paru
Ciawi Tasikmalaya cross sectional kesembuhan TB paru
6 Hubungan tingkat Novita Putri Puskesmas Jenis penelitian Variabel bebas: Ada hubungan antara
pengetahuan Permatasari Kartasura , survei analitik tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan
pengawas menelan Surakarta, dengan PMO PMO (p=0,005) dengan
obat dengan 2015 pendekatan keberhasilan pengobatan
keberhasilan cross sectional Variabel terikat: TB
pengobatan keberhasilan
tuberkulosis di pengobatan TB
wilayah kerja
Puskesmas Kartasura
7 Hubungan peran Jufrizal Puskesmas Jenis penelitian Variabel bebas: Ada hubungan antara
keluarga sebagai Banda Sakti deskriptif peran keluarga peran keluarga sebagai
PMO dengan tingkat Kota korelatif sebagai PMO PMO (p=0,000) dengan
keberhasilan Lhokseumawe, dengan tingkat keberhasilan
pengobatan penderita 2015 pendekatan Variabel terikat: pengobatan pada
tuberkulosis paru cross sectional tingkat keberhasilan penderita TB paru
pengobatan TB paru
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui perbedaan antara penelitian ini
1. Metode penelitian
kasus (pasien TB yang tidak sembuh) dan populasi kontrol (pasien TB yang
sembuh).
2. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kinerja PMO dan pengetahuan
melihat ada tidaknya PMO yang mengawasi pasien TB untuk minum obat.
3. Variabel terikat
4. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasien TB paru yang telah selesai menjalani
11
penelitian sebelumnya adalah semua pasien TB paru baik yang telah selesai
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Etiologi
0,5 – 4 mikron x 0,3 – 0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus,
mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
Bakteri ini juga tahan terhadap zat kimia dan fisik, tahan dalam keadaan
kering dan dingin, serta bersifat dormant (dapat tertidur lama) dan
selama 1- 2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap, serta bisa
13
2.1.2 Klasifikasi
a. Tuberkulosis paru
mikroskopis
14
d) Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah
negatif.
tuberkulosis.
OAT.
pengobatan.
penyakitnya, yaitu:
alat kelamin.
kultur).
BTA positif.
2.1.3 Gejala
1. Gejala umum
dengan darah).
2. Gejala khusus
bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
kejang.
2.1.4 Diagnosis
1. Diagnosis TB paru
terjadi overdiagnosis.
dahak positif.
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi
dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab (KEMENKES RI,
2016).
(Chin, 2012):
2.1.6 Pengobatan
a. Pada tahap awal pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
obat.
minggu.
2. Tahap lanjutan
4. Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat: terdiri dari OAT lini
Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat
Strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling cost effective. Satu
dana.
untuk pasien.
Timur (Kabupaten Sidoarjo). Hasil uji coba lapangan ini memberi angka
kesembuhan yang tinggi lebih dari 85%. Angka kesembuhan yang tinggi ini
kekebalan obat ganda atau Multi Drug Resistance (MDR) yang merupakan
terjadinya resistensi obat. PMO adalah orang yang bertugas untuk mengawasi
sebagai berikut:
kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh
pasien.
pasien.
Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas
guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota
Kinerja adalah aksi atau perilaku individu yang berupa bagian dari
fungsi kerja aktualnya, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam
pengobatan.
3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
Pelayanan Kesehatan.
obat dari unit pelayanan kesehatan. Pada saat pasien mengambil obat,
diupayakan bahwa dosis hari itu ditelan di depan petugas keseheatan. Pada
pencegahannya.
dapat didefinisikan sebagai hasil kerja yang dicapai oleh PMO berdasarkan
kriteria yang berlaku bagi pekerjaan tersebut. Kinerja PMO dipengaruhi oleh
mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi
(KEMENKUMHAM, 2004).
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini
yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap
(Notoatmodjo, 2012)
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam
6. Evaluasi (Evaluation)
pengetahuan meliputi:
1. Pendidikan
yang mempunyai sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik
tapi jika sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang
meningkatkan pengetahuan.
4. Lingkungan
individu, karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
pengetahuan yang didapatkan akan baik, tapi jika lingkungan kurang baik
5. Pengalaman
6. Usia
Paru BTA Positif menjadi negatif dan hasil rontgen ulang menjadi baik atau
sebelumnya.
2. Pengobatan lengkap, yaitu pasien TB yang telah menyelesaikan
3. Gagal, yaitu pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama masa
5. Putus berobat (loss follow up), yaitu pasien TB yang tidak memulai
tetap perlu diperhatikan, meninggal, gagal, putus berobat (lost to follow up),
a. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur
b. Tingkat pendidikan
d. Pekerjaan
kesehatan, dan status gizi. Status gizi yang kurang akan menyebabkan
sebagai berikut:
a. Ketersediaan OAT
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan
menurun, karena pasien tidak rela menempuh jarak yang jauh dengan
a. Kinerja PMO
teratur.
Umur
Pendidikan Pengetahuan
Faktor predisposisi
Pekerjaan
Ketersediaan
OAT Perilaku keteraturan minum
Sembuh
obat
atau pengobatan lengkap
Faktor Keberhasilan
pemungkin pengobatan
Jarak ke tempat pengobatan
Faktor penguat
Kinerja PMO
Peran petugas
kesehatan
Sumber: L. Green (1980), Maulana (2009), Notoatmodjo (2007), Subagyo (2013)
38
BAB 3
sebagai berikut:
Keterangan:
: diteliti
: berhubungan
pasien. Kinerja PMO perlu diteliti karena PMO termasuk dalam strategi
masing yang karakteristik dan kinerjanya tidak sama satu dan lainnya.
39
perilaku pasien menuju keberhasilan pengobatan yang dapat dikendalikan,
40
BAB 4
METODE PENELITIAN
mengukur variabel sebab atau faktor risiko dan variabel akibat atau efek
secara bersamaan atau dalam satu waktu sekaligus (Yusuf, 2014). Rancangan
Populasi/Sampel
4.2.1 Populasi
41
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru di wilayah
4.2.2 Sampel
yang ada pada populasi, karena suatu keterbatasan, maka peneliti dapat
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
concent.
2. Kriteria Eksklusi
pengobatan.
42
c. Pasien tuberkulosis paru dengan penyakit penyerta (HIV/AIDS,
Jumlah sampel pada penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dari total sampel sebanyak 50 sampel. Total sampling adalah teknik
sampel. Hal ini dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil atau kurang
sebagai berikut:
Pasien tuberkulosis paru di wilay
Mencatat catatan
Editing, coding, en
Mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO) dan
2014). Pada penelitian ini variabel bebas yang diteliti adalah kinerja
Pengawas Menelan Obat (PMO) dan pengetahuan pasien
tuberkulosis paru.
tuberkulosis paru.
46
4.6 Instrumen Penelitian
PMO dan pengetahuan pasien, serta catatan rekam medis pasien TB Paru
1. Uji Validitas
47
totalnya. Hasil r hitung dibandingkan dengan r tabel, dimana df = n-2
dengan signifikansi 5%. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut
hitung dan r tabel menunjukkan 13 item pertanyaan yang valid dari total
diperoleh nilai r hitung antara 0,029 sampai 0,897, sedangkan nilai r tabel
2. Uji Reliabilitas
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
tersebut reliabel.
berikut:
1. Editing (penyuntingan)
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap semua isian pada semua
2. Coding (pengkodean)
Coding merupakan pemberian kode atau angka pada variabel yang diteliti
Microsoft Excel dan program aplikasi pengolah data statistik SPSS 16.0.
4. Tabulating (pentabulasian)
1. Analisis univariat
prevalens (RP). Untuk uji chi-square atau fisher exact digunakan derajat
(0,05), bila diperoleh p < 0,05, artinya secara statistik ada perbedaan
yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan bila p
> 0,05 artinya secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan untuk RP, jika nilai
benar, dan nilai RP < 1, artinya bahwa faktor yang diteliti tersebut justru
kelurahan dan 15 desa, dengan luas wilayah sekitar 42,90 km2. Batas-batas
Puskesmas dengan desa tidak terlalu jauh, desa yang memiliki jarak terjauh
Magetan, 2017).
sebanyak 42.252 jiwa, dengan kepadatan penduduk 985 jiwa per km2.
Puskesmas Bendo pada tahun 2017 sebanyak 44 orang, yang meliputi dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis, bidan, dan mantri kesehatan (BPS
53
Jumlah pasien tuberkulosis paru pada periode 2016-2017 sebanyak 50
(55,9%).
54
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
(2,1%).
dengan Responden
dan cucu (2,9%) dari responden. Selain itu, ada 4 responden (11,8%)
Magetan. Penelitian ini menggunakan uji statistik fisher exact atau uji
square yaitu ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5 lebih
dari 20% dari jumlah sel. Dimana pada uji statistik hubungan kinerja
Tuberkulosis Paru
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan antara Kinerja PMO dengan Keberhasilan
Pengobatan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bendo
Keberhasilan Pengobatan
Kinerja RP
Berhasil Tidak Berhasil Total P-value
PMO (95% CI)
F % F % F %
Baik 22 91,7 2 8,3 24 100,0 0,014 2,070
Kurang (1,008 –
5 50,0 5 50,0 10 100,0
Baik 4,237)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Mei 2018
kurang baik (50,0%). Hasil analisis uji fiher exact hubungan antara
Tuberkulosis Paru
Keberhasilan Pengobatan
Pengetahuan Tidak P- RP
Berhasil Total
Pasien Berhasil value (95% CI)
F % F % F %
Baik 25 92,6 2 7,4 27 100,0 0,001 3,241
Kurang Baik (1,020 –
2 28,6 5 71,4 7 100,0
10,506)
Sumber: data primer hasil penelitian bulan Mei 2018
kurang baik (28,6%). Hasil analisis uji fiher exact hubungan antara
selesai. PMO sebagian besar berasal dari keluarga pasien yang tinggal
tuberkulosis paru.
pasien untuk berobat teratur. Namun sebagian besar PMO (70,6%) tidak
hal-hal tersebut.
akan berusaha berperilaku hidup bersih dan sehat. Begitu juga dengan
2010).
menutup mulut saat batuk dan bersin, serta tidak meludah sembarangan.
selama 6 bulan, karena merasa sudah sembuh. Selain itu, sebesar 13,6%
pengobatannya ke kategori 2.
rontgen ulang menjadi baik atau tidak ada masalah dengan paru-
2016).
pasien.
Tuberkulosis Paru
(91,7%). Hal tersebut didukung dengan hasil uji fisher exact diperoleh
obat atau putus minum obat. Adanya PMO diharapkan dapat mencegah
waktu yang lebih panjang (Rosidah, 2008). Kinerja PMO yang baik
yaitu, dapat memantau pasien setiap saat karena dekat dengan pasien,
berobat secara teratur dan dengan paduan obat yang baik akan
pengobatan.
disebabkan oleh faktor dalam diri pasien, yaitu keyakinan bahwa jika
exact diperoleh nilai p sebesar 0,001, serta nilai RP sebesar 3,241. Hasil
terlebih dahulu arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
teratur, karena tidak ada dukungan dari PMO maupun keluarga. Selain
belum ada kuesioner yang baku. Maka peneliti melakukan uji validitas dan
6.1 Kesimpulan
Kabupaten Magetan.
6.2 Saran
1. Bagi Penderita
kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal, serta makan makanan yang
bergizi.
76
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 67
Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kholifah, Siti. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Angka
Kesembuhan dan Angka Penemuan Kasus Tuberkulosis di Kota Semarang.
Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Maulana, D. J., Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Muchson. 2017. Metode Riset Akuntansi. Jakarta: Spasi Media.
Muri, Yusuf. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Murtantiningsih. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan
Pasien Tuberkulosis Paru. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, D. R. Rivangga. 2014. Hubungan antara Peran Pengawas Minum Obat
(PMO) Terhadap Kepatuhan Kunjungan Berobat pada Pasien Tuberculosis
Paru (TB Paru) di Puskesmas Nogosari Boyolali. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putri, Adelina, Jose. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan PMO
(Pengawas Minum Obat) Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti
77
Tuberkulosis Pasien TB Paru. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Rosidah, F. 2008. Jurnal Kesehatan Masyarakat; Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan TB Paru di BP4 Tegal.
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Subagyo, Ahmad. 2013. Strategi DOTS Perlukah untuk Pengobatan. Diakses
melalui https://www.klikparu.com pada tanggal 3 Maret 2018.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernapasan:
Pneumonia, Kanker paru-paru, TB, Bronkitis, Pleurisis. Yogyakarta: B
First.
Tirtana, T., Bertin. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dengan Resistensi Obat
Tuberkulosis di Wilayah Jawa Tengah. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
UPTD Puskesmas Bendo. 2018. Profil Kesehatan Puskesmas Bendo Tahun 2017.
Bendo: UPTD Puskesmas Bendo.
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
World Health Organization. 2015. Global Tuberculosis Report 2015. Ganeva:
WHO.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 11
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ninis Wulandari
NIM : 201403075
Adalah salah satu mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan antara Kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO) dan Pengetahuan
Pasien dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Bendo Kabupaten Magetan”.
Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Diharapkan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari menjawab pertanyaan peneliti dengan jawaban yang
jujur tanpa menutupi hal yang sebenarnya.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari menjadi
responden, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Ninis Wulandari
Lampiran 12
( )
Lampiran 13
KISI-KISI KUESIONER
1. Kinerja PMO
2. Pengetahuan Pasien
Nomor Responden:
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin :
3. Alamat :
4. Umur :
5. Pekerjaan :
6. Tingkat Pendidikan :
7. Tipe TB paru :
8. Hubungan dengan PMO :
9. Penyakit Penyerta :
B. KEBERHASILAN PENGOBATAN
Hasil Akhir Pengobatan:
a. Berhasil (sembuh (BTA –) / pengobatan lengkap)
b. Tidak berhasil (gagal / BTA +)
C. KINERJA PMO
No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah PMO selalu mengingatkan saudara untuk
1 meminum obat secara teratur sampai selesai
pengobatan?
Apakah PMO menyiapkan obat TB yang harus saudara
2
minum?
Apakah PMO tidak pernah menyaksikan saudara pada
3
saat meminum obat?
No Pertanyaan Ya Tidak
Apakah PMO memberi dukungan kepada saudara agar
4
mau berobat teratur?
Apakah PMO mendengarkan keluhan saudara
5
mengenai pengobatan TB?
Apakah saudara pergi sendiri ke pelayanan kesehatan
6
untuk mengambil obat?
Apakah PMO selalu mengingkatkan saudara untuk
7
periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan?
Apakah PMO selalu mengantarkan atau memastikan
8 bahwa saudara sudah periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan?
Apakah PMO diam saja apabila ada anggota keluarga
9
yang memiliki gejala TB paru?
Apakah PMO pernah menyampaikan kepada saudara
10 dan keluarga bahwa TB paru adalah penyakit keturunan
atau kutukan?
Apakah PMO pernah menyampaikan kepada saudara
11 dan keluarga bahwa TB paru dapat disembuhkan
dengan berobat teratur?
Apakah PMO pernah menyampaikan kepada saudara
12 dan keluarga tentang cara penularan TB, gejala-gejala
yang mencurigakan dan cara pencegahannya?
Apakah anda dan keluarga mencari informasi sendiri
13
tentang cara pengobatan TB paru?
`
D. PENGETAHUAN PASIEN
No Pernyataan Benar Salah
1 TB paru merupakan penyakit keturunan
Kuman penyebab TB paru sama dengan kuman penyebab
2
flu/pilek
Kuman TB dapat menetap dan tertidur lama di dalam tubuh
3 manusia
Batuk selama 2 minggu atau lebih dapat dicurigai terinfeksi
4
TB paru
Batuk berdahak dan disertai darah merupakan gejala TB
5
paru
Berkeringat di malam hari, berat badan turun, dan lemas
6
adalah tanda-tanda penyakit TB paru
Lampiran 140
No Pernyataan Benar Salah
Orang yang dekat dengan penderita TB paru juga perlu
7
untuk periksa
Salah satu cara pemeriksaan untuk menentukan penyakit
8
TB paru adalah dengan rontgen dada
Pemeriksaan dahak dilakukan 1 kali untuk menentukan
9
infeksi TB paru
10 Meludah sembarangan dapat menyebarkan kuman TB paru
Lingkungan perumahan yang padat dan kumuh akan
11
memudahkan penularan TB paru
12 TB paru dapat ditularkan melalui keringat
Menutup mulut saat batuk dan bersin dapat mencegah
13
penularan TB paru
Imunisasi BCG tidak dapat mencegah infeksi TB paru pada
14
anak-anak
Ventilasi atau pencahayaan ruangan yang baik dapat
15
mencegah penyebaran kuman TB paru
Daya tahan tubuh yang lemah dapat meningkatkan risiko
16
terinfeksi TB paru
Tujuan pengobatan TB adalah untuk menyembuhkan dan
17
mencegah kekambuhan penyakit TB
Pengobatan penderita TB paru perlu diawasi oleh PMO
18
sampai pengobatan selesai
Pengobatan TB dapat dihentikan setelah pasien merasa
19
sembuh
Pengobatan TB pada tahap awal selama 2 bulan dan
20 dilakukan pemeriksaan ulang dahak untuk masuk tahap
lanjutan
21 Obat TB paru tidak memiliki efek samping
Penderita TB paru yang tidak teratur minum obat atau putus
22 berobat akan menyebabkan penderita kebal terhadap obat
TB dan masa pengobatannya lebih lama
Penderita TB paru dinyatakan sembuh setelah menjalani
23 pengobatan minimal 6 bulan dan hasil akhir pemeriksaan
dahak negatif
24 TB paru dapat menyebar ke bagian tubuh lain
25 TB paru dapat menyebabkan kematian
Lampiran 15
98
Lampiran 16
99
kinerja 5 Pearson
.604** .193 -.255 .604** 1 .342 .604** .342 .247 .337 .484** .484** .337 -.388* .537**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .307 .174 .000 .065 .000 .065 .188 .069 .007 .007 .069 .034 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 6 Pearson
.259 .181 -.079 .259 .342 1 .259 1.000** .196 -.062 .356 .356 -.062 -.149 .441
Correlation
Sig. (2-tailed) .167 .337 .679 .167 .065 .167 .000 .299 .745 .053 .053 .745 .432 .015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 7 Pearson
1.000** .408* .184 1.000** .604** .259 1 .259 .523** .557** .802** .802** .557** .149 .891**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .025 .331 .000 .000 .167 .167 .003 .001 .000 .000 .001 .432 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 8 Pearson **
.259 .181 -.079 .259 .342 1.000 .259 1 .196 -.062 .356 .356 -.062 -.149 .441
Correlation
Sig. (2-tailed) .167 .337 .679 .167 .065 .000 .167 .299 .745 .053 .053 .745 .432 .015
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 9 Pearson
.523** .280 -.015 .523** .247 .196 .523** .196 1 .473** .681** .681** .473** -.088 .603**
Correlation
Sig. (2-tailed) .003 .134 .935 .003 .188 .299 .003 .299 .008 .000 .000 .008 .645 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 10 Pearson
.557** .227 .102 .557** .337 -.062 .557** -.062 .473** 1 .695** .695** 1.000** .083 .610**
Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .227 .590 .001 .069 .745 .001 .745 .008 .000 .000 .000 .663 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 11 Pearson
.802** .327 .147 .802** .484** .356 .802** .356 .681** .695** 1 1.000** .695** .120 .878**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .077 .437 .000 .007 .053 .000 .053 .000 .000 .000 .000 .529 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 12 Pearson
.802** .327 .147 .802** .484** .356 .802** .356 .681** .695** 1.000** 1 .695** .120 .878**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .077 .437 .000 .007 .053 .000 .053 .000 .000 .000 .000 .529 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 13 Pearson
.557** .227 .102 .557** .337 -.062 .557** -.062 .473** 1.000** .695** .695** 1 .083 .610**
Correlation
Sig. (2-tailed) .001 .227 .590 .001 .069 .745 .001 .745 .008 .000 .000 .000 .663 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
kinerja 14 Pearson
.149 .365* .599** .149 -.388* -.149 .149 -.149 -.088 .083 .120 .120 .083 1 .274
Correlation
Sig. (2-tailed) .432 .047 .000 .432 .034 .432 .432 .432 .645 .663 .529 .529 .663 .143
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
total skor Pearson
.891** .631** .361* .891** .537** .441* .891** .441* .603** .610** .878** .878** .610** .274 1
kinerja Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .050 .000 .002 .015 .000 .015 .000 .000 .000 .000 .000 .143
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level
(2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan responden sebanyak 30 orang. Nilai r tabel diperoleh dari tabel r pearson product
moment dengan df = n – 2 = 30 – 2 = 28, maka diperoleh t tabel = 0,312. Butir pertanyaan dikatakan valid jika r hitung > r tabel.
Berdasarkan ouput program aplikasi SPSS di atas, dapat diketahui bahwa butir pertanyaan yang tidak valid adalah butir pertanyaan
ke 14, maka butir pertanyaan tersebut tidak digunakan dalam kuesioner.
b. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.873 13
Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach > 0,60. Berdasarkan
output program aplikasi SPSS di atas, dapat diketahui bahwa nilai alpha
cronbach yaitu 0,873 > 0,60, maka kuesioner terbukti reliabel.
102
2. Kuesioner Pengetahuan Pasien
a. Uji Validitas
103
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan responden sebanyak 30 orang.
Nilai r tabel diperoleh dari tabel r pearson product moment dengan df = n –
2 = 30 – 2 = 28, maka diperoleh t tabel = 0,312. Butir pertanyaan dikatakan
valid jika r hitung > r tabel. Berdasarkan ouput program aplikasi SPSS di
atas, dapat diketahui bahwa butir pertanyaan yang tidak valid adalah butir
pertanyaan ke 1, 3, 5, 7, dan 8, maka butir pertanyaan tersebut tidak
digunakan dalam kuesioner.
b. Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.958 25
Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach > 0,60. Berdasarkan
output program aplikasi SPSS di atas, dapat diketahui bahwa nilai alpha
cronbach yaitu 0,958 > 0,60, maka kuesioner terbukti reliabel.
108
Lampiran 17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 15 44.1 44.1 44.1
Perempuan 19 55.9 55.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
2. Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 9 26.5 26.5 26.5
Swasta 4 11.8 11.8 38.2
Wiraswasta 2 5.9 5.9 44.1
PNS 1 2.9 2.9 47.1
Ibu Rumah Tangga 11 32.4 32.4 79.4
Tidak bekerja 7 20.6 20.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
7. Kineja PMO
Kinerja PMO
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 9 26.5 26.5 26.5
Baik 25 73.5 73.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
110
8. Pengetahuan Pasien/Responden
Pengetahuan pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang baik 7 20.6 20.6 20.6
Baik 27 79.4 79.4 100.0
Total 34 100.0 100.0
111
Lampiran 18
Keberhasilan Pengobatan
Berhasil Tidak berhasil Total
Kinerja PMO Baik Count 22 2 24
Expected Count 19.1 4.9 24.0
% within Kinerja PMO 91.7% 8.3% 100.0%
Kurang baik Count 5 5 10
Expected Count 7.9 2.1 10.0
% within Kinerja PMO 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 27 7 34
Expected Count 27.0 7.0 34.0
% within Kinerja PMO 79.4% 20.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2- sided) (2- sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.496a 1 .006
Continuity Correctionb 5.164 1 .023
Likelihood Ratio 6.944 1 .008
Fisher's Exact Test
.014 .014
Linear-by-Linear
7.275 1 .007
Association
N of Valid Casesb 34
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,06.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Keberhasilan Pengobatan
Berhasil Tidak berhasil Total
Pengetahua Baik Count 25 2 27
n pasien Expected Count 21.4 5.6 27.0
% within Pengetahuan pasien 92.6% 7.4% 100.0%
Kuran Count 2 5 7
g baik Expected Count 5.6 1.4 7.0
% within Pengetahuan pasien 28.6% 71.4% 100.0%
Total Count 27 7 34
Expected Count 27.0 7.0 34.0
% within Pengetahuan pasien 79.4% 20.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.936a 1 .000
Continuity Correctionb 10.295 1 .001
Likelihood Ratio 11.940 1 .001
Fisher's Exact Test
.001 .001
Linear-by-Linear
13.526 1 .000
Association
N of Valid Casesb 34
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
116