Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

B DENGAN MASALAH UTAMA


HALUSINASI DI RUANG NURI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI
LAMPUNG

DISUSUN OLEH :
NADIA SYIFA AMELIA NURUL FIRDAYANTI
NASRUL ANIZAR PASCAL BRAMASTA EDO P
NENI EMILIANA PUTRI AURA DEWANTI
TOHIR BUDIMAN RENI PRATISKA DEWI
ROY AHMAD WAHYU P RISKA JAYA RIANTINA
NUR AZIZAH SUSILOWATI NINA SURYANI
NUR LELI CIKITA AMZA TAUFIK ANGGARA

POLTEKKES TANJUNG KARANG


DIII KEPERAWATAN KOTABUMI
TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala limpahan rahmat hidayah dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikin Asuhan Keperawatan Jiwa dengan judul "Asuhan
Keperatan Jiwa Pada Tn B Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Nuri Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2022" Dalam penulisan laporan ini, peneliti
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. dr. Ansyori MM selaku direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah ProvinsiLampung
2. Ns. Satrio K.L. M Kep. Sp.Kep.J selaku pembimbing lahan
3. Ns.Hi Hartoto, S.Kep selaku pembimbing lahan
4. Hi. Yansuri, S.Kep M.Kep selaku pembimbing lahan
5. Ns. Haryanto, S.Kep selaku pembimbing lahan
6. Ns. Rina Mariani M.Kep Selaku pembimbing akademik

Bandar Lampung, Maret 2022

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………….

ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHUAN
A. Latar
Belakang………………………………………………………………………………
B. Rumusan
Masalah……………………………………………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………………………..……….

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar
……………………………………………………………………………………….
B. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Halusinasi Pendengaran……………………..

BAB III TINJAUAN


KASUS……………………………………………………………………………………….

BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian……………………………………………………………………………
2. Diagnosa
Keperawatan…………………………………………………………………………
3. Rencana
Keperawatan………………………………………………………………………….
4. Implementas…………………………………………………………………………..
5. Evaluasi……………………………………………………………………………….

BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan.………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………….

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………….

iii
BAB I PENDAHUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan menurut World Helat Organization (WHO, 2015) adalah keadaan fisik,mental,dan
sosial yang lengkap dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Salah satunya
pemersalahan kesehatan yang signifikan di dunia adalah masalah kesehatan jiwa. Kesehatan
jiwa merupakan suatu kondiis peraaan sejahtera secara subyektif suatu penilain diri tentang
perasaan mencak ip espek diri, kebugaran dan kemampuan pengedalian diri.

Kesehatan jiwa Merupakan kondisi ketika seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa memiliki rentang respon adaptif yang merupakan sehat jiwa,
masalah psikososial, dan respon maladaptif yaitu gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014).

Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2015) menyatakan hampir 450
juta penduduk dunia menderita masalah gangguan jiwa. Satu dari empat anggota keluarga
mengalami gangguan jiwa dan seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak
memperoleh perawatan dan pengobatan dengan tepat. Menerut WHO (2018), gangguan jiwa
berat dan kronis itu terjadi pada pasien skizifernia. Jumiah pasien. gangguan jiwa di dunia
lebih dari 23 juta orang di seluruh dunia tetepi tidak umum seperti banyak gangguan mental
lainnya, lebih sering terjadi pada laki laki berjumlah 12 juta orang dan perempuan 9 juta
orang. Gangguan jiwa mencapai 13 % dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan
akan mencapai menjadi 25 % ditahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh
diri, lebih dari 90 % dari 1 juta kasus bunuh diri setiap tahun nya akibat gangguan jiwa.
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala negatif
yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan dorongan atau kehendak. Gejala positif ya'tu
halusinasi, waham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang aneh (Videbeck, 2008).
Dari gejala tersebut. halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, lebih dari
90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep, 20.3).

Halusinasi merupakan kasus paling banyak terjadi pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami passien gangguan jiwa.
Pasien merasa sensasi berupa suara. pengliahatan, perabaan, pengecapan tanpa stimulus yang
nyata Keliat 2011)

Halusinasi bila tidak dilakukan tindakan perawatan yang baik dan efektif bisa menyebabkan
masalah yang berat, untuk menrunkan masalah tersebut salah satu tindakan yang dapat
diberikan adalah asuhan keperawatan da'am bentuk implementasi seperti strategi

1
pclanksanaan SP, sehingga diharpkan pasien mampu mengontrol halusinasi di perlukan
bantuan orang lain dan keluarga agar terwujudnya kesembuhan bagi pasien.

Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa sebab, bicara atau
tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat harus mempunyai
cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini harus
digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holatik pada asuhan klien. Peran perawat
dalam menangani halu inasi antara lain melakukan penerapan standar asuhan keperawatan,
terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk merawat klien dengan ha'usinasi.
Menurut Keliat (2007) Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi inencakup kegiatan
mengenal halusinasi, mengajarkan klien menghardik ha.usinasi, minum obat dengan teratur,
bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi munci 1, serta melakukan aktivitas
terjadwal untuk mencegah halusinasi (Afnuhari, 2015).
Penderita ganggan jiwa yang dirawat khususnya di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung tahun 2018 berjumlah 806 orang, pasien yang dirawat inap dengan data 631 orang
untuk skizofernia paranoid, skizofernia beberfrenik 69, pangguan mental organik 33,
gangguan skizoafektif YTT 21, gangguan siznia tipe depresi 14, pangguan skizoafektif tipe
campuran 14. skizofernia YTT 9, gangguan psikota dan polim rfik akut tanpa gejala
skizofornia 7, gngguan skunoaiektif tive manik 6, dimemais 2 (rekam medik 2018) Dan pads
tahun 2020 gangguan jiwa dengan diagnosa halisinasi di ruang rawat melsti sebanyak 35.76%

Berdasarkan data pada bulan Agustus tahun 2019 s.d Febuari tahun 2020 di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Lampung khususnya di ruang Nuri terdapat 96 pasien dengan 34 (35%)
pasien dengan halusinasi

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien yang mengalami gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung?

C. Tujuan
1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan klien yang mengalami halusinasi pendengaran di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provins. Lampung.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran di Rumah Sakit
.iwa Daerah Provinsi Lampung.
b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

2
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
d. Menyusun tahapan implementasi keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah Lampung.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami halusinasi pendengaran di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan
atau penghidu (Direja, 2011).

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan (Dalami, dkk, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata (Kusumawari, 2012).

2. Proses Terjadinya Halusinasi


Menurut Stuart (2007) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor predisposisi dan
faktor presipitasi ( Dalami, dkk, 2014):
a.Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Dalami, dkk. 2014):
1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi: Adanya faktor herediter mengalami gangguan
jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan
Napza. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
nerkembangan skizofrenia Lesi pada daerah frontal, imporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik

b) Bebrapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotrammitter yang berlebihan dan masalah-
masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofhenia.

4
c) Pembesaran ventisel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia. Pads anatomi otak kien dengan skimfrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depun dan atropi otak kecil (cerebellum).
Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi ginggaan orientasi
realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien adanya
kegagalan yang berularg. kurangnya kasih sayang, atau overprotektif
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik
sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo, 2014):
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu inasuk dalam otak yang inengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otakuntuk
diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku. Ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

3. Mekanisme Koping Halusinasi


Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi termasuk (Dalami, dkk, 2014):
a. Regresi, inenghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti pada
perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan
persepsi).

5
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis, reaksi
fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, misalnya menjauhi polusi,
sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusutan.Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut
(Kusumawati.2012) :
1) Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam
golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan,
rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun
dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya
dan suka menyendiri.

2) Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halu inasi menjadi menjijikkan.
Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya. Periliku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom
sepertipeningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasirya dan
tidak bisa membedakan realitas.

3) Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian har ya beberapa menit
atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi
perintah.

4) Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halu inasinya. Termasuk dalam
psikotik berat.

6
Karakteristik halusinasinya berubah menjadi mengancam menerintah, dan memirani klien.
Klien menjadi takut, tidak berdayz, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata
dengan orang lain di lingkungan
Perilaku klien perilaku teror akibat panik. potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak
mampu bere ponlebih dari satu orang

4. Rentang Respon Halusinas


Menurut Stuart dan Laraia (2005) halusinasi merupakan salah satu respon malacaptif individu
yang berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi paling
maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra
(pendengaran penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi
mempersepsilan suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Rentang respon tersebut dapat digambarkan sepertidibawah ini (Muhith, 2015):

Keterangan :
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu akan
dapat memecahkan masalah tersebut.Respon adaptif meliputi
1. Pikiran logis adalali pandangan yang mengarah pa Ja kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pardingan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli.
4. Perilaku sesuai adalah sikap dar tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan.

b. Respon psikososial meliputi:


1. Proses pikir terganggu yang menimbulkan gangguan
2. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang yang benar-benar terjadi
(objek ny sta) karena gangguan panca indra
3. Emosi berlebihan atau kurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk menghindari
interaksi dengan orang lain
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interkasi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain

7
c. Respon maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
ini meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita
atau tidak ada
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul darihat
4. Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebajtai
ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

5. Tanda Dan Gejala menurut Satrio, dkk (2019)


a. Mayor
 Subjektif:
mendengar suara bisikan atau melihat bayangan.
merasakan sesuatu melalu indra perabaan, penciuman dan pengecapan.

 Objektif:
Distorsi sensesori.
Respon. tidak sesuai.
Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba atau mencium sesuatu.

b. Minor
 Subejektif: menyakan kesal
 Objektif: menyendiri melamum, bekosentrasi buruk, alsorentasi waktu,tempat, orang
atau situasi, curiga berlebihan, melihat kesatu arah, mondar-mindir dan bicara sendiri

8
6. Pohon masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial deficit perawata diri

Defisit Pengetahuan

Koping Individu Tidak Efektif

7. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan: halusinasi
Diagnosis medis: skizofernia

8. Intervensi keperawatan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi Tujuan tindakan untuk klien meliputi
(Dermawan & Rusdi, 2013);
1. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Klien dapat mengontrol halt sinasinya
3. Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal

b. Intervensi
1. Membantu klien mengenali halusinasi
2. Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara berdiskusi dengan
klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar atau dilihat), waktu terjadi halusirasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon
klien saat halusiansi muncul
3. Melatih klien mengontrol halusinasi:
a) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi

9
Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul.
Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya, ini dapat dilakukan klien dan mampu mengendalikan diri dan
tidak mengikuti halusinasi yang muncul. mungkin halusinasi tetap ada namun dengan
kemampuan ini klien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi: menjelaskan cara meghardik halusinasi, memperagakan cara
menghardik, meminta klien memperagakan ulang. memantau penerapan cara ini, menguatkan
perilaku klien.

b) Strategi Pelaksanaan 2: menggunakan obat secara teratur mainpu mengontrol halusinasi


klien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan progam.
Kliengangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalamiputus obat sehingga
akifutnya klien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk itu klien perlu
dilatih menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.

c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain Mengontrol halusinasi dapat


juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang
lain maka terjadi distraksi fokus perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan dengan orang lain tersexut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk
mengontrol halus inasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

d) Strategi Pelaksanaan 4 melakukan aktivitas yang terjadwal Mengurangi risiko halusinasi


muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Beraktivitas
secara terjadwal klien tidak akan mengalami banyak waktuluang sendiri yangs eringkali
mencetuskan halusinasi. Untuk itu klien yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasi dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur
malam, tujuh hari dalam seminggu

B. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Halusinasi Pendengaran


(Rianingsih. T & Sholikah Maula M. 2021):
1. Pengkajian Keperawatun
Hasil pengkajian yang yakni klien inengatakan sering mendengar suara suara yang meminta
tolong seperti suara cewek yang pernah disukainya, suara seperti orangtua yang akan
melakukan tindakan mutilasi dan suara seperti aba-aba yang menyuruhnya untuk melakukan
tindakan seksual. Suara-suara muncul ketika pasien diam menyendiri, frekuensi suara
terdengar sangat keras, muncul secara terus menerus, dan respon klien ketika mendengar
suara tersebut kepala terasa sangat pusing juga seperti akan pingsan. Data objektif didapatkan
klien tampak bersikap scolah mendengar suara atau bisikan, tampak menyendiri, melamun.

10
2. Diagnosis keperawatan
Pada pohon masalah juga dijelaskan bahwa yang menjadi masalah utamanya (core problem)
yakni gangguan persepsi sensori dengan halusinasi pendengaran, yang disebabkan (cause)
kurena isolasi sosial dengan perilaku menarik diri, dan berdampak (effect) menjadi risiko
perilaku kekerasan dengan mencederai diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Yusuf,
dkk. 2015).

3. Intervesni rencana
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu pemberian terapi generalis strategi
pelaksanaan 1 sampai 4 yang di integrasikan dengan pemberian terapi psikoreligius dzikir
dalam waktu pemberian selama 5 hari berturut-turut, dengan pemberian terapi psikoreligius
dzikir yang dilakukan dalam waktu 15 menit setelah pelaksanaan sholat wajib dzuhur.

4. Implementasi Keperawatan
Dalam pengimplementasian salah satu jenis standar operasional prosedur (SOP) yang
digunakan untuk menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yaitu menggunakan
strategi pelaksanaan (SP). Secara keseluruhan implementasi dari hari pertama sampai ke lima
penulis mengimplementasikan rencana tindakan dengan pemberian terapi generalis SP 1
sampai 4 yang psikoreligius dzikir. dikombinasikan dengan terapi

11
PENGKAJIAN DASAR
IDENTITAS PASIEN
Tanggal pengkajian : 20 Maret 2023
Tanggal lahir : 13 Februari 1999
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda
Ruang rawat : Nuri
Status pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Umur : 24 tahun
B. Diagnosa medis
Skizofrenia Paranoid
ALASAN KE RUMAH SAKIT :
KELUHAN UTAMA SAAT DATANG KE RS ;
Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan gelisah,suka marah marah,sulit tidur, emosi
bicara sendiri.
KELUHAN SAAT PENGKAJIAN :
Pasien sudah tenang,tidak marah marah, pasien tampak gelisah,suka jalan jalan sendiri,
berbicara sendiri dan menyendiri
RIWAYAT KESEHATAN
Pernah dirawat : Pasien tidak pernah dirawat
2. Penyakit yang pernah dialami : Halusinasi
3. Riwayat operasi : Tidak ada
4. Riwayat alergi : Tidak ada
5. Riwayat penggunaan/ketergantungan obat/rokok/napza : Paien suka merokok , dalam satu
hari habis 16 batang
PENGKAJIAN DASAR
RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Iya, pasien pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu

12
2. Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil karena tidak dibawa ke rumah sakit jiwa
3. Riwayat kekerasan dan tindakan kriminal : Tidak ada
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Tidak ada
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

X
X

X
X X X

Pasien memiliki satu saudara perempuan, menurut keterangan ibu pasien bahwa ada pamanya
yang seperti pasien
PERSEPSI KESEHATAN
Pasien membantah dan dia berpura pura ia depresi, pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
sakit.
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan
PEMERIKSAAN FISIK
1. KELUHAN FISIK
Tidak ada keluhan fisik
TD : 130/80 mmHg Nadi : 84x/menit RR : 22X/menit Suhu : 36,2 C
2. Penilaian skala nyeri : Tidak ada
PSIKOSOSIAL
1. konsep diri

a. Citra tubuh : Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya mau melihat bagian tubuhnya

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

b. Identitas diri : Pasien seorang laki – laki , umur 24 tahun belum memiliki istri dan anak .

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

c. Peran : Sebelum sakit pasien tidak bekerja

13
Saat sakit : Pasien tidak bekerja.

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

d. Ideal diri : Pasien berharap dapat segera pulih dan segera pulang kerumah.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

e. Harga diri : klien merasa sakit hati dengan tetangganya dan di kucilkan di masyarakat

Masalah keperawatan : Harga diri rendah

2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan yann dialaminya sebagai ujian
b. Kegiatan ibadah : Klien melakukan kegiatan ibadah ( solat )

3. Hubungan sosial

• Orang yang berarti : keluarga

• Peran serta masyarakat : tidak ada

• Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat/ teman teman :

• Saat dirumah : Pasien tidak melakukan kegiatan kelompok / masyarakat

• Saat dirumah sakit : Pasien mengikuti kegiatan rehabilitas saat di RSJ tetapi pasien tampak
suka menyendiri

• Hambatan berhubungan dengan orang lain :

• Saat dirumah : Pasien mengatakan tidak ada hambatan dengan orang tua.

• Saat di rumah sakit : Pasien mengatakan merasa malu untuk bercakap cakap

Masalah kep : Harga diri rendah

H . status mental
1. PENAMPILAN

Bersih
 Tidak Rapih
cara berpakaian tidak seperti biasanya
tidak Rapih dan kotor
Penggunaan Pakaian tidak sesuai
Jelaskan : Penampilan klien tidak rapi rambut acak – acakan
Masalah keperawatan : Defisit perawatan Diri
2. Pembicaran
 Cepat
Jelaskan: gaya bicara pasien sesuai tapi cepat
Masalah keperawatan : tidak ada maslah keperawatan
3.Aktifitas motorik/perilaku

14
 Tegang
 Gelisah
TIK
Jelaskan : Klien mengaku gelisah dengan masalahnya
Masalah Keperawatan : Ansietas
4.Alam Perasaan
Sesuai Putus asa Sedih Merasa tidak mampu
 Marah
 Labil
Jelaskan : Pasien merasa ketakutan dan gelisah karena suara suara yang didengar
Masalah keperawatan: Ansietas
5.Interaksi Selama Wawancara
 Kooperatif
 Kontak mata kurang
Penjelasan : pada saat wawancara kontak mata klien kurang klien cenderung
menunduk
Masalah keperawatan : isolasi social

6. Afek
 Labil
penjelasan : emosi klien berubah ubah kadang senanag kadang murung
masalah keprawatan : resiko perilaku kekerasan

7. Presepsi
 Halusinasi
 Pendengaran
Penjelasan ; klien mengatakan mendengarkan suara suara tanpa wujud saat
sendirian
Masalah keperawatan : gangguan presepsi sendori : halusinasi gangguan
pendengaran
8. Proses fikir
 Sesui
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

9. Isi pikir
 Sesuai
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

15
10. Tingkat kesadaran
 Composmentis
Penjelasan : klien sadar penuh dengan GCS E4V5M6
masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka pendek
Penjelasan : klien lupa dengankejadian yang ia alami 1 minggu kemarin
Maslah keperawtan : gangguan pola fikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Konsentrasi baik
Penjelasan : klien menjawab beberapa pertanyaan dengan benar
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan
Gangguan ringan
Maslah keperawtan : gangguan pola pikir
14. Daya titik diri
Maslah keperawatan : tidak ada maslah keperawatan

I. PERSIAPAN PULANG / DISCARGE PLANNING


No. Komponen yang dibutuhkan Ya Tidak
1 Tempat tinggal √
2 Care Giver √
3 Layanan Kesehatan Masyarakat (puskesmas/cmhn) √
4 Group Support √

15. Aspek Medik


Diagnosa Medis : SKIZOFRENIA PARANOID
Terapi medis :
- THP 2x2mg
- RSPI 2x1mg
- DENOXALLE 1x250mg
- CP2 1x25g
- TIONPEMICOL 3x500mg

16
16. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Himatologi
- Hemoglobin 13,0
- Eritrosit 6,4
- Leukosit 9000
- Trombosit 390.000
- Hitung jenis leukosit
Basofil 0%
Eonisofil 0%
N. Batang 0%
N, Segmen 70%
- Limfosit 22%
- Monosit 8%
- Hematokrit 40%

Fungsi Hati
- SGOT 23U/L
- SGPT 11U/L

A. DATA FOKUS

DS :
- Klien bicara sendiri
- Klien mengaku mendengar suara bisikan
- Klien mengaku marah yang berlebihan
- Klien mengaku sulit tidur
- Klien mengaku ada masalah moral
- Klien mengaku sakit hati dengan temannya
- Klien mengaku gelisah

DO:
- Klien tampak waspada
- Klien sulit membuat keputusan
- Klien tampak labil
- Klien sering mengulang pembicaraan
- Klien tampak bingung

B. ANALIS DATA
1. GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
DS:
- Klien mengatakan mendengar suara bisikan
- Klien mengatakan merasa kesal
- Klien melihat bayangan tanpa wujud
DO :

17
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak waspada

2. RESIKO PERILAKU KEKERASAN


DS:
- Klien mengatakan jika kesal dan marah ingin melukai orang lain
DO :
- Klien selalu menunduk saat berinteraksi
- Klien tanpak kebingungan

3. ANSIETAS
DS:
- Klien mengatakan cemas
DO:
- Klien terlihat gelisah
- Klien tampak tegang dan berbicara cepat

4. DEFISIT PERAWATAN DIRI


DS:
- Klien mengatakan belom mandi dari tadi pagi
DO:
- Klien tanpak tidak rapi dan bau tidak sedap
- Gigi klien tanpak kotor

5. GANGGUAN PROSES PIKIR


DS:
- Klien mengatakan lupa dengan kejadian 1 minggu yang lalu
DO:
- Klien tanpak lama menjawab
- Klien tanpak mikir

18
POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial defisit perawatan diri

Gangguan Interaksi Sosial Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

Defisit Pengetahuan

Gangguan Memori

Prioritas masalah
Halusinasi pendengaran resiko perilaku kekerasan

19
Rencana Tindakan keperawatan
N Diagn Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
o. osis
1. Halusi Tujuan 2.setelah ..x pertemuan Identitas focus masalah
nasi umum : klien menunjukkan tanda- klien,dengan
klien tanda percaya kepada  sapa klien dengan
mampu perawat dan mengenali ramah bak verbal
mengntrol masalah yang maupun non verbal
halusinasi dialami,dengan kriteria  perkenalkan
yang  Ekspresi wwajah nama,nama panggilan
dialami bersahabat erawat dan tujuan
Tujuan  Menunjukkan rasa perawat beriinteraks
khusus senang  tanyakan da
Pertemuan  Ada kontak mata panggilan nama
pengkajian  Mau berkenalana kesukaan klien
Klien  Bersedia  tunjukkan sikap
mampu menceritakan empati,jujur dan
menujukka masalah yang menempati janji
n tanda- dialami setiap kali
tanda berinteraksi
percaya 1.setelah ..x pertemuan  tanyakan perasaan
kepada klien menjelaskan klien dan masalah
perawat halusinasi yang dialami yang dialami klien
dan dengan kriteria :  buat kontrak interaksi
mengenali  Menceritakan isi yang jelas
masalah halusinasi yang  beri perhatian kepada
yang dialami klien dan perhatian
dialami  Menceritakan waktu kebutuhan ddasar
Pertemuan halusianasi yang klien
1 dialami  dengarkan dengan
Klien penuh perhatian
 menceritakan
mampu ungkapkan masalah
frekuensi halusinasi
mengident klien
yag dialami
ifikasi
 menceritakan siuasi Bantu klien mengidentifikasi
halusinasi
halsinasi yang halusinnasi:
dan
dialami
mampu  Ada konak sering dan
 menceritakan situasi singkat secara
mengendal
ikan halusinasi yang bertahap
halusinasi dialami
 Observasi tingkah
yang  menceritaka laku klien terkait
dialami perasaan dan respon denga halusinasinya
dengan dari halusinasi yang (*dengar/lihat/penghi

20
Latihan dialami du/raba/kecap),jika
menghardi 2.setalah..x pertemuan menemukan klien
k klien mengendalikan yang sudah
Pertemuan halusinasi yang dialami halusinasi:
2 dengan latihan  Tanyakan apakah
Klien menghardik ,dengan latihan klien mengalam
mampu menghardik,dengan sesuatu (halusinasi
mengendal krieria : dengar/lihat/penghidu
ikan  menutup keduan /raaba/kecap)
halusinasi telinga  Jika klien menjawab
yang  memejamkan mata ya, tanyakan apa
dialami  melawan yang sedang
dengan halusianasi yang dialaminya
memafaatk dialami dengan  Katakana bahwa
an obat menghardik perawat
Pertemuan 1.setelah..xpertemuan klien percayaklien
3 engendalikan halusinasi megalami hal
Klien yang dialan dengan atihan tersebut, namunn
mampu memanfaatkanobat dengan perawat sendiri tidak
mengendal kriteria : mengalaminya( deng
ikan  mengungkapkan an nada bersahabat
halsinansi prinsip 6 benar obat tanpa menuduh atau
yang  menjelaskan prinsip menghakimi)
dialam :benar,pasien,obat,d  Katakan bahwa ada
dengan osis,waktu,cara klien yang
cara  mengungkapkan mengalami hal yang
verbal/ber kontinuitas minum sama.
cakap- obat dan  Katakan bahwa
cakap pengobatan perawat akan
Pertemuan membantu klieen
4 1.setelah..x pertemua klien  Jika klien tidak
Klien mengendalikan halusinasi sedang berhalusinasi
mampu yag ddiaami dengan klarifikasi tentang
mengendal Latihan cara fisik,dengan adanya pengalaman
ika kriteria: halusinasi,di
halusinasi  mengungkapkan diskusikan dengan
yang halusinasi yang klien:
dialami muncul kepada  Isi, waktu dan
dengan orang lain (sesaa frekuensi terjadinya
cara klien,perawatan halusinasi( pagi,siang
Latihan anggota keluara ) ,sore,malem atau
kegiatan  bercakap-cakap sering kadang-
terjadwal
dengan sesame kadang)
Pertemuan
klien  Situasi dan konndisi
5 dst
 bercakap-cakap yang meimbulkan
klien
Deegan perawatan atau tidak
mampu
anggota keluarga menimbulkan
mengendal
 meminta halusinasi
ikan
halusinasi perawat/sesame  Perasaan dan respon

21
yang klien/anggota waktu halusinasi
dialami keluarga muncul
menyapa/mengajak Latih klien mengendalikan
bercakap-cakap halusinasi dengan
menghardik
1.setelah..x perteua klien  Diskusikan cara yang
mengendalikan halusinasi yang digunakan
yang dialami dengan klien( membiarkan,
Latihan cara tidur, mrah,
spiritual ,dengan kriteria : menyibukkkan diri,
 mengungkapkan dll)
kegiatan aktivitas  Jika cara yang
sehari-hari dari digunakan adaptif
bangun tidur sampai beri pujian.
tidur lagi  Jika cara yang
 mengisi kegiatan digunakan
yang bisa maladaptive
dilakukan pada diskusikan kerugian
waktu halusinasi cara tersebut
muncul  Jelaskan cara
 memilih kegiatan mengontrol
dan mempraktekkan halusinasi: Hardik,
kegiatan untuk obat, bercakap-cakap,
mengendalikan melakukan kegiatan
halusinasi muncul  Diskusikan cara baru
 memilih kegiatan untuk memutuskan/
dan mempraktekkan mengontrol
kegiatan untuk timbulnya halusinasi;
mengeendalikan katakan pada diri
halusinasi sendiri bahwa ini
tidak nyata (“saya
1. setelah..x tidak mau
pertemuan klien dengar/lihat/pengidu/
pertemuan klien raba/kecap pada saat
mengendalikan halusinasi terjadi)
halusinasi yang  Menghardik sambal
dialami dengan tutup mata dan tutup
Latihan cara telinga
fisik,obat,verbal dan  Anjurkan klien
spiritual ,dengan menggunakan cara
kriteria: yang sudah dilatih
 mempraktek saat halusinasi
kan Latihan muncul
menghardik  Masukkan pada
 mempraktek jadwal kegiatan
kan Latihan untuk Latihan
obat menghardik
 memparktek Latih klien mengendalikan
kan halusinasi dengan
bercakap-

22
cakap memanfaatkan obat
 mempraktek  Evaluasi kegiatan
ka aktivitas latihan menghardik.
terjadwal Beri pujian
 latih cara mengontrol
halusinasi dengan
obat(jeaskan 6 benar:
pasien, obat, dosis,
waktu, cara dan
kontinuitas minum
obat)
 Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk Latihan
menghardik dan
minum obat

Latih klien mengendalikan


dengan cara berckap-
cakap
 Evaluasi kegiatan
Latihan
menghardik&obat.
Beri pujian
 Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap saat
terjadi halusinnasi
 Menemui orang
lain(perawat
/teman/anggota
keluarga)untuk
mengceritakan
tentang
halusinasinya.
 Meminta
perawat/teman/anggo
ta keluarga
menyapa/mengajak
bercakap-cakap saat
halusinasi muncul
 Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk Latihan
menghardik, minum
obat dan bercakap-
cakap

Latih klien mengendalikan

23
hausinasi dengan cara
kegiatan terjadwal
 Evaluasi kegiatan
Latihan
menghardikk&obat&
bercakp-cakap. Beri
pujian
 Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
melakukan kegatan
harian (mulai 2
kegiatan)
 Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari
yang telah di susun
 Masukkan pada
jadwal kegiatan
untuk Latihan
menghardik minum
obat , bercakap-cakap
dan kegiatan harian

Latih klien mengendalikan


halusinasi dengan cara
menghardik & obat &
bercakap-cakap &
kegiatan terjadwal.
 Evaluasi kegiatan
Latihan menghardik
& obat & bercakap-
cakap & kegiatan
terjadwal. Beri pujian
 Nillai kemampuan
yang sudah mandiri
 Nilai apakah
halusinasi sudah
terkontrol.

24
Tangg Profesionalpe Hasil asesmenpasien dan Instruksi PPA
al/jam mberiasuhan pemberianlayanan termasukpascabedah
14-03- Perawat S:-Pasien -identifikasihalisinasi,isi ,
2022 mengatakanmasihseringmelihatb frekuensi,waktuterjadi,
ayanganbayangantanpawujud strukturpencetusperasaanrespo
- n
pasienmengatakanmendengarsua -
rasuaratanpaadanyawujud identifikasipenyebabtandageja
- laRPK,yangdilakukanakibat
klienmengatakansulittidakbisatid RPK
ur
O:-kontak
mataklienmudahberalih
-
klientampakseringberbicarasendi
ri
-
ekspresiklientampakberubahuba
h
A:-Halisunasi
-Resikoperilakukekerasan
P:-pertemuan 1 halusinasi

15-03- Perawat S:- -


2022 pasienmengatakanmasihmenden Latihhalusinasidengancaramen
garsuara-suaraaneh ghardik
- -Latih RPK
pasienmengatakanmasihseringm dengancaratariknafasdalam
alihatbayangananeh dan pukulbantal
-pasienmengatakan mandi -Anjurkan mandi 2x sehari
seharisekali
O:-pasien tampakbingung
-Tatapanpasientampaktajam
-gigipasientampakkuning
A:-Halusinasi
-Resikoperilakukekerasan
-Defisitperawatandiri
P:pertemuan 1
halusinasi,RPK,DPD
16-03- Perawat S:-Klien -
2022 mengatakanmasihmendengarsua Latihhalusinasidengancaramen
ra-suaratanpawujud ghardik
- -Latih RPK
Klienmengatakanmelihatbayang dengancaratariknafasdalan dan
an-Bayangan yang aneh pukulbantal dan kasur
-klienmengatakansulittidur
O:-Bingung emosilabil
-Tatapanmudahteralih
-Pasientampakbicarasendiri
- pasientampakmondar mandir
P: Pertemuan 1 halusinasi, RPK
17-03- Perawat S:-pasien mengatakansulittidur -
2022 - LatihHalusinasidenganminum
paseinmengatakanmasihmenden obat dan menerapkan 6 benar
garsuara-suara -Latih RPK denganminumobat
O:-Bingung,emosi labil dan menerapkan 6 benar
-Tampakbicarasendiri25
A: -Halusinasi
-RPK
P: pertemuan 2 Halusinasi,Rpk
18-03- Perawat S:-Klien -Latih RPK dengancara verbal
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2022 klien didapatkan
keluhan yang di rasakan partisipan mengatakan masih mendengar suara suara seperti
menakuti dan menyerukan untuk melakukan kekerasan.
Klien mengatakan mendengar suara-suara tersebut ketika klien sedang duduk sendirian dan
melamun. Klien mengatakan sangat terganggu dengan suara-suara yang terdengar.

Menurut Puskdiklatnakes (2012) tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi
terhadap klien serta ungkapan partisipan seperti partisipan mengatakan mendengar suara-
suara atau kegaduhan, mendengar suara-suara yang mengajak Bercakap-cakap, mendengar
suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat bayangan, sinar, bentuk
geometris dan melihat hantu

Menurut Afnuhazi (2015) hubungan sosial partisipan dengan halusinasi kurang dihargai di
lingkungan dan keluarga. Spritual nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa
dipandang tidak sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelum nya, saat sakit ibadah ibadah terganggu atau sangat
berlebihan

2. Diagnosa keperawatan

Hasil penelitian klien ditemukan dua diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan pertama
adalah gangguan persepsi Sensori : halusinasi pendengaran, ditandai dengan partisipan
mengatakan ada mendengar suara-suara tanpa wujud, menakuti, klien tampak bingung,
tertawa sendiri, bicara sendiri, mondar-mandir. Diagnosa kedua adalah resiko perilaku
kekerasan ditandai dengan klien mengatakan susah untuk mengontrol rasa marah apabila ada
yang membuat klien emosi, dan klien pernah memukul tetangganya, klien pernah merusak
barang yang ada disekitarnya, klien tampak berbicara keras dan cepat, klien tampak mudah
tersinggung dan curiga kepada orang lain.

Menurut Dalami, dkk (2014) masalah keperawatan yang didapat pada klien dengan gangguan
persepsi Sensori halusinasi adalah resiko perilaku kekerasan, gangguan persepsi sensori
halusinasi

26
3. Rencana keperawatan

Hasil penelitian pada kedua kasus kelolaan untuk diagnosa gangguan persepsi Sensori :
halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya pada klien, identifikasi : halusinasi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus perasaan, respon, latihan strategi pelaksanaan untuk
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur, latihan cara menghardik,
latihan cara Bercakap-cakap, dan latihan dengan melakukan aktivitas sehari-hari.

Menurut Keliat, (2007) intervensi keperawatan yang diberikan pada klien halusinasi yaitu
membantu klien mengenali halusinasi, melatih partisipan mengontrol halusinasi, strategi
pelaksanaan 1 latihan cara menghardik halusinasi, strategi pelaksanaan 2 minum obat secara
teratur, strategi pelaksanaan 3 latihan Bercakap-cakap dengan orang lain, strategi pelaksanaan
4 melakukan aktivitas sehari-hari

4. Implementasi

Berdasarkan hasil penelitian pada kasus kelolaan untuk diagnosa keperawatan pertama
gangguan persepsi Sensori : halusinasi pendengaran yaitu membina hubungan saling percaya
pada klien dan keluarga, melakukan identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon klien serta masalah yang dirasakan melakukan latihan strategi
pelaksanaan 1, untuk mengontrol halusinasi pada klien dengan latihan menghardik,
melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 halusinasi pada klien dengan cara minum obat
secara teratur. Melakukan latihan strategi pelaksanaan 2 halusinasi pada klien dengan cara
minum obat secara teratur, melakukan latihan strategi pelaksanaan 3 halusinasi, pada klien
dengan cara bercakap-cakap melakukan latihan strategi pelaksanaan 4 halusinasi dengan cara
melakukan aktivitas sehari-hari

Berdasarkan hasil penelitian Anggraini, dkk (2013) tentang pengaruh menghardik terhadap
penurunan tingkat halusinasi dengar pada pasien skizofrenia, terapi menghardik dengan
menutup telinga responden mengalami penurunan tingkat halusinasi dengar, hal ini
dikarenakan pada saat responden menutup telinga Saat melakukan terapi menghardik
responden menjadi lebih fokus dan berkonsentrasi pada halusinasinya, sehingga dianjurkan
untuk para perawat di rumah sakit agar menggunakan terapi menghardik dengan menutup
telinga karena hasilnya akan lebih baik

Menurut Djunaedi & Yitnamurti (2008 dikutip dalam nie Made, dkk 2011) aktivitas ini
bertujuan untuk memberikan motivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan serta
mengalihkan perhatian pasien dari halusinasi yang dialami sehingga pikiran tidak terfokus
dengan halusinasi.

27
Rata-rata penderita gangguan jiwa dengan masalah diagnosa utama halusinasi pendengaran
yang menjalani pengobatan di RSJ, adalah berjenis kelamin laki-laki dimana sering terjadi
perubahan peran dan adanya penurunan interaksi sosial serta karena kehilangan pekerjaan.
Hal inilah yang menyebabkan laki-laki lebih rentan untuk mengalami gangguan mental
hingga sampai depresi. (Damayanti, Jumaini & Utami 2014)

5. Evaluasi

Berdasarkan hasil penelitian pada klien pertama untuk evaluasi keperawatan diagnosa
pertama yaitu gangguan persepsi Sensori : halusinasi pendengaran setelah dilakukan
kunjungan sebanyak lima kali klien dan keluarga mampu membina hubungan saling percaya
antara mahasiswa dan klien. Klien bersedia menceritakan tentang masalah yang dialami nya
mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan tindakan yang dilakukan klien
untuk mengontrol suara-suara yang didengarnya serta penyelesaian masalah keluarga dalam
merawat klien. Klien mampu mengetahui obat-obatan dan kegunaan obat-obatan yang
diminumnya serta mengetahui cara minum obat yang benar dan melakukan minum obat
secara teratur dan dilakukan mandiri, partisipan dan keluarga mampu mengontrol halusinasi
nya dengan melakukan cara bercakap-cakap dengan orang disekitarnya, partisipan mampu
mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyapu, dan
melakukan hobinya bermain gitar dan bernyanyi dilakukan secara mandiri dan bernyanyi
dilakukan secara mandiri dan dimasukan ke dalam jadwal harian

28
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan sampai dengan evaluasi pasien dengan masalah
keperawatan halusinasi pada tanggal 14 Maret 2022 dapat disimpulkan :

1. Dari hasil pengkajian kepada klien didapatkan hasil bahwa klien mengalami halusinasi
pendengaran, halusinasi pendengaran didapatkan data bahwa klien sering mendengar suara-
suara bisikan tanpa ada wujudnya yang menyuruh untuk memukul tetangganya, merusak
barang yang ada disekitarnya dan memanggil-manggil nama klien sehingga membuat klien
merasa marah dan klien selalu merasa sendiri, jika sendiri akan lebih bebas.

2. Dari hasil analisa data klien didapatkan data klien didapatkan diagnosa keperawatan
dengan masalah utama halusinasi (pendengaran), kemudian masalah keperawatan lainya yaitu
resiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Intervensi keperawatan diberikan berdasarkan
pada matriks pedoman keperawatan SDKI, SIKI, SLKI.

3. Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan dan catatan perkembangan pasien


terintegrasi (CPPT)

4. Dari hasil analisa pengkajian pada asuhan keperawatan dan teori terdapat banyak
kesamaan seperti tanda gejala sampai dengan diagnosa yang muncul.

B. Saran
1. Perawat sebagai seorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien perlu
melakukan komunikasi terapeutik dengan baik agar terciptanya hubungan saling percaya
antara klien dengan perawat,

2. Untuk rumah sakit jiwa diharapkan bisa menambah fasilitas dan senantiasa menciptakan
lingkungan yang terapeutik guna mempercepat kesembuhan klien

29

Anda mungkin juga menyukai