Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDRI.

S DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

ARINI APRILIANI R. DUNGGIO, S.KEP (170300543)


WIDIYA NATALIA, S.KEP (170300549)
NANA KARNA, S.KEP (170300433)
PUTRA TRI SANDHY, S.KEP (170300536)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Sdri. S Dengan Gangguan


Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Di Ruang
Srikandi Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(Mulyanti, S.Kep., Ns.,MPH) (Nevine Aryani, S.Kep.,Ns)

Preseptor

(Yonni Priyanto, S.Kep., Ns, M. Kep, Sp. Kep J)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i


LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………... ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Tujuan ……………………………………………………………... 2
BAB II. TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi …………………………………………………………… 3
B. Rentang respon…………..………………………………………... 3
C. Fase-Fase Halusinasi ………………………………………... 6
D. Faktor Presipitasi Waham ………………………………………… 6
E. Etiologi ………………………………………… 6
F. Tanda Dan Gejala ………………………………………………… 7
G. Jenis-Jenis Halusinasi …………………………………………... 8
H. Pohon Masalah …………………………………………… 9
I. Tanda Dan Gejala………………………………………………….. 9
J. Penatalaksanaan……………………………………………………
K. Asuhan Keperawatan Halusinasi….……………………………….. 10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien …………………………………………………….. 12
II. Alasan Masuk ……………………………………………………... 12
III. Faktor predisposisi………………………………………………… 12
IV. Fisik ……………………………………………………….............. 13
V. Psikososial ……………………………………………………….... 13
VI. Status Mental ……………………………………………………… 15
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang ……………………………………… 16
VIII. Mekanisme Koping ……………………………………………….. 17
IX. Masalah Psikososial Dan Lingkungan ……………………………. 18
X. Pengetahuan Kurang Tentang …………………………………….. 18
XI. Aspek Medik ……………………………………………………… 18
XII. Daftar Diagnosa Keperawatan ……………………………………. 19
XIII. Analisa Data ………………………………………………………. 20
XIV. Intervensi ………………………………………………………...... 21
XV. Implementasi Dan Evaluasi ……………………………………….. 26
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Jurnal ……………………………………………………... 31
B. Pembahasan……………………………………………………....... 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………... 38
B. Saran ………………………………………………………………. 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuntutan dan masalah hidup yang semakin meningkat serta
perkembangan teknologi yang pesat menjadi stressor pada kehidupan
manusia. Jika individu tidak mampu melakukan koping dengan adaptif, maka
individu beresiko mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa
merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku seseorang sehingga
menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan
jiwa disebabkan karena gangguan fungsi sel-sel syaraf di otak, dapat berupa
kekurangan maupun kelebihan neutrotransmiter atau substansi tertentu
(Febrida, 2007).
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial
(Depkes RI, 2010). Gangguan jiwa atau mental illenes adalah kesulitan yang
harus dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain,
kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap
dirinya sendiri (Budiman, 2010). Gangguan jiwa merupakan gangguan alam :
cara pikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective, tindakan
(psychomotor) (Maramis, 2010).
Halusinasi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa yang menjadi
penyebab seseorang dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Berdasarkan data yang
diperoleh di ruang inap pasien jiwa Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal periode
bulan Mei 2014, pasien yang dirawat di ruang Pavilliun Flamboyan di
dapatkan dari 13 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 7 pasien
mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yang rata-rata
berumur antara antara 23 tahun sampai 65 tahun.
Pasien dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan
dampak yang buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan
disekitarnya, karena pasien dengan halusinasi akan kehilangan kontrol
dirinya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri(suicide),
membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang
optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapinya dengan memberikan
penatalaksanaan untuk mengatasi halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan
antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan
farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan antipsikotik.
Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat meliputi
pemberian terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Peran perawat dalam menangani halusinasi di rumah sakit salah
satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup
penerapan strategi pelaksanaan halusinasi. Strategi pelaksanaan adalah
penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien
yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.
Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan pasien menghardik halusinasi, bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi muncul, melakukan aktivitas terjadwal
untuk mencegah halusinasi, serta minum obat dengan teratur (Akemat dan
Keliat, 2010).
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk Indonesia. Menurut data dari World Health
Organization (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang
terkena dimensia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6
% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa
berat seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7
per 1.000 penduduk.
Data Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan DIY
memiliki prevalensi gangguan jiwa berat 2,7 per mil. Kulon Progo
menempati kasus teratas dengan prevalensi 4,67 %, disusul Bantul 4,0 %,
Kota Yogyakarta 2,14 %, Gunung Kidul 2,05 % dan Sleman 1,52 %.
Walaupun berada diposisi keempat, namun Gunung Kidul memiliki banyak
kasus gangguan jiwa yang tidak terungkap.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk melakukan asuhan
keperawatan pada Sdri. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di Ruang Srikandi RSJ Grhasia Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu malaksanakan pengkajian data pada klien dengan masalah
utama halusinasi pendengaran
b. Mampu menganalisa hasil pengkajian pada klien dengan masalah
utama halusinasi pendengaran.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
masalah utama halusinasi pendengaran.
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
masalah utama halusinasi pendengaran.
e. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada
klien dengan masalah halusinasi pendengaran.
f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan
masalah utama halusinasi pendengaran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Halusinasi Pendengaran


Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah
tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar (Yosep, 2011). Halusinasi
menurut Keliat dan Akemat, (2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi
palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau
pendengaran.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering adalah
suara orang, berbicara kepada klien atau membicarakan klien. Mungkin ada
satu atau banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal atau tidak
dikenal. Berbentuk halusinasi perintah yaitu suara yang menyuruh klien untuk
mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri atau orang lain
dan di anggap berbahaya (Videbeck, 2008).
Berdasarkan beberapa pengertian dari halusinasi di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap
stimulus dari luar tanpa adanya obyek yang nyata. Sedangkan halusinasi
pendengaran adalah dimana klien mendengarkan suara, terutama suara-suara
orang yang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal yang kemudian direalisasikan
oleh klien dengan tindakan.
B. Fase-Fase Halusinasi
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini dipengaruhi
oleh intensitas keparahan dan respon individu dalam menanggapi adanya
rangsangan dari luar. Menurut Direja, (2011) Halusinasi berkembang melalui
empat fase yaitufase comforting, fase condemming, fase controlling, dan fase
conquering. Adapun penjelasan yang lebih detail dari keempat fase tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik atau sifat :
Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan. klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara. Perilaku klien yaitu tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan
suka menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakterisktik atau Sifat :
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku Klien :
Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan
tidak bisa membedakan realitas.
3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakterisktik atau Sifat :
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku Klien :
Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik, Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya.Termasuk dalam psikotik berat.
Karakterisktik atau Sifat :
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi
klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku Klien :
Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

C. Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep, (2011) ada beberapa faktor penyebab terjadinya
gangguan halusinasi, yaitu faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia,
psikologis, genetic dan poala asuh. Adapun penjelasan yang lebih detail
dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkuanganya sejak
bayi (Unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkunagannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogik neurokimia
seperti Buffofenon danDimetytranferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
Misalnya terjadi ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua Skizofrenia cenderung mengalamiSkizofrenia. Hasil studi
menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart, (2007) ada beberapa faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis, faktor stress
lingkungan, dan faktor sumber koping. Adapun penjelasan yang lebih
detail dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :

a. Faktor Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Faktor Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Faktor Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

D. Faktor Presipitasi Halusinasi


1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan.
2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
3. Adanya gejala pemicu

Rentang Respon Halusinasi :

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Proses piker Gangguan proses pikir :waham


Persepsi akurat Kadang ilusi PSP : halusinasi
Emosi konsisten Emosi +/- Kerusakan emosi
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial terorganisir
LA

PORAN PENDAHULUAN WAHAM


E. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Videbeck, (2008) ada beberapa tanda dan gejala pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilihat dari data
subyektif dan data obyektif klien, yaitu :
1. Data Subyektif :
a. Mendengar suara atau bunyi.
b. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
c. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
d. Mendengar seseorang yang sudah meninggal.
e. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain bahkan
suara lain yang membahayakan.
2. Data Obyektif :
a. Mengarahkan telinga pada sumber suara
b. Bicara sendiri
c. Tertawa sendiri
d. Marah-marah tanpa sebab
e. Menutup telinga
f. Mulut komat-kamit
g. Ada gerakan tangan

F. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart, (2007) jenis-jenis halusinasi dibedakan menjadi 7
yaitu Halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan,
senestetik, dan kinestetik. Adapun penjelasan yang lebih detail adalah sebagai
berikut :
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai
klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar yaitu pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang
kadang-kadang berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar karton, atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang
menakutkan seperti monster.
3. Halusinasi Penciuman
Karakteristik : Mencium bau-bau seperti darah, urine, feses, umumnya
bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan dimensia.
4. Halusinasi Pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikan
seperti darah, urine, atau feses.
5. Halusinasi Perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
6. Halusinasi Senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.

G. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Akibat)

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi


(Core Problem)

Isolasi social : Menarik Diri


(Penyebab)

H. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Townsend, (2003) ada dua jenis penatalaksanaan yaitu
sebagai berikut :
Terapi Farmakologi
a. Haloperidol (HLP)
1) Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon.
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas
dan masalah prilaku berat pada anak-anak.
3) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, tampak menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi
reticular otak, mesenfalon dan batang otak.
4) Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum
tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak
dibawah usia 3 tahun.
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia.
b. Chlorpromazin
1) Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetik.
2) Indikasi
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada
gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak
hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja antipsiotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya,
namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik.
Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada
ganglia basal, hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.
4) Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum
tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak
usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik,
hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.
c. Trihexypenidil (THP)
1) Klasifikasi antiparkinson
2) IndikasiSegala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan
dengan obat antiparkinson

3) Mekanisme kerja
Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan
asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps
untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.
4) Kontra indikasi
Hipersensitifitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup, hipertropi
prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek samping
Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan
muntah.
Terapi non Farmakologi
a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori
Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b. Elektro Convulsif Therapy (ECT)
Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan
kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun
dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan
Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.
c. Pengekangan atau pengikatan
Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti
manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei
pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya,cara
ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku
kekerasan diantaranya : marah-marah/mengamuk.

I. Asuhan Keperawatan Halusinasi


A. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Data Yang Perlu Dikaji
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Data Subjektif :
 Klien mengatakan kesal atau benci terhadap seseorang
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah
 Riwayat prilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai, berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri / orang lain
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
 Merusak dan melempar barang – barang
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Data Subjektif :
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulasi nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasakan makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara / gambar / bunyi yang dilihat dan
didengar
 Klien ingin memukul / melempar barang – barang
Data Objektif :
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar / melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah – tengah kalimat untuk
mendengar sesuatu
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Data Subjektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa –
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, binggung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri
hidup, apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang, aktivitas
menurun, menolak berhubungan, kurang memperhatikan
kebersihan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Ruang Rawat : Wisma Srikandi Tanggal Dirawat : 13 Oktober 2018


Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2018
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Sdri. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Informan : Klien, Keluarga dan Rekam Medik
Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2018

II. ALASAN MASUK


Keluarga klien mengatakan klien dibawa ke RSJ Grahasia karena klien
sering keluyuran, mencegat orang lewat, telanjang, marah-marah,
mengamuk, bicara sendiri, senyum-senyum sendiri, klien juga sering
melihat hal-hal yang tidak berwujud.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?
Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya yaitu ±
8 tahun yang lalu.
2. Pengobataan sebelumnya
Pengobatan terakhir tidak berhasil, karena klien tidak minum obat ± 3
bulan
3. Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Keluarga klien mengatakan Ayah klien menyalami keterbelakangan
mental, jarang berkomunikasi dengan orang, hal tersebut mulai terjadi
sejak ± 3 tahun yang lalu.
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien pernah mengalami kekerasan fisik berupa penganiayaan oleh
orang lain.
IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 100/72 mmHg N : 94x/menit
S : 36,2 R : 20x/menit
2. Ukur
TB : 150 cm BB : 45 kg
3. Keluhan Fisik : Tidak ada

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Keterangan :

: Laki – Laki :Garis Keturunan

: Perempuan: :Tinggal Serumah

: Meninggal Dunia : Klien


2. Konsep Diri :
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan tubuhnya sehat, dan merasa puas dengan semua
bagian tubuhnya dan yang disukai adalah rambutnya.
b. Identitas
Klien seorang perempuan berusia 28 tahun, belum menikah, dan
belum bekerja.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dirinya merupakan anak bungsu, dan
sangat di saying oleh kakanya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin bertemu keluarga bersama ibu dan
kakaknya.
e. Harga Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak bisa berkumpul lagi dengan
keluarganya.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Ibu dan kakaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Klien tidak
pernah ikut berkumpul dengan masyarakat di sekitar lingkungannya,
karena ibunya tidak mengijinkan klien keluar berkumpul dengan
tetangganya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien menjaga
jarak dan kurang bersosialisasi dengan orang sekitar.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Pasien beragama islam, dan klien mengatakan
melaksanakan ibadah pada waktunya.
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan pada malam hari klien biasanya
melaksanakan sholat tahajud.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tanpak rapi dan bersih selama dirumah sakit menggunakan
seragam RSJ warna kuning, tampak rapi dan rambut klien terikat.
2. Pembicaraan
Pada saat pengkajian klien menggunakan Bahasa Indonesia, klien
terkadang tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. Klien terkadang
menjawab tidak tau ketika diberi pertanyaan. Klien mulai terbuka ketika
diajak bercerita di tempat yang tenang.
3. Aktivitas Motorik
Klien terkadang melamun duduk sendiri di ditempat makan dan ruang
tempat tidur dan jarang mengobrol dengan temannya. Klien tampak
sering berbaring di tempat tidurnya dan tidak melakukan aktivitas.
4. Alam Perasaan
Saat pengkajian klien tampak tidak tenang ketika duduk dan diajak
berkomunikasi, klien sering bergerak-gerak maju mundur dan
memainkan tangannya. Klien mengatakan takut dan sedih ingin lekas
pulang bertemu keluarga. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak bisa
ketemu dan bermain dengan kakanya dan membantu orang tuanya
dirumah selama di rawat di RSJ.
5. Afek
Ekspresi wajah klien tumpul, klien memberikan respon ketika diberi
pertanyaan.
6. Interaksi Selama Wawancara
Klien tidak cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan saat wawancara, klien sering menjawab dengan singkat dan
kadang ketika diberi pertanyaan klien menjawab tidak tau. Klien tidak
mempertahankan kontak mata dengan perawat.
7. Persepsi
Pasien mengatakan masih melihat hal-hal aneh, tetapi klien tidak
mengatakan bagaimana wujud yang telah dilihatnya.
8. Proses Pikir
Klien selalu berusaha untuk mengentikan pembicaraan. Klien masih
belum terbuka ketika ditanyakan hal-hal yang bersifat pribadi.
9. Isi pikiran
Isi pemikiran klien tidak logis, klien mengatakan merasa takut karena
klien dibawa dengan paksa ke RSJ oleh orang-orang.
10. Tingkat Kesadaran
Saat pengkajian kesadaran baik. Klien dapat menyebutkan nama, alamat,
jumlah saudara. Klien tahu orang yang diajak bicara adalah perawat,
klien juga mengetahui dimana dia berada saat ini, tetapi klien
mengalami disorientasi waktu, dimana klien mengatakan bahwa jam 9
pagi merupakan jam 9 sore.
11. Memori
Pasien mengalami gangguan memori, klien mengatakan tidak ingat baik
siapa yang mengantarnya ke RSJ. Klien hanya mengetahui bahwa
dirinya dipaksa masuk ke RSJ.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mengalami gangguan kemampuan pada tingkat konsentrasi dan
tidak cukup focus menjawab pertanyaan perawat dan klien mampu
berhitung yaitu klien mampu menyebutkan hasil tambah, pengurangan
dan perkalian.
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu melakukan penilaian. Ketika ditanya klien memilih makan
dulu atau mandi dulu, klien memilih untuk makan dulu baru mandi.
14. Daya Tilik Diri
Klien tidak mengingkari bahwa dirinya sakit.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Klien mampu makan secara mandiri dan teratur 3x sehari, klien selalu
menghabiskan makanannya, dan makan bersama teman-teman lainnya.
2. BAB/BAK
Klien mampu BAB/BAK secara mandiri, BAB 1 kali sehari dan BAK 3
kali sehari.
3. Mandi
Klien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari pagi dan sore, klien
biasanya keramas ketika mandi, klien jarang gosok gigi. Klien tampak
rapi.
4. Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan memakai seragam dari RSJ Grhasia secara mandiri.
5. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan selalu merasa mengantuk dan ingin tidur terus, pada
malam hari klien mengatakan bangun pada malam hari untuk sholat
tahajud, kemudian tidur lagi dan bangun kembali pada pagi hari. Saat
pengkajian klien tampak mengantuk dan menguap.
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan rutin minum obat, ada 3 jenis obat yang biasa di
minum di waktu pagi dan sore hari.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan kalau sudah keluar dari RSJ, akan rajin minum obat
dan rutin kontrol agar tidak kambuh.
8. Kegiatan Di dalam Rumah
Klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit klien akan membantu
ibunya dirumah dan bermain bersama kakanya.
9. Kegiatan Di Luar Rumah
Klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit klien ingin membuat
kerajinan sapu kembali.

VIII. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping pasien maladaptif dimana pasien mengalami perubahan
isi pikir yang tidak sesuai dengan realita (halusinasi penglihatan), reaksi
kurang dan meyakinkan serta mempertahankan pendapatnya sesuai dengan
isi pikiranya, pasien tidak banyak bicara kepada orang saat diajak ngobrol.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien mengatakan bahwa merasa takut pada orang-orang, klien juga
mengatakan tidak tinggal serumah dengan bapaknya, dan hal tersebut
membuat klien tidak begitu banyak bercerita tentang bapaknya. Keluarga
klien mengatakan bahwa kakak klien sejak 3 tahun yang lalu telah
meninggal dunia, tetapi ketika klien di tanya soal kakanya klien tidak
mengatakan bahwa kakaknya telah meninggal dunia, bahkan klien
mengatakan ketika klien keluar dari RSJ klien ingin bermain dengan
kakanya. Keluarga klien juga mengatakan ibu klien tidak begitu
mengijinkan klien untuk keluar rumah, dan juga klien tidak di ijinkan
bermain dengan tetangga di lingkungan rumah klien. Keluarga klien
mengatakan bahwa ibu klien sempat tidak percaya dengan pengobatan
medis dan beralih dengan membawa klien berobat ke dukun. Sebelum
masuk RSJ keluarga klien mengatakan klien sering melihat hal-hal aneh
tidak berwujud salah satuh contoh ketika klien melihat atap seng yang
memantulkan cahaya klien mengatakan bahwa cahaya tersebut merupakan
cahaya surga.

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengatakan bahwa dirinya tahu sedang sakit.

XI. ASPEK MEDIK


1. Diagnosa Medik tanggal 13 Oktober 2018 (ketika masuk Rumah Sakit)
Axis I : F.20.3 (Skizofrenia Tak Terinci)
Axis II : tidak ada
Axis III : belum ada diagnosa
Axis IV : tidak ada
Axis V : GAF Scale jelek
2. Terapi Medik
Tanggal dirawat : 13 Oktober 2018
Tanggal Nama Obat Dosis Rute Waktu
Pemberian
Trihexyphenidyl 2 2 mg Oral Pagi dan malam
mg
Clozapin 2 mg Oral Malam
Risperidone 2 mg Oral Pagi dan malam

XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan
2. Harga diri rendah

POHON MASALAH

Halusinasi penglihatan
(Core problem)

Harga Diri Rendah


(Penyebab)
XIII. ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Gangguan
Klien mengatakan sering melihat hal- Persepsi
hal yang tidak berwujud. Sensori :
DO : Halusinasi
Klien terkadang duduk sendiri di penglihatan
meja makan dan di tempat tidur,
senyum-senyum sendiri, jarang
mengobrol dengan teman nya.
2 DS: Harga Diri
Klien merasa takut dan sedih karena Rendah
tidak bias bersama dengan ibu dan
kakaknya.
DO :
klien terkadang tampak menyendiri
di tempat makan dan di tempat tidur.
Klien tampak tidak bergabung dan
tidak bercerita dengan teman-
temanya.
XIV. INTERVENSI
DIAGNOSA
NO TANGGAL TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 30 Oktober Ganguan presepsi TUM : Klien tidak Setelah dilakukan interaksi 1x10 1. Bina hubungan saling percaya , salam
2018 sensori: halusinasi mencederai diri menit, klien menunjukkan tanda- terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
penglihatan sendiri, orang lain, tanda percaya kepada perawat tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
atau lingkungan. dengan kriteria evaluasi : yang tenang, buat kontrak yang jelas,
- Ekspresi wajah bersahabat tepat waktu
TUK1 : menunjukkan senang, ada kontak 2. Dorong dan beri kesempatan klien
Klien dapat mata, mau berjabat tangan, mau untuk mengungkapkan perasaannya
membina hubungan menyebutkan nama, mau 3. Dengarkan ungkapan klien dengan
saling percaya menjawab salam, mau duduk empati
dengan perawat. berdampingan dengan perawat, dan
mau mengutarakan masalah yang
dihadapi.
2 30 Oktober Gangguan presepsi TUK 2 : Setelah dilakukan interaksi 1x10 1. Adakan kontak sering dan singkat
2018 sensori: halusinasi Klien dapat menit klien mampu mengenal secara bertahap.
penglihatan mengidentifikasi halusinasi. 2. Tanyakan apa yang di dengar dari
halusinasi halusinasinya
3. Tanyakan kapan halusinasinya
datang.
4. Tanyakan isi halusinasinya
5. Bantu klien mengenal halusinasi
3 30 Oktober Ganguan presepsi TUK 3 : Setelah dilakukan interaksi selama 1. identifikasi bersama pasien tindakan
2018 sensori: halusinasi Klien dapat 1x10 menit, : yang biasa dilakukan bila terjadi
penglihatan mengontol - Klien dapat mengidentifikasi halusinasi
halusinasinya tindakan yang dilakukan untuk 2. Diskusikan manfaat dan cara yang
mengendalikan halusinas digunakan klien, jika bermanfaat beri
- Klien dapat menunjukan cara pujian
baru untuk mengontol 3. Diskusikan cara baik memutus atau
halusinasinya mengontrol halusinasi
4. Bantu klien memilih dan melatih cara
mengontol halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dilatih, evaluasi hasilnya
jika benar berikan pujian
6. Anjurkan mengikuti TAK jenis
orientasi realita atau stimulasi
presepsi
4 30 Oktober Gangguan presepsi TUK 4 : Setelah dilakukan interaksi 1x10 1. Anjurkan klien memberitahu keluarga
2018 sensori: halusinasi Klien dapat menit, klien dapat jika mengalami halusinasi
penglihatan dukungan dari - Klien dapat memilih cara 2. Diskusikan dengan keluarga (pada
keluarga dalam mengatasi halusinasinya saat keluarga berkunjung atau
mengontrol - Klien melaksankan cara yang kunjungan rumah)
halusinsinya telah dipilih memutus - Gejala halusinasi yang dialami
halusinasinya. - Cara klien dan keluarga dapat
memutus halusinasi
- Cara merawat angota keluarga
yang mengalami halusinasi
dirumah, beri kegiatan jagan
biarkan sendiri.
- Beri informasi waktu follow up
atau kapan perlu mendaptkan
bantuan halusinasi tidak
terkontrol dan risiko mencedereai
orang lain
3. Diskusikan dengan klien dan keluarga
tentang jenis obat, frekuensi dan
mafaat obat
4. pastikan klien minum obat sesuai
dengan program dokter.
5 30 Oktober Gangguan presepsi TUK 5 : Setelah dilakukan interaksi 1x30 1. Anjurkan klien bicara dengan dokter
2018 sensori : halusinasi Klien dapat menit , klien dapat tentang manfaat dan efek samping
penglihatan mengunakan obat - Klien dapat membina hubungan obat yang dirasakan
dengan benar untuk saling percaya dengan perawat 2. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa
mengendalikan - Keluarga dapat menyebutkan konsultasi
halusinasi pengertian tanda dan tindakan 3. Bantu klien mengunakan obat dengan
untuk mengalihkan halusinasi prinsip 5 benar cara pemberian.
- Klien dan keluarga dapat
menyebutkan mafaat, dosis dan
efek samping obat
- Klien minum obat secara teratur
- Klien dapat informasi tentang
manfaat dan efek samping obat
klien
- Klien minum obat teratur
- Klien dapat memahami akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi
- Klien dapat menyebutkan prinsip
lima benar pengunaan obat.
6 30 Oktober Gangguan presepsi TUK 6: Setelah dilakukan interaksi 1x30 1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang
2018 sensori : halusinasi Klien dapat menit klien dapat melakukan disukainya
penglihatan melakukan aktivitas- aktivitas yang konstruktif yang dapat 2. Anjurkan klien memilih dan
aktivitas yang mengendalikan halusinasinya. melakukan aktivitas yang
mengendalikan membutuhkan perhatian dan
halusinasi keterampilan fisik serta
mendengarkan musik
3. Ikutsertakan klien dalam aktivitas
fisik yang membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu luang
4. Libatkan klien dalam TAK orientasi
realita
5. Anjurkan klien untuk bertanggung
jawab secara personal dalam
mempertahankan/ meningkatkan
kesehatan dan pemulihannya.
6. Beri penghargaan bagi setiap upaya
klien yang positif.
1 30 Oktober Harga Diri Rendah TUM : Setelah dilakukan pertemuan selama 1. Lakukan pendekatan dengan baik,
2018 Klien dapat 1x10 menit diharapkan : menerima klien apa adanya, dan
menentukan - Klien dapat duduk bersikap empati
keputusan yang berdampingan dengan 2. Cepat mengendalikan dan reaksi
efektif untuk perawat perawatan diri misalnya rasa
mengendalikan - Klien mampu berbincang- marah, empati
situasi kehidupan bincang dengan perawat 3. Diskusikan dengan klien bina
yang menurunkan - Klen mampu merespon hubungan yang sopan
perasaan rendah tindakan perawat 4. Berikan kesempatan klien untuk
merespon
TUK 1:
1. Klien dapat
membina
hubungan
teraupetik
dengan
perawat

TUK 2 : Setelah dilakukan pertemuan selama 1. Diskusikan kemampuan dan


2. Klien dapat 1x10 menit klien dapat aspek positif yang dimiliki klien
mengidentifikasi mengindetifikasi kemampuan dan 2. Beri pujian yang realistis pada
kemampuan dan aspek yang dimiliki seperti aspek klien
aspek positif yang intelektual dan social budaya
dimiliki

TUK 3 : Setelah dilakukan pertemuan selama 1. Rencanakan bersama klien


3. Klien dapat 1x10 menit diharapkan : aktivitas yang dapat dilakukannya
melakukan kegitan - Klien dapat membuat rencana setiap hari sesuai kemampauan
sesuai dengan kegiatan harian klien
kondisi dan 2. Tingkatkan kegiatan sesuai
kemampuannya kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang boleh dilakukan

TUK 4 : Setelah dilakukan pertemuan selama 1. Jelaskan jenis obat yang diminum
4. Klien dapat 1x10 menit, diharapkan : oleh klien, kegunaan serta efek
menggunakan obat - Klien dapat menyebutkan sampingnya
dengan benar sesuai obat-obatan yang diminum 2. Diskusikan kerugian jika berhenti
program pengobtan dan kegunaanya serta efek minum obat
samping yang timbul 3. Jelaskan prinsip-prinsip minum
obat.
XV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
1 30 Oktober 2018 SP 1 30 Oktober 2018
Jam 10.00 WIB 1. Membina hubungan saling percaya Jam 10.30 WIB
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien S :
3. Mengidentifikasi isi halusinasi klien - Klien mengatakan “nama saya S, saya sukanya di panggil
4. Memberikan waktu halusinasi klien Mba “Ade”.
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi - Klien mengatakan masih melihat hal-hal yang tidak
klien berwujud nyata.
6. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi O:
7. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi - Klien mau menjawab dan menyebutkan nama pada perawat
8. Mengajarkan klien cara pertama dan membalas salam, mau berjabat tangan
menghardik halusinasi - Klien mampu mengenal jenis, isi, waktu, frekuensi
9. Mendiskusikan manfaat cara yang halusinasi
dilakukan klien dan memberi pujian - Klien mengetahui cara mengontrol hasulinasi
10. Menganjurkan klien untuk memasukkan - Klien tampak mengikuti perawat cara menghardik
cara menghardik ke dalam kegiatan halusinasi dengan menutup mata dan mengatakan “Pergi
harian jangan ganggu saya kamu tidak nyata”.

A : SP 1 teratasi sebagaian

P : Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi cara mengontrol halusinasi pertama dengan
cara menghardik
2. Lanjutkan SP 2
3. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
4. Latih mengontol halusinasi dengan bercakap-cakap
5. Anjurkan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
31 Oktober 2018 SP 2 31 Oktober 2018
Jam 10.00 WIB 1. Membina hubungan saling percaya : Jam 10.30 WIB
salam terapeutik, menanyakan kepada S:
klien masih ingat tidak dengan perawat. - Klien mengatakan lupa dengan nama perawat
2. Menanyakan perasaan klien saat ini. - Klien mengatakan perasaanya lebih baik-baik saja
3. Mengevaluasi kembali cara menghardik - Klien mengatakan masih ingat cara menghardik
halusinasi halusinasi
4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan jika melihat hal-hal aneh dankan
klien melakukan anjuran perawat yaitu bercerita dengan
teman kamar
O:
- Klien tampak kooperatif
- Klien tampak paham dengan penjelasan perawat

A : SP 2 teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
1. Evaluasi cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap
2. Latih klien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan di
rumah seperti membersihkan meja makan setelah selesai
makan)
3. Evaluasi jadwal kegitan harian klien
2 01 November SP 3 01 November 2018
2018 1. Menanyakan kembali pada klien Jam 09.30 WIB
Jam 09.00 WIB apakah masih ingat nama perawat S:
2. Menanyakan perasaan klien - Klien mengatakan masih ingat nama perawat
3. Mengevaluasi kembali cara - Klien mengatakan perasaanya baik-baik saja
mengontrol halusinasi dengan cara - Klien mengatakan masih ingat denga anjuran perawat
meghardik dan bercakap-cakap jika melihat hal-hal yang tidak berwujud nyata klien
dengan teman kamar akan menutup mata dan lagsung menghardik dan
4. Melatih cara mengendalikan bercakap-cakap dengan teman kamar
halusinasi dengan melakukan - Klien mengatakan kegiatan yang biasa dilakukan di
kegiatan (kegiatan yang biasa rumah yaitu bersih-bersih rumah, membantu orangtua,
dilakukan di rumah) dan membuat kerajinan sapu.
5. Menganjurkan klien memasukkan O:
kegiatan untuk mengendalikan - Klien tampak kooperatif
halusinasi ke dalam jadwal kegiatan - Klien tampak paham dengan anjuran perawat

A : SP 3 teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

02 November SP 4 02 November2018
2018 1. Menanyakan kembali pada klien Jam 09.30
Jam 09.00 apakah masih ingat nama perawat
2. Menanyakan perasaan klien S:
3. Mengevaluasi kembali cara - Klien mengatakan perasaannya baik
mengontrol halusinasi dengan cara - Klien mengatakan jika melihat hal-hal aneh itu muncul
menghardik, bercakap-cakap dengan klien menghardik dengan mengatakan “Pergi kamu
teman kamar, dan melakukan jangan ganggu saya, kamu tidak nyata”,
kegiatan yang biasa dilakukan - Klien mengatakan akan bercakap-cakap dengan teman
4. Memberikan pendidikan kesehatan sekamar, dan melakukan kegiatan menonton tv.
tentang penggunaan obat secara - Klien mengatakan rutin minum obat pagi dan malam.
teratur
5. Memberikan pujian atas keberhasilan O :
tindakan yang dilakukan klien - Klien tampak tenang dan kooperatif
6. Menganjurkan klien memasukkan - Klien mengerti dengan anjuran perawat
aktivitas ke dalam jadwal harian
A : SP 4 teratasi sebagian

P : Evaluasi dan motivasi kembali klien untuk menerapkan cara


megendalikan halusinasi yang telah diajarkan perawat
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk.(2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr.


Amino Gondoutomo.
Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS.Jakarta :
Balitbang Kemenkes RI.
Budiman.(2010). Jumlah Gangguan Jiwa.http://www.suarabandung.com diakses
12 Maret 2018 .
Depkes RI. (2010). Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan.Jakarta :
Depkes RI.
Depkes RI. (2010). Pengertian Gangguan Jiwa. http://www.depkes.co.id.
Diakses pada tanggal 12 Maret 2018.
Kusumawati dan Hartono .(2010) .Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta :
Salemba Medika
Keliat, B. A.(2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia
Keliat, B. A. (2009). Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC.
Maramis, Rusdi. (2010). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ
III).Jakarta : FK Unika Atmajaya.

Stuart dan Sundeen .(2005) .Buku Keperawatan Jiwa .Jakarta : EGC .

Tim Direktorat Keswa.(2000).Standar Asuhan Keperawatan Jiwa.Edisi


1.Bandung, RSJP Bandung.

Anda mungkin juga menyukai