Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TEAM BASED PROJECT

LAYANAN PENANGANAN PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN GEJALA


DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. ARIF ZAINUDDIN
SURAKARTA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS TEAM BASED PROJECT BLOK II

Dosen Pengampu:
1. Zahrina Mardhiyah, M.Psi., Psikolog
2. Laelatus Syifa Sari Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog
3. Rini Setyowati, M.Psi., Psikolog

Anggota Kelompok 2:
1. Agilita Emanuela Bisay (P0122006)
2. Alinna Fara Putri Maharani (P0122013)
3. Aura Layinatul Ummi (P0122039)
4. Az Zahra Callista Larasati (P0122043)

KELAS A
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2 Tujuan Kunjungan......................................................................................................... 4
1.3 Manfaat Kunjungan ....................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PROFIL INSTANSI ..................................................................................................................... 5
BAB III........................................................................................................................................... 8
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................... 8
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
METODE DAN RANCANGAN ................................................................................................ 15
4.1 Rencana Kegiatan ........................................................................................................ 15
4.2 Timeline Kegiatan ........................................................................................................ 15
4.3 Metode Wawancara, Metode Analisis Data dan Panduan Wawancara ................. 17
4.4 Metode Observasi, Metode Analisis Data, dan Panduan Observasi ....................... 20
BAB V .......................................................................................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 23
5.1 Pelaksanaan Team Based Project ................................................................................ 23
5.2 Pembahasan Hasil Team Based Project ...................................................................... 23
5.3 Pembahasan Hasil ........................................................................................................ 35
BAB VI ......................................................................................................................................... 41
PENUTUP.................................................................................................................................... 41
6. 1. Kesimpulan ................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 42
LAMPIRAN................................................................................................................................. 43

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan mental telah menjadi perhatian global karena dampaknya yang
signifikan terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat. Kesehatan mental merupakan
suatu keadaan di mana individu mampu mewujudkan potensi diri, kemampuan
menghadapi tekanan kehidupan sehari-hari dalam berbagai situasi kehidupan, melakukan
pekerjaan yang produktif, serta berkontribusi pada masyarakat. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun
mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari
15 tahun mengalami depresi (Rokom, 2021). Data tersebut menunjukkan bahwa negara
Indonesia belum dapat menyelesaikan masalah kesehatan mental secara tepat. Mengingat
banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan, maka diperlukan upaya peningkatan
kesehatan jiwa secara komprehensif oleh semua tenaga kesehatan. Salah satu gangguan
jiwa yang kerap dijumpai yaitu Skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan,
perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2018). Gejala klinis skizofrenia menurut
WHO adalah gangguan pikiran, delusi, halusinasi afek abnormal, gangguan kepribadian
motor, dan depresi.
Upaya intervensi untuk gangguan jiwa bisa dilakukan melalui fasilitas pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit Jiwa. Salah satu Rumah Sakit Jiwa yang berada di Surakarta
yaitu Rumah Sakit Jiwa dr. Arif Zainudin yang beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantoro No.80
Surakarta 52126. RSJD Surakarta menyediakan pelayanan kesehatan khususnya usaha
pelayanan kesehatan jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan,
pencegahan, pelayanan rujukan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penelitian
dan pengembangan serta pengabdian masyarakat. Tidak hanya dilengkapi dengan fasilitas
kejiwaan saja, RSJD juga menyediakan dokter spesialis lain, seperti radiologi, syaraf,
anesthesi, kulit dan kelamin, dan penyakit dalam, dokter umum, dokter gigi, psikolog,
apoteker, dan tenaga kesehatan serta non kesehatan. Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSJD
Surakarta melayani pasien gawat darurat baik kasus psikiatri maupun kasus non psikiatri,
juga permintaan penjemputan pasien.
3
Maka peneliti tertarik untuk interview dan mengobservasi berbagai hal yang
berkaitan dengan pelayanan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin. Dengan adanya
kegiatan ini, diharapkan dapat mengaplikasikan teori dengan kondisi lapangan. Selain itu,
kegiatan ini bisa untuk menambah ilmu yang bermanfaat serta mahasiswa mampu bersikap
cerdas, berbudi luhur, dalam mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan mental di
masyarakat.

1.2 Tujuan Kunjungan


Untuk mengetahui bagaimana layanan dan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala
depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.

1.3 Manfaat Kunjungan


Mengetahui bagaimana layanan dan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depresi
dan sara prasarana yang tersedia di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.

4
BAB II
PROFIL INSTANSI

Rumah Sakit Jiwa dr. Arif Zainudin beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantoro No.80 Surakarta
52126. RSJD Surakarta menyediakan pelayanan kesehatan khususnya usaha pelayanan kesehatan
jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat. Tidak hanya dilengkapi dengan fasilitas kejiwaan saja, RSJD juga menyediakan
dokter spesialis lain dengan total sebelas dokter spesialis kedokteran jiwa dan tujuh dokter spesialis
non jiwa, seperti radiologi, syaraf, anestesi, kulit dan kelamin, dan penyakit dalam, dokter umum,
dokter gigi, psikolog, apoteker, dan tenaga kesehatan serta non kesehatan. Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSJD Surakarta melayani pasien gawat darurat baik kasus psikiatri maupun kasus non-
psikiatri, juga permintaan penjemputan pasien. RSJD menyediakan kapasitas total 260 tempat tidur
dengan klasifikasi berdasarkan kebutuhan pelayanan dan berdasarkan kelas.
Layanan instalasi RSJD Surakarta, meliputi:
1. Instalasi Gawat Darurat (Psikiatri dan Non-Psikiatri)
2. Instalasi Rawat Jalan
a) Klinik Jiwa Anak & Remaja
b) Klinik Dewasa
c) Klinik Psikogeriatri
d) Klinik Gangguan Mental Organik
e) Klinik Rehabilitasi NAPZA
f) Klinik Medikolegal
g) Klinik Saraf
h) Klinik Penyakit Dalam
i) Klinik Rehabilitasi Medik
j) Klinik Nyeri
k) Klinik Penyakit Kulit & Kelamin
l) Klinik Gigi & Mulut
m) Klinik Psikologi

5
3. Instalasi Rawat Inap
a) Rawat Inap Jiwa Dewasa
b) Rawat Inap Anak & Remaja
c) Rawat Inap Psikogeriatri
d) Rawat Inap Penyalahgunaan NAPZA
e) Rawat Inap Gangguan Mental Organik
f) Rawat Inap Non Psikiatri
4. Instalasi NAPZA
Meliputi perawatan Gawat Darurat, Pemulihan, dan Rehabilitasi Medik terkait
gangguan NAPZA
5. Instalasi Psikogeriatri
6. Instalasi Rehabilitasi Medik
7. Instalasi Elektromedik
8. Instalasi Psikologi
Psikotes, Tes Intelegensi, Tes Minat Bakat, Konseling, Psikologi Mobile, dan
Penilaian Kompetensi Pejabat Publik
9. Instalasi Rehabilitasi Psikososial
Terapi Okupasi, Modalitas, Religi, Psikoterapi, Terapi Rekreasi, Day Care
10. Instalasi Laboratorium
Medical Check Up, Deteksi NAPZA, Tes Fungsi Lipid, Hati & Ginjal, Tes kelainan
Hematologi, Deteksi Infeksi Bakterial/ Viral, Tes Pemantauan Diabetes Melitus
11. Instalasi Radiologi
X-Ray, USG, CT-Scan, Bone Mineral Densitometer (BMD)
12. Instalasi Gigi & Mulut
13. Instalasi Farmasi
14. Instalasi Gizi
15. Instalasi PKRS & KESWAMAS
16. Instalasi Rekam Medis
17. Instalasi IPS Medis
18. Instalasi IPS Non-Medis
19. Instalasi Sanitasi

6
20. Instalasi Laundry
21. Instalasi Humas & Pemasaran
22. Instalasi SIM RS
23. Instalasi Kesehatan Jiwa Anak & Remaja
a) Pemeriksaan Psikiatri Anak dan Remaja
b) Pemeriksaan Deteksi Dini
c) Pemeriksaan Rehabilitasi Medik
d) Asuhan Keperawatan
e) Pemeriksaan Psikologi
f) Terapi (Wicara, Okupasi, & Pedagoge)
g) Pemeriksaan Gigi Anak
h) Terapi Biofeedback

RSJD Surakarta menyediakan layanan pasien dengan BPJS-PBI, BPJS-NON PBI,


JAMKESDA, dan pasien umum dengan total 3785 kunjungan IGD pada tahun 2022 serta
mendapat angka 89,30 dengan predikat sangat baik dari Purona Jaya Indonesia sebagai surveior
kepuasan masyarakat. Pada tahun 2022, RSJD Surakarta meraih prestasi sebagai penerima
peringkat II “Penghargaan Rumah Sakit dengan pembelian alat kesehatan dalam negeri tertinggi
Se-Provinsi Jawa Tengah dalam Aksi Afirmasi Dukungan Pemerintah kepada UMKM” dan
sebagai Nomine dalam kategori “Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah AMSI Jateng
Digital Awards”, serta sepuluh penghargaan lain termasuk Terakreditasi Paripurna sesuai Starkes
2022 oleh KARS. Pada tahun 2023, RSJD Surakarta menjadi juara 1 dalam kategori “Video
Inovasi Digitalisasi Sistem Informasi Rumah Sakit pada PITSELNAS VII & KARS Expo 2023”.

7
BAB III
KAJIAN TEORI

Depresi adalah suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa saat mengalami suatu
perubahan, kehilangan, kegagalan dan menjadi patologis ketika tidak mampu beradaptasi (A. K.
Townsend et al., 2009) Depresi merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang secara
afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga mengubah pola dan respon yang biasa dilakukan
(Montgomery, 2011; Thompson & Binder-Macleod, 2006). Menurut WHO, kriteria umum depresi
terjadi penurunan berat badan, perilaku selalu adalah gelisah atau lesu. Seorang yang depresi
dengan usia yang lebih tua memiliki gejala kognitif seperti lupa, dan perlambatan gerakan. Depresi
merupakan penyebab utama keempat beban penyakit di seluruh dunia (Ayuso Mateos, Chatterji,
Mathers, & Murray, 2004). Depresi sering berdampingan dengan gangguan fisik umum di
kalangan orang tua, seperti stroke, penyakit kardiovaskular, penyakit parkinson, dan penyakit paru
obstruktif kronik. Lebih dari 350 juta penduduk di seluruh dunia mengalami gangguan depresi
(WHO, 2012). Satu dari empat wanita dan satu dari dari enam pria mengalami depresi selama
hidup mereka, 65% memiliki episode berulang dari gangguan tersebut (Eaton et al., 2008),
sehingga depresi menjadi penyebab utama penyakit secara global (Walker, McGee, & Druss,
2015). Salah satu di Amerika Serikat yang mengukur penduduk dalam kelompok 13 tahun ke atas
menemukan bahwa setidaknya 30 persen penduduk Amerika Serikat mengaku mengalami satu
episode depresi atau didiagnosis menderita depresi dalam waktu 12 bulan terakhir (Kessler dkk,
2012).
Menurut American Psychiatric Association (A. K. Townsend et al., 2009; M. C. Townsend,
2013), gangguan depresi merupakan salah satu gangguan suasana hati (mood) yang
diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu gangguan depresi mayor atau Major Depressive
Disorder (MDD) dan gangguan distimik atau Dysthymic Disorder.

Tipe Depresi

Tabel. DSM-IV-TR Subtipe dan Spesifikasi Gangguan Depresi Mayor

Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Ciri Khas

8
Depresi melankolis Dengan gambaran melankolis Mood nonreaktif, anhedonia, kehilangan
berat badan, rasa bersalah, agitasi dan
retardasi psikomotor, mood yang
memburuk pada pagi hari, terbangun di
pagi buta

Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak tidur,
makan berlebihan, paralisis yang dibuat,
sensitif pada penolakan interpersonal

Depresi psikotik Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham


(waham)

Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsia, katatonik, negativisme,


mutisme, manerisme, ekolalia,
ekopraksia (tidak lazim pada klinis
sehari-hari)

Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan kriteria


gangguan depresi mayor

Gangguan afektif Musiman Onset yang teratur dan kambuh pada saat
musiman musim tertentu (biasanya musim
gugur/dingin)

Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu


postpartum

Depresi menjadi salah satu tanda gejala individu yang mengalami gangguan skizofrenia.
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan psikologis yang parah yang dicirikan dengan adanya
proses-proses berpikir yang terganggu. Istilah skizofrenia berasal dari bahasa latin baru schizo
yang berarti “terpecah” dan phrenia yang berarti “pikiran”. Hal ini menekankan bahwa pikiran
seseorang terpecah dari realitas dan individu itu menjadi bagian dari dunia yang kacau dan
menakutkan. Skizofrenia melibatkan pecahnya kepribadian individu dari realitas dan bukan
9
munculnya dari beberapa kepribadian dalam satu individu. Individu dengan skizofrenia mungkin
menunjukkan beberapa gejala termasuk pikiran mengganggu, komunikasi yang ganjil, emosi yang
tidak tepat, perilaku motor yang tidak tepat, dan penarikan diri. Skizofrenia adalah gangguan
psikologis yang serius dan bertahan lama. Kebanyakan dari penderita skizofrenia mengendalikan
gangguan ini berarti menggunakan medikasi yang sangat kuat untuk melawan gejala-gejalanya.
Penyebab munculnya kembali gangguan ini karena penderita menghentikan
pengobatannya karena merasa sudah lebih baik atau karena tidak menyadari bahwa pikiran mereka
mengalami gangguan. Mencari penanganan penderita skizofrenia membutuhkan keberanian dan
membutuhkan pemahaman kepada penderita untuk menerima bahwa persepsi mereka tentang
dunia dan pemahaman mereka tentang realitas adalah salah. Gejala-gejala Skizofrenia. Gejala-
gejala skizofrenia biasanya diklasifikasikan sebagai gejala-gejala positif, gejala-gejala negatif dan
defisit kognitif.
1. Gejala-gejala Positif
Gejala-gejala positif skizofrenia ditandai dengan adanya distorsi atau kelebihan
dalam fungsi normal dan biasa disebut “positif” karena mencerminkan sesuatu yang
ditambahkan atau lebih dari perilaku normal. Gejala-gejala positif dari skizofrenia
mencangkup halusinasi, delusi, pikiran yang terganggu, dan gangguan pada pergerakan.
a. Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman sensoris disaat tidak ada rangsangan nyata
dan sering bersifat auditoris dan mungkin akan mengeluhkan mendengar suara-
suara, tetapi halusinasi juga dapat berupa penciuman dan rasa dan dapat
melibatkan melihat hal-hal yang tidak ada.
b. Delusi
Delusi adalah kepercayaan salah yang terkadang benar-benar tidak masuk
akal yang tidak merupakan bagian dari budaya tempat individu tumbuh. Psikolog
menggunakan istilah gangguan pikiran untuk mendeskripsikan proses-proses-
pikir yang tidak biasa dan terkadang aneh yang mencirikan gejala-gejala positif
skizofrenia. Pikiran dari orang-orang dengan skizofrenia dapat menjadi begitu
tidak tertata dan membingungkan. Sering kali individu-individu ini tidak
berbicara atau menulis sesuatu yang dapat dipahami.
c. Proses Berpikir Referensial

10
Proses berpikir referensial (referential thinking) yang berarti menyematkan
makna pribadi pada kejadian-kejadian acak yang terjadi, seperti gadis yang
menarik perhatian seseorang ketika bus sedang bergerak meninggalkan
pemberhentiannya
d. Gangguan dalam pergerakan
Seorang dengan schizofrenia mungkin menunjukkan pergerakan yang
terkesan ceroboh dan tidak biasa serta ekspresi wajah seperti mengernyitkan
dahi. Individu mungkin mengulangi sejumlah gerakan berkali kali, dan pada
kasus ekstrem dapat menjadi katatonia. Katatonia (catatonia) ada keadaan di
mana seseorang menjadi tidak bergerak dan tidak responsif. Orang yang
katatonik tetap tidak bergerak untuk waktu yang lama.
2. Gejala-gejala negatif
Gejala-gejala Negatif Bila gejala positif skizofrenia ditandai dengan sebuah distorsi
atau fungsi normal yang berlebihan, gejala negatif skizofrenia mencerminkan
kekurangan perilaku dan hilangnya atau turunnya fungsi normal seseorang. Satu gejala
negatif adalah afek datar (flat affect) yang berarti bahwa orang tersebut menunjukkan
sedikit atau tidak menunjukkan emosi sama sekali, berbicara tanpa tekanan emost, dan
mempertahankan ekspresi wajah tidak bergerak (Alvino, et al, 2007). Orang dengan
skizofrenia juga mungkin kurang mampu untuk membaca emosi dari orang lain. Mereka
mungkin mengalami kurangnya pengalaman emosi positif dalam kehidupan sehari-hari
dan menunjukkan kurang kemampuan dalam merencanakan, menginisiasi, dan terlibat
dalam perilaku yang berorientasi tujuan. Tidak seperti gejala- gejala positif, gejala-
gejala negatif tampak jelas berbeda pada orang-orang sehat-kita semua pernah
mengalami waktu di mana kita seperti "terasing" atau tidak memiliki orientasi tujuan
atau terlibat dalam lingkungan, maka orang-orang dengan gangguan skizofrenia sering
kali dianggap hanya sebagai orang yang malas dan tidak ingin untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik.
3. Gejala-gejala Kognitif
Gejala-gejala kognitif dari skizofrenia, meliputi kesulitan untuk mempertahankan
atensi, hambatan dalam menyimpan informasi dalam ingatan, dan ketidakmampuan
untuk memaknai informasi dan membuat keputusan (Kerns, 2007; Kerns & Berenbaum,

11
2003). Gejala-gejala kognitif ini mungkin tampak kecil dan sering kali hanya dapat
dideteksi melalui tes-tes neuropsikologis.
Ada empat jenis utama skizofrenia: disorganized, katatonik, paranoid, dan tidak
bergolong Perilaku yang tampak dari keempat jenis ini beragam, namun mereka
memiliki ciri yang sama dalam hal proses pikiran yang terganggu.
1. Skizofrenia Disorganized
Dalam skizofrenia disorganized (disorganized schizophrenia) seorang
individu mengalami delusi dan halusinasi yang memiliki makna yang sedikit
atau tidak bermakna sama sekali-seperti arti kata "disorganized". Seorang
individu dengan skizofrenia disorganized mungkin akan menarik diri dari
kontak dengan manusia dan mungkin mundur untuk menunjukkan perilaku
dan gerak tubuh yang konyol seperti anak-anak. Banyak dari individu ini
mengalami isolasi atau penyesuaian yang tidak tepat selama remaja.
2. Skizofrenia Katatonik
Dicirikan oleh perilaku motor yang aneh yang terkadang muncul
dalam bentuk keadaan tidak bergerak sama sekali seperti orang yang pingsan.
Ketika berada dalam keadaan ini, individu dengan skizofrenia katatonik
sebenarnya sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi di sekitarnya. Dalam
keadaan katatonik, individu terkadang menunjukkan fleksibilitas lunak,
contohnya, bila lengan sukses tersebut diangkat dan dibiarkan jatuh lengan
akan berada dalam posisi yang baru
3. Skizofrenia Paranoid Skizofreni
Skizofrenia paranoid (paranoid schizophrenia) dicirikan dengan
adanya delusi-delusi referensi, kebesaran, dan penganiayaan. Delusi biasanya
muncul dalam bentuk sebuah sistem yang terelaborasi didasarkan pada
pemaknaan yang salah terhadap kejadian-kejadian tertentu. Tidak aneh untuk
individu dengan skizofrenia paranoid untuk mengembangkan ketiga delusi
dalam urutan berikut. Pertama, mereka melihat bahwa mereka adalah
istimewa dan salah memaknai kejadian kebetulan sebagai sesuatu yang terkait
dengan hidup mereka sendiri (delusi referensi).
4. Skizofrenia tidak Bergolong

12
Skizofrenia tidak bergolong (undifferentiated schizophrenia) ditandai
dengan perilaku yang tidak teratur, halusinasi, delusi, dan inkoherensi.
Diagnosis ini digunakan ketika gejala-gejala individu tidak memenuhi kriteria
untuk satu dari tiga jenis skizofrenia lain atau memenuhi kriteria untuk lebih
dari satu jenis.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penyebab skizofrenia. Di sini
kita akan membahas faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosio-kultural yang terlibat
dalam gangguan ini.
1. Faktor-faktor Biologis
Penelitian menunjukkan bukti kuat untuk penjelasan biologis mengenai
skizofrenia. Terutama bukti mengarah pada adanya predisposisi genetika. namun
abnormalitas struktural dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan gangguan
psikologi.
a. Abnormalitas Struktur Otak
Abnormalitas struktur dalam otak telah ditemukan pada individu-
individu dengan skizofrenia. Teknik-teknik pencitraan termasuk
pemindaian MRI telah menunjukkan ventrikel-ventrikel yang diperbesar
dalam otak para individu ini. Ventrikel adalah ruang-ruang yang dipenuhi
dengan cairandalam otak, dan pembesaran ventrikel mengindikasikan
atrofi atau kemunduran di jaringan otak lainnya. Individu dengan
skizofrenia juga memiliki korteks frontal yang kecil (area dimana proses
berpikir perencanaan, dan pengambilan keputusan terjadi) dan
menunjukkan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan individu
yang tidak memiliki skizofrenia (Cotter, et al, 2002). Penelitian
mikroskopik tentang jaringan otak sesudah kematian menunjukkan
perubahan kecil dalam distribusi atau karakteristik sel-sel otak pada
pengidap skizofrenia. Tampak bahwa banyak dari perubahan ini terjadi
sebelum lahiran (prenatal) karena mereka tidak disertai oleh sel-sel glia
yang selalu muncul ketika terjadi cedera otak sesudah kelahiran.
Permasalahan pada perkembangan prenatal yang membuat seorang anak
memiliki gejala-gejala skizofrenia selama pubertas dan dewasa muda

13
(Mueser & McGurk, 2004). Masalah dalam Regulasi Neurotransmitter
Penjelasan biologis awal untuk skizofrenia menyatakan bahwa individu
dengan skizofrenia memproduksi neurotransmitter dopamin yang lebih
tinggi dan kelebihan dopamin ini menyebabkan skizofrenia. Teori ini
mungkin terlalu sederhana, walau terdapat banyak bukti bahwa dopamin
memainkan peran dalam skizofrenia (Tamminga, 2006).
2. Faktor-faktor Psikologis
Para psikolog sering menjelaskan skizofrenia memiliki akar pada
pengalaman masa kecil dengan orangtua. Teori ini telah tersingkirkan ketika aspek
biologis dari gangguan ini ditemukan. Namun, walau kontemporer tidak
mengajukan faktor-faktor psikologis sebagai satu-satunya penyebab skizofrenia,
stres mungkin dapat menjadi faktor yang memainkan peranan. Model stres- diatesis
(diathesis-stress model) berpendapat bahwa kombinasi dari disposisi biogenetik
dan stres menyebabkan skizofrenia (Meehl, 1962), Istilah diatesis berarti
kerentanan fisik atau predisposisi terhadap gangguan tertentu. Artinya, sebuah
komposisi genetika yang memiliki cacat mungkin menyebabkan skizofrenia hanya
bila individu hidup dalam lingkungan yang membuat stres.
3. Faktor-faktor Sosio-kultural
Gangguan pikiran dan emosi umum ditemukan pada kasus skizofrenia di
setiap budaya, namun jenis dan kejadian gangguan skizofrenia mungkin berbeda
dari satu budaya ke budaya lainnya. Individu yang hidup di lingkungan miskin lebih
mungkin untuk mengembangkan skizofrenia daripada orang-orang yang memiliki
status sosio-ekonomi tinggi. Hubungan antara skizofrenia dan kemiskinan adalah
korelasional, dan teori-teori kontemporer tidak percaya bahwa kemiskinan
menyebabkan skizofrenia (Schiffman & Walker, 1998). Memang demikian, dapat
dilihat pada lintas budaya, individu dengan skizofrenia di negara berkembang yang
belum memiliki dunia industri yang mendominasi cenderung memiliki
hasilkeluaran yang lebih baik dibandingkan dengan penderita skizofrenia di negara
industri maju (Jablensky, 2000). Faktor-faktor sosio-kultural juga dipengaruhi oleh
kasus skizofrenia. Pada awal bab ini, kita mendeskripsikan Moe Armstrong,
seorang yang memiliki keberhasilan hidup walau memiliki skizofrenia.

14
BAB IV
METODE DAN RANCANGAN

4.1 Rencana Kegiatan


Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah kegiatan wawancara dan observasi.
Topik yang ingin digali melalui wawancara dan observasi adalah mengenai layanan
penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depressive disorder di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta. Aspek yang ingin diketahui peneliti antara lain
proses penerimaan pasien yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin
Surakarta, informasi tentang pasien skizofrenia dengan gejala depressive disorder,
layanan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depressive disorder yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta dan hambatannya, serta sarana
dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Narasumber wawancara adalah salah satu petugas kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta. Jenis wawancara yang akan dilakukan
adalah wawancara semi terstruktur dan jenis observasi yang dilakukan adalah
observasi non partisipan dan berstruktur dengan pencatatan naratif. Terdapat panduan
atau guideline wawancara dan observasi guna membantu peneliti dalam keberjalanan
kegiatan wawancara maupun observasi.

4.2 Timeline Kegiatan

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Keterangan

1. Persiapan kegiatan 27 November - 7 Agilita Emanuela Bisay


Desember 2023 (P0122006)
Alinna Fara Putri Maharani
(P0122013)
Aura Layinatul Ummi
(P0122039)
Az Zahra Callista Larasati
(P0122043)

15
1. Kunjungan dan perizinan ke Kamis, 30 November
Rumah Sakit Jiwa Daerah 2023 Agilita Emanuela Bisay
Dr. Arif Zainuddin Surakarta Pukul 08.00 WIB (P0122006)
Bertempat di Rumah Alinna Fara Putri Maharani
Sakit Jiwa Daerah Dr. (P0122013)
Arif Zainuddin
Surakarta

2. Pelaksanaan kegiatan Jumat, 8 Desember


wawancara dengan 2023 Aura Layinatul Ummi
narasumber Pukul 10.00 WIB (P0122039)
Bertempat di Rumah Az Zahra Callista Larasati
Sakit Jiwa Daerah Dr. (P0122043)
Arif Zainuddin
Surakarta

3. Pelaksanaan kegiatan Jumat, 8 Desember


observasi 2023 Agilita Emanuela Bisay
Pukul 10.00 WIB (P0122006)
Bertempat di Rumah Alinna Fara Putri Maharani
Sakit Jiwa Daerah Dr. (P0122013)
Arif Zainuddin
Surakarta

4. Analisis data dan Sabtu, 9 Desember - Agilita Emanuela Bisay


penyusunan laporan Sabtu, 16 Desember (P0122006)
2023 Alinna Fara Putri Maharani
(P0122013)
Aura Layinatul Ummi
(P0122039)

16
Az Zahra Callista Larasati
(P0122043)

5. Pengumpulan laporan Minggu, 17 Desember Agilita Emanuela Bisay


2023 (P0122006)
Alinna Fara Putri Maharani
(P0122013)
Aura Layinatul Ummi
(P0122039)
Az Zahra Callista Larasati
(P0122043)

4.3 Metode Wawancara, Metode Analisis Data dan Panduan Wawancara


4.3.1 Metode Wawancara
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
wawancara semi terstruktur. Menurut Sugiyono mengutip pernyataan dari
Esterberg, wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang dalam
pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang di ajak wawancara dimintai pendapatnya, dan
ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Wawancara dilakukan
oleh dua anggota sebagai perwakilan kelompok kepada salah satu petugas
kesehatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.

4.3.2 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dari data wawancara adalah analisis
data kualitatif. Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari
dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman

17
(1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data
penelitian kualitatif, yaitu: (1) reduksi data (data reduction); (2) Paparan data (data
display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verifying).
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan hal atau informasi penting, mencari tema dan pola informasi,
serta membuang informasi yang tidak diperlukan. Proses reduksi dapat dalam
analisis data dilakukan dengan membuat ringkasan dan membuat kode data.
2. Penyajian Data
Dalam tahap penyajian data, peneliti melakukan kegiatan penyusunan
data hasil penelitian. Penyajian data dapat disajikan dalam bentuk teks narasi
atau uraian yang menyerupai cerita setelah data terkumpul dan
dikelompokkan menurut kategorinya. Penyajian data dapat dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan atau kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Kesimpulan
Kesimpulan awal yang disampaikan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung
pada tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data yang valid dan
konsisten pada saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

4.3.3 Panduan Wawancara

Nama: Afik Driyanto


Jenis kelamin: Laki-laki
Umur: 48 tahun
Jabatan: Perawat/Kepala Bangsal Sena

Guideline Wawancara Semi-Terstruktur

18
Opening
Assalamualaikum Wr.Wb.
Selamat pagi/sore/malam Bapak/Ibu
Sebelumnya kami izin memperkenalkan diri terlebih dahulu, kami … dan … Mahasiswa dari
Psikologi UNS Angkatan 2022 ingin melakukan wawancara dengan Bapak/Ibu sebagai
narasumber dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana layanan penanganan pasien skizofrenia
dengan gejala depresi pada pasien skizofrenia yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainuddin Surakarta.

Body
Apakah benar dengan Bapak/Ibu (nama)? Sebelumnya bagaimana kabar Bapak/Ibu?
Sebelum memulai sesi wawancara, saya akan menjelaskan teknis wawancara ya Bapak/Ibu.
Proses wawancara akan berlangsung sekitar 15 menit dan kami akan mengajukkan beberapa
pertanyaan terkait layanan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depresi yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Kami mohon izin untuk merekam proses wawancara nanti Bapak/Ibu, apakah diperbolehkan?
Apakah Bapak/Ibu sudah siap?
1. Dari bapak/ibu, bisa dijelaskan apa saja rincian tanggung jawab pekerjaan bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja disini?

Aspek Pertanyaan

Proses Penerimaan Pasien 1. Bisa diceritakan, bagaimana alur


penerimaan pasien dengan gangguan jiwa
disini?
2. Hambatan apa saja dalam proses
penerimaan pasien?

Informasi tentang Pasien Skizofrenia 3. Bagaimana gejala depresi yang dialami


dengan Gejala Depressive Disorder pasien?
4. Bagaimana gejala dari gangguan skizofrenia
yang dialami pasien?

19
5. Apa saja penyebab pasien dapat mengalami
gejala depresi?
6. Apa saja penyebab pasien dapat mengalami
gangguan skizofrenia dengan gejala
depresi?

Layanan Penanganan Pasien Skizofrenia 7. Apa saja penanganan yang diberikan pada
dengan Gejala Depresi pasien gangguan skizofrenia dengan gejala
depresi?
8. Bagaimana perkembangan pasien setelah
dibawa ke rumah sakit?

Hambatan dalam Pemberian Layanan 9. Apa saja kesulitan yang Anda temui ketika
Penanganan Pasien Skizofrenia dengan merawat pasien skizofrenia dengan gejala
Gejala Depresi depresi?
10. Bagaimana cara mengatasi hambatan ketika
merawat pasien skizofrenia dengan gejala
depresi?

Closing
Baik Bapak/Ibu, sesi wawancara telah selesai, kami mengucapkan terima kasih pada Bapak/Ibu
telah memberikan kesempatan dan waktu untuk berkenan menjadi narasumber wawancara ini.
Apabila kami ada kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf Bapak/Ibu, terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.

4.4 Metode Observasi, Metode Analisis Data, dan Panduan Observasi


4.4.1 Metode Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu
pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku
objek sasaran. Ada pun jenis-jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
a. Observasi non partisipan, artinya: penulis tidak ambil bagian/ tidak terlihat
langsung dalam kegiatan orang-orang yang di observasi

20
b. Observasi yang berstruktur, artinya: dalam melakukan observasi penulis
mengacu pada pedoman yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh penulis.
Teknik pencatatan yang dilakukan dalam kegiatan observasi adalah
pencatatan naratif. Dalam teknik pencatatan naratif, observer melakukan
pengumpulan data sesuai dengan kejadian dan urutan kejadian sebagaimana yang
terjadi di situasi nyata nyata. Untuk kegiatan observasi dilakukan oleh dua anggota
lain dari kelompok kami.

4.4.2 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dari data observasi adalah analisis data
kualitatif. Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Miles dan Huberman
(1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data
penelitian kualitatif, yaitu: (1) reduksi data (data reduction); (2) Paparan data (data
display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verifying).
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan hal atau informasi penting, mencari tema dan pola informasi,
serta membuang informasi yang tidak diperlukan. Proses reduksi dapat
dalam analisis data dilakukan dengan membuat ringkasan dan membuat
kode data.
2. Penyajian Data
Dalam tahap penyajian data, peneliti melakukan kegiatan penyusunan data
hasil penelitian. Penyajian data dapat disajikan dalam bentuk teks narasi
atau uraian yang menyerupai cerita setelah data terkumpul dan
dikelompokkan menurut kategorinya. Penyajian data dapat dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan atau kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Kesimpulan

21
Kesimpulan awal yang disampaikan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung pada
tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data yang valid dan konsisten
pada saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

4.4.3 Panduan Observasi

PANDUAN OBSERVASI

No. Aspek Keterangan

1. Proses penerimaan pasien Bersama dengan sesi wawancara

2. Informasi tentang pasien skizofrenia dengan Bersama dengan sesi wawancara


gejala depresi

3. Layanan penanganan pasien skizofrenia dengan Bersama dengan sesi wawancara dan
gejala depresi di luar sesi wawancara

4. Hambatan dalam pemberian layanan penanganan Bersama dengan sesi wawancara


pasien skizofrenia dengan gejala depresi

5. Pelayanan Medis yang ada di Rumah Sakit Jiwa Di luar sesi wawancara
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.

6. Sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Di luar sesi wawancara
Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.

22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Team Based Project


Hari, Tanggal : Jum’at, 8 Desember 2023
Waktu : 10.00 WIB
Durasi : 60 menit
Tempat : Rumah Sakit Jiwa dr. Arif Zainudin Surakarta
Alamat : Jl. Ki Hajar Dewantoro No.80 Surakarta 52126
Narasumber : Afik Driyanto (Kepala Bangsal Sena)
Pelaksanaan Team Based Project di RSJD Surakarta bertujuan untuk melakukan
wawancara kepada narasumber yang telah ditunjuk dengan melampirkan informed
consent, yaitu Bapak Afik Driyanto selaku kepala bangsal Sena mengenai layanan dan
penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif
Zainudin Surakarta. Observasi juga dilakukan bersama dengan sesi wawancara dan di
luar sesi wawancara yang mengamati bagaimana layanan perawatan pasien skizofrenia di
bangsal Sena. Wawancara mencakup bagaimana alur penerimaan pasien dengan
gangguan jiwa, apa saja gejala pasien skizofrenia, sebab gejala depresi pada skizofrenia,
bagaimana penanganan pasien saerta perkembangannya, hambatan atau kesulitan dalam
perawatan pasien skizofrenia beserta cara untuk mengatasinya.
Objek observasi adalah pelayanan medis dan sarana prasarana yang ada di RSJD
Surakarta. Pengamatan dilakukan pada bagaimana rumah sakit jiwa menyediakan layanan
perawatan serta sarana prasarana apa saja yang disediakan. Observasi berfokus pada
penerimaan pasien sampai perawatan oleh perawat khususnya di bangsal Sena untuk
pasien skizofrenia dan juga fasilitas medis yang tersedia di RSJD Surakarta.

5.2 Pembahasan Hasil Team Based Project


5.2.1 Tabel Coding Hasil Wawancara

Transcript Original Exploratory Emergent Tema


Comments Themes

P: Assalamualaikum WrWb

23
Selamat pagi pak, sebelumnya
izinkan kami perkenalkan diri
kamu dulu, kami dari mahasiswa
psikologi dari Universitas Sebelas
Maret angkatan 2022 akan
melakukan wawancara dengan
bapak sebagai narasumber dengan
tujuan untuk mengetahui
bagaimana layanan penanganan
pasien skizofrenia dengan gejala
depresi mayor di RSJD Surakarta
ini. Nah, lalu ee sebelum memulai
sesi wawancara kami izin untuk
merekam proses wawancara gapapa
nggih pak?

N: Iya mbak

P: Jadi dari bapak apakah sudah


siap?

N: Insya Allah sudah siap

P: Jadi untuk pertanyaan pertama


nih pak, dari bapak bisa dijelaskan
apa saja perincian tanggung jawab
eee pekerjaan bapak di rumah sakit
ini?

N: Nah makasih, saya perkenalan Pak Afik sebagai Tugas perawat Tugas perawat di
dulu ya. Ya nama saya Pak Afik, perawat dengan di RSJ ini yaitu RSJ
bisa dipanggil Pak Afik, saya tugas untuk mengkoordinir
kebetulan sebagai perawat di rumah mengkoordinir layanan tenaga,

24
sakit ini, yang jelas kalo perawat layanan tenaga, pelayanan
untuk mengkoordinir layanan pelayanan asuhan, asuhan, dan
tenaga di ruangan, mengkoordinir dan pelayanan pelayanan
kaitannya dengan pelayanan kebutuhan rumah kebutuhan
asuhan kepada pasien juga sakit dan SDM rumah sakit
melakukan pelayanan yang dan SDM
kaitannya dengan pelayanan
kebutuhan rumah sakit, SDM, dll.

P: Baik, jadi dari bapak sendiri


sudah berapa lama bekerja di rsj
ini?

N: Kalo ga salah semenjak dari Pak Afik bekerja Pak Afik Bekerja dari
tahun 1997, 26 tahun dari tahun 1997 bekerja dari tahun berapa
tahun 1997

P: Waw jadi dah lama ya pak ya


berarti heheh. Okey untuk
pertanyaan yang pertama ni pak,
bisa diceritakan bagaimana alur
penerimaan pasien di sini pak?

N: Ya di sini kan ada dua jalur ya, Ada 2 jalur Alur Alur penerimaan
klo jam kerja seperti ini pagi bisa penerimaan yaitu penerimaan
lewat rawat jalan bisa, lewat IGD rawat jalan (pagi) pasien lewat
juga bisa. Tapi kalo di luar jam dan IGD (pagi dan dua jalur, yaitu
kerja lewat IGD di luar jam kerja) rawat jalan dan
IGD

P: Ohh begitu, jadi ada dua jalur ya


pak. Nah, apakah ada hambatan
dalam proses penerimaan pasien itu

25
dan kalo ada itu hambatannya apa
aja?

N: Hehe kalo selama ini gaada, Tidak ada hambatan Tidak ada Hambatan
gaada selama proses hambatan
penerimaan selama proses
penerimaan

P: Nah, dari bapak sendiri tuh eee


dari pengetahuan dan pengalaman
bapak bagaimana sih pak gejala
dari gangguan depresi mayor itu
yang dialami oleh pasien itu
gejalanya apa aja?

N: Sebenernya sih, tadi udah Depresi belum Depresi salah Definisi depresi
dijelaskan ya… Misalnya kalo termasuk gangguan satu gejala
disini tuh sudah masuk gangguan jiwa, tetapi skizofrenia
jiwa, depresi kan hanya kalo merupakan salah
dikatakan gangguan jiwa satu gejala.
sebenernya belom, depresi tuh
salah satu gejala. Jadi kalo sudah
masuk dan disini di ruang Sena ini
kan sudah gangguan jiwa ya
termasuk gangguan jiwa jadi yang
depresi malah gaada jadi sudah
terdiagnosa bahwa dia skizofrenia.
Dan kalo depresi ya salah satu Depresi salah satu
gejala dari skizofrenia. Sementara gejala dari
dari skizofrenia ada beberapa skizofrenia
macam skizofrenia, ada skizofrenia
tak terinci(?), ada 8 kalo ga salah, Ada 8 macam

26
pokoknya dokter semua, ada yang skizofrenia, yaitu
skizofrenia katonik, skizofrenia skizofrenia tak
paranoid, dan sebagainya. Kalo treinci, katonik,
depresi sendiri itu kan, salah satu paranoid, dan
gejala dari skizofrenia ya depresi, sebagainya.
secara kasat mata kalo depresi
pasiennya akan cenderung diam, Jika depresi pasien
pasif, menyendiri cenderung diam dan
pasif

P: Terlihat murung gitu ya?

N: Iya kalo depresi Depresi terlihat Depresi terlihat Ciri depresi


murung murung

P: Biasanya tuh apa aja sih pak


penyebab pasien tuh dapat
mengalami depresi tuh? Biasanya
penyebabnya tuh apa ya?

N: Ya kalo depresi jelas kalo Depresi disebabkan Faktor Penyebab


secara, yang sudah pengalaman karena keluarga, faktor depresi
saya ya selama di sini, pasien- permasalahan lingkungan,
pasien dengan gejala depresi tuh ya genetik dan juga dan situasional
mesti biasanya ada permasalahan, bisa situasional merupakan
permasalahannya bisa dikaitkan penyebab
dengan masalah genetik, ada depresi
beberapa macam penyebab, yang
rata-rata di sini situasional.
Situasional dalam artian bukan
bawaan lo ya, yang gangguan jiwa
ada yang bawaan ada yang memang

27
situasional itu. Faktor keluarga
bisa, faktor lingkungan bisa

P: Kalo dari pasien skizofrenia


biasanya gejalanya apa paling
banyak?

N: Kalo di sini ya halusinasi. Dan Gejala skizofrenia Halusinasi dan Gejala


ternyata memang pasien yang di paling banyak yaitu gelisah skizofrenia
sini datang dengan gelisah. halusinasi dan merupakan
Kegelisahan karena dia ngamuk, gelisah gejala
bisa gelisah karena dia skizofrenia
berhalusinasi efeknya ada di
ngamuk, ada di mana-mana

P: Oh jadi bisa marah-marah gitu ya


pak?

N: Iya bisa, dan rata-rata emang Pasien biasanya Sebelum Gejala


seperti itu. Karena memang sudah marah-marah dan dibawa ke rsj, skizofrenia
tidak bisa terkendali dan dari pihak dari pihak keluarga pasien selalu
keluarga maupun lingkungan tidak sudah tidak bisa marah-marah
bisa mengatasi ya dibawa ke sini mengatasi jadi
dibawa ke rsj

P: Nah untuk pertanyaan


selanjutnya, gimana sih pak
penanganan yang diberikan dari
rumah sakit ini dalam menangani
pasien dengan skizofrenia?

N: Yang jelas kan di sini ada Beberapa pelayanan Ada dua Pelayanan dan
beberapa pelayanan ya, yang ada di rumah pelayanan dan penanganan di

28
pengobatan, di rumah sakit kan sakit yaitu penanganan di RSJ
sudah pengobatan dan perawatan pengobatan dan rumah sakit.
dan yang jelas di sini ada terapi perawatan
identik dengan rumah sakit kan
terapi. Terapi yang di sini ya ada Penanganan pasien
farmakologi dan terapi modelitas. skizofrenia dengan
Modelitas nanti masuk ke layanan terapi farmakologi
perawatan kalo farmakologi ya dan terapi modelitas
nanti wewenangnya dari dokter.
Yang jelas farmasi kan obat-obatan.

P: Jadi itu layanannya bisa


gabungan atau cuma?

N: Ya gabungan antara farmakologi Terapi gabungan Terapi Terapi untuk


dan modelitas. antara farmakologi gabungan skizofrenia
dengan modelitas

P: Selanjutnya, bagaimana
perkembangan dari pasien setelah
dibawa ke rumah sakit mayoritas
gitu, ada perubahan yang signifikan
atau bisa mengurangi gejala gitu?

N: Yang jelas kalo di sini karena Harapannya pasien Harapan dan Perkembangan
prosesnya pengobatan dan mengalami tujuan yaitu pasien ketika
perawatan dan penyembuhan ya di perubahan baik adanya dibawa ke RSJ
sini otomatis harapan dan tujuan tingkah laku perubahan dari
kami ya perubahan, baik tingkah maupun gejala pasien
laku maupun gejala. Misalnya di
rumah gampang emosi dan mudah Di rumah gampang
marah, tidak bisa tidur ya emosi dan tidak

29
diusahakan di sini bisa tidur, tidak bisa tidur,
emosi lagi, halusinasinya diusahakan ketika
berkurang, depresinya berkurang di rumah sakit
emosi berkurang
dan bisa tidur

P: Hmm, untuk jangka waktu


perawatan di sini tuh kira-kira
berapa lama ya pak?

N: Kalo di sini sesuai dengan Jangka waktu Jangka waktu Jangka waktu
manajemen kami bahwa di sini perawatan sekitar perawatan perawatan
sekarang kami 12 hari 12 hari sekitar 12 hari

P: Oh 12 hari, jadi itu udah,


misalkan 12 hari udah terpenuhi itu
boleh dibawa pulang kembali?

N: Iya diperbolehkan pulang, Pasien skizofrenia Pasien Jangka waktu


karena itu tidak ada alasan mengapa diperbolehkan skizofrenia perawatan
kok tidak sama yang di umum di 3 pulang ketika sudah diperbolehkan
hari paling lama ya 1 minggu 12 hari pulang ketika
dipulangkan karena dari secara sudah 12 hari
teori memang obat untuk jiwa, Perawat untuk melihat
farmakologi untuk jiwa itu bisa menargetkan 12 respon obat
dilihat respon obatnya setelah 10 hari agar bisa terlebih dahulu
hari. Kami menargetkan setelah 12 melihat respon obat
hari jelas bisa diamati dan
dievaluasi. Terapi-terapi yang lain
di sini banyak, selain farmakologi Banyak terapi yang
juga ada terapi modelitas. Terapi digunakan di sini,
ada farmakologi,

30
yang lain juga ada untuk kejang modelitas, dan
listrik, ECT. terapi ECT

P: Pertanyaan selanjutnya apakah


ada kesulitan untuk perawat di sini
yang sudah merawat pasien dengan
gangguan skizofrenia?

N: Loh banyak, pasti ada kendala Banyak kendala Banyak Kendala


kan berbagai tipe pribadi kan ketika merawat kendala merawat pasien
masing-masing gejalanya kan beda pasien

P: Yang paling banyak kesulitan


dialami tuh contohnya apa?

N: Contohnya ya karena perubahan Kesulitan yang Salah satu Gejala waham


perilaku, kadang-kadang yang sulit paling banyak kesulitan yang
kan jika ada gejala waham. Yang ketika pasien ditemui adalah
sok-sok itu, waham tuh ada banyak. terdapat gejala merawat pasien
Yang namanya waham tuh akan waham dengan gejala
sulit diperbaiki karena dia sudah waham
meyakini, salah satu dari gejala
skizofrenia kan juga ada waham.
Waham kebesaran misalnya, nah
itu kan sulit, dia merasa-merasa itu Waham kebesaran
sulit, malah mending depresi itu, merasa dia merasa
getak dikit ditekan sedikit dia akan berkuasa, paling
merasa sedih. Kalo dia ada gejala hebat, dll. Jadi lebih
waham sulit, ya artinya dia mending merawat
semaunya sendiri orang depresi
daripada penderita
waham

31
P: Karena keyakinannya itu nggih?

N: Laiya merasa dia misalnya Contoh waham Waham Gejala waham


menjadi dokter, polisi, dia diatur seperti dia merasa kebesaran
akan sulit. Misalnya, polisi, menjadi dokter,
jenderal, diatur akan sulit. polisi, jenderal, dll

P: La kalo udah gitu yang dilakuin


sama perawat tuh gimana untuk
mengatur gitu?

N: Ya adaptif, kalo memang dia Terapi farmakologi Terapi Jenis terapi


dengan persuasif dengan gangguan tidak hanya oral, farmakologi farmakologi
dia menekan tidak bisa ya ada tetapi juga suntikan
terapi yang farmakologi kan ga
cuma secara oral, ada secara
suntikan

P: Dah ee itu aja sih pak yang ingin


kami tanyakan. Terima kasih
karena sudah menyempatkan waktu
dan menjawab pertanyaan yang
kami berikan dan bersedia menjadi
narasumber wawancara ini.
Apabila ada kesalahan dan
kekurangan kami mohon maaf pak.

N: Ya sama-sama mudah-mudahan
bermanfaat dengan informasi yang
bisa saya sampaikan. Mungkin kalo
memang ada yang salah atau
diluruskan kesini lagi gapapa

32
P: Hehe baik pak

5.2.2 Hasil Observasi


Table 1 Observe the respondent

ASPEK PERILAKU YANG MUNCUL

Raut wajah - Interviewee terlihat tidak terlalu antusias dalam menjawab


- Interviewee melakukan wawancara seperti ada keterpaksaan

Kelancaran - Interviewee terlihat lancar menjawab pertanyaan yang


menjawab diberikan
- Interviewee tidak banyak mengatakan ‘emmm’dan
menjawab dengan sangat hati-hati
- Interviewee juga menjawab disertai canda tawa dan
menanyakan kembali pertanyaan yang belum jelas

Perilaku/tingkah laku - Di awal interview, Interviewee menjawab pertanyaan sambil


sesekali mengecek hp. Tetapi, setelah masuk ke pertanyaan-
pertanyaan interviewee tidak lagi mengecek hp.
- Interviewee menjawab pertanyaan dengan menggunakan
bahasa tubuh seperti menggerakan tangan dan kaki
- Interviewee memposisikan tubuh menghadap interviewer
yang memberi pertanyaan

Table 2 Pelayanan RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta

Aspek yang diamati Keadaan

Pelayanan Medis - Instalasi Rawat Jalan


- Instalasi Gawat Darurat (IGD)
- Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Rehabilitasi Medik

33
- Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
- Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
- Instalasi Gigi dan Mulut
- Instalasi Psikogeriatri
- Instalasi Elektromedik
- Instalasi Napza
- Instalasi Rekam Medik
- Instalasi Psikologi
- Instalasi Rehabilitasi Psikososial
- Instalasi Hemodialisa.

Layanan penanganan - Layanan penanganan yang ada di Rumah Sakit Jiwa


Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta adalah rawat jalan
dan rawat inap.

Aktivitas instagram - Aktivitas di akun instagram @rsjd_surakarta terlihat


dan perawat sangat menarik. Dalam upaya meningkatkan informasi
pelayanan publik melalui media sosial RSJD dr. Arif
Zainudin Surakarta aktif memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh publik melalui instagram dan juga
website resmi Rumah Sakit, serta menjalin interaksi
dengan publik di media sosial.
- Informasi yang diberikan meliputi informasi pelayanan,
informasi kegiatan Rumah Sakit, prosedur pelayanan,
dan inovasi program pelayanan.
- Perawat terlihat tidak ramah

Sarana dan Prasarana - Ruangan bangsal sedikit pengap


- Rumah sakit sangat luas sehingga memerlukan tenaga
lebih ketika jalan kaki
- Parkiran motor depan IGD rumah sakit lumayan kecil

34
5.3 Pembahasan Hasil
Proses Penerimaan Pasien
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada salah satu perawat di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta yang bernama Pak Afik. Rincian tanggung jawab Pak
Afik sebagai perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta antara lain
mengkoordinir layanan tenaga, pelayanan asuhan, dan pelayanan kebutuhan rumah sakit
dan SDM. Wawancara dilakukan dengan jenis wawancara semi terstruktur. Tentunya,
pasien yang ada di rumah sakit ataupun klinik tidak langsung datang/hadir dan dirawat
begitu saja. Terdapat proses penerimaan pasien di rumah sakit maupun di klinik terlebih
dahulu sebelum pasien ditindaklanjuti perawatan. Dari hasil wawancara, narasumber
mengatakan bahwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta terdapat
sejumlah dua jalur penerimaan pasien yaitu rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat atau
banyak orang menyebutnya IGD. Jam kerja antara jalur rawat jalan dan IGD berbeda.
Penerimaan pasien dengan jalur rawat jalan akan dilayani oleh pihak rumah sakit pada jam
pagi sedangkan penerimaan pasien dengan jalur IGD akan dilayani pihak rumah sakit pada
jam pagi dan di luar jam kerja. Peneliti dalam sesi wawancara menanyakan kepada
narasumber perihal hambatan yang dialami dalam proses penerimaan pasien di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta. Narasumber mengatakan bahwa selama
ia bekerja tidak ada hambatan selama proses penerimaan pasien baik melalui jalur rawat
jalan maupun melalui jalur Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Informasi tentang Pasien Skizofrenia dengan Gejala Depresi


Salah satu gejala yang dialami oleh pasien skizofrenia adalah depresi. Depresi
adalah suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa saat mengalami suatu perubahan,
kehilangan, kegagalan dan menjadi patologis ketika tidak mampu beradaptasi (A. K.
Townsend et al., 2009). Sesuai dengan hasil wawancara dengan narasumber, narasumber
mengatakan bahwa depresi belum termasuk gangguan jiwa, tetapi merupakan salah satu
gejala skizofrenia. Dalam pengalamannya bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainuddin Surakarta, narasumber menjelaskan bahwa selama menangani pasien di bangsal
tidak ada pasien dengan gejala hanya depresi saja, tetapi menangani pasien terdiagnosa
skizofrenia dengan gejala depresi. Narasumber juga mengatakan bahwa pasien skizofrenia
dengan gejala depresi cenderung murung, diam, pasif, dan suka menyendiri atau menarik

35
diri dari kehidupan sosial. Sifat menarik diri yang ditunjukkan pasien skizofrenia dengan
gejala depresi sesuai dengan gejala individu yang mengalami skizofrenia yang sudah
dipaparkan pada kajian teori pada laporan. Peneliti menanyakan pada narasumber
mengenai apa saja penyebab pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin
Surakarta dapat mengalami gejala depresi. Narasumber mengatakan bahwa penyebab
depresi antara lain adalah faktor keluarga seperti permasalahan genetik, faktor lingkungan
individu, dan faktor situasional. Pasien skizofrenia yang mengalami gejala depresi di
rumah sakit ini rata rata disebabkan oleh faktor situasional.
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan psikologis yang parah yang dicirikan
dengan adanya proses-proses berpikir yang terganggu. Individu dengan skizofrenia
mungkin menunjukkan beberapa gejala termasuk pikiran mengganggu, komunikasi yang
ganjil, emosi yang tidak tepat, perilaku motor yang tidak tepat, dan penarikan diri. Terdapat
beberapa jenis skizofrenia. Yang pertama adalah skizofrenia disorganized, individu
mengalami delusi dan halusinasi yang memiliki makna yang sedikit atau tidak bermakna
sama sekali. Selanjutnya skizofrenia katatonik, individu menunjukkan perilaku motorik
yang aneh atau tidak merespon/bergerak sama sekali seperti orang pingsan. Lalu ada jenis
skizofrenia paranoid. Individu yang mengalami jenis skizofrenia ini akan mengalami
delusi. Selain itu, terdapat skizofrenia tidak bergolong yang ditandai dengan perilaku yang
tidak teratur, halusinasi, delusi, dan inkoherensi. Gejala individu yang mengalami
skizofrenia terdapat 3 antara lain gejala positif, gejala negatif dan defisit kognitif. Gejala
positif dapat berupa halusinasi di mana individu mengalami pengalaman sensoris sensoris
disaat tidak ada rangsangan nyata dan sering bersifat auditoris dan mungkin akan
mengeluhkan mendengar suara-suara, penciuman, rasa, ataupun melihat yang tidak ada.
Gejala positif selanjutnya adalah delusi dimana individu mengalami gangguan pikiran yang
tidak biasa dan terkadang aneh. Gejala positif yang lain adalah proses berpikir referensial
dimana individu mengalami proses berpikir pada kejadian yang terjadi secara acak. Gejala
positif skizofrenia yang terakhir adalah gangguan dalam pergerakan yang menunjukkan
pergerakan yang ceroboh dan tidak biasa serta ekspresi wajah seperti mengernyitkan dahi.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai gejala negatif dari gangguan skizofrenia. Gejala
negatif skizofrenia mencerminkan kekurangan perilaku dan hilangnya atau turunnya fungsi
normal seseorang. Satu gejala negatif adalah afek datar (flat affect) yang berarti bahwa

36
orang tersebut menunjukkan sedikit atau tidak menunjukkan emosi sama sekali, berbicara
tanpa tekanan emost, dan mempertahankan ekspresi wajah tidak bergerak (Alvino, et al,
2007). Orang dengan skizofrenia juga mungkin kurang mampu untuk membaca emosi dari
orang lain. Lalu gejala yang terakhir adalah deficit kognitif. Individu aka mengalami
kesulitan dalam memusatkan atensi, menyimpan informasi dalam ingatan, memaknai
informasi dan membuat keputusan (Kerns, 2007; Kerns & Berenbaum, 2003). Pada saat
sesi wawancara, narasumber menjelaskan gejala skizofrenia paling banyak yang dialami
oleh pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta adalah halusinasi dan
gelisah. Halusinasi yang dialami pasien di rumah sakit ini termasuk gejala positif gangguan
skizofrenia. Selain itu, pasien juga tidak dapat mengendalikan emosinya sehingga
menunjukkan perilaku marah-marah. Perilaku marah yang ditunjukkan pasien tanpa sebab
ini termasuk gejala positif skizofrenia bagian gangguan dalam pergerakan dimana pasien
melakukan perilaku yang tidak biasa dan ceroboh.

Layanan Penanganan Pasien Skizofrenia dengan Gejala Depresi


Pada hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa terdapat dua pelayanan
yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta yaitu pengobatan dan
perawatan. Untuk layanan penanganan pada pasien skizofrenia dengan gejala depresi di
rumah sakit ini dengan menggunakan terapi farmakologi dan terapi modalitas. Terapi
farmakologi adalah terapi dengan menggunakan obat-obatan yang diresepkan dokter.
Tujuan dari terapi farmakologi adalah mengurangi gejala, frekuensi, keparahan dan
meningkatkan status kesehatan pasien. Informasi mengenai pengobatan dalam terapi
farmakologi mencakup penggunaan obat-obatan yang tepat, jenis obat, cara penggunaan
yang tepat, waktu yang tepat dan efek samping obat. Informasi mengenai obat-obatan yang
tidak lengkap dan akurat akan menyebabkan ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan
dan mengurangi optimalnya pengobatan (Currie, G. P. (2010). Terapi farmakologi yang
diberikan pasien skizofrenia dengan gejala depresi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainuddin Surakarta adalah obat-obatan yang dikonsumsi dan juga suntikan. Selain terapi
farmakologi, terdapat terapi modalitas. Terapi modalitas adalah yang merupakan metode
pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik atau elektrik. Terapi modalitas
bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami
oleh klien (Lundy & Jenes, 2009). Jenis terapi modalitas antara lain terapi individual, terapi

37
lingkungan, terapi biologi, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku,
dan terapi bermain. Penjelasan tiap jenis terapi sebagai berikut:
1. Terapi Individual, terjalin hubungan terstruktur antara perawat dengan pasien
yang bertujuan untuk mengubah keadaan pasien. Terapi ini mengembangkan
pendekatan penyelesaian konflik dan meredakan penderitaan emosional yang
dialami pasien.
2. Terapi lingkungan, terapi di mana perawat menggunakan semua lingkungan
rumah sakit. Perawat melakukan beberapa tugas seperti mendorong komunikasi
dan pembuatan keputusan pada pasien, meningkatkan harga diri, meningkatkan
keterampilan pasien dan perilaku baru.
2. Terapi biologis, terapi ini berdasarkan pada model medical dimana memandang
gangguan jiwa sebagai penyakit. Contoh terapi biologi dapat berupa medikasi
psikoaktif, intervensi nutrisi, bedah otak, ECT, dan fototerapi.
3. Terapi Kognitif. Terapi ini bertujuan untuk mempengaruhi perasaan dan perilaku
pasien dengan nilai keyakinan dan sikap. Terapi ini bertujuan mengembangkan
pola pikir pasien yang rasional dengan pemberian intervensi penyelesaian
masalah dan pengajaran substitusi pikiran.
4. Terapi Keluarga. Terapi ini mengikutsertakan keluarga pasien sebagai unit
penanganan. Tujuan terapi ini adalah meningkatkan fungsi keluarga.
5. Terapi kelompok. Terapi ini dilakukan dengan interaksi antara perawat dengan
sekelompok pasien. Tujuannya adalah meningkatkan hubungan interpersonal,
mengubah perilaku maladaptive, dan meningkatkan kesadaran diri.
6. Terapi perilaku. Teknik dasar dari terapi perilaku antara lain kondisioning
operan, pengendalian diri, dan role model.
7. Terapi bermain.
Layanan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depresi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta dilakukan terapi gabungan antara farmakologi dengan
modalitas. Narasumber juga menjelaskan mengenai perkembangan pasien ketika dibawa
ke rumah sakit jiwa. Pasien yang sudah mendapatkan penanganan di rumah sakit jiwa
diharapkan mengalami perubahan baik tingkah laku maupun gejala contohnya ketika di
rumah sulit mengendalikan emosi, insomnia, diharapkan saat mendapatkan penanganan

38
gejala yang dialami pasien tersebut berkurang. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainuddin Surakarta, pasien skizofrenia mendapatkan perawatan dalam jangka 12 hari.
Perawat menargetkan 12 hari agar bisa melihat respon obat/terapi yang diberikan kepada
pasien. Setelah itu, pasien skizofrenia diperbolehkan pulang.

Hambatan dalam Pemberian Layanan Penanganan Pasien Skizofrenia


Dari hasil wawancara dengan narasumber, terdapat kendala dalam merawat pasien
skizofrenia. Kendala yang paling banyak dialami adalah ketika merawat pasien skizofrenia
dengan gejala waham. Waham merupakan gangguan dimana penderitanya memiliki rasa
realita yang berkurang atau terdistorsi dan tidak dapat membedakan yang nyata dan yang
tidak nyata (Victoryna et al., 2020). Waham adalah keyakinan palsu, didasarkan kepada
kesimpulan yang salah tentang eksternal tidak sejalan dengan intelegensi pasien dan latar
belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan (Zukna & Lisiswanti,
2017). Menurut Dermawan & Rusdi (2013) dalam bukunya mengatakan bahwa waham
adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan dan
tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
yang sudah kehilangan control (Dermawan & Rusdi, 2013). Waham dipengaruhi oleh
faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada
kasih sayang, pertengkaran orang tua, dan aniaya (Dermawan, 2018). Gangguan proses
pikir waham ini adalah gejala positif dari skizofrenia dan biasanya orang yang memiliki
gejala tersebut akan melakukan hal-hal yang sesuai dengan jenis wahamnya, yaitu
dengan memiliki rasa curiga yang tinggi terhadap diri sendiri maupun orang lain,
merasa memiliki kekuasaan yang besar, merasa mempunyai kekuatan yang luar biasa jauh
diatas manusia pada umumnya, merasa dirinya mempunyai penyakit yang sangat parah
atau dapat menular ke orang lain, serta menganggap dirinya sudah meninggal (Prakasa
& Milkhatun, 2020). Gejala waham ini termasuk ke dalam gejala positif skizofrenia yaitu
pada proses berpikir referensial. Narasumber juga mengatakan bahwa gejala yang dialami
pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa Surakarta ini adalah waham kebesaran yang
mengakibatkan penderitanya merasa paling berkuasa dan paling hebat. Pasien skizofrenia
yang ditangani di rumah sakit ini bertindak seakan akan menjadi dokter, polisi, jenderal,
dan lain-lain.

39
Pelayanan Medis dan Sarana Prasarana yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Arif Zainuddin Surakarta.
Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat pelayanan medis, aktivitas Instagram,
serta sarana prasarana yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Pelayanan medis antara lain
● Instalasi Rawat Jalan
● Instalasi Gawat Darurat (IGD)
● Instalasi Rawat Inap
● Instalasi Rehabilitasi Medik
● Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
● Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
● Instalasi Gigi dan Mulut
● Instalasi Psikogeriatri
● Instalasi Elektromedik
● Instalasi Napza
● Instalasi Rekam Medik
● Instalasi Psikologi
● Instalasi Rehabilitasi Psikososial
● Instalasi Hemodialisa.
Layanan penanganan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin
Surakarta adalah rawat jalan dan rawat inap. Selain itu, pihak rumah sakit aktif memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh publik melalui instagram dan juga website resmi Rumah
Sakit, serta menjalin interaksi dengan publik di media sosial. Informasi yang diberikan
meliputi informasi pelayanan, informasi kegiatan Rumah Sakit, prosedur pelayanan, dan
inovasi program pelayanan. Observasi juga dilakukan pada sarana dan prasarana rumah
sakit. Hasil observasi menunjukkan bahwa ruangan bangsal tempat peneliti melakukan
wawancara sedikit pengap, rumah sakit sangat luas, tetapi untuk tempat parkir sepeda
motor lumayan kecil.

40
BAB VI
PENUTUP

6. 1. Kesimpulan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta memiliki dua jalur
penerimaan pasien, yaitu rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tidak ada
hambatan signifikan dalam proses penerimaan pasien, baik melalui jalur rawat jalan
maupun IGD. Mayoritas pasien yang dirawat adalah pasien skizofrenia. Pasien skizofrenia
dapat mengalami gejala depresi, yang cenderung disebabkan oleh faktor situasional. Gejala
skizofrenia mencakup gejala positif (halusinasi, delusi, gangguan pergerakan), gejala
negatif (efek datar), dan defisit kognitif.
Layanan penanganan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta
mencakup terapi farmakologi dan terapi modalitas. Terapi modalitas melibatkan berbagai
jenis terapi, termasuk terapi individual, terapi keluarga, terapi kelompok, dan terapi
perilaku. Pasien skizofrenia diharapkan mengalami perubahan positif setelah 12 hari
perawatan di rumah sakit. Kendala utama terjadi saat merawat pasien skizofrenia dengan
gejala waham, yang dapat menciptakan keyakinan palsu dan ketidakmampuan
membedakan antara realitas dan distorsi.
Selain itu, Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta menyediakan
berbagai layanan medis, termasuk instalasi rawat jalan, IGD, instalasi rawat inap, dan
lainnya. Pihak rumah sakit aktif dalam memberikan informasi melalui media sosial, seperti
Instagram, untuk memberikan informasi kepada publik. Sarana prasarana rumah sakit
mencakup beragam instalasi, tetapi beberapa ruangan mungkin memiliki kendala seperti
kurangnya ventilasi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Ady, Intan Novantin Citra. (2021). Reality Therapy untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri
Remaja dengan Gangguan Major Depressive Disorder. Procedia: Studi Kasus dan
Intervensi Psikologi, 9(2), 62-66. 10.22219/procedia.v9i2.16318
Afdaliza. (2020, Desember). Major Depressive Disorder pada Lansia (Dibahas Dengan Sudut
Pandang Psikologi). Jurnal Psikologi Konseling, 17(2), 678-694.
Bararah, Meina A. dan Halimuddin. (2021). Pengetahuan Terapi Farmakologi Pasien PPOK. Idea
Nursing Journal, 12(1), 20-26.
Damanik, Era Yesika, dkk. (2023, Maret). Nutrasetikal Sebagai Terapi Komplementer Pada
Major Depressive Disorder (MDD). Medula, 13(3), 231-238.
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Journal An-nafs: Kajian dan
Penelitian Psikologi, 1(1), 1-14.
Hadi, Indriono, dkk. (2017, Juni). Gangguan Depresi Mayor (Mayor Depressive Disorder) Mini
Review. Health Information: Jurnal Penelitian, 9(1), 25-40.
King, L. A. (2017). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif (3rd ed., Vol. 2). Jakarta
Selatan: Salemba Humanika.
Oktaviani, Fani T. dan Ita Apriliyani. (2022, November). Asuhan Keperawatan Pasien
Skizofrenia dengan Masalah Waham Kebesaran: Studi Kasus. Jurnal Keperawatan
Merdeka, 2(2), 151-158.
Prasetyo, W. A., Probosuseno, P., & Sumarni, S. (2016). Gangguan depresi berhubungan dengan
status gizi pasien psikogeriatri di RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat, Malang. Jurnal
Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 3(1), 22-30.
Trilia, dkk. (2013, November). Pengaruh Terapi Modalitas: Terapi Musik Terhadap Kualitas
Tidur Lansia yang Mengalami Insomnia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang.
Masker Medika, 1(2), 36-45.
Zahnia, S., Sumekar, D. W. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Majority (Vol. 5 No. 4).

42
LAMPIRAN

Surat Tugas Pelaksanaan Kegiatan

43
Informed Consent

44
Kuitansi Pembayaran

45
Dokumentasi Kegiatan

46

Anda mungkin juga menyukai