Dosen Pengampu:
1. Zahrina Mardhiyah, M.Psi., Psikolog
2. Laelatus Syifa Sari Agustina, S.Psi., M.Psi., Psikolog
3. Rini Setyowati, M.Psi., Psikolog
Anggota Kelompok 2:
1. Agilita Emanuela Bisay (P0122006)
2. Alinna Fara Putri Maharani (P0122013)
3. Aura Layinatul Ummi (P0122039)
4. Az Zahra Callista Larasati (P0122043)
KELAS A
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I .............................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2 Tujuan Kunjungan......................................................................................................... 4
1.3 Manfaat Kunjungan ....................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................ 5
PROFIL INSTANSI ..................................................................................................................... 5
BAB III........................................................................................................................................... 8
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................... 8
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
METODE DAN RANCANGAN ................................................................................................ 15
4.1 Rencana Kegiatan ........................................................................................................ 15
4.2 Timeline Kegiatan ........................................................................................................ 15
4.3 Metode Wawancara, Metode Analisis Data dan Panduan Wawancara ................. 17
4.4 Metode Observasi, Metode Analisis Data, dan Panduan Observasi ....................... 20
BAB V .......................................................................................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................... 23
5.1 Pelaksanaan Team Based Project ................................................................................ 23
5.2 Pembahasan Hasil Team Based Project ...................................................................... 23
5.3 Pembahasan Hasil ........................................................................................................ 35
BAB VI ......................................................................................................................................... 41
PENUTUP.................................................................................................................................... 41
6. 1. Kesimpulan ................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 42
LAMPIRAN................................................................................................................................. 43
2
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PROFIL INSTANSI
Rumah Sakit Jiwa dr. Arif Zainudin beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantoro No.80 Surakarta
52126. RSJD Surakarta menyediakan pelayanan kesehatan khususnya usaha pelayanan kesehatan
jiwa dengan upaya penyembuhan, pemulihan, peningkatan, pencegahan, pelayanan rujukan, dan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta pengabdian
masyarakat. Tidak hanya dilengkapi dengan fasilitas kejiwaan saja, RSJD juga menyediakan
dokter spesialis lain dengan total sebelas dokter spesialis kedokteran jiwa dan tujuh dokter spesialis
non jiwa, seperti radiologi, syaraf, anestesi, kulit dan kelamin, dan penyakit dalam, dokter umum,
dokter gigi, psikolog, apoteker, dan tenaga kesehatan serta non kesehatan. Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSJD Surakarta melayani pasien gawat darurat baik kasus psikiatri maupun kasus non-
psikiatri, juga permintaan penjemputan pasien. RSJD menyediakan kapasitas total 260 tempat tidur
dengan klasifikasi berdasarkan kebutuhan pelayanan dan berdasarkan kelas.
Layanan instalasi RSJD Surakarta, meliputi:
1. Instalasi Gawat Darurat (Psikiatri dan Non-Psikiatri)
2. Instalasi Rawat Jalan
a) Klinik Jiwa Anak & Remaja
b) Klinik Dewasa
c) Klinik Psikogeriatri
d) Klinik Gangguan Mental Organik
e) Klinik Rehabilitasi NAPZA
f) Klinik Medikolegal
g) Klinik Saraf
h) Klinik Penyakit Dalam
i) Klinik Rehabilitasi Medik
j) Klinik Nyeri
k) Klinik Penyakit Kulit & Kelamin
l) Klinik Gigi & Mulut
m) Klinik Psikologi
5
3. Instalasi Rawat Inap
a) Rawat Inap Jiwa Dewasa
b) Rawat Inap Anak & Remaja
c) Rawat Inap Psikogeriatri
d) Rawat Inap Penyalahgunaan NAPZA
e) Rawat Inap Gangguan Mental Organik
f) Rawat Inap Non Psikiatri
4. Instalasi NAPZA
Meliputi perawatan Gawat Darurat, Pemulihan, dan Rehabilitasi Medik terkait
gangguan NAPZA
5. Instalasi Psikogeriatri
6. Instalasi Rehabilitasi Medik
7. Instalasi Elektromedik
8. Instalasi Psikologi
Psikotes, Tes Intelegensi, Tes Minat Bakat, Konseling, Psikologi Mobile, dan
Penilaian Kompetensi Pejabat Publik
9. Instalasi Rehabilitasi Psikososial
Terapi Okupasi, Modalitas, Religi, Psikoterapi, Terapi Rekreasi, Day Care
10. Instalasi Laboratorium
Medical Check Up, Deteksi NAPZA, Tes Fungsi Lipid, Hati & Ginjal, Tes kelainan
Hematologi, Deteksi Infeksi Bakterial/ Viral, Tes Pemantauan Diabetes Melitus
11. Instalasi Radiologi
X-Ray, USG, CT-Scan, Bone Mineral Densitometer (BMD)
12. Instalasi Gigi & Mulut
13. Instalasi Farmasi
14. Instalasi Gizi
15. Instalasi PKRS & KESWAMAS
16. Instalasi Rekam Medis
17. Instalasi IPS Medis
18. Instalasi IPS Non-Medis
19. Instalasi Sanitasi
6
20. Instalasi Laundry
21. Instalasi Humas & Pemasaran
22. Instalasi SIM RS
23. Instalasi Kesehatan Jiwa Anak & Remaja
a) Pemeriksaan Psikiatri Anak dan Remaja
b) Pemeriksaan Deteksi Dini
c) Pemeriksaan Rehabilitasi Medik
d) Asuhan Keperawatan
e) Pemeriksaan Psikologi
f) Terapi (Wicara, Okupasi, & Pedagoge)
g) Pemeriksaan Gigi Anak
h) Terapi Biofeedback
7
BAB III
KAJIAN TEORI
Depresi adalah suatu kondisi seseorang merasa sedih, kecewa saat mengalami suatu
perubahan, kehilangan, kegagalan dan menjadi patologis ketika tidak mampu beradaptasi (A. K.
Townsend et al., 2009) Depresi merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang secara
afektif, fisiologis, kognitif dan perilaku sehingga mengubah pola dan respon yang biasa dilakukan
(Montgomery, 2011; Thompson & Binder-Macleod, 2006). Menurut WHO, kriteria umum depresi
terjadi penurunan berat badan, perilaku selalu adalah gelisah atau lesu. Seorang yang depresi
dengan usia yang lebih tua memiliki gejala kognitif seperti lupa, dan perlambatan gerakan. Depresi
merupakan penyebab utama keempat beban penyakit di seluruh dunia (Ayuso Mateos, Chatterji,
Mathers, & Murray, 2004). Depresi sering berdampingan dengan gangguan fisik umum di
kalangan orang tua, seperti stroke, penyakit kardiovaskular, penyakit parkinson, dan penyakit paru
obstruktif kronik. Lebih dari 350 juta penduduk di seluruh dunia mengalami gangguan depresi
(WHO, 2012). Satu dari empat wanita dan satu dari dari enam pria mengalami depresi selama
hidup mereka, 65% memiliki episode berulang dari gangguan tersebut (Eaton et al., 2008),
sehingga depresi menjadi penyebab utama penyakit secara global (Walker, McGee, & Druss,
2015). Salah satu di Amerika Serikat yang mengukur penduduk dalam kelompok 13 tahun ke atas
menemukan bahwa setidaknya 30 persen penduduk Amerika Serikat mengaku mengalami satu
episode depresi atau didiagnosis menderita depresi dalam waktu 12 bulan terakhir (Kessler dkk,
2012).
Menurut American Psychiatric Association (A. K. Townsend et al., 2009; M. C. Townsend,
2013), gangguan depresi merupakan salah satu gangguan suasana hati (mood) yang
diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu gangguan depresi mayor atau Major Depressive
Disorder (MDD) dan gangguan distimik atau Dysthymic Disorder.
Tipe Depresi
8
Depresi melankolis Dengan gambaran melankolis Mood nonreaktif, anhedonia, kehilangan
berat badan, rasa bersalah, agitasi dan
retardasi psikomotor, mood yang
memburuk pada pagi hari, terbangun di
pagi buta
Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak tidur,
makan berlebihan, paralisis yang dibuat,
sensitif pada penolakan interpersonal
Gangguan afektif Musiman Onset yang teratur dan kambuh pada saat
musiman musim tertentu (biasanya musim
gugur/dingin)
Depresi menjadi salah satu tanda gejala individu yang mengalami gangguan skizofrenia.
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan psikologis yang parah yang dicirikan dengan adanya
proses-proses berpikir yang terganggu. Istilah skizofrenia berasal dari bahasa latin baru schizo
yang berarti “terpecah” dan phrenia yang berarti “pikiran”. Hal ini menekankan bahwa pikiran
seseorang terpecah dari realitas dan individu itu menjadi bagian dari dunia yang kacau dan
menakutkan. Skizofrenia melibatkan pecahnya kepribadian individu dari realitas dan bukan
9
munculnya dari beberapa kepribadian dalam satu individu. Individu dengan skizofrenia mungkin
menunjukkan beberapa gejala termasuk pikiran mengganggu, komunikasi yang ganjil, emosi yang
tidak tepat, perilaku motor yang tidak tepat, dan penarikan diri. Skizofrenia adalah gangguan
psikologis yang serius dan bertahan lama. Kebanyakan dari penderita skizofrenia mengendalikan
gangguan ini berarti menggunakan medikasi yang sangat kuat untuk melawan gejala-gejalanya.
Penyebab munculnya kembali gangguan ini karena penderita menghentikan
pengobatannya karena merasa sudah lebih baik atau karena tidak menyadari bahwa pikiran mereka
mengalami gangguan. Mencari penanganan penderita skizofrenia membutuhkan keberanian dan
membutuhkan pemahaman kepada penderita untuk menerima bahwa persepsi mereka tentang
dunia dan pemahaman mereka tentang realitas adalah salah. Gejala-gejala Skizofrenia. Gejala-
gejala skizofrenia biasanya diklasifikasikan sebagai gejala-gejala positif, gejala-gejala negatif dan
defisit kognitif.
1. Gejala-gejala Positif
Gejala-gejala positif skizofrenia ditandai dengan adanya distorsi atau kelebihan
dalam fungsi normal dan biasa disebut “positif” karena mencerminkan sesuatu yang
ditambahkan atau lebih dari perilaku normal. Gejala-gejala positif dari skizofrenia
mencangkup halusinasi, delusi, pikiran yang terganggu, dan gangguan pada pergerakan.
a. Halusinasi
Halusinasi adalah pengalaman sensoris disaat tidak ada rangsangan nyata
dan sering bersifat auditoris dan mungkin akan mengeluhkan mendengar suara-
suara, tetapi halusinasi juga dapat berupa penciuman dan rasa dan dapat
melibatkan melihat hal-hal yang tidak ada.
b. Delusi
Delusi adalah kepercayaan salah yang terkadang benar-benar tidak masuk
akal yang tidak merupakan bagian dari budaya tempat individu tumbuh. Psikolog
menggunakan istilah gangguan pikiran untuk mendeskripsikan proses-proses-
pikir yang tidak biasa dan terkadang aneh yang mencirikan gejala-gejala positif
skizofrenia. Pikiran dari orang-orang dengan skizofrenia dapat menjadi begitu
tidak tertata dan membingungkan. Sering kali individu-individu ini tidak
berbicara atau menulis sesuatu yang dapat dipahami.
c. Proses Berpikir Referensial
10
Proses berpikir referensial (referential thinking) yang berarti menyematkan
makna pribadi pada kejadian-kejadian acak yang terjadi, seperti gadis yang
menarik perhatian seseorang ketika bus sedang bergerak meninggalkan
pemberhentiannya
d. Gangguan dalam pergerakan
Seorang dengan schizofrenia mungkin menunjukkan pergerakan yang
terkesan ceroboh dan tidak biasa serta ekspresi wajah seperti mengernyitkan
dahi. Individu mungkin mengulangi sejumlah gerakan berkali kali, dan pada
kasus ekstrem dapat menjadi katatonia. Katatonia (catatonia) ada keadaan di
mana seseorang menjadi tidak bergerak dan tidak responsif. Orang yang
katatonik tetap tidak bergerak untuk waktu yang lama.
2. Gejala-gejala negatif
Gejala-gejala Negatif Bila gejala positif skizofrenia ditandai dengan sebuah distorsi
atau fungsi normal yang berlebihan, gejala negatif skizofrenia mencerminkan
kekurangan perilaku dan hilangnya atau turunnya fungsi normal seseorang. Satu gejala
negatif adalah afek datar (flat affect) yang berarti bahwa orang tersebut menunjukkan
sedikit atau tidak menunjukkan emosi sama sekali, berbicara tanpa tekanan emost, dan
mempertahankan ekspresi wajah tidak bergerak (Alvino, et al, 2007). Orang dengan
skizofrenia juga mungkin kurang mampu untuk membaca emosi dari orang lain. Mereka
mungkin mengalami kurangnya pengalaman emosi positif dalam kehidupan sehari-hari
dan menunjukkan kurang kemampuan dalam merencanakan, menginisiasi, dan terlibat
dalam perilaku yang berorientasi tujuan. Tidak seperti gejala- gejala positif, gejala-
gejala negatif tampak jelas berbeda pada orang-orang sehat-kita semua pernah
mengalami waktu di mana kita seperti "terasing" atau tidak memiliki orientasi tujuan
atau terlibat dalam lingkungan, maka orang-orang dengan gangguan skizofrenia sering
kali dianggap hanya sebagai orang yang malas dan tidak ingin untuk memiliki
kehidupan yang lebih baik.
3. Gejala-gejala Kognitif
Gejala-gejala kognitif dari skizofrenia, meliputi kesulitan untuk mempertahankan
atensi, hambatan dalam menyimpan informasi dalam ingatan, dan ketidakmampuan
untuk memaknai informasi dan membuat keputusan (Kerns, 2007; Kerns & Berenbaum,
11
2003). Gejala-gejala kognitif ini mungkin tampak kecil dan sering kali hanya dapat
dideteksi melalui tes-tes neuropsikologis.
Ada empat jenis utama skizofrenia: disorganized, katatonik, paranoid, dan tidak
bergolong Perilaku yang tampak dari keempat jenis ini beragam, namun mereka
memiliki ciri yang sama dalam hal proses pikiran yang terganggu.
1. Skizofrenia Disorganized
Dalam skizofrenia disorganized (disorganized schizophrenia) seorang
individu mengalami delusi dan halusinasi yang memiliki makna yang sedikit
atau tidak bermakna sama sekali-seperti arti kata "disorganized". Seorang
individu dengan skizofrenia disorganized mungkin akan menarik diri dari
kontak dengan manusia dan mungkin mundur untuk menunjukkan perilaku
dan gerak tubuh yang konyol seperti anak-anak. Banyak dari individu ini
mengalami isolasi atau penyesuaian yang tidak tepat selama remaja.
2. Skizofrenia Katatonik
Dicirikan oleh perilaku motor yang aneh yang terkadang muncul
dalam bentuk keadaan tidak bergerak sama sekali seperti orang yang pingsan.
Ketika berada dalam keadaan ini, individu dengan skizofrenia katatonik
sebenarnya sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi di sekitarnya. Dalam
keadaan katatonik, individu terkadang menunjukkan fleksibilitas lunak,
contohnya, bila lengan sukses tersebut diangkat dan dibiarkan jatuh lengan
akan berada dalam posisi yang baru
3. Skizofrenia Paranoid Skizofreni
Skizofrenia paranoid (paranoid schizophrenia) dicirikan dengan
adanya delusi-delusi referensi, kebesaran, dan penganiayaan. Delusi biasanya
muncul dalam bentuk sebuah sistem yang terelaborasi didasarkan pada
pemaknaan yang salah terhadap kejadian-kejadian tertentu. Tidak aneh untuk
individu dengan skizofrenia paranoid untuk mengembangkan ketiga delusi
dalam urutan berikut. Pertama, mereka melihat bahwa mereka adalah
istimewa dan salah memaknai kejadian kebetulan sebagai sesuatu yang terkait
dengan hidup mereka sendiri (delusi referensi).
4. Skizofrenia tidak Bergolong
12
Skizofrenia tidak bergolong (undifferentiated schizophrenia) ditandai
dengan perilaku yang tidak teratur, halusinasi, delusi, dan inkoherensi.
Diagnosis ini digunakan ketika gejala-gejala individu tidak memenuhi kriteria
untuk satu dari tiga jenis skizofrenia lain atau memenuhi kriteria untuk lebih
dari satu jenis.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penyebab skizofrenia. Di sini
kita akan membahas faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosio-kultural yang terlibat
dalam gangguan ini.
1. Faktor-faktor Biologis
Penelitian menunjukkan bukti kuat untuk penjelasan biologis mengenai
skizofrenia. Terutama bukti mengarah pada adanya predisposisi genetika. namun
abnormalitas struktural dan neurotransmitter juga dihubungkan dengan gangguan
psikologi.
a. Abnormalitas Struktur Otak
Abnormalitas struktur dalam otak telah ditemukan pada individu-
individu dengan skizofrenia. Teknik-teknik pencitraan termasuk
pemindaian MRI telah menunjukkan ventrikel-ventrikel yang diperbesar
dalam otak para individu ini. Ventrikel adalah ruang-ruang yang dipenuhi
dengan cairandalam otak, dan pembesaran ventrikel mengindikasikan
atrofi atau kemunduran di jaringan otak lainnya. Individu dengan
skizofrenia juga memiliki korteks frontal yang kecil (area dimana proses
berpikir perencanaan, dan pengambilan keputusan terjadi) dan
menunjukkan aktivitas yang lebih sedikit dibandingkan dengan individu
yang tidak memiliki skizofrenia (Cotter, et al, 2002). Penelitian
mikroskopik tentang jaringan otak sesudah kematian menunjukkan
perubahan kecil dalam distribusi atau karakteristik sel-sel otak pada
pengidap skizofrenia. Tampak bahwa banyak dari perubahan ini terjadi
sebelum lahiran (prenatal) karena mereka tidak disertai oleh sel-sel glia
yang selalu muncul ketika terjadi cedera otak sesudah kelahiran.
Permasalahan pada perkembangan prenatal yang membuat seorang anak
memiliki gejala-gejala skizofrenia selama pubertas dan dewasa muda
13
(Mueser & McGurk, 2004). Masalah dalam Regulasi Neurotransmitter
Penjelasan biologis awal untuk skizofrenia menyatakan bahwa individu
dengan skizofrenia memproduksi neurotransmitter dopamin yang lebih
tinggi dan kelebihan dopamin ini menyebabkan skizofrenia. Teori ini
mungkin terlalu sederhana, walau terdapat banyak bukti bahwa dopamin
memainkan peran dalam skizofrenia (Tamminga, 2006).
2. Faktor-faktor Psikologis
Para psikolog sering menjelaskan skizofrenia memiliki akar pada
pengalaman masa kecil dengan orangtua. Teori ini telah tersingkirkan ketika aspek
biologis dari gangguan ini ditemukan. Namun, walau kontemporer tidak
mengajukan faktor-faktor psikologis sebagai satu-satunya penyebab skizofrenia,
stres mungkin dapat menjadi faktor yang memainkan peranan. Model stres- diatesis
(diathesis-stress model) berpendapat bahwa kombinasi dari disposisi biogenetik
dan stres menyebabkan skizofrenia (Meehl, 1962), Istilah diatesis berarti
kerentanan fisik atau predisposisi terhadap gangguan tertentu. Artinya, sebuah
komposisi genetika yang memiliki cacat mungkin menyebabkan skizofrenia hanya
bila individu hidup dalam lingkungan yang membuat stres.
3. Faktor-faktor Sosio-kultural
Gangguan pikiran dan emosi umum ditemukan pada kasus skizofrenia di
setiap budaya, namun jenis dan kejadian gangguan skizofrenia mungkin berbeda
dari satu budaya ke budaya lainnya. Individu yang hidup di lingkungan miskin lebih
mungkin untuk mengembangkan skizofrenia daripada orang-orang yang memiliki
status sosio-ekonomi tinggi. Hubungan antara skizofrenia dan kemiskinan adalah
korelasional, dan teori-teori kontemporer tidak percaya bahwa kemiskinan
menyebabkan skizofrenia (Schiffman & Walker, 1998). Memang demikian, dapat
dilihat pada lintas budaya, individu dengan skizofrenia di negara berkembang yang
belum memiliki dunia industri yang mendominasi cenderung memiliki
hasilkeluaran yang lebih baik dibandingkan dengan penderita skizofrenia di negara
industri maju (Jablensky, 2000). Faktor-faktor sosio-kultural juga dipengaruhi oleh
kasus skizofrenia. Pada awal bab ini, kita mendeskripsikan Moe Armstrong,
seorang yang memiliki keberhasilan hidup walau memiliki skizofrenia.
14
BAB IV
METODE DAN RANCANGAN
15
1. Kunjungan dan perizinan ke Kamis, 30 November
Rumah Sakit Jiwa Daerah 2023 Agilita Emanuela Bisay
Dr. Arif Zainuddin Surakarta Pukul 08.00 WIB (P0122006)
Bertempat di Rumah Alinna Fara Putri Maharani
Sakit Jiwa Daerah Dr. (P0122013)
Arif Zainuddin
Surakarta
16
Az Zahra Callista Larasati
(P0122043)
17
(1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data
penelitian kualitatif, yaitu: (1) reduksi data (data reduction); (2) Paparan data (data
display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verifying).
1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan hal atau informasi penting, mencari tema dan pola informasi,
serta membuang informasi yang tidak diperlukan. Proses reduksi dapat dalam
analisis data dilakukan dengan membuat ringkasan dan membuat kode data.
2. Penyajian Data
Dalam tahap penyajian data, peneliti melakukan kegiatan penyusunan
data hasil penelitian. Penyajian data dapat disajikan dalam bentuk teks narasi
atau uraian yang menyerupai cerita setelah data terkumpul dan
dikelompokkan menurut kategorinya. Penyajian data dapat dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan atau kategori, flowchart dan sejenisnya.
3. Kesimpulan
Kesimpulan awal yang disampaikan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung
pada tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data yang valid dan
konsisten pada saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
18
Opening
Assalamualaikum Wr.Wb.
Selamat pagi/sore/malam Bapak/Ibu
Sebelumnya kami izin memperkenalkan diri terlebih dahulu, kami … dan … Mahasiswa dari
Psikologi UNS Angkatan 2022 ingin melakukan wawancara dengan Bapak/Ibu sebagai
narasumber dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana layanan penanganan pasien skizofrenia
dengan gejala depresi pada pasien skizofrenia yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainuddin Surakarta.
Body
Apakah benar dengan Bapak/Ibu (nama)? Sebelumnya bagaimana kabar Bapak/Ibu?
Sebelum memulai sesi wawancara, saya akan menjelaskan teknis wawancara ya Bapak/Ibu.
Proses wawancara akan berlangsung sekitar 15 menit dan kami akan mengajukkan beberapa
pertanyaan terkait layanan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depresi yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Kami mohon izin untuk merekam proses wawancara nanti Bapak/Ibu, apakah diperbolehkan?
Apakah Bapak/Ibu sudah siap?
1. Dari bapak/ibu, bisa dijelaskan apa saja rincian tanggung jawab pekerjaan bapak/ibu?
2. Sudah berapa lama bapak/ibu bekerja disini?
Aspek Pertanyaan
19
5. Apa saja penyebab pasien dapat mengalami
gejala depresi?
6. Apa saja penyebab pasien dapat mengalami
gangguan skizofrenia dengan gejala
depresi?
Layanan Penanganan Pasien Skizofrenia 7. Apa saja penanganan yang diberikan pada
dengan Gejala Depresi pasien gangguan skizofrenia dengan gejala
depresi?
8. Bagaimana perkembangan pasien setelah
dibawa ke rumah sakit?
Hambatan dalam Pemberian Layanan 9. Apa saja kesulitan yang Anda temui ketika
Penanganan Pasien Skizofrenia dengan merawat pasien skizofrenia dengan gejala
Gejala Depresi depresi?
10. Bagaimana cara mengatasi hambatan ketika
merawat pasien skizofrenia dengan gejala
depresi?
Closing
Baik Bapak/Ibu, sesi wawancara telah selesai, kami mengucapkan terima kasih pada Bapak/Ibu
telah memberikan kesempatan dan waktu untuk berkenan menjadi narasumber wawancara ini.
Apabila kami ada kesalahan dan kekurangan, kami mohon maaf Bapak/Ibu, terima kasih.
Wassalamualaikum wr.wb.
20
b. Observasi yang berstruktur, artinya: dalam melakukan observasi penulis
mengacu pada pedoman yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh penulis.
Teknik pencatatan yang dilakukan dalam kegiatan observasi adalah
pencatatan naratif. Dalam teknik pencatatan naratif, observer melakukan
pengumpulan data sesuai dengan kejadian dan urutan kejadian sebagaimana yang
terjadi di situasi nyata nyata. Untuk kegiatan observasi dilakukan oleh dua anggota
lain dari kelompok kami.
21
Kesimpulan awal yang disampaikan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung pada
tahap-tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh data yang valid dan konsisten
pada saat penelitian kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
PANDUAN OBSERVASI
3. Layanan penanganan pasien skizofrenia dengan Bersama dengan sesi wawancara dan
gejala depresi di luar sesi wawancara
5. Pelayanan Medis yang ada di Rumah Sakit Jiwa Di luar sesi wawancara
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
6. Sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Di luar sesi wawancara
Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
22
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
P: Assalamualaikum WrWb
23
Selamat pagi pak, sebelumnya
izinkan kami perkenalkan diri
kamu dulu, kami dari mahasiswa
psikologi dari Universitas Sebelas
Maret angkatan 2022 akan
melakukan wawancara dengan
bapak sebagai narasumber dengan
tujuan untuk mengetahui
bagaimana layanan penanganan
pasien skizofrenia dengan gejala
depresi mayor di RSJD Surakarta
ini. Nah, lalu ee sebelum memulai
sesi wawancara kami izin untuk
merekam proses wawancara gapapa
nggih pak?
N: Iya mbak
N: Nah makasih, saya perkenalan Pak Afik sebagai Tugas perawat Tugas perawat di
dulu ya. Ya nama saya Pak Afik, perawat dengan di RSJ ini yaitu RSJ
bisa dipanggil Pak Afik, saya tugas untuk mengkoordinir
kebetulan sebagai perawat di rumah mengkoordinir layanan tenaga,
24
sakit ini, yang jelas kalo perawat layanan tenaga, pelayanan
untuk mengkoordinir layanan pelayanan asuhan, asuhan, dan
tenaga di ruangan, mengkoordinir dan pelayanan pelayanan
kaitannya dengan pelayanan kebutuhan rumah kebutuhan
asuhan kepada pasien juga sakit dan SDM rumah sakit
melakukan pelayanan yang dan SDM
kaitannya dengan pelayanan
kebutuhan rumah sakit, SDM, dll.
N: Kalo ga salah semenjak dari Pak Afik bekerja Pak Afik Bekerja dari
tahun 1997, 26 tahun dari tahun 1997 bekerja dari tahun berapa
tahun 1997
N: Ya di sini kan ada dua jalur ya, Ada 2 jalur Alur Alur penerimaan
klo jam kerja seperti ini pagi bisa penerimaan yaitu penerimaan
lewat rawat jalan bisa, lewat IGD rawat jalan (pagi) pasien lewat
juga bisa. Tapi kalo di luar jam dan IGD (pagi dan dua jalur, yaitu
kerja lewat IGD di luar jam kerja) rawat jalan dan
IGD
25
dan kalo ada itu hambatannya apa
aja?
N: Hehe kalo selama ini gaada, Tidak ada hambatan Tidak ada Hambatan
gaada selama proses hambatan
penerimaan selama proses
penerimaan
N: Sebenernya sih, tadi udah Depresi belum Depresi salah Definisi depresi
dijelaskan ya… Misalnya kalo termasuk gangguan satu gejala
disini tuh sudah masuk gangguan jiwa, tetapi skizofrenia
jiwa, depresi kan hanya kalo merupakan salah
dikatakan gangguan jiwa satu gejala.
sebenernya belom, depresi tuh
salah satu gejala. Jadi kalo sudah
masuk dan disini di ruang Sena ini
kan sudah gangguan jiwa ya
termasuk gangguan jiwa jadi yang
depresi malah gaada jadi sudah
terdiagnosa bahwa dia skizofrenia.
Dan kalo depresi ya salah satu Depresi salah satu
gejala dari skizofrenia. Sementara gejala dari
dari skizofrenia ada beberapa skizofrenia
macam skizofrenia, ada skizofrenia
tak terinci(?), ada 8 kalo ga salah, Ada 8 macam
26
pokoknya dokter semua, ada yang skizofrenia, yaitu
skizofrenia katonik, skizofrenia skizofrenia tak
paranoid, dan sebagainya. Kalo treinci, katonik,
depresi sendiri itu kan, salah satu paranoid, dan
gejala dari skizofrenia ya depresi, sebagainya.
secara kasat mata kalo depresi
pasiennya akan cenderung diam, Jika depresi pasien
pasif, menyendiri cenderung diam dan
pasif
27
situasional itu. Faktor keluarga
bisa, faktor lingkungan bisa
N: Yang jelas kan di sini ada Beberapa pelayanan Ada dua Pelayanan dan
beberapa pelayanan ya, yang ada di rumah pelayanan dan penanganan di
28
pengobatan, di rumah sakit kan sakit yaitu penanganan di RSJ
sudah pengobatan dan perawatan pengobatan dan rumah sakit.
dan yang jelas di sini ada terapi perawatan
identik dengan rumah sakit kan
terapi. Terapi yang di sini ya ada Penanganan pasien
farmakologi dan terapi modelitas. skizofrenia dengan
Modelitas nanti masuk ke layanan terapi farmakologi
perawatan kalo farmakologi ya dan terapi modelitas
nanti wewenangnya dari dokter.
Yang jelas farmasi kan obat-obatan.
P: Selanjutnya, bagaimana
perkembangan dari pasien setelah
dibawa ke rumah sakit mayoritas
gitu, ada perubahan yang signifikan
atau bisa mengurangi gejala gitu?
N: Yang jelas kalo di sini karena Harapannya pasien Harapan dan Perkembangan
prosesnya pengobatan dan mengalami tujuan yaitu pasien ketika
perawatan dan penyembuhan ya di perubahan baik adanya dibawa ke RSJ
sini otomatis harapan dan tujuan tingkah laku perubahan dari
kami ya perubahan, baik tingkah maupun gejala pasien
laku maupun gejala. Misalnya di
rumah gampang emosi dan mudah Di rumah gampang
marah, tidak bisa tidur ya emosi dan tidak
29
diusahakan di sini bisa tidur, tidak bisa tidur,
emosi lagi, halusinasinya diusahakan ketika
berkurang, depresinya berkurang di rumah sakit
emosi berkurang
dan bisa tidur
N: Kalo di sini sesuai dengan Jangka waktu Jangka waktu Jangka waktu
manajemen kami bahwa di sini perawatan sekitar perawatan perawatan
sekarang kami 12 hari 12 hari sekitar 12 hari
30
yang lain juga ada untuk kejang modelitas, dan
listrik, ECT. terapi ECT
31
P: Karena keyakinannya itu nggih?
N: Ya sama-sama mudah-mudahan
bermanfaat dengan informasi yang
bisa saya sampaikan. Mungkin kalo
memang ada yang salah atau
diluruskan kesini lagi gapapa
32
P: Hehe baik pak
33
- Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
- Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
- Instalasi Gigi dan Mulut
- Instalasi Psikogeriatri
- Instalasi Elektromedik
- Instalasi Napza
- Instalasi Rekam Medik
- Instalasi Psikologi
- Instalasi Rehabilitasi Psikososial
- Instalasi Hemodialisa.
34
5.3 Pembahasan Hasil
Proses Penerimaan Pasien
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada salah satu perawat di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta yang bernama Pak Afik. Rincian tanggung jawab Pak
Afik sebagai perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta antara lain
mengkoordinir layanan tenaga, pelayanan asuhan, dan pelayanan kebutuhan rumah sakit
dan SDM. Wawancara dilakukan dengan jenis wawancara semi terstruktur. Tentunya,
pasien yang ada di rumah sakit ataupun klinik tidak langsung datang/hadir dan dirawat
begitu saja. Terdapat proses penerimaan pasien di rumah sakit maupun di klinik terlebih
dahulu sebelum pasien ditindaklanjuti perawatan. Dari hasil wawancara, narasumber
mengatakan bahwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta terdapat
sejumlah dua jalur penerimaan pasien yaitu rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat atau
banyak orang menyebutnya IGD. Jam kerja antara jalur rawat jalan dan IGD berbeda.
Penerimaan pasien dengan jalur rawat jalan akan dilayani oleh pihak rumah sakit pada jam
pagi sedangkan penerimaan pasien dengan jalur IGD akan dilayani pihak rumah sakit pada
jam pagi dan di luar jam kerja. Peneliti dalam sesi wawancara menanyakan kepada
narasumber perihal hambatan yang dialami dalam proses penerimaan pasien di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta. Narasumber mengatakan bahwa selama
ia bekerja tidak ada hambatan selama proses penerimaan pasien baik melalui jalur rawat
jalan maupun melalui jalur Instalasi Gawat Darurat (IGD).
35
diri dari kehidupan sosial. Sifat menarik diri yang ditunjukkan pasien skizofrenia dengan
gejala depresi sesuai dengan gejala individu yang mengalami skizofrenia yang sudah
dipaparkan pada kajian teori pada laporan. Peneliti menanyakan pada narasumber
mengenai apa saja penyebab pasien di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin
Surakarta dapat mengalami gejala depresi. Narasumber mengatakan bahwa penyebab
depresi antara lain adalah faktor keluarga seperti permasalahan genetik, faktor lingkungan
individu, dan faktor situasional. Pasien skizofrenia yang mengalami gejala depresi di
rumah sakit ini rata rata disebabkan oleh faktor situasional.
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan psikologis yang parah yang dicirikan
dengan adanya proses-proses berpikir yang terganggu. Individu dengan skizofrenia
mungkin menunjukkan beberapa gejala termasuk pikiran mengganggu, komunikasi yang
ganjil, emosi yang tidak tepat, perilaku motor yang tidak tepat, dan penarikan diri. Terdapat
beberapa jenis skizofrenia. Yang pertama adalah skizofrenia disorganized, individu
mengalami delusi dan halusinasi yang memiliki makna yang sedikit atau tidak bermakna
sama sekali. Selanjutnya skizofrenia katatonik, individu menunjukkan perilaku motorik
yang aneh atau tidak merespon/bergerak sama sekali seperti orang pingsan. Lalu ada jenis
skizofrenia paranoid. Individu yang mengalami jenis skizofrenia ini akan mengalami
delusi. Selain itu, terdapat skizofrenia tidak bergolong yang ditandai dengan perilaku yang
tidak teratur, halusinasi, delusi, dan inkoherensi. Gejala individu yang mengalami
skizofrenia terdapat 3 antara lain gejala positif, gejala negatif dan defisit kognitif. Gejala
positif dapat berupa halusinasi di mana individu mengalami pengalaman sensoris sensoris
disaat tidak ada rangsangan nyata dan sering bersifat auditoris dan mungkin akan
mengeluhkan mendengar suara-suara, penciuman, rasa, ataupun melihat yang tidak ada.
Gejala positif selanjutnya adalah delusi dimana individu mengalami gangguan pikiran yang
tidak biasa dan terkadang aneh. Gejala positif yang lain adalah proses berpikir referensial
dimana individu mengalami proses berpikir pada kejadian yang terjadi secara acak. Gejala
positif skizofrenia yang terakhir adalah gangguan dalam pergerakan yang menunjukkan
pergerakan yang ceroboh dan tidak biasa serta ekspresi wajah seperti mengernyitkan dahi.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai gejala negatif dari gangguan skizofrenia. Gejala
negatif skizofrenia mencerminkan kekurangan perilaku dan hilangnya atau turunnya fungsi
normal seseorang. Satu gejala negatif adalah afek datar (flat affect) yang berarti bahwa
36
orang tersebut menunjukkan sedikit atau tidak menunjukkan emosi sama sekali, berbicara
tanpa tekanan emost, dan mempertahankan ekspresi wajah tidak bergerak (Alvino, et al,
2007). Orang dengan skizofrenia juga mungkin kurang mampu untuk membaca emosi dari
orang lain. Lalu gejala yang terakhir adalah deficit kognitif. Individu aka mengalami
kesulitan dalam memusatkan atensi, menyimpan informasi dalam ingatan, memaknai
informasi dan membuat keputusan (Kerns, 2007; Kerns & Berenbaum, 2003). Pada saat
sesi wawancara, narasumber menjelaskan gejala skizofrenia paling banyak yang dialami
oleh pasien Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta adalah halusinasi dan
gelisah. Halusinasi yang dialami pasien di rumah sakit ini termasuk gejala positif gangguan
skizofrenia. Selain itu, pasien juga tidak dapat mengendalikan emosinya sehingga
menunjukkan perilaku marah-marah. Perilaku marah yang ditunjukkan pasien tanpa sebab
ini termasuk gejala positif skizofrenia bagian gangguan dalam pergerakan dimana pasien
melakukan perilaku yang tidak biasa dan ceroboh.
37
lingkungan, terapi biologi, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku,
dan terapi bermain. Penjelasan tiap jenis terapi sebagai berikut:
1. Terapi Individual, terjalin hubungan terstruktur antara perawat dengan pasien
yang bertujuan untuk mengubah keadaan pasien. Terapi ini mengembangkan
pendekatan penyelesaian konflik dan meredakan penderitaan emosional yang
dialami pasien.
2. Terapi lingkungan, terapi di mana perawat menggunakan semua lingkungan
rumah sakit. Perawat melakukan beberapa tugas seperti mendorong komunikasi
dan pembuatan keputusan pada pasien, meningkatkan harga diri, meningkatkan
keterampilan pasien dan perilaku baru.
2. Terapi biologis, terapi ini berdasarkan pada model medical dimana memandang
gangguan jiwa sebagai penyakit. Contoh terapi biologi dapat berupa medikasi
psikoaktif, intervensi nutrisi, bedah otak, ECT, dan fototerapi.
3. Terapi Kognitif. Terapi ini bertujuan untuk mempengaruhi perasaan dan perilaku
pasien dengan nilai keyakinan dan sikap. Terapi ini bertujuan mengembangkan
pola pikir pasien yang rasional dengan pemberian intervensi penyelesaian
masalah dan pengajaran substitusi pikiran.
4. Terapi Keluarga. Terapi ini mengikutsertakan keluarga pasien sebagai unit
penanganan. Tujuan terapi ini adalah meningkatkan fungsi keluarga.
5. Terapi kelompok. Terapi ini dilakukan dengan interaksi antara perawat dengan
sekelompok pasien. Tujuannya adalah meningkatkan hubungan interpersonal,
mengubah perilaku maladaptive, dan meningkatkan kesadaran diri.
6. Terapi perilaku. Teknik dasar dari terapi perilaku antara lain kondisioning
operan, pengendalian diri, dan role model.
7. Terapi bermain.
Layanan penanganan pasien skizofrenia dengan gejala depresi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta dilakukan terapi gabungan antara farmakologi dengan
modalitas. Narasumber juga menjelaskan mengenai perkembangan pasien ketika dibawa
ke rumah sakit jiwa. Pasien yang sudah mendapatkan penanganan di rumah sakit jiwa
diharapkan mengalami perubahan baik tingkah laku maupun gejala contohnya ketika di
rumah sulit mengendalikan emosi, insomnia, diharapkan saat mendapatkan penanganan
38
gejala yang dialami pasien tersebut berkurang. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainuddin Surakarta, pasien skizofrenia mendapatkan perawatan dalam jangka 12 hari.
Perawat menargetkan 12 hari agar bisa melihat respon obat/terapi yang diberikan kepada
pasien. Setelah itu, pasien skizofrenia diperbolehkan pulang.
39
Pelayanan Medis dan Sarana Prasarana yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Arif Zainuddin Surakarta.
Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat pelayanan medis, aktivitas Instagram,
serta sarana prasarana yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta.
Pelayanan medis antara lain
● Instalasi Rawat Jalan
● Instalasi Gawat Darurat (IGD)
● Instalasi Rawat Inap
● Instalasi Rehabilitasi Medik
● Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja
● Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat
● Instalasi Gigi dan Mulut
● Instalasi Psikogeriatri
● Instalasi Elektromedik
● Instalasi Napza
● Instalasi Rekam Medik
● Instalasi Psikologi
● Instalasi Rehabilitasi Psikososial
● Instalasi Hemodialisa.
Layanan penanganan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin
Surakarta adalah rawat jalan dan rawat inap. Selain itu, pihak rumah sakit aktif memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh publik melalui instagram dan juga website resmi Rumah
Sakit, serta menjalin interaksi dengan publik di media sosial. Informasi yang diberikan
meliputi informasi pelayanan, informasi kegiatan Rumah Sakit, prosedur pelayanan, dan
inovasi program pelayanan. Observasi juga dilakukan pada sarana dan prasarana rumah
sakit. Hasil observasi menunjukkan bahwa ruangan bangsal tempat peneliti melakukan
wawancara sedikit pengap, rumah sakit sangat luas, tetapi untuk tempat parkir sepeda
motor lumayan kecil.
40
BAB VI
PENUTUP
6. 1. Kesimpulan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta memiliki dua jalur
penerimaan pasien, yaitu rawat jalan dan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tidak ada
hambatan signifikan dalam proses penerimaan pasien, baik melalui jalur rawat jalan
maupun IGD. Mayoritas pasien yang dirawat adalah pasien skizofrenia. Pasien skizofrenia
dapat mengalami gejala depresi, yang cenderung disebabkan oleh faktor situasional. Gejala
skizofrenia mencakup gejala positif (halusinasi, delusi, gangguan pergerakan), gejala
negatif (efek datar), dan defisit kognitif.
Layanan penanganan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta
mencakup terapi farmakologi dan terapi modalitas. Terapi modalitas melibatkan berbagai
jenis terapi, termasuk terapi individual, terapi keluarga, terapi kelompok, dan terapi
perilaku. Pasien skizofrenia diharapkan mengalami perubahan positif setelah 12 hari
perawatan di rumah sakit. Kendala utama terjadi saat merawat pasien skizofrenia dengan
gejala waham, yang dapat menciptakan keyakinan palsu dan ketidakmampuan
membedakan antara realitas dan distorsi.
Selain itu, Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainuddin Surakarta menyediakan
berbagai layanan medis, termasuk instalasi rawat jalan, IGD, instalasi rawat inap, dan
lainnya. Pihak rumah sakit aktif dalam memberikan informasi melalui media sosial, seperti
Instagram, untuk memberikan informasi kepada publik. Sarana prasarana rumah sakit
mencakup beragam instalasi, tetapi beberapa ruangan mungkin memiliki kendala seperti
kurangnya ventilasi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ady, Intan Novantin Citra. (2021). Reality Therapy untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri
Remaja dengan Gangguan Major Depressive Disorder. Procedia: Studi Kasus dan
Intervensi Psikologi, 9(2), 62-66. 10.22219/procedia.v9i2.16318
Afdaliza. (2020, Desember). Major Depressive Disorder pada Lansia (Dibahas Dengan Sudut
Pandang Psikologi). Jurnal Psikologi Konseling, 17(2), 678-694.
Bararah, Meina A. dan Halimuddin. (2021). Pengetahuan Terapi Farmakologi Pasien PPOK. Idea
Nursing Journal, 12(1), 20-26.
Damanik, Era Yesika, dkk. (2023, Maret). Nutrasetikal Sebagai Terapi Komplementer Pada
Major Depressive Disorder (MDD). Medula, 13(3), 231-238.
Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Journal An-nafs: Kajian dan
Penelitian Psikologi, 1(1), 1-14.
Hadi, Indriono, dkk. (2017, Juni). Gangguan Depresi Mayor (Mayor Depressive Disorder) Mini
Review. Health Information: Jurnal Penelitian, 9(1), 25-40.
King, L. A. (2017). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif (3rd ed., Vol. 2). Jakarta
Selatan: Salemba Humanika.
Oktaviani, Fani T. dan Ita Apriliyani. (2022, November). Asuhan Keperawatan Pasien
Skizofrenia dengan Masalah Waham Kebesaran: Studi Kasus. Jurnal Keperawatan
Merdeka, 2(2), 151-158.
Prasetyo, W. A., Probosuseno, P., & Sumarni, S. (2016). Gangguan depresi berhubungan dengan
status gizi pasien psikogeriatri di RSJ DR. Radjiman Wediodiningrat, Malang. Jurnal
Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 3(1), 22-30.
Trilia, dkk. (2013, November). Pengaruh Terapi Modalitas: Terapi Musik Terhadap Kualitas
Tidur Lansia yang Mengalami Insomnia di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang.
Masker Medika, 1(2), 36-45.
Zahnia, S., Sumekar, D. W. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia. Majority (Vol. 5 No. 4).
42
LAMPIRAN
43
Informed Consent
44
Kuitansi Pembayaran
45
Dokumentasi Kegiatan
46