W
DENGAN MASALAH UTAMA GSP : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG ARIMBI RSJ. Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN TN.W
DENGAN MASALAH UTAMA GSP : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG ARIMBI RSJ. Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa”
Pembimbing Institusi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pembinaan kesehatan jiwa bertujuan untuk meningkatkan keshatan jiwa.
Kegiatanini adalah perumusan kebijakan peningkatan upaya kesehatan jiwa yang
mendorong dan memantapkan desentralisasi dan pengembangan peran serta masyrakat
dan organisasi sosial dalam upaya meningkatkan kesehatan jiwa. Masalah kesehatan
yang terjadi baik jasmani, mental dan sosialo menjadi tantangan, bukan saja para dokter,
perawat dan tim kesehatan yang lainnya tetapi juga pemerinah dan masyarakat pada
umumnya.
Gangguan mental yang terjadi khususnya halusinasi banyak terjadi pada individu
yang mempunyai masalah dan tidak mempunyai koping yang baik sehingga individu
tidak dapat mengontrol dan mengendalikan drinya serta membiarkan dirinya hanyut
dalam masalah yang ada dan bayangan yang menguasai dirinya. Persepsi didefinisikan
sebagai suatu proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan
dimengerti oleh pengindraan atau sensasi: proses penerimaan rangsangan (stuart 2007).
Persepsi merupakan tanggapan indra terhadap rangsangan yang dating dari luar, dimana
rangsangan dapat berupa rangsangan pengeliatan, penciuman, pendengaran, pengecapan
dan perabaan. Interpretasi (tafsir terhadap rangsangan yang datang dari luar itu dapat
mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir.
Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara
rangsangan yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensai somatik
dengan impuls dan stimulus eksternal. Perilaku yang mengalami gangguan sensori
persepsi: halusinasi adalah klien suka mendengar suara,klien tampak sering menyendiri,
klien terlihat mondar-mandir seperti sedang mendengar sesuatu, bicara sendri, mulut
komat-kamit, jika halusinasi tidak segera diatasi dapat menimbulkan risiko mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dan kepustakaan, dimana
metode deskriptif yaitu mengumpulakan data, mengolah data, mengambil kesimpulan,
yang kemudian disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan studi kepustakaan yaitu dengan
mempelajari buku-buku sumber untuk memperoleh bahan-bahan ilmiah yang
berhubungan dengan penulisan makalah ini.
Adapun teknik yang penulis gunakan dalam penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik ini dilaksanakan dengan cara melakukan Tanya jawab dengan pasien dan
perawat
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati segala aktivitas klien secara langsung untuk
mengetahui perubahan tingkah laku dan perubahan fisik.
3. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan konsep halusinasi serta
hal-hal yang menyangkut halusinasi dan keperawatannya.
4. Studi dokumentasi
Merupakan tahapan pengumpulan data-data dari status klien yang ada diruangan,
mempelajari dan mencatat kejadian yang ada hubungannya dengan kasus yang
tercatat dalam catatan medik.
D. Sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan (umum dan khusus),
metode penulisan, sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan teori meliputi: pengertian, psikodinamika (penyebab,tanda dan
gejala, rentang respon), pengkajian (faktor predisposisi, faktor presipitasi,
sumber koping dan mekanisme koping, perilaku, aspek medik), Dx
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari: pengkajian, analisa data, pohon masalah, Dx
keperawatan, NCP, catatan perkembangan (implementasi dan evaluasi)
BAB IV : Pembahasan yang terdiri dari: pengkajian, Dx keperawatan, rencana tindakan,
tindakan keperawatan, evaluasi
BAB V : Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hausinasi adalah kesalahan sensori persepsi yang menyerang panca indera, hal umum
yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan penglihatan walaupun hausinasi pencium,
peraba, dan pengecap dapat terjadi (Towsand, 2010).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
tidak ada (Keliat, 2014).
Halusinasi adalah persepsi kllien yang salah terhadap llingkungan tanpa stimulus yang
nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat yang salah tentang sesuatu tanpa ada
objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan manusia untuk
membedakan rangsangan internal dan rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah gangguan ersepsi tentang suatu objek atau gambaran dan pikiran yang
sering terjadi tanpa adanya rangsanga dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan (Dalami, Ermawati 2014).
B. Psikodinamika
1. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
a) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan
oleh penelitian berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmiter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem receptor dopamine dikaitkan
dengan terjadinya skizofenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan masa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
b) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis pasien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakaan
kekerasan dalam rentang hidup klien
c) Sosial budaya
Keadaan sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
2. Faktor Presipitasi
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk di interprestasikan
b) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
3. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologi. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (Pendengaran, Penglihatan, Penghidu, Pengecapan, dan
Perabaan). Klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah
respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami illusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera
tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang Respon :
a. Respon adaptif dan respon maladaptif
b. Pikiran logis distorsi pikiran gangguan pikir / delusi
c. Persepsi akurat ilusi halusinasi
d. Emosi konsisten dengan reaksi emosi berlebihan sulit berespon emosi
e. Pengalaman atau kurang perilaku disorganisasi
f. Perilaku sesuai perilaku aneh / tidak biasa isolasi sosial
g. Berhubungan sosial menarik diri
C. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien. Data yang
dikumpulkan melaui data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Pengelompokan data
pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor,
sumber koping, dan kemampuan yang dia miliki (Afnuhazi, 2015) :
a. IdentitasPasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal dirawat.
b. Alasan Masuk
Alasan pasien datang ke pelayanan kesehatan jiwa, biasanya pasien berbicara
sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjallan tanpa tujuan, membanting
peralatan dirumah, menarik diri.
c. Faktor Predisposisi
1) Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang berhasil
dalam pengobatan.
2) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan, dan kekerasan dalam keluarga
3) Pasien dengan gangguan orientasi bersifat herediter
4) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mengganggu
d. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya riwayat
penyakit infeksi, penyakit kronis, atau kelainan struktur otak, kekerasan kepada
keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya
aturan atau tuntutan dalam keluarga atau mmasyarakat yang sering tidak sesuai
dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
e. Fisik
Tidak mengalami keluhan fisik
f. Psikososial
1) Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, pola komunikasi pasien terganggu begitupun dengan
pengambilan keputusan dan pola asuh
2) Konsep Diri
Gambaran diri pasien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuh nya, ada
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
Identifikasi diri : Pasien biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri
pasien menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran pasien
terganggu, ideal diri tidak menilai diri, harga diri pasien memiliki harga
diri yang rendah sehubungan dengan sakitnya
3) Hubungan sosial
Pasien kurang dihargai dilingkungan keluarga dan lingkungan
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya pasien dengan sakit jiwa dipandang tidak
sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah pasien biasanya
menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu
atau berlebihan
3. Perilaku
Halusinasi benar-benar real dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti
mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut
nyata. Sama halnya seperti seseorang mendengarkan suara-suara dan tidak lagi
meragukan orang yang berbicara tentang suara tersebut. Ketidakmampuannya
mempersepsikan stimulus secara real dapat menyulitkan kehidupan klien. Karenanya
halusinasi harus menjadi prioritas untuk segera diatasi. Untuk memfasilitasinya klien
perlu dibuat nyaman untuk menceritakan perihal halusinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respon
negatif ketika mencoba menceritakan halusinasinya kepada orang lain. Karenanya
banyak klien enggan untuk menceritakan pengalaman-pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan dengan
orang lain. Kemampuan untuk memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami
oleh klien sangat penting untuk memastikan dan memvalidasi pengalaman halusinasi
tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan perhatian untuk dapat memfasilitasi
percakapan tentang halusinasi.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis
halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku maka
pengkajian sebelumnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis
halusinasi saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :
Isi Halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,
apa yang dikatakan suara itu jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium, jika halusinasi
penghidu rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan, dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
Waktu dan Frekuensi Halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada
klien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau
sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk
mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian
saat mengalami halusinasi. Situasi pencetus halusinasi. Perawat perlu
mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat
juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pernyataan klien. Respon klien untuk menentukan sejauhmana
halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien
saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus
halusinasinya atau sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
4. Aspek Medik
a. Diagnosa Medis : Skizofrenia
b. Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya diberikan antipsikotik
seperti Haloperidol (HLP), Clorpromazin (CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti
parkinson trihexypenidyl (THP), Triplofrazine arkine.
D. DX Keperawatan
Klien yang mengalami halusinasinya dapat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi
sudah pada fase IV, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi
halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap
lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri (Suicide), membunuh
orang lain (Homocide), dan merusak lingkungan.
Selain masalah yang diakibatkan oleh halusinasi, klien biasanya juga mengalami
masalah-masalah keperawatan yang menjadi penyebab halusinasi. Masalah itu antara lain
Harga Diri Rendah dan Isolasi Sosial (Stuart dan Laria, 2001). Akibat Harga Diri Rendah
dan kurangnya keterampilan berhubungan sosial, klien menjadi menarik diri dari
lingkungan. Dampak selanjutnya lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien
selanjutnya kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan stimulus
eksternal. Ini memicu timbulnya halusinasi. Dari masalah tersebut di atas dapat disusun
pohon masalah sebagai berikut :
Efek Resiko Mencelakai Diri Sendiri, Orang Lain, dan Lingkungan.
CP (Core Problem) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Defisit Perawatan Diri : Mandi/Kebersihan Diri, Berpakaian Berhias
Etiologi Kerusakan Interaksi Sosial : Intoleran Aktivitas Menarik Diri
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Dari pohon masalah di atas dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
3. Isolasi Sosial : Menarik Diri
4. Harga Diri Rendah
5. Defisit Perawatan Diri
E. Perencanaan
SP 1 Pasien :
1. Mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi, respon dan durasi halusinasi.
2. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian.
SP 2 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian.
SP 3 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian.
SP 4 Pasien :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian.
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian.
F. Implementasi
1) Bina hubungan saling percaya (BHSP)
2) Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon pasien, terhadap halusinasi
3) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
5) Melatih pasien dengan cara bercakap-cakap
6) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan kegiatan terjadwal
(Siti,2021)
G. Evaluasi
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika :
1. Klien menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi.
2. Mampu melaksanakan program pengobatan berkelanjutan.
3. Keluarga mampu menjadi sebuah sistem pendukung yang efektif dalam
membantu klien mengatasi masalahnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Data umum
Nama klien : Tn. W
Umur : 41 Tahun
Tanggal pengkajian : 17 November 2021
No. RM : 393885
Informan : informasi didapat dari hasil pengkajian dari pasien dan
buku Rekam Medik Pasien.
V. Psikososial
1. Genogram
= Laki-laki
=Perempuan
= Laki-laki Meninggal
= Perempuan Meninggal
= Satu Rumah
= Pasien
= Bercerai
Berdasarkan Genogram diatas, klien adalah anak ketiga dari empat bersaudara, klien
memiliki empat anak dan berperan sebagai ayah dan keempat anak itu tinggal
bersama ibunya, klien tinggal bersama ibunya dan bersama adik perempuannya satu
rumah.Komunikasi yang terjalin dalam keluarga kurang baik, karena dalam
kesehariannya klien hanya berdiam diri sekedar menonton TV jarang berkomunikasi
dengan anggota keluarga yang lainnya. Dalam pengambilan keputusan setiap ada
masalah adalan ibu dari klien karena tinggal serumah.
Masalah keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. Tidak ada hal
yang perlu dipermasalahkan dari tubuhnya
b. Identitas Klien
Klien mengatakan bahwa dia seorang laki-laki. Klien menyukai hidup
sebagai laki-laki. Klien menyukai nama yang diberikan oleh
orangtuanya. Klien sudah menikah , klien tidak memiliki posisi penting
dalam kelompok ataupun masyarakat.
c. Peran Diri
Klien berperan tidak berperan penting dalam masayarakat tetapi
berperan sebagai kakak dari 1 adik perempuan, klien tidak bekerja dan
sudah bercerai
d. Ideal Diri
Klien ingin cepat pulang dan bisa berkumpul dengan keluarga dan tidak
mau lagi ke rumah sakit jiwa
e. Harga Diri
Pasien mempunyai perasaan malu terhadap dirinya, cemas dan panik.
Hubungan pasien dengan orang lain biasanya baik. Jika pasien
mempunyai citra diri, identitas diri, peran diri dan ideal diri yang yang
baik didalam keluarga maupun didalam masyarakat.
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti untuk tempat mengatasi
masalahnya adalah adik perepmpuan klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompk/masyarakat
Klien mengatakan pada saat dirumah klien tidak mengikuti kegiatan
atau menjadi anggota kelompok
c. Hambatan hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa dirinya sulit untuk memulai pembicaraan
dengan orang lain dan ketika berbicara tidak ada kontak mata, selalu
menunduk.
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan percaya dengan agama yang dianutnya dan percaya
bahwa tuhan itu ada serta meyakini bahwa penyakit yang dideritanya
adalah cobaan dari Allah.
b. Kegiatan Ibadah
Dirumah sakit klien mengatakan tidak pernah menjalankan ibadah
karena tidak mempunyai sarung
VI. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan pasien tampak tidak rapih, Klien berpakaian seperti biasa pada
umumnya dengan memakai celana dan baju, memakai sendal, klien
melakukan perawatan diri 1x/hari, gosok gigi tidak menggunakan pasta
gigi, mencuci tangan dan mandi tidak pakai sabun, rambut berketombe,
kulit koreng, dan ada kutu air dibagian kaki.
Masalah Keperawatan : Defsit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Saat interaksi kllien menjawab pertanyaan secara ringkas, kllien kurang
fokus dan banyak menundukan kepala, klien mengatakan malas
berinteraksi.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
3. Aktivitas Motorik
Pasien tampak menggerak gerakan kaki, klien melakukan aktivitas seperti
senam, dan mengikuti TAK
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam Penasaran
Kien tampak seperti khawatir dan mengatakan selalu ingin pulang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
Pada saat melakukan wawancara, ekspresi klien datar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama Wawancara
Pada saat melakukan wawancara, klien cukup kooperatif tetapi tidak ada
kontak mata atau tidak menatap lawan bicara
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara bisikan, suara yang
menakutkan, suara tersebut suka muncul pada saat malam hari dan pada
saat sendiri, klien merasa terganggu, klien tampak cemas dan takut
terhadap suara tersebut.
Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
8. Proses Pikir
Pada saat pengkajian klien tidak mengetahui apa yang dibicarakannya dan
pembicaraannya berulang-ulang serta tidak sampai pada tujuan
pembicarannya, seperti klien mengatakan bahwa dirinya adalah anggota
TNI militer yang berseragam loreng. (Tangensial)
Masalah Keperawatan: Gangguan Proses Pikir
9. Isi Pikir
Klien mengatakan bahwa dirinya seorang TNI Militer yang mencemaskan
kapan dirinya akan menggunakan seragam loreng dan kapan dirinya
kemballi dipanggil dalam tim TNI nya.
Masalah Keperawatan: Halusinasi
10. Tingkat Kesadaran
Saat pengkajian klien mengetahui bahwa saat ini dirinya sedang berada di
Rumah Sakit Jiwa bernama RSJMM Bogor.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
11. Memori
Klien bisa mengingat dan menjawab pertanyaan tentang berapa bersaudara
di keluarganya dan juga bisa menjawab kapan dan oleh siapa dirinya
diantar ke RSJ.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung, bisa mengingat masalalu jangka pendek seperti
apa penyebab dirinya bisa dimasukkan ke RSJ Marzoeki Mahdi.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana secara mandiri. Klien
mengatakan cuci tangan dulu sebelum makan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
14. Daya tilik diri
Klien mengatakan dirinya tidak seharusnya berada di RSJ serta
mengatakan pak rt yang membawanya ke RSJ.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
VII. Kebutuhan persiapan pulang
1. Makan
Klien mengatakan makan 3x sehari yaitu pagi, siang, dan sore 1 porsi
habis.. Klien mengatakan selalu menghabiskan makanannya, klien mampu
mengambil makanannya dan menyimpan kembali ke tempatnya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. BAB/BAK
Klien BAB/BAK secara mandiri dikamar mandi.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 1x sehari tidak menggunakan sabun dan tidak
menggosok gigi tetapi dapat melakukannya secara mandiri.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
4. Berpakaian atau berhias
Klien selalu mengganti pakaiannya sendiri. Pakaian yang digunakan sudah
sesuai rapi dan bersih. Klien memakai pakaian yang sesuai dengan benar.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidurnya terganggu terutama dimalam hari karena selalu
mmendengar suara yang menakut-nakutinya dan terdengar seram hingga
klien takut dan sulit untuk kembali tidur.
Masalah keperawatan : Gangguan Pola Tidur
6. Penggunaan obat
Klien tidak tahu nama dan manfaat obat yang diminumnya, tetapi setiap
hari rutin memakannya.
Masalah keperawatan : Kurangnya Pengetahuan
7. Pemeliharaan kesehatan
Saat sakit klien mengatakan tidak dibawa kedokter dan sekarang ada
perawatan pertama kalinya klien dibawa ke RSJ.
Masalah keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif
8. Kegiatan didalam rumah
Klien mengatakan dirumah biasanya menonton tv saja
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
9. Kegiatan diluar rumah
Klien mengatakan tidak suka keluar rumah dan hanya berdiam diri
dirumah karena klien merasa malu terhadap orang lain disekitarnya.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
VIII. Mekanisme koping
1. Adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain meskipun hanya beberapa
orang, seperti klien hanya mampu mengenal beberapa teman sekamarnya
saja.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
2. Maladaptif
Kllien mengatakan bila emosinya mulai datang selalu mencederai dirinya
dengan menonjokkan tangannya ke tembok hingga tangannya terasa sakit.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
IX. Masalah psikososial dan lingkungan
1. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak mendapatkan dukungan kelompok, klien justru mendapatkan
perlakuan tidak baik dan pernah ditonjok maupun menonjok warga.
2. Masalah dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak dekat dengan warga sekitar karena
menganggapnya maling sehingga warga menjauh dan merasa takut , klien
juga mengatakan dirinya pernah masuk ke rumah warga dan mencuri
barang milik warga.
3. Masalah pendidikan
Klien mengatakan bahwa ia merupakan lulusan TNI militer.
X. Pengetahuan
Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang dialaminya apa
penyebabnya, tanda dan gejalanya, serta bagaimana cara untuk mengatasinya.
Daftar Masalah:
1. Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi Sosial
3. Harga Diri Rendah
4. Defisit Perawatan Diri
5. Risiko Perilaku Kekerasan
Pohon Masalah:
RPK
Berduka Disfungsional
5.5 Dengan
mengetahui prinsip
penggunaan obat,
maka kemandirian
klien untuk
pengobatan dpat
ditingkatkan secara
bertahap
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. W
No. RM : 393885 Ruangan : Arimbi
Hari/Tanggal/Pukul Implementasi dan Evaluasi Paraf
Kamis Data Subjektif : S:
18 – 11 -2021 - Klien mengatakan mendengar suara seperti bisik- - Klien mengatakan mendengar suara berbisik
10.00 – 10.20 WIB bisik
O:
Data Objektif : - Klien tampak bingung
- Klien tampak bingung - Klien tampak cemas
- Klien tampak tidak fokus pada saat bicara - Klien tidak fokus
DX Keperawatan : A:
Halusinasi Pendengaran Halusinasi Pendengaran berkurang
Tindakan : P:
SP 1 Pasien Latih mengontrol halusinasi dengan cara
1. Membina hubungan saling percaya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi,
situasi, respon halusinasi klien
3. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
4. Menganjurkan klien memasukan ke jadwal harian
RTL :
Anjurkan klien untuk menghardik halusinasi
Jum’at Data Subjektif : S:
19 – 11 – 2021 - Klien mengatakan masih mendengar suara-suara - Klien mengatak sudah melakukan latihan
10.00 – 10.20 WIB menghardik dan bercakap-cakap dengan orang
Data Objektif : lain
- Klien tampak cemas
- Klien tampak berbicara sendiri O:
- Klien tampak sedikit tenang
DX Keperawatan :
Halusinasi Pendengaran A:
Halusinasi Pendengaran berkurang
Tindakan :
SP 2 Pasien P:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Latihan mengontrol halusinasi dengan melakukan
2. Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara aktivitas terjadwal
bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal
harian
RTL :
Anjurkan klien untuk latihan bercakap-cakap dengan
orang lain
Sabtu Data Subjektif : S:
20 – 11 – 2021 - Klien mengatakan masih mendengar suara bisik- - Klien mengatakan sudah melakukan dengan
10.00 – 10.20 WIB bisik di malam hari cara bercakap cakap
Data Objektif : O:
- Klien tampak cemas - Klien tampak realtif tenang
- Klien tampak berbicara lambat - Verbal seperlunya
- Klien tampak tidak ada kontak mata - Tidur cukup
DX Keperawatan : A:
Halusinasi Pendengaran Halusinasi Pendengaran berkurang
Tindakan : P:
SP 3 Pasein Anjurkan klien untuk mengoptimalkan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian menghardik, dan latihan cara bercakap-cakap
2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
aktivitas terjadwal
3. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal
harian
RTL :
Melatih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivias kegiatan harian
Senin Data Subjektif : S:
22- 11 – 2021 - Klien mengatakan cemasnya berkurang - Klien mengatakan cemasnya berkurang
10.00 – 10.20 WIB - Klien mengatakan suara-suara berkurang - klien mengatakan suara-suara berkurang
- klien mengatakan sudah mengerti mengenai
Data Objektif : latihan mengontrol halusinasi dengan
- Klien tampak tenang menghardik, bercakap-cakap dengan orang
- Verbal seperlunya lain, membuat aktivitas terjadwal
- Emosi stabil - klien mengatakan mengerti tentang pemberian
obat
DX Keperawatan :
Halusinasi Pendengaran O:
- klien tampak tenang
Tindakan : - perilaku terarah
SP 4 Pasien - klien tampak mengerti
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2. Melatih klien mengontorol halusinasi dengan patuh A :
obat Halusinasi Pendengaran berkurang
3. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal
harian P:
Latih pasien untuk patuh obat
RTL :
Anjurkan klien untuk melatih patuh obat
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. DX Keperawatan
3. Isolasi Sosial
C. Rencana Tindakan
Terdapat kesesuaian antara teori dan rencana yang akan dilakukan yaitu meliputi
TUM, TUK yang berfokus pada P (Problem) sehingga permasalah klien dapat
teratasi.
D. Tindakan Keperawatan
Terdapat kesesuaian antara tindakan dengan teori karena penulis mengacu pada SP
TK gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran yaitu SP 1 sampai SP 4.
E. Evaluasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 11 November 2021 diantar oleh
keluarganya dengan alasan marah-marah, memukul warga, mengambil barang
orang lain, sulit tidur. Tn. W memiliki 4 anak terdiri dari 2 perempuan dan 2 laki-
laki,pada saat awal pengkajian pasien lebih banyak menundukkan kepala, terdiam
dan hanya menjawab, setelah melakukan pendekatan dan mengevaluasi melatih
mengontrol halusinasi beserta Isolasi sosial, Harga diri rendah , defisit perawatan
diri, dan resiko perilaku kekerasan. Pasien mulai terbuka, menunjukkan
keterbukaan seperti menyapa, mengajak ngobrol, menawarkan makanan, bicara
mulai terarah dan banyak topik, ada kontak mata, ekspresi mulai ditampakkan
secara normal, klien tampak dapat berbaur dengan orang lain. Klien mulai
mencurahkan isi hatinya secara spontan. Klien sudah mampu mempraktekkan
latihan yang perawat dan mahasiswa ajarkan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan bisa menambah fasilitas buku sumber bacaan untuk
menambah wawasan bagi para mahasiswa praktikan.
2. Bagi Institusi
DAFTAR PUSTAKA
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit ANDI.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.