PROPOSAL PENELITIAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan keadaan individu yang sanggup mengatasi
tekanan hidup, dapat bekerja secara produktif dan berperan dalam kehidupan
masyarakat, dapat secara mandiri menyadari kemampuannya, dan dapat
mengembangkanya baik secara fisik, mental, spiritual dan social. Salah satu
masalah kesehatan jiwa yang sering dialami pada masyarakat yang tidak
mampu menyelesaikan masalah hidupnya, bisa dapat mengakibatkan penyakit
jiwa yaitu skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang parah, ditandai oleh
distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan perilaku.
Pengalaman psikotik yang umum termasuk halusinasi (mendengar, melihat
atau merasakan hal-hal yang tidak ada) dan delusi (memperbaiki keyakinan
atau kecurigaan palsu yang dipegang teguh bahkan ketika ada bukti yang
bertentangan). Gangguan ini dapat mempersulit orang yang terkena dampak
untuk bekerja atau belajar secara normal (Masta, 2019).
Di seluruh dunia, skizofrenia dikaitkan dengan kecacatan yang cukup
besar dan dapat memengaruhi kinerja pendidikan dan pekerjaan. Skizofrenia
adalah gangguan mental kronis dan parah yang menyerang 20 juta orang di
seluruh dunia (WHO, 2019). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di
Indonesia terdapat skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak
1,7 per 1.000 penduduk (Depkes RI., 2019).
Provinsi Kalimantan Tengah menurut hasil Rikesdas (2018) terdapat
sebanyak 6.407 orang yang mengalami skizofrenia yang terbagi di berbagai
kabupaten yang ada di provensi kalimantan tengah, untuk Kabupaten
Kotawaringin Barat sendiri terdapat 741 Orang yang mengalami skizofrenia.
Sedangkan data pasien yang mengalami skizofrenia yang tercatat di RSUD
Sultan Imanuddin 3 Bulan Terakhir yaitu sebanyak ........
1
2
Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang ditandai oleh pikiran yang
tidak koheren, perilaku aneh, ucapan aneh, dan halusinasi, seperti mendengar
suara (APA, 2020). Skizofrenia dapat diobati. Perawatan dengan obat-obatan
dan dukungan psikososial efektif. Fasilitasi hidup yang dibantu, perumahan
yang didukung dan pekerjaan yang didukung adalah strategi manajemen yang
efektif untuk orang dengan skizofrenia (WHO, 2019).
Skizofrenia ditandai dengan munculnya gejala positif dan gejala negatif.
Penatalaksanaan dibutuhkan untuk mengurangi dan mengendalikan gejala-
gejala yang muncul dengan pengobatan pada pasien skizofrenia (Hafifah,
dkk, 2018). Farmakoterapi merupakan salah satu penatalaksanaan dalam
penanganan skizofrenia dengan penggunaan obat-obat antipsikotik (Sutejo,
2018). Antipsikotik mempengaruhi kerja dopamin dan serotonin pada otak
sehingga dapat mencegah dan mengurangi munculnya gejala skizofrenia
(Kemenkes RI, 2019). Selain terapi farmakologi terapi non farmakologi juga
bisa diterapkan pada pasien skizofrenia salah satunya terapi aktivitas
kelompok. TAK sering digunakan dalam praktik kesehatan jiwa, bahkan saat
ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan
terapeutik dalam keperawatan (Keliat B.A, 2014). Penggunaan terapi
kelompok dalam praktek keperawatan jiwa akan memberikan dampak positif
dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan.
Namun penatalaksanaan pada pasien skizofrenia baik dengan non
farmakolgi atau dengan farmakologi tidak akan maksimal jika pasien tidak
patuh dalam minum obat (Yudhantara & Istiqomah, 2018). Ketidakpatuhan
minum obat merupakan tantangan utama dalam pengobatan pasien
skizofrenia secara global karena untuk perawatan pasien skizofrenia
membutuhkan waktu yang cukup lama (Akter et al., 2019). Kepatuhan
minum obat merupakan hal utama yang bepengaruh pada keberhasilan
pengobatan dan kesembuhan pasien skizofrenia (Muliyani et al., 2020).
Ketidakpatuhan minum obat dapat berdampak pada risiko kekambuhan lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien yang patuh, risiko lebih tinggi untuk rawat
inap, penurunan kualitas hidup dan kejadian bunuh diri. (Muliyani et al.,
2020).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian. Apakah ada Hubungan Spiritual well being Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Kesehatan
Jiwa RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui Hubungan Spiritual well being Dengan Kepatuhan Minum
Obat Pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Kesehatan Jiwa RSUD Sultan
Imanuddin Pangkalan Bun.
2. Tujuan Khusus
4
D. Manfaat Penelitian
1. Pasien dan Keluarga
Sebagai informasi untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga
tentang spritual well being terhadap kepatuhan minum obat pada pasien
skizofrenia.
2. Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pelayanan
kesehatan yaitu Rumah Sakit terkait dengan pengetahuan spritual well
being guna meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dalam mengatasi
ketidakpatuhan pasien skizofrenia untuk minum obat.
3. Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan memeberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
bidang kesehatan khususnya terkait dengan upaya menurunkan
ketidakpatuhan pasien jiwa untuk minum obat.
4. Ilmu Keperawatan
Hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tenaga kesehatan terutama perawat mengenai spiritual well being.
5. Peneliti Selanjutanya
Hasil dari penelitian dapat sebagai informasi pertama bagi peneliti yang
berminat melakukan penelitian yang serupa atau lanjutan.
E.
5
F. Keaslian Penelitian
Penulis/Tahun/ Perbedaan Dengan
No Metode Hasil Penelitian
Judul Yang Akan Diteliti
1 Sri Martini (2022) Penelitian ini adalah Hasil penelitian Variabel independen
Implementasi deskriptif dalam menunjukkan bahwa yaitu spiritual
Keperawatan bentuk studi kasus pasien mampu wellbeing dan
Terapi Spiritual untuk mengeksplorasi untuk mengontrol variabel dependen
Pada Pasien implementasi perilaku kekerasan kepatuhan minum
Skizofrenia dengan keperawatan spiritual dengan implementasi obat
Masalah healing di dari
Keperawatan pasien skizofrenia 1 strategi
Perilaku Kekerasan penyembuhan
spiritual
3 Fitria (2020) Penelitian ini Terdapat hubungan Variabel independen
Hubungan menggunakan metode kepatuhan minum yang digunakan
Kepatuhan Minum penelitian deskriptif obat dengan penulis yaitu spiritual
Obat Dengan analitik dengan kekambuhan pasien wellbeing
Kekambuhan rancangan cross skizofrenia
Pasien sectional study.
Skizofrenia Pengambilan sampel
menggunakan
purposive sampling
7
8
2. Jenis Ketiakpatuhan
a. Ketidakpatuhan yang disengaja
Ketidakpatuhan yang disengaja dapat disebabkan oleh:
Keterbatasan biaya pengobatan, sikap apatis pasien dan
ketidakpercayaan pasien akan efektifitas obat
14
b. Tidak Patuh
Bila pasien menunjukkan ketidakpatuhan terhadap intruksi yang
diberikan sehingga obat yang diberikan habis sebelum waktunya dan
pasien yang putus obat atau tidak menggunakan obat sama sekali.
C. Konsep Skizofrenia
1. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa
gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik
yang khas dan kemunduran fungsi social, fungsi kerja, dan perawatan
diri (Azizah, 2011). Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa
fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni
(keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi kamauan dan
psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi, asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherens, afek dan
emosi perilaku bizar.
Skizoprenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai
dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi
secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia
precox. (Azizah, 2016). Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan
psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada
proses pikir. Kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya
sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar (Ibrahim, 2011)
bahwa dirinya adalah Tuhan, dewa, nabi, atau orang besar dan
penting. Sementara halusinasi adalah persepsi panca indera yang
tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, penderita tampak
berbbicara sendiri tetapi ia mempersepsikan ada orang lain yang
sedang ia ajak bicara.
b. Kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari-
hari, bersenang-senang, maupun aktivitas seksual, berbicara
hanya sedikit, gagal menjalin hubungan yang dekaat dengan
orang lain, tidak mampu memikirkan konsekuensi dari
tindakannya, menampilkan ekspresi emosi yang datar, atau 11
bahkan ekspresi emosi yang tidak sesuaai konteks (misalkan tiba-
tiba tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas).
3) Hipotesis dopamin
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang
berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat
antipsikotik bsik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor
dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem
dopaminergik maka gejala psikotik diredakan. Berdassarkan
pengamatan di atas dikemukakan bahwa gejala-gejala
skizofrenia disebabkan oleh hiperaktifitas sistem
dopaminergik.
4) Hipotesis serotonin
Serotonin berperan pada skizofrenia karena oba antipsikotik
atipika clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap
reseptor serotonin yang lebih tinggi daripada reseptor
dopamine. Serotonin berperan pada skizofrenia karena obat
antipsikotik atipika clozapine yang ternyata mempunyai
afinitas terhadap reseptor serotonin yang lebih tinggi
daripada reseptor dopamine.
5) Struktur Otak
Daerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah
sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada penderita
skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal,
ventrikel terlihat melebar, penurunan massa abu- abu dan
beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan
aktifitas metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan
otak ditentukan sedikit perubahan dalam distribusi sel otak
yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditentukannya
sel gila, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.
b. Faktor Genetika
Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia
diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat
yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua,
kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.
19