Oleh:
YOLANDA SRI BHUNGA
I1B018007
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang tidak
menular, dimana terjadi hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, maupun keduanya, dengan kasus terbanyak ke dua di Indonesia.
Menurut world health organization (WHO) tercatat penderita DM secara global
pada tahun 2014 sebanyak 422 juta orang, dan menurut International Diabetes
Federation diperkirakan pada tahun 2035 penderita DM meningkat menjadi 592
juta orang (Ningtyas, 2020; Widyanata, 2018). Berdasarkan profil kesehatan
Jawa Tengah, Kota Semarang menjadi wilayah dengan kasus DM tertinggi yaitu
sebanyak 5.919 jiwa. Sementara WHO memperkirakan Indonesia akan
mengalami peningkatan kasus penderita DM mencapai 21,3 juta pada tahun 2030
(Suciana, 2019).
Kasus DM dapat dikendalikan apabila masyarakat khususnya para
penderita DM menerapkan pencegahan 5 pilar DM yaitu edukasi, aktivitas fisik,
diet, terapi farmakologis, dan rutin kontrol gula darah (Suciana and Arifianto,
2019). Diperlukan keyakinan dan pandangan positif untuk dapat menerapkan
pencegahan 5 pilar DM. Menurut Bandura kemampuan individu dalam mengatur
dan melakukan tugas sehingga tercapai hasil maupun tujuan disebut efikasi diri.
Kott mengatakan seseorang dengan efikasi diri yang kuat mempunyai tujuan
yang tinggi dan mampu bersikap teguh pada tujuannya begitu pula sebaliknya.
Efikasi diri dalam hal ini mempengaruhi kemampuan individu mengontrol
dirinya dalam mempertahankan pola hidup yang baik (Nadziroh, 2016).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri seperti
pengalaman keberhasilan, pengalaman orang lain, persuasi verbal, keadaan
fisiologis dan psikologis. Kesehatan psikologis yang baik mampu membantu
seseorang berfikir positif dan bahagia. Menurut Park (2014) Aspek kesehatan
psikologis yaitu emosi positif, kepuasan hidup, optimism, tujuan hidup,
dukungan sosial, dan spiritual. Menurut Nekouei (2014) kecerdasan spiritual
yang berasal dari dalam diri seseorang dapat mendukung efikasi diri.
Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan dalam menempatkan
perilaku dan hidup dalam konteks maknayang lebih luas dan kaya yang memiliki
kekuatan dalam memaknai hidup dan mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan positif dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki terutama
dalam meningkatkan strategi koping yang efektif (Ulansari, 2017).
Penyakit DM yang lama terkadang memberikan efek stress selain itu
kurangnya dukungan keluarga dinilai sebagai salah satu faktor rendahnya efikasi
diri seseorang. Maka perlu dicari faktor lain yang dapat meningkatkan efikasi diri
pasien DM. Berdasarkan studi literature belum pernah diteliti hubungan antara
kecerdasan spiritual dengan efikasi diri pada pasien DM tiper 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Sumbang, sehingga peneliti tertarik untuk menelitinya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan spiritual
dengan efikasi diri pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas sumbang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berupa jenis kelamin,
usia, pendikan, pendapatan, pekerjaan, dan lama menderita.
b. Mengidentifikasi kecerdasan spiritual pasien dm tipe 2 di wilayah
kerja puskesmas sumbang
c. mengidentifikasi efikasi diri pasien dm tipe 2 di wilayah kerja
puskesmas sumbang
D. Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi referensi bahan pendidikan
terkait hubungan kecerdasan spiritual dengan efikasi diri pasien diabetes
mellitus tipe 2
2. Bagi masyarakat
Dapat menjadi referensi edukasi bagi masyarakat terkait pentingnya
meningkatkan kecerdasan spiritual guna meningkatkan kemampuan diri
mengelola gaya hidup dan menerima keadaan
3. Bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi referensi tenaga kesehatan dalam melakukan
pengkajian spiritualitas terutama bagi pasien dm tipe 2
4. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan dari penelitian
yang ada saat ini terkait jenis-jenis kecerdasan spiritual yang paling
mempengaruhi efikasi diri pasien dm tipe 2.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian berjudul “Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan efikasi diri
pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas sumbang” belum pernah dilakukan
sebelumnya.Beberapa penelitian terkait sebagai berikut:
Persamaan
Peneliti Desain Hasil
Judul dan
dan tahun Perancangan Penelitian
Perbedaan
Wiwit Hubungan Desain Hasil Persamaan
Ulansari, kecerdasan rancangan penelitian yaitu
2017 spiritual dengan penelitian menunjukan variable
efikasi diri deskriptif ada independen
pada pasien korelasi hubungan yaitu
penyakit dengan kuat antara kecerdasan
jantung koroner cross- kecerdasan spritiual.
di poli jantung sectional spiritual Perbedaan
RSD dr. dengan yaitu
efikasi diri variable
pasien PJK dependen
(p<0.05 dan dan lokasi.
r=0.628)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
2. Kecerdasan spiritual
Dalam penanganan diabetes mellitus terdapat lima pilar yang perlu
diperhatikan yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi
farmakologis, edukasi, dan pemeriksaan gula darah (Suciana and
Arifianto, 2019):
a. Perencanaan makan berupa cara memasak, proses penyiapan
makanan, bentuk makanan dan komposisi karbohidrat, lemak, dan
proteinnya.
b. Latihan fisik secara teratur dengan jalan, bersepeda santai, jogging,
maupun berenang sebanyak 3-4 kali dalam seminggu selama 30
menit. Mengurangi kegiatan menonton televisi terlalu lama.
c. Intervensi farmakologis dilakukan bersamaan dengan perencanaan
makan yang baik dan olahraga 30 menit. Kepatuhan meminum
obat antidiabetik juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
terapi.
d. Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan untuk memonitor
timbulnya komplikasi dan digunakan untuk menegakan diagnosis,
selain itu dapat digunakan untuk menilai ketercapaian terapi.
e. Edukasi atau pendidikan kesehatan dan motivasi kepada keluarga
dan penderita secara berkala dengan kunjungan rumah dua kali
dalam sebulan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita DM.
3. Efikasi diri
Menurut Muhlisin dan Irdawati (20110) Sepanjang tahun 1958-
1959 Dorothea orem melakukan pelatihan peningkatan praktek
perawat dan membuatnya terstimulasi untuk mengembangkan konsep
keperawatan “diri sendiri atau self-care “. Self-care merupakan
kemampuan manusia melakukan perawatan diri sendiri, dipengaruhi
basic conditioning factors seperti umur, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem
perawatan kesehatan (diagnostic, penatalaksanaan modalitas), sistem
keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Apabila kebutuhan lebih banyak daripada kemampuan maka
keperawatan dibutuhkan. Terdapat lima area aktifitas keperawatan:
a. masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan
individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi
perencanaan keperawatan
b. menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan
c. bertanggung jawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan
kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
d. menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung
dalam bentuk keperawatan
e. mengkoordinasikan dan mengitegrasikan keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika
dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional yang
dibutuhkan atau yang akan diterima.
Sementara dalam penerapannya dibuatlah nursing system yang
didesain oleh perawat berdasarkan kebutuhan self-care dan
kemampuan pasien melakukan self- care. Perawat dilengkapi atribut
dan property (nursing agency) untuk membantu pasien menemukan
self care terapeutik mereka melalui pelatihan dan pengembangan self
care agency.
B. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan sebagai berikut
1. usia
sumber efikasi diri: Efikasi Diri 2. Jenis Kelamin
3. Tingkat pendidikan
1. pengalaman 4. Status sosial
keberhasilan ekonomi
2. pengalaman orang lain 5. Lama menderita DM
3. persuasi verbal 6. Dukungan keluarga
4. keadaan fisiologis dan 7. Depresi
psikologis
1. sel saraf
2. titik tuhan (god spot)
C. Kerangka Konsep
confounding variable:
1. usia
2. Jenis Kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Status sosial ekonomi
5. Lama menderita DM
6. Dukungan keluarga
7. Depresi
keterangan:
D. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan konsep diatas, maka hipotesis penelitian
ini yaitu H0: tidak ada hubungan yang bermakna antara kecerdasan
spiritual dengan efikasi diri pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja
puskesmas sumbang.
BAB 3. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian perupakan penelitian non eksperimental dengan jenis
deskriptif korelasional menggunakan cross sectional. Dimana penelitian
dilakukan untuk mempelajari korelasi antar hubungan kecerdasan spiritual
dengan efikasi diri pasien DM tipe II, melalui pendekatan obeservasi atau
pengumpulan data pada satu waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat pelaksanaanpenelitian di wilayah kerja puskesmas sumbang
kota purwokerto. Waktu penelitian November - Desember
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalampenelitian ini adalah penderita DM tipe 2 di wilayah
kerja puskesmas sumbang. Sebanyak 104 penderita DM tipe 2 yang
berada di wilayah kerja puskesmas sumbang. Penelitian menggunakan
teknik sampling consecutive sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria yang ditentukan. Dalam menentukan besaran sampel
yang kurang dari 1000 menggunakan rumus slovin yaitu:
N
n= 2
1+ N ( d )
104
n=
1+104 ( 0,05 )2
n = 82.53 = 83
n= 10% x 83 = 8,3 = 8
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan jumlah sampel yang diambil 83
+ 8 = 91 responden dengan estimasi dropout 10%. Untuk mencegah bias
pada penelitian maka ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Penderita DM tipe 2 yang mengikuti prolanis dan rutin berobat
b. Berusia 36 – 70 tahun
c. Bersedia menjadi responden
d. Dapat berkomunikasi dengan baik
2. Kriteria eksklusi
a. Mengalami gangguan mental
b. Mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Tidak dapat ditemui
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kecerdasan spiritual,
sementara untuk variable terikatnya yaitu efikasi diri pasien DM. Variabel
pengganggunya yaitu usia, status sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dukungan keluarga, lama menderita DM, dan depresi.
E. Definisi Operasional
F. Alur Penelitian
Tahap penelitian melalui tiga rangkaian yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan penyelesaian. Persiapan dilaukan pada bulan September
2021 dengan melaukan studi pendahuluan, selanjutnya berkonsultasi
dengan dosen pembimbing untuk dilanjutkan dalam penyusunan proposal
penelitian. Penyusunan proposal selama satu bulan yaitu September –
oktober 2021. Proposal disetujui oleh dosen pembimbing dan dilakukan
seminar proposal pada bulan oktober 2021. Setelah seminar proposal
selesai dilakukan pengurusan izin penelitian dan etik pada November –
desember 2021. Tahap pelaksanaan dilakukan uji validitas dan
pengambilan data. Setelah hasil uji validitas keluar maka dapat dilakukan
pengambilan data di wilayah kerja puskesmas sumbang. Peneliti
mengunjungi rumah responden dan menjelaskan tujuan penelitia untuk
mendapat persetujuan responden, rencananya pengambilan data akan
dilakukan bersama asisten penelitian 2-3 orang. Tahap penyelesaian
dilakukan pengolahan data yang selanjutnya akan disusun dalam laporan
hasil penelitian.
G. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner data demografi terdiri dari usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan lama menderita
2. Kuesioner kecerdasan spiritual diambil dari skripsi wiwit ulansari
dengan judul penelitian “hubungan kecerdasan spiritual dengan
efikasi diri pada pasien penyakit jantung koroner di poli jantung
RSD dr. SOEBANDI JEMBER”. Kuesioner terdiri dari 9 item
pertanyaan dengan skala linkert berupa nila 1-4 meliputi (1) selalu,
(2) sering, (3) kadang, (4) tidak pernah. Dengan rentang skor 9-36,
kuesioner berisi tentang kecerdasan spiritual dengan indikator
sabar (3 item), ikhtiar (3 item), tawakal (3 item). Hasil ukur
menggunakan kategori rendah, sedang, dan tinggi milik azwar
(2019).
3. Kuesioner efikasi diri mengadaptasi dari skripsi umi nadziroh
dengan judul “hubungan efikasi diri dengan mekanisme koping
pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 di poli penyakit dalam
RSUD dr. Haryoto Lumajang”. kuesioner menggunakan Diabetes
Management Self Efficacy Scale (DMSES) yang dikembangkan
van der Bijl (1999) dan dimodifikasi oleh Shi (2010). Kuesioner
terdiri dari 20 item dengan skala linkert 1-5. Berisi kemampuan
mengecek gula darah (3 item), pengaturan diet dan menjaga berat
badan ideal (11 item), aktivitas fisik (2 item), perawatan kaki (1
item), dan mengikuti program pengobatan (3 item). Nilai (1) untuk
tidak yakin, (2) untuk kurang yakin, (3) untuk cukup, (4) untuk
jawaban yakin, dan (5) untuk jawaban sangat yakin. Rentang nilai
efikasi mulai dari 20 – 100.
2. Reliabilitas
I. Sumber Data
Data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data
primer diambil langsung dari responden melalui kuesioner, sementara data
sekunder didapat dari data puskesmas dan artikel penelitian terdahulu.
J. Analisis Data
Analisis data penelitian terdiri dari univariat dan bivariate, yang dilakukan
melalui aplikasi IBM SPSS 16.0 analisis univariat dilakukan untuk setiap
variable yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariate
dilakukan dengan menguji hubungan variable bebas dan variabel terikat
dengan uji pearson apabila memenuhi syarat uji parametric, atau
menggunakan spearmen (non parametric).
K. Etik Penelitian
Penelitian ini menerapkan prinsip etika penelitian yaitu menghormati
harkat dan martabat manusia (respect for person), kerahasiaan
(confidentially), kebermanfaatan (beneficience), dan keadilan (justice).
Sebelum memulai penelitian dilakukan perkenalan identitas dan tujuan
serta meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi, hal ini sejalan
dengan prinsip etik respect for person. Setelah mendapat persetujuan, data
yang didapatkan harus dijaga kerahasiaannya (confidentially). Dalam
melakukan penelitian diusahakan untuk mengurangi kerugian dan
mengupayakan kebermanfaatan (beneficience). Selama penelitian bersikap
adil kepada responden tanpa membedakan agama, ras, warna kulit, dan
golongan (justice).
L. Jadwal Penelitian
Keterangan jawaban: