SKRIPSI
Oleh :
Dodi Kurniawan
NIM. 19010044
PENDAHULUAN
satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang sebagai sasaran tindak lanjut
oleh para pemimpin dunia. Diabetes mellitus ditimbulkan karena kadar gula tidak
terkontrol dan aktivitas yang kurang efikasi diri yang rendah berdampak negatif
pada kualitas hidup karena sulit untuk mengikuti diet yang seimbang (Hisni,2019)
prevelensi diabetes mellitus di Indonesia sekitar 10,7 juta pada tahun 2019. WHO
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, yang
Provinsi Jawa Timur memiliki angka sebesar 2,5% dari general penduduk Jawa
Timur. Hal itu berarti ada sekitar 605.974 orang yang didiagnosa menderita
Menurut data Kemenkes hasil dari ( Riskesdas 2018). Berdasarkan data Dinas
mellitus tercatat (15,7%) dengan Jumlah diabetes pada laki-laki 11.650 dan pada
tahun 2022 pravelensi (20,9) dengan Jumlah pada laki-laki 987 dan pada wanita
1048 yang terkena diabetes mellitus, salah satunya pada tahun 2022 terdapat 107
penderita dengan angka pravelensi paling tinggi (38,1%) dengan efikasi diri yang
rendah.
Efikasi diri pada pasien diabetes mellitus merupakan salah satu faktor yang
berbagai kegiatan. Keadaan seseorang yang memiliki efikasi diri maka akan
sehingga tercapainya status kesehatan yang baik. Seseorang yang memiliki efikasi
diri tinggi akan menunjukkan kemampuan yang lebih besar terhadap pengetahuan
dan strategi dalam pengelolaan diri sehingga penderita diabetes melitus akan
memiliki cara pandang terhadap dirinya yang akan mendukung perilaku indivudu
itu sendiri. Efikasi diri dapat membantu seseorang dalam menentukan pilihan,
usaha untuk maju, serta kegigihan dan ketekunan dalam menentukan tugas-tugas
menghasilkan reaksi psikologis yang negatif seperti stress, cemas, marah, dan
merasa tidak berguna. Reaksi psikologis yang sering terjadi pada penderita DM
adalah stress (Maghfirah dkk, 2018 ) Efikasi diri sebagai keyakinan individu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Efikasi diri
menentukan pada diri individu untuk merasa, berfikir, memotivasi dirinya, dan
karena pasien tidak mematuhi dan memenuhi terapu yang dianjurkan, yakni
melanggar pembatasan diet, diet, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dan
tidak dapat mengenali gejala kekambuhan serta tidak teratur untuk mengontrol
kadar gula darah. Diabetes melitus dapat berakibat pada keterbatasan fungsional
Pelaksanaan perawatan diri dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana salah satu
negatif antara psikologis dan efikasi diri. Individu yang stres cenderung memiliki
efikasi yang buruk. Maka dari itu, pendekatan psikologis diperlukan khususnya
bagi penderita diabetes agar memiliki efikasi diri memadai dalam menjalankan
yang memiliki psikologis yang baik memiliki efikasi diri yang memadai
seseorang dan suatu keadaan ketika individu mendapat kekuatan dan kelemahan
diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif
lingkungan dan terus betumbuh secara personal (Ryff, 2018). Kesehatan fisik
terutama faktor pola asuh keluarga , dan faktor kepercayaan yang dikemukakan
beberapa teknik pengelaan efikasi diri yang lain (Jafar et al., 2015 ) Intervensi
yang memiliki diabetes efikasi diri minim biasanya mengalami distorsi kognitif
dan penglolaan stres yang tidak adaptif. Cognitive behavioral therapy cocok bagi
treatment yang pernah dijalani. Teknik pengelolaan stres juga penting diberikan
pada penderita penyakit kronis seperti diabetes karena karakteristik penyakit yang
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apakah terdapat pengaruh pendekatan psikologis terhadap efikasi diri
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
terlaksana.
c. Bagi responden
penatalaksanaannya