Anda di halaman 1dari 2

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk menncederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan.

Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri
kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana
individu gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alas an individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak
dapat menghadapi stress, perasaaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri
dapat merupkan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2006).
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri
kehidupannya. (Maris, Berman, Silverman, dan Bongar, 2000) Bunuh diri adalah suatu keadaan
dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat
mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri
yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari
hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sudden, 1995)

a. Faktor Predisposisi Stuart (2006), menyebutkan bahwa factor predisposisi yang menunjang
perilaku resiko bunuh diri meliputi : diagnosis psikiatri yaitu gangguan alam perasaan,
penyalahgunaan obat, dan skizofrenia. Sifat kepribadaian yaitu T berkaitan erat dengan peningkatan
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implusif, dan depresi. Lingkungan psikososial Baru
mengalami kehilang, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan factor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. Riwayat keluarga yang
pernah melakukan bunuh diri merupakan factor resiko untuk perilaku resiko bunuh diri dan factor
biokimia proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku resiko
bunuh diri.

b. Faktor Presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah : Perasaan
terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, para untuk mengakhiri
keputusan (Stuart, 2006).

1. Peningkatan Diri Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara wajar terhadap
situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri
dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.

2. Berisiko destruktif Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami perilaku


destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan
diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal. Destruktif – Bunuh diri diri tidak
langsung Pertumbuhan Penigkatan Beresiko Peningkatan diri Pencederaan diri

3. Destruktif diri tidak langsung Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladatif)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai