Anda di halaman 1dari 4

Terdapat ketidakkonsistenan antara penampilan luar dan kehidupan batin orang-

orang dengan kepribadian skizoid. Mereka mungkin tampak kurang nafsu makan,
tetapi menyimpan keinginan voyeuristik atau asyik dengan pornografi. Mereka
mungkin memiliki kepekaan yang luar biasa, keingintahuan yang mendalam
tentang orang-orang, dan keinginan akan cinta yang tidak dapat mereka
ungkapkan. Dalam beberapa kasus, kepekaan diekspresikan dalam perasaan yang
mendalam terhadap hewan daripada manusia.

Schizotypal Personality Disorder

Orang dengan Schizotypal Personality Disorder (SPD) memiliki kesulitan dalam


membentuk hubungan dekat dengan orang lain, menampilkan perilaku, dan pola
pikir yang tampak aneh, akan tetapi tidak cukup untuk mendapatkan diagnosis
skizofrenia (Garakani & Siever, 2015). Orang dengan gangguan kepribadian
schizotypal tidak memiliki rasa diri yang koheren. Mereka mungkin memiliki
konsep diri yang menyimpang atau kurangnya pengarahan diri sendiri (misalnya,
tidak tahu kemana tujuan hidup mereka). Mereka mungkin juga tidak memiliki
empati, menunjukkan kurangnya pemahaman tentang bagaimana perilaku mereka
mempengaruhi orang lain atau salah menafsirkan perilaku orang lain. Mereka
mungkin sangat cemas dalam situasi sosial, bahkan saat berinteraksi dengan
orang-orang yang mereka kenal. Mereka mengalami kesulitan untuk membentuk
hubungan dekat, atau bahkan hubungan apa pun. Kecemasan sosial pasien
skizotip sering dikaitkan dengan pemikiran paranoid (misalnya, ketakutan bahwa
orang lain bermaksud menyakiti mereka) daripada kekhawatiran tentang ditolak
oleh orang lain. Orang dengan schizotypal personality disorder sering mengalami
gangguan emosional lain yang terjadi bersamaan, seperti depresi berat dan
gangguan kecemasan, serta peningkatan risiko perilaku bunuh diri (Lentz,
Robinson, & Bolton, 2010).

Orang dengan schizotypal personality disorder mungkin mengalami persepsi atau


ilusi yang tidak biasa, seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang
meninggal di dalam ruangan. Akan tetapi, mereka menyadari bahwa orang
tersebut sebenarnya tidak ada di sana. Mereka mungkin menjadi terlalu curiga
terhadap orang lain atau menjadi paranoid. Mereka mengembangkan ide referensi,
seperti percaya bahwa orang lain membicarakannya di belakang punggung
mereka. Mereka terlibat dalam pemikiran magis, seperti percaya bahwa mereka
memiliki "indra keenam" (misalnya, dapat meramalkan masa depan) atau bahwa
orang lain dapat merasakan perasaan mereka. Mereka mungkin tampak tidak
terawat, menunjukkan tingkah laku yang tidak biasa, seperti berbicara sendiri di
hadapan orang lain. Proses berpikir mereka juga tampak aneh dan ditandai dengan
pemikiran yang kabur, metaforis, atau stereotip. Wajah mereka menunjukkan
sedikit emosi. Mereka mungkin tidak dapat bertukar senyuman atau mengangguk
pada orang lain, atau tersenyum dan tertawa pada waktu yang salah. Mereka
cenderung menarik diri secara sosial dan menyendiri. Mereka tampaknya sangat
cemas di sekitar orang yang tidak dikenal.

Gangguan Kepribadian yang Ditandai dengan Perilaku Drama, Emosional,


atau Tidak Menentu

Cluster gangguan kepribadian ini termasuk tipe antisosial, borderline, histrionik,


dan narsistik. Orang dengan gangguan ini menunjukkan pola perilaku yang
berlebihan, tidak terduga, atau egois; mereka juga mengalami kesulitan dalam
membentuk dan memelihara hubungan serta menunjukkan perilaku antisosial.

Orang dengan gangguan antisosial personality disorder adalah orang yang


antisosial dalam arti bahwa mereka sering melanggar hak-hak orang lain, norma-
norma sosial, dan dalam beberapa kasus, melanggar hukum. Mereka menunjukkan
kurangnya perhatian atau ketidakpedulian tentang pelanggaran hak orang lain dan
menggunakan orang lain untuk keuntungan mereka sendiri. Harus dicatat bahwa
mereka tidak "antisosial" dalam pengertian sehari-hari untuk menghindari orang.

Orang dengan antisocial personality disorder cenderung impulsif dan tidak dapat
memenuhi komitmen mereka kepada orang lain (Swann, 2009). Namun mereka
memiliki setidaknya kecerdasan rata-rata. Mereka seringkali memiliki sedikit
kecemasan ketika dihadapkan pada situasi yang mengancam.
Gangguan kepribadian antisosial lebih sering terjadi pada pria daripada wanita,
dengan tingkat prevalensi berkisar dari sekitar 1% pada wanita hingga hampir 6%
pada pria. Diagnosis terbatas pada orang berusia 18 tahun atau lebih. Namun, pola
perilaku antisosial yang menjadi ciri gangguan antisocial personality disorder
dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja, biasanya pada usia 8 tahun, dan
berlanjut hingga dewasa. Pola perilaku antisosial sebelum usia 18 tahun biasanya
didiagnosis sebagai gangguan perilaku. Jika perilaku antisosial berlanjut setelah
usia 18 tahun, diagnosis diubah menjadi antisocial personality disorder. Bentuk
awal dari perilaku antisosial yang kita lihat di masa kanak-kanak dan remaja
sering kali termasuk membolos, melarikan diri, memulai perkelahian fisik,
penggunaan senjata, memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual, kekejaman
fisik terhadap orang atau hewan, penghancuran atau pembakaran yang disengaja,
berbohong, mencuri, merampok, dan menyerang orang lain.

Faktor Sosiokultural dan Antisocial Personality Disorder

Antisocial personality disorder terjadi di semua kelompok ras dan etnis.


Gangguan ini paling umum terjadi diantara orang-orang dalam kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah. Salah satu penjelasannya adalah bahwa orang dengan
antisocial personality disorder merosot ke bawah secara pekerjaan, mungkin
karena perilaku antisosial mereka membuat mereka sulit untuk mempertahankan
pekerjaan tetap atau untuk terus maju. Orang-orang dari tingkat sosial ekonomi
yang lebih rendah mungkin juga lebih cenderung memiliki orang tua yang meniru
perilaku antisosial. Namun, diagnosis juga mungkin salah diterapkan pada orang
yang tinggal di komunitas yang sulit yang terlibat dalam perilaku antisosial
sebagai strategi bertahan hidup (American Psychiatric Association, 2013).

Perilaku Antisosial dan Kriminalitas

Meskipun antisocial personality disorder dikaitkan dengan peningkatan risiko


kriminalitas (Kosson, Lorenz, & Newman, 2006), tidak semua penjahat memiliki
kepribadian antisosial, demikian pula tidak semua orang dengan gangguan
kepribadian antisosial menjadi penjahat. Banyak penderita gangguan kepribadian
antisosial yang taat hukum berhasil dalam karier mereka, meskipun mereka
mungkin memperlakukan orang lain dengan cara yang tidak berperasaan dan tidak
sensitif.

Profil Kepribadian Antisosial

Kepribadian antisosial dikaitkan dengan berbagai sifat, termasuk kegagalan untuk


menyesuaikan diri dengan norma sosial, tidak bertanggung jawab, tidak memiliki
tujuan dan kurangnya rencana jangka panjang, perilaku impulsif, pelanggaran
hukum langsung, kekerasan, pengangguran, masalah perkawinan, kurangnya
penyesalan atau empati, penyalahgunaan zat atau alkoholisme, dan mengabaikan
terhadap perasaan orang lain.

Peneliti percaya bahwa ciri-ciri psikopat dapat dikelompokkan dalam empat faktor
(Mokros, 2015; Neumann & Hare, 2008): (1) faktor interpersonal yang ditandai
dengan kemegahan dan tipu daya; (2) faktor afektif yang ditandai dengan
kurangnya penyesalan dan empati dan tidak bertanggung jawab atas perilaku
buruk; (3) faktor gaya hidup yang ditandai dengan impulsif dan kurangnya tujuan;
dan (4) faktor antisosial yang ditandai dengan kontrol perilaku yang buruk dan
perilaku antisosial.

Anda mungkin juga menyukai