Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN ABSES HEPAR

A. KONSEP DASAR MEDIK


1.    Defenisi
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan disebabkan oleh
bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses dapat terjadi di kulit, gusi,
tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru, bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna
merah dan menggembung, biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft
Encarta Reference Library, 2004).
Abses adalah kumpulan nanah setempat dalam rongga yang tidak akibat kerusakan
jaringan, Hepar adalah hati (Dorland, 1996).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri,
parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang
ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati
(Aru W Sudoyo, 2006).
Jadi Abses hepar adalah rongga berisi nanah pada hati yang diakibatkan oleh infeksi.

2.  Etiologi
Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses hati
pyogenik :
1. Abses Hati Amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebagai parasit non
patogen dalam mult dan usus, tapi hanya Enteremoeba histolytica yang dapat menyebabkan
penyakit. Hanya sebagian individu yang terinfeksi Enteremoeba histolytica yang memberi
gejala invasif, sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non
patogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan
lesi pada hepar (Aru W Sudoyo, 2006).
E.histolytica di dlam feces dapat di temukan dalam dua bentuk vegetatif atau tropozoit dan
bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20
mikron, resisten terhadap suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam
suasana kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa eritrosit,
mengandung protease yaitu hialuronidase dan mukopolisakaridase yang mampu
mengakibatkan destruksi jaringan.
2. Abses Hati Piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan penyebab yang terbanyak adalah
E.coli. Selain itu, penyebabnya juga adalah streptococcus faecalis, Proteus vulgaris, dan
Salmonellla Typhi. Dapat pula bakteri anaerob seperti bakteroides, aerobakteria,
akttinomesis, dan streptococcus anaerob. Untuk penetapannya perlu dilakukan biakan darah,
pus, empedu, dan swab secara anaerob maupun aerob (Aru W Sudoyo, 2006).

3.    Tanda Gejala
Keluhan awal: demam atau menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise,
mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (T >38°),
hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan
kematian. (Cameron 1997)
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan
perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk kedepan dengan kedua tangan
diletakan di atasnya. Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan
lain yaitu nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok.
Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi
nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa mual dan muntah,
berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang unintentional.
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses
yang disebut peradangan.
Awalnya, seperti bakteri mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, beberapa kejadian
terjadi:
1.      Darah mengalir ke daerah meningkat.
2.      Suhu daerah meningkat karena meningkatnya pasokan darah.
3.      Wilayah membengkak akibat akumulasi air, darah, dan cairan
4.      Ternyata merah.
5.      Rasanya sakit, karena iritasi dari pembengkakan dan aktivitas
      kimia.  
6.      Keempat tanda-panas, bengkak, kemerahan, dan sakit-ciri
      Peradangan

4.    Klasifikasi
Ada dua jenis abses, septik dan steril. Kebanyakan abses adalah septik, yang berarti
bahwa mereka adalah hasil dari infeksi. Septic abses dapat terjadi di mana saja di tubuh.
Hanya bakteri dan respon kekebalan tubuh yang diperlukan. Sebagai tanggapan terhadap
bakteri, sel-sel darah putih yang terinfeksi berkumpul di situs tersebut dan mulai
memproduksi bahan kimia yang disebut enzim yang menyerang bakteri dengan terlebih
dahulu tanda dan kemudian mencernanya. Enzim ini membunuh bakteri dan menghancurkan
mereka ke potongan-potongan kecil yang dapat berjalan di sistem peredaran darah sebelum
menjadi dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, bahan kimia ini juga mencerna jaringan tubuh.
Dalam kebanyakan kasus, bakteri menghasilkan bahan kimia yang serupa. Hasilnya adalah
tebal, cairan-nanah kuning yang mengandung bakteri mati, dicerna jaringan, sel-sel darah
putih, dan enzim.
Abses steril kadang-kadang bentuk yang lebih ringan dari proses yang sama bukan
disebabkan oleh bakteri, tetapi oleh non-hidup iritan seperti obat-obatan. Jika menyuntikkan
obat seperti penisilin tidak diserap, itu tetap tempat itu disuntikkan dan dapat menyebabkan
iritasi yang cukup untuk menghasilkan abses steril. Seperti abses steril karena tidak ada
infeksi yang terlibat. Abses steril cukup cenderung berubah menjadi keras, padat benjolan
karena mereka bekas luka, bukan kantong-kantong sisa nanah.
a.       Carbuncles dan bisul. Kelenjar minyak kulit (kelenjar sebasea) di bagian belakang atau
bagian belakang leher biasanya adalah orang-orang terinfeksi. Yang paling sering terlibat
bakteri Staphylococcus aureus. Jerawat adalah suatu kondisi serupa yang melibatkan kelenjar
sebaceous pada wajah dan punggung.
b.      Pilonidal kista. Banyak orang cacat lahir sebagai sebuah lubang kecil di kulit tepat di atas
anus. Tinja bakteri dapat memasuki pembukaan ini, menyebabkan infeksi dan abses
berikutnya.
c.       Retropharyngeal, parapharyngeal, peritonsillar abses. Sebagai akibat dari infeksi
tenggorokan, seperti radang tenggorokan dan tonsilitis, bakteri dapat menyerang jaringan
yang lebih dalam tenggorokan dan menyebabkan abses. Abses ini dapat berkompromi
menelan dan bahkan bernapas.
d.      Lung abses. Selama atau setelah radang paru-paru, apakah itu disebabkan oleh bakteri
[Common radang paru-paru], tuberkulosis, jamur, parasit, atau bakteri lain, abses dapat
berkembang sebagai komplikasi.
e.       Hati abses. Bakteri atau amuba dari usus dapat menyebar melalui darah ke hati dan
menyebabkan abses.
f.       Psoas abses. Jauh di bagian belakang perut, di kedua sisi tulang belakang pinggang, terletak
otot psoas. Mereka flex pinggul. Abses dapat mengembangkan di salah satu otot, biasanya
ketika itu menyebar dari usus buntu, usus besar, atau saluran tuba.

5. Patofisiologi
                  1.  Amoebiasis Hepar
Amebiasis hati penyebab utamanya adalah entamoeba hystolitica. Hanya sebagian kecil
individu yang terinfeksi E.hystolitica yang memberi gejala amebiasis invasif, sehingga ada
dugaan ada 2 jenis E.hystolitica yaitu strain patogen dan non patogen. Bervariasinya virulensi
berbagai strain E.hystolitica ini berbeda berdasarkan kemampuannya menimbulkan lesi pada
hati. Patogenesis amebiasis hati belum dapat diketahi secara pasti. Ada beberapa mekanisme
yang telah dikemukakan antara lain : faktor virulensi parasit yang menghasilkan toksin,
ketidakseimbangan nutrisi, faktor resistensi parasit, imunodepresi pejamu, berubah-ubahnya
antigen permukaan dan penurunan imunitas cell-mediated. (Arief Mansjoer, 2001)
Secara singkat dapat dikemukakan 2 mekanisme : (Arief Mansjoer, 2001)
a.       strain E.hystolitica ada yang patogen dan non patogen.
b.      secara genetik E.hystolitica dapat menyebabkan invasi tetapi tergantung pada interaksi yang
kompleks antara parasit dengan lingkungan saluran cerna terutama pada flora
bakteri. Mekanisme terjadinya amebiasis hati:
a.       penempelan E.hystolitica pada mukus usus.
b.      pengerusakan sawar intestinal.
c.       lisis sel epitel intestinal serta sel radang. Terjadinya supresi respons imun cell- mediated
yang disebabkan enzim atau toksin parasit, juga dapat karena penyakit  tuberkulosis,
malnutrisi, keganasan dll.
Penyebaran ameba ke hati. Penyebaran ameba dari usus ke hati sebagian besar  melalui vena
porta. Terjadi fokus akumulasi neutrofil periportal yang disertai nekrosis  dan infiltrasi
granulomatosa. Lesi membesar, bersatu dan granuloma diganti dengan  jaringan nekrotik.
Bagian nekrotik ini dikelilingi kapsul tipis seperti jaringan fibrosa.
                  2. Abses hati piogenik
   Abses hati piogenik dapat terjadi melalui infeksi yang berasal dari:
a.       Vena porta yaitu infeksi pelvis atau gastrointestinal, bisa menyebabkan pielflebitis porta atau
emboli septik.
b.      Saluran empedu merupakan sumber infeksi yang tersering. Kolangitis septik dapat
menyebabkan penyumbatan saluran empedu seperti juga batu empedu, kanker, striktura
saluran empedu ataupun anomali saluran empedu kongenital.
c.       Infeksi langsung seperti luka penetrasi, fokus septik berdekatan seperti abses perinefrik,
kecelakaan lau lintas.
d.      Septisemia atau bakterimia akibat infeksi di tempat lain.
e.       Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada organ lanjut usia.(Aru W
Sudoyo, 2006).
Pengaruh Abses Heper terhadap kebutuhan dasar manusia
a.       Amuba yang masuk menyebabkan peradangan hepar sehingga mengakibatkan infeksi
b.      Kerusakan jaringan hepar menimbulkan perasaan nyeri
c.       Infeksi pada hepar menimbulkan rasa nyeri sehingga mengalami gangguan tidur atas pola
tidur.
d.      Abses menyebabkan metabolisme dihati menurun sehingga menimbulkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan.
e.       Metabolisme nutrisi di hati menurun menyebabkan produksi energi menurun sehingga dapat
terjadi intoleransi aktifitas fisik.

6. Manifestasi Klinis
            Keluhan awal: demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise, mual/muntah,
penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (T > ), hepatomegali,38 nyeri tekan
kuadran kanan atas, ikterus, asites, serta sepsis yang menyebabkan kematian. (Cameron
1997)

7. Komplikasi
            Komplikasi yang paling sering adalah berupa rupture abses sebesar     515,6%,
perforasi abses ke berbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru, pericardium, usus,
intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi
atau drainase. (Menurut  Julius, Ilmu penyakit dalam, jilid I, 1998).
Dapat juga komplikasi seperti:
        1. Infeksi sekunder
   Merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
2.   Ruptur atau penjalaran langsung
  Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi
  paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum,
  selanjutnya pericardium dan organ-organ lain.         
3.    Komplikasi vaskuler
Ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal jarang terjadi.
4.   Parasitemia, amoebiasis serebral
 E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya otak
yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial.

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Julius, ilmu penyakit dalam jilid I, (1998). Pemeriksaan penunjang antara lain
a.    Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit, dan pemeriksaan
faal hati.
b.    Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakan diafragma, efusi pleura,
kolarp paru dan abses paru.
c.    Foto Polos Abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara bebas di atas hati.
d.   Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.
e.    Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat melihat integritas
diafragma
f.     Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
g.    Pengobatan
1)      Kemoterapi
Obat-obatan dapat diberikan secara oral atau intravena, sebagai contoh untuk gram negative
di beri Metranidazol, Clindazimin atau Kloramfenikal.
2)      Aspirasi Jarum
Pada abses yang kecil atau tidak toksik tidak perlu dilakukan aspirasi, hanya dilakukan pada
ancaman truktur atau gagal pengobatan konserpatif. Sebaliknya aspirasi ini dilakukan dengan
tuntunan USG.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
    Adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga
dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut.
Menurut Doenges,E.M (2000), data dasar pengkajian pasien dengan Abses Hepar, meliputi:
a)      Aktivitas/istirahat, menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
penurunan massa otot/tonus.
b)      Sirkulasi, menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi jantung
ekstra, distensi vena abdomen.
c)      Eliminasi, Diare, Keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi abdomen,
penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap pekat.
d)     Makanan/cairan, menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat
mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan peningkatan cairan, edema, kulit kering,
turgor buruk, ikterik.
e)      Neurosensori, menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak jelas.
f)       Nyeri/kenyamanan, menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas, sepsi
perilaku berhati-hati/distraksi, focus pada diri sendiri.
g)      Pernapasan, menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas
tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
h)      Keamanan, menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis, angioma spider,
eritema.
i)        Seksualitas, menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis.
a. Pengumpulan Data
1)   Aktivitas
Gejala :        Klien mengatakan mudah merasakan lelah,
       Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas

seperti biasa
Tanda :        Penurunan tonus otot
       Malaise

2)   Makanan dan Cairan


Gejala :        Klien mengatakan tiada nafsu makan
       Klien mengeluh merasa mual dan muntah

Tanda :        Anoreksia
       Berat badan menurun

       Nampak mual dan muntah

3)   Nyeri / Kenyamanan
Gejala :        Klien mengatakan nyeri pada daerah perut kanan atas
       Klien mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan

Tanda :        Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas


       Nyeri spontan perut kanan atas

       Nampak membungkuk ke depan dan kedua tangan Nampak

memegang abdomen saat berjalan karena nyeri


       Ekspresi wajah meringis

4. Keamanan
Gejala :        Klien mengeluh merasakan deman
Tanda :        Suhu tubuh meningkat

       Leukosit meningkat
b. Pengelompokan Data

Data Subyektif
1. Klien mengatakan mudah merasakan lelah,
2. Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas seperti
    biasa
3. Klien mengatakan tiada nafsu makan

4. Klien mengeluh merasa mual dan muntah

5. Klien mengatakan nyeri pada daerah perut kanan atas

6. Klien mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan

7. Klien mengeluh merasakan deman

Data Obyektif
1. Penurunan tonus otot

2. Malaise

3. Anoreksia

4. Berat badan menurun

5. Nampak mual dan muntah

6. Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas

7. Nyeri spontan perut kanan atas

8. Nampak membungkuk ke depan dan kedua tangan Nampak

    memegang abdomen saat berjalan karena nyeri

9. Ekspresi wajah meringis

10. Suhu tubuh meningkat

11. Leukosit meningkat
c. Analisa Data

d. Prioritas Masalah
1)      Nyeri
2)      Hipertermi
3)      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari keb. Tubuh
4)      Intoleransi aktivitas

2. Diagnosa Keperawatan
    Menurut Doenges,E.M (2000), diagnosa keperawatan pasien dengan Abses Hepar
meliputi :
a)      Pola napas, tidak efektif berhubungan dengan Neuromuskular, ketidakseimbangan
perceptual/kognitif.
b)      Perubahan persepsi/sensori: proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia: penggunaan
obat-obat farmasi.
c)      Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap pembatasan pemasukan cairan secara oral
(proses/prosedur medis/adanya rasa mual).
d)     Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot.
e)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanisme pada kulit/jaringan.
f)       Resiko tinggi infeksi berubungan dengan luka oprasi dan prosedur invasif.
g)      Gangguan kebutuhan tidur berhubungan dengan proses penyakit, efek hospitalisasi,
perubahan lingkungan
h)      Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, prognosis, kebutuhan
pengobatan

                      

3. Intervensi Keperawatan Dan Rasional Tindakan


         Perencanaan berdasarkan Doenges,E.M (2000) perawatan pasien pasca  operatif
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan perceptual/
    kognitif.      
     Tujuan      : pola pernapasan normal/ efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-
                       tanda hipoksia.
     Intervensi :
1)      Pertahankan jalan udara pasien memiringkan kepala
2)      Auskultasi suara napas.
3)      Observasi frekuensi dan kedalaman pernapasan, pemakaian otot-otot bantu pernapasan.
4)      Pantau tanda-tanda vital secara terus-menerus.
5)      Lakukan gerak sesegera mungkin
6)      Observasi terjadinya yang berlebih
7)      Lakukan penghisapan lendir bila perlu
8)      Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan
9)      Berikan terapi sesuai instruksi
b. Perubahan persepsi/ sensori: proses pikir berhubungan dengan penggunaan
    obat-obat farmasi.
    Tujuan     : meningkatnya tingkat kesadaran.
    Intervensi :
1)      Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah
                  keluar dari pengaruh anestasi   
2)      Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal.
3)      Minimalkan diskusi yang bersifat negatif.
4)      Gunakan bantalan pada tepi lakukan pengikatan jika perlu.
5)      Observasi akan adanya halusinasi, depresi dan lain-lain.
6)      Pertahankan lingkungan tenang dan nyaman.
c.  Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan 
    pembatasan pemasukan cairan secara oral (proses penyakit/ prosedur medis/
    adanya rasa mual).
    Tujuan     : terdapat keseimbangan cairan yang adekuat.
    Intervensi :
1)      Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran.
2)      Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi
       yang dilakukan.
3)      Pantau tanda-tanda vital.
4)      Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk
       perjalanan.
5)     Periksa pembalut, alat drein pada interval regular, kaji luka untuk
       terjadinya pembengkakan.
6)      Berikan cairan parenteral, produksi darah dan/atau plasma
       ekspander sesuai petunjuk. Tingkat kecepatan IV jika
       diperlukan
7)      Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur sesuai
       petunjuk.
8)      Berikan antiemetik sesuai kebutuhan
d. Nyeri berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot,
    trauma muskoluskeletal/ tulang, munculnya saluran dan selang.
    Tujuan : rasa nyeri/ sakit telah terkontrol/ dihilangkan,klian dapat beristirahat
                   dan beraktivitas sesuai kemampuan.
    Intervensi :
1)      Kaji skala nyeri, intensitas, dan frekuensinya.
2)      Evaluasi rasa sakit secara regular.
3)      Kaji tanda-tanda vital.
4)      Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin sesuai prosedur
       operasi.
5)      Letakkan reposisi sesuai petunjuk.
                      6)      Dorong penggunaan teknik relaksasi.
7)      Berikan obat sesuai petunjuk.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
   ketahanan kesehatan. 
   Tujuan     : klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan metabolic.
   Intervensi :
1)      Kaji kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
2)      Letakkan klien pada posisi tertentu.
3)      Pertahankan kesejahteraan tubuh secara fungsional.
4)      Bantu atau tindakan untuk melakukan latihan rentang gerak.
5)      Berikan perawatan kulit dengan cermat.
6)      Pantau haluaran urine.
f.  Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi dan prosedur
    invasive.
    Tujuan      : tidak terdapat tanda-tanda dan gejala infeksi.
    Intervensi :
1)  Berikan perawatan aseptik dan anti septik, pertahankan cuci
    tangan yang baik.   
2)  Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka jahitan)
    daerah yang terpasan alat invasif.
3)  Pantau seluruh tubuh secara teratur, catat adanya demam,
     menggigil dan diaphoresis
4)    Awasi atau jumlah penggunjung
5)    Observasi warna dan kejarnya uring
6)    Berikan anti biotik sesuai indikasi.
g.  Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan
    dan proses hospitali.
    Tujuan     : kebutuhan istirahat dapat terpenuhi.
    Intervensi :
1)      Kaji kemampuan dan kebiasaan tidur klien
2)      Berikan tempat tidur yang nyaman dengan beberapa barang
                  milik pribadinya contoh : Sarung, guling
  3)      Dorong aktifitas ringan
4)      Intruksikan tindakan relaksasi
5)      Dorong keluarga untuk selalu menemani.
6)      Awasi dan batasi jumlah penggunjung
h. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/ situasi, prognosis
    kebutuhan istirahat.
    Tujuan     : menyatakan pemahaman proses penyakit/ prognosis.
    Intervensi :
1)     Tinjau ulang pembedahan/prosedur khusus yang dilakukan dan harapan masa dating.
2)      Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep.
3)      Indentifkasi keterbatasan aktivitas khusus.
4)      Jadwalkan priode istirahat adekuat.
5)      Tekankan pentingnya kunjungan lanjut.
6)     Libatkan orang terkenal dalam program pengajaran. Menyediakan  instruksi tertulis/materi
pengajaran.
7)     Ulangi pentingnya diet nutrisi dan pemasukan cairan adekuat.

                                          
DAFTAR PUSTAKA                 
                                                                                                              
Aru, W. Sudoyo, dkk. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 Edisi Empat. Jakarta : 
Balai Penerbitan FK-UI.
      Cameeron. (1995). Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara.
      Mansjoer, Arief. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran; Jilid 1, Edisi Ketiga. Jakarta :
Media Aesculapius. Halaman 512.
Microsoft Encantta Reference Library.( 2004 ). Liver, Amebiasis Abses and Calf Diphteria/
Fusa bakteriun necrosphorum.
Dengoes, et al ( 2000 ). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta: Buku kedokteran
ECG.
Harjono, dkk. (1996). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
      Abses hepar. (online). http://netral-collection knowledge .blogspot. com /2015 /01/abses-
hepar.html. Diakses 16 Januari, 2012
http://cwechadel.blogspot.com/2015/01/askep-abses-hepar.html

Anda mungkin juga menyukai