Anda di halaman 1dari 12

ABSES HEPAR

Senin, 15 September 2014

artikel ABSES HATI (HEPAR)

1. Definisi

Abses hati merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang
seperti di Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya berhubungan dengan sanitasi yang
jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan
bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan dengan kasus abses hati amebik lebih sering
berbanding abses hati pyogenik dimana penyebab infeksi dapat disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri
ataupun parasit.

Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur
maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati.

2. Etiologi

Abses hati dibagi atas dua secara umum, yaitu abses hati amoeba dan abses hati pyogenik.

a. Abses Hepar Amebik (AHA)

Penyebab utama abses hepar amebik adalah Entamoeba Histolytia dan merupakan komplikasi
ekstraintestinial dari Entamoeba Histolytica yang dapat menimbulkan pus dalam hati.

Komplikasi ekstraintestinal yang paling sering terjadi akibat infeksiEntamoeba histolytica adalah
amebiasis intestinalis klinis. Entamoeba histolyticaadalah protozoa usus kelas Rhizopoda yang
mengadakan pergerakan menggunakan pseudopodi atau kaki semu. Terdapat 3 bentuk parasit yaitu:
bentuk tropozoit, bentuk kista, dan bentuk prakista. Tropozoit adalah bentuk yang aktif bergerak dan
bersifat invasif, dapat tumbuh dan berkembang biak, aktif mencari makanan,dan mampu memasuki
organ dan jaringan. Bentuk kista Entamoeba Histolytica bulat, dengan dinding kista dari hialin, tidak aktif
bergerak . Terdapat dua ukuran kista, yaitu minutaform yang berukuran <10 mikron, dan magnaform
yang berukuran > 10 mikron. Kista yang berukuran <10 mikron disebut Entamoeba hartamani yang
ditemukan dalam tinja,tidak patogen untuk manusia. Kista yang sudah matang mempunyai empat inti
dan merupakan bentuk infektif yang dapat ditularkan pada manusia, dan tahan terhadap asam lambung.

a. Abses Hepar Piogenik (AHP)

Penyebab utama abses hepar piogenik adalah bakteri Escherichia Coli. SelainEscherichia Coli,
organisme lain yang didapatkan adalah Klebsiella, Staphylococcus Aureus, Proteus, Pseudomonas, dan
bakteri anaerob.
Infeksi dari hati dapat juga berasal dari :

1. Sistem biliaris langsung dari kandung empedu atau melalui saluran-saluran empedu. Infeksi pada
saluran empedu yang mengalami obstruksi naik ke cabang saluran empedu intrahepatik yang
menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangitis dengan akibat abses multipel. Abses hati piogenik
multiple terdapat pada 50% kasus, hati dapat membengkak dan daerah yang mengandung abses menjadi
pucat kekuningan, berbeda dengan hati sehat disekitarnya yang berwarna merah tua. Kebanyakan
terdapat pada lobus kanan dengan perbandingan lima kali lobus kiri.

2. Infeksi melalui sistem porta. Sepsis intra-abdomen, terutama apendisitis, divertikulitits, disentri
basiler, infeksi daerah pelvik, hemoroid yang terinfeksi dan abses perirektal merupakan penyebab utama
abses hepar piogenik. Pada umumnya berawal sebagai pileflebitis perifer disertai pernanahan dan
thrombosis yang kemudian menyebar melalui vena porta ke dalam hati.

3. Hematogen melalui arteri hepatika. Trauma tajam atau tumpul dapat mengakibatkan laserasi,
perdarahan, dan nekrosis jaringan hati serta ekstravasasi cairan empedu yang mudah terinfeksi.
Hematoma subkapsuler dapat juga mengundang infeksi dan menimbulkan abses yang soliter dan
terlokalisasi.

3. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda terjadinya abses hepar yaitu

a. Hepatomegali 85

b. Nyeri kwadran kanan atas 84

c. Efusi pleura 40

d. Massa pada kwadran kanan atas 12

e. Asites 10

f. Jaundice 5

GEJALA

b. Nyeri 90

c. Demam 87

d. Nausea&muntah 85

e. Anoreksia 50

f. BBmenurun 45

g. Malaise 25
h. Diare 25

i. Batuk&rangsangpleura 25

j. Pruritus <1

Gejala Klinis

Gejala dari abses hati perjalanannya lambat dan biasanya baru muncul dalam beberapa hari atau
minggu. Gejala-gejala tersebut dapat berupa :

- Demam, mengigil, berkeringat.

- nyeri abdomen (pada kwadran kanan atas, dapat berupa nyeri yang terus menerus atau tertusuk-tusuk,
dapat nyeri yang ringan sampai berat)

- perasaan tidak enak pada seluruh tubuh, gelisah dan malaise

- anoreksia, BB menurun, diare (jarang), jaundice.

- nyeri pada persendian.

Abses pada permukaan superior dari hepar dapat memberi nyeri yang menjalar ke bahu kanan,
sedangkan abses yang terdapat pada “bare area” yaitu daerah yang tidak mempunyai kontak dengan
organ serosa maka nyeri kadang-kadang tidak terdeteksi. Abses pada lobus sinistra dapat memberi
gambaran sebagai nyeri epigastrium.

4. Klasifikasi

Abses hati diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Abses amuba hati,

2) Abses pirogenik hati. Abses amuba hati paling sering disebabkan oleh Enthamuba histolitica. Abses
hati olh enthamuba histolitica mumnya di temukan di Negara berkembang, di kawasan tropis dan
subtropics akibat sanitasi lingkungan yang buruk. Abses pirogenik hati jarang ditemkan, namun labih
sering ditemukan di Negara maju.

5. Patofisiologi

Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya infeksi dari organ-organ lain di
tubuh akan meningkatkan pemaparan hati terhadap bakteri. Tetapi hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang
terlatak sepanjang sinusoid-sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri, jadi akan sulit untuk
terjadi infeksi.

Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses pada hati.

1Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi biliaris
2. penyebaran hematogen lewat sistem portal

3. septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri hepatika

4. penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal

5. sebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.

Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab tersering dari abses hepar (60 %
kasus). Tersumbatnya aliran empedu menyebabkan proliferasi dari bakteri. Penyebab tersering yang
kedua adalah septikemia generalisata, diikuti oleh appendisitis akut/perforasi dan divertikulitis.

Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung memasukkan bakteri ke parenkim hepar dan
menyebabkan abses. Sedangkan trauma tumpul pada hepar dapat meyebabkan nekrosis jaringan
hepar,perdarahan intrahepatik dan keluarnya asam empedu akibat robekan dari kanalikuli. Lesi yang
terjadi pada kasus seperti ini biasanya soliter.

Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang berasal dari infeksi organ lain yang lewat
aliran darah akan menjadi abses yang multipel. Lesi akan memberikan gambaran jaringan hati yang
pucat. Ukuran rongga abses biasanya bermacam-macam dan umumnya bergabung, pada kasus-kasus
yang lanjut akan tampak gambaran honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan jaringan hati yang
nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra dari hepar. Abses piogenik (rongga berisi pus)
Abses piogenik multiple. Akibat trauma/infeksPatogenesis abses piogenik berdasarkan

a. Abses Hepar Amebik (AHA)

Penularan abses hepar amebik terjadi secara fekal-oral, dengan masuknya kista infektif bersama
makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita atau tinja karier amebiasis.

Di dalam usus, oleh pengaruh enzim tripsin dinding kista pecah. Di dalam sekum atau ileum bagian
bawah terjadi proses eksitasi, eksitasi adalah proses transformasi dari bentuk kista ke bentuk tropozoit.
Dalam proses eksitasi, satu kista infektif yang berinti empat tumbuh menjadi delapan amubula, amubula
menuju ke jaringan submukosa usus besar, lalu tumbuh dan berkembang menjadi tropozoit. Bentuk
tropozoit dapat menginvasi jaringan, amoeba dapat menjadi pathogen dengan mensekresi enzim
cysteine protease, sehingga dapat melisiskan jaringan maupun eritrosit dan menyebar ke seluruh organ
secara hematogen dan perkontinuinatum

Amoeba yang masuk ke submukosa memasuki kapiler darah, ikut dalam aliran darah melalui vena porta
ke hati. Di hati Entamoeba Histolytica mensekresi enzim proteolitik yang melisiskan jaringan hati dan
membentuk abses. Lokasi yang tersering adalah lobus kanan (70%-90%), kecenderungan ini diperkirakan
akibat penggabungan dari beberapa tempat infeksi mikroskopik, serta disebabkan karena cabang vena
porta kanan lebih lebar dan lurus dari pada cabang vena porta kiri. Ukuran abses bervariasi, yaitu dari
diameter 1-25 cm, dinding abses bervariasi tebalnya, bergantung pada lamanya penyakit. Didaerah
sentral dari abses terjadi pencairan yang berwarna coklat kemerahan, yang disebut “anchovy sauce”
yang terdiri dari jaringan hati nekrotik dan berdegenerasi. Amoebanya dapat ditemukan pada dinding
abses dan sangat jarang ditemukan di dalam cairan di bagian sentral abses. Kira-kira 25 % abses hati
amoebik mengalami infeksi sekunder sehingga cairan absesnya menjadi purulen dan berbau busuk.

Terdapat periode laten yaitu jarak waktu yang lamanya bervariasi kadang-kadang sampai bertahun-
tahun diantara kejadian infeksi pada usus dengan timbulnya abses hati. Jarak waktu antara serangan di
intestinal dengan timbulnya kelainan di hati berbeda-beda. Bentuk yang akut dapat memakan waktu
kurang dari 3 minggu, tetapi bentuk yang kronis lebih dari 6 bulan, bahkan mungkin sampai 57 tahun.
Disamping itu hanya lebih kurang 10 % penderita abses hati yang dapat ditemukan adanya kista
E.histolytica dalam tinjanya pada waktu yang bersamaan, bahkan dilaporkan 2-33 %. Faktor yang
berperan dalam keaktifan invasi amoeba ini belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin ada kaitannya
dengan virulensi parasit, diit flora bakteri usus dan daya tahan tubuh sesorang baik humoral maupun
seluler.

B. Abses Hepar Piogenik (AHP)

Abses hepar piogenik paling sering disebabkan oleh penyakit saluran empedu (35-45 % kasus).
Perluasan infeksi di dalam perut (divertikulitis, apendistis, penyakit crohn) melalui vena porta merupakan
penyebab untuk 20 % lainnya. Sisa kasus disebabkan oleh perluasan infeksi lokal secara langsung,
penyebaran hematogen lewat arteri hepatika dari tempat yang jauh, atau penyebab idiopatik (10-20 %).

Hati menerima darah secara sistemik maupun melalui sirkulasi vena portal, hal ini
memungkinkan terinfeksinya hati oleh karena paparan bakteri yang berulang, tetapi dengan adanya sel
Kuppfer yang membatasi sinusoid hati akan menghindari terinfeksinya hati oleh bakteri tersebut. Adanya
penyakit pada sistem biliaris sehingga terjadi obstruksi aliran empedu akan menyebabkan terjadinya
proliferasi bakteri. Adanya tekanan dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabang-cabang dari vena
porta dan limfatik sehingga akan terbentuk formasi abses filelebitis. Mikroabses yang terbentuk akan
menyebar secara hematogen sehingga terjadi bakteremia sistemik. Penetrasi akibat trauma tusuk akan
menyebabkan inokulasi bakteri pada parenkim hati sehingga terjadi abses hepar piogenik. Penetrasi
akibat trauma tumpul menyebabkan nekrosis hati, perdarahan intrahepatik, dan terjadi kebocoran
saluran empedu sehingga terjadi kerusakan dari kanalikuli. Kerusakan kanalikuli menyebabkan masuknya
bakteri ke hati dan terjadi pertumbuhan bakteri dengan proses supurasi dan pembentukan pus.

6. manifestasi klinik

Manifestasi sistemik AHP lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila
ditemukan sindrom klinis klisik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan
membungkuk kedepan dengan kedua tangan diletakan di atasnya.

Demam/panas tinggi merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka
akan terjadi iritasi diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi
atelektesis, rasa mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan yang
unintentional sedangkan pada abses amuba munculnya lebih akut dibandingkan piogenik. Penderita
biasanya mempunyai riwayat diare sebelumnya. Abses amuba biasanya juga lebih nyeri, ada gejala
pulmoner dan lebih sering ditemukan hepatomegali.

Amuba Piogenik

Usia < 50 th Usia > 50 th

Pria : wanita = 10:1 Pria = wanita

Ras Hispanic Predisposisi etnis (-)

Riwayat berkunjung ke daerah endemik Keganasan

Disfungsi pulmoner Demam tinggi

Nyeri abdomen Pruritus

Diare Jaundice

Nyeri tekan abdomen Syok septik

Hepatomgali Teraba massa

a. Abses Hepar Amebik (AHA)

Gejala dapat timbul secara mendadak (bentuk akut), atau secara perlahan-lahan (bentuk kronik).
Dapat timbul bersamaan dengan stadium akut dari amebiasis intestinal atau berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun setelah keluhan intestinal sembuh. Pada bentuk akut, gejalanya lebih nyata dan biasanya
timbul dalam masa kurang dari 3 minggu. Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan
atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk – tusuk dan panas, demikian nyerinya sampai ke perut kanan.
Dapat juga timbul rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin disebabkan karena iritasi pada pleura
diafragmatika. Pada akhirnya dapat timbul tanda – tanda pleuritis. Rasa nyeri pleuropulmonal lebih
sering timbul pada abses hepatis jika dibandingkan dengan hepatitis. Rasa nyeri tersebut dapat menjalar
ke punggung atau skapula kanan. Pada saat timbul rasa nyeri di dada dapat timbul batuk – batuk.
Keadaan serupa ini timbul pada waktu terjadinya perforasi abses hepatis ke paru – paru. Sebagian
penderita mengeluh diare. Hal seperti itu memperkuat diagnosis yang dibuat.

Gejala demam merupakan tanda yang paling sering ditemukan pada abses hepar. Gejala yang non
spesifik seperti menggigil, anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan dan penurunan berat
badan merupakan keluhan yang biasa didapatkan. Lebih dari 90 % didapatkan hepatomegali yang teraba
nyeri tekan. Hati akan membesar kearah kaudal atau kranial dan mungkin mendesak kearah perut atau
ruang interkostal. Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri. Konsistensi biasanya kistik, tetapi
bisa pula agak keras seperti pada keganasan. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri tekan. Dibagian
yang ditekan dengan satu jari terasa nyeri, berarti tempat tersebutlah tempatnya abses. Rasa nyeri tekan
dengan satu jari mudah diketahui terutama bila letaknya di interkostal bawah lateral. Ini menunjukkan
tanda Ludwig positif dan merupakan tanda khas abses hepatis. Abses yang besar tampak sebagai massa
yang membenjol didaerah dada kanan bawah. Batas paru-paru hepar meninggi. Pada kurang dari 10 %
abses terletak di lobus kiri yang sering kali terlihat seperti massa yang teraba nyeri di daerah epigastrium.

Ikterus jarang terjadi, kalau ada biasanya ringan. Bila ikterus hebat biasanya disebabkan abses
yang besar atau multipel, atau dekat porta hepatik. Pada pemeriksaan toraks didaerah kanan bawah
mungkin didapatkan adanya efusi pleura atau “friction rub” dari pleura yang disebabkan iritasi pleura.

Gambaran klinik abses hati amebik mempunyai spektrum yang luas dan sangat bervariasi, hal ini
disebabkan lokasi abses, perjalanan penyakit dan penyulit yang terjadi. Pada satu penderita gambaran
bisa berubah setiap saat. Dikenal gambaran klinik klasik dan tidak klasik.

Gambaran klinik klasik didapatkan penderita mengeluh demam dan nyeri perut kanan atas atau dada
kanan bawah, dan didapatkan hepatomegali yang nyeri. Gambaran klasik didapatkan pada 54-70 %
kasus. Gambaran klinik tidak klasik ditemukan benjolan di dalam perut (seperti bukan kelainan hati
misalnya diduga empiema kandung empedu atau tumor pankreas), Gejala renal (keluhan nyeri pinggang
kanan dan ditemukan masa yang diduga ginjal kanan), ikterus obstruktif, kolitis akut, gejala kardiak bila
ruptur abses ke rongga perikardium, gejala pleuropulmonal, abdomen akut.

b. Abses Hepar Piogenik (AHP)

Manifestasi klinis AHP biasanya lebih berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai adanya AHP apabila
ditemukan sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai dengan jalan
membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Demam/panas tinggi merupakan
keluhan paling utama dengan tipe remiten, intermiten atau febris kontinu, keluhan lain yaitu nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen (68 %), mual dan muntah (39%), berat badan menurun (46%). Setelah
pemakain antibiotik yang adekuat, gejala dan manifestasi klinis AHP adalah malaise, demam yang tidak
terlalu tinggi dan nyeri tumpul pada abdomen yang menghebat dengan adanya pergerakan. Apabila
abses hati piogenik letaknya dekat dengan diafragma, maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadi
nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektasis. Gejala lainnya adalah rasa mual dan
muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan, kelemahan badan, ikterus, buang
air besar berwarna seperti kapur dan buang air kecil berwarna gelap.

Pemeriksaan fisis yang didapatkan febris biasa hingga demam/panas tinggi, pada palpasi terdapat
hepatomegali serta perkusi terdapat nyeri tekan hepar, yang diperberat dengan adanya pergerakan
abdomen,splenomegali didapatkan apabila AHP telah menjadi kronik, selain itu bisa didapatkan asites,
ikterus serta tanda-tanda hipertensi portal. Adanya ikterus pada 24-52 % kasus biasanya menunjukkan
adanya penyakit sistem bilier yang disertai kolangitis dengan prognosis yang buruk.

7. Komplikasi

Infeksi sekunder

1 merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.

2 Ruptur atau penjalaran langsung Rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses.
3 Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum, selanjutnya
pericardium dan organ-organ lain.

4 Komplikasi vaskuler

5 Ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal jarang terjadi.

6 Parasitemia, amoebiasis serebral

7 E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya otak yang
akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial.

8. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Pemeriksaan laboratorium Leukositosis dengan “shift to the left” terjadi pada 2/3
penderita, anemia dan hipoalbuminemia juga sering ditemukan. Abnormalitas dari tes fungsi hati terjadi
pada hampir semua penderita dan hal ini merupakan penanda yang cukup sensitif untuk penyakit ini.
Kenaikan kadar alkali fosfatase dan gamma-glutamil transpeptidase terjadi pada 90 % kasus.
Hiperbilirubinemia terjadi jika sumber infeksi berasal dari traktus biliaris. Pada kasus-kasus abses hepar
piogenik sebaiknya dilakukan kultur darah tepi, hal ini penting untuk diagnostik, penanganan dan
prognosis dari penderita.

Radiologi

USG adalah pemeriksaan pertama yang dilakukan jika dicurigai adanya “space occupying lession” pada
hepar, sensitivitasnya terhadap abses hepar 80 – 95 %. Lesi hanya dapat terlihat jika mempunyai Ø > 2
cm. Abses terlihat sebagai massa “hypoechoic” dengan batas yang tidak teratur, tampak cavitas-
cavitas/septum di dalam rongga abses.

Foto toraks

Tampak atelektasis, elevasi dari hemidiafragma kanan, dan efusi pleura kanan (50 % kasus). MRI (dapat
mendeteksi abses hepar dengan Ø 0,3 cm), skening dengan Tm99 dan gallium (sensitivitas 50 – 90 %). CT
scan sensitivitas 95 – 100 %. Dengan CT juga dapat terlihat kelainan intraabdomen lain yang menyertai
abses hepar piogenik seperti massa pada pankreas, Ca colon, divertikulitis, appendisitis, dan abses
intraperitoneal.

9. Penanganan / pengobatan

Prinsip utama penanganan abses piogenik adalah pemberian antibiotik dan drainase dari abses.
Sekarang ini cara drainase operatif perannya sudah banyak diganti oleh drainase perkutaneus yang lebih
aman dan angka keberhasilannya cukup tinggi.

i.Antibiotik

Antibiotik yang diberikan adalah yang spektrum luas seperti golongan penisilin (ampicillin),
aminoglikosida (gentamisin atau tobramisin) dan metronidasol.
Pada penderita-penderita usia tua dengan gangguan ginjal dapat diberikan penisilin (amoxicillin),
sefalosporin (cefotaxime atau cefuroxime) dan juga metronidasol. Amphotericin B dan flukonasol
diberikan pada penderita-penderita dengan kecurigaan adanya infeksi oleh jamur. Antibiotik diberikan
secara intravena dan lama pemberian bervariasi antara 2 – 4 minggu atau lebih tergantung respon klinik
dan jumlah absesnya.

ii. Drainase perkutaneus

Sekarang ini banyak penulis yang menganjurkan drainase perkutaneus sebagai penanganan awal
pada semua abses hepar piogenik, terutama pada penderita-penderita dengan sakit berat yang tidak
dapat menjalani operasi. Drainase perkutaneus dapat dilakukan dengan tehnik Seldinger atau trocar,
dengan bantuan CT atau USG. Angka keberhasilan berkisar antara 70 – 93 %, angka kematian antara 1 –
11 %. Indikasi tindakan ini adalah abses soliter dan sederhana dengan akses drainase yang baik, tetapi
beberapa penulis melaporkan bahwa tindakan ini juga dapat dilakukan pada abses yang multipel. Kontra
indikasi tindakan ini antara lain koagulopati, abses sulit dicapai, multilobus, dan abses dengan dinding
yang tebal dan pus yang kental.

3. Drainase operatif

Bila penyebab dari abses hepar piogenik adalah akibat penyebaran infeksi dari organ
intraabdomen, maka laparotomi eksplorasi merupakan prosedur pilihan, karena dapat menangani abses
dan sumbernya. Indikasi lain prosedur ini adalah abses yang berlobus dan multipel, abses yang tidak
dapat dicapai dengan drainase perkutaneus, abses yang mengenai seluruh lobus hepar, dan adanya
kelainan pada traktus biliaris (batu atau striktur). Pendekatan standar yang dipakai saat ini adalah
transperitoneal. Dilakukan dengan insisi midline untuk mempermudah evaluasi dan eksplorasi organ-
organ intraabdomen. Setelah sumber infeksi ditemukan maka dilakukan drainase dari abses. Abses
diisolasi dari lapangan operasi, diaspirasi untuk kultur lalu dibuka dengan kauter. Setelah dilakukan irigasi
dari abses lalu diletakkan drai hisap pada rongga abses tersebut. Untuk abses yang terletak di posterior
dan diatas kubah maka lebih mudah dipakai pendekatan transtorasik (transpleural). Pada penderita-
penderita dengan infeksi sekunder akibat keganasan pada hepar, hemobilia, dan penyakit granulomatosa
kronik dilakukan reseksi hepar.

4. Drainase transtorasik

a. insisi di posterior di atas kosta XII

b. tampak M. Lattisimus dorsi

c. insisi pada periosteum kosta XII

d. kosta XII disingkirkan lalu dasarnya diinsisi

e. diafragma dibebaskan lalu tampak peritoneum pada dasar diafragma

F. posisi drain secara skematik


10.Prognosis

1. Virulensi parasit

2. Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita

3. Usia penderita, lebih buruk pada usia tua

4. Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk letak dan jumlah abses,
prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri atau multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti
emetine,metronidazole, dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematianbiasanya
karena sepsis atau sindrom hepatorenal. Dengan tehnik diagnosis yang moderen, antibiotik dan drainase
perkutaneus yang cepat maka angka kesembuhan mencapai 80–90%. Banyak faktor yang mempengaruhi
jeleknya prognosis. Antara lain diagnosis yang terlambat, tidak dilakukan drainase, infeksi primer tidak
ditangani, penderita usia tua, keadaan-keadaan dimana status imunitas penderita rendah, multipel
abses, polimikrobial, kadar Hb < 11 g/dl, bilirubin > 1,5 mg/dl, leukosit > 15.000/mm3, dan albumin < 2,5
g/dl.

sofie cupes di 18.30

3 komentar:

Risti Amalia22 Juni 2015 21.26

informasi yang sangat bermanfaat sekali nii, di pagi hari lumayan dapat pengetahuan

http://obat-alami.info/obat-alami-abses-hati/

rahma kinanti28 Oktober 2016 06.18

referensinya plis

Unknown17 Mei 2017 19.56

Kutil kelamin yaitu kutil yg berkembang kepada bidang kelamin yg disebabkan oleh virus human
papillomavirus (HPV). Human papillomavirus (HPV) yaitu salah tunggal bengkak merambat seksual (IMS)
yg paling tidak jarang. Virus ini mampu tersebar lewat kulit-ke-kulit kelamin. Ada beraneka tipe HPV.
sekian banyak type mengakibatkan kutil kelamin, yg dinamakan virus HPV berisiko cela. Dan sekian
banyak kategori mampu menempatkan kanker leher uterus, dubur, atau kanker bibir yg dinamakan virus
HPV berisiko tinggi. tak ada penawar guna HPV, lagi pula ada vaksin yg sanggup memelihara guna sekian
banyak kategori virus.

Kutil kelamin merupakan pertumbuhan kulit di pokok paha, sarana kelamin, atau negara anal. Mereka
sanggup berkembang pada beraneka takaran dan wujud. sekian banyak kelihatan seperti kurik putih
datar, dan lain-lain yg bergelombang, seperti bunga kol. sepanjang masa kamu tak mampu menyaksikan
kutil identik sekali.

HPV yaitu virus. sekian banyak tipe virus menyiapkan kutil kelamin dan sekian banyak type menjadikan
perselisihan sel serviks (leher uterus) yg kurang dan kanker serviks.

HPV dan kutil kelamin mampu tersebar lewat pertalian sex atau kontak kulit-ke-kulit kelamin bersama
satu orang yg mempunyai virus.

biasanya insan yg terinfeksi HPV tak mempunyai simptom. lagi pula bila pengidap mempunyai simptom,
pertanda kiranya amat ringan maka mereka kira-kira tak tahu mereka terinfeksi. pertanda bisa jadi
termasuk juga rasa sakit, gatal, dan perdarahan, atau kamu sanggup menyaksikan adanya kutil kelamin.

Bila pertanyaan masih belum sanggup terpecahkan serta-merta menghubungi dokter spesialis Klinik
apollo pada wawancara lebih lanjut di Hotline No. (021)-62303060.

Andrologi | bagaimana mengatasi kulup panjang

Apakah sunat sakit | Metode sunat modesn terkini

hubungi Dokter | Chatting gratis

Beranda
Lihat versi web

Mengenai Saya

sofie cupes

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai