Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES HEPAR

I. KONSEP MEDIS
A. Anatomi dan Fisiologi Hepar
Hepar merupakan organ berbentuk biji dalam tubuh kita dengan berat 1,5
kg pada orang dewasa. Letaknya, terdapat pada bagian atas dalam rongga
abdomen disebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi
tulang iga.
Hepar terbagi atas dua lapisan utama; pertama, permukaan atas berbentuk
tembung, terletak di bawah diafragma, kedua, permukaan bawah tidak rata
dan memperhatikan lekukan fisura transfersus. Fisura longitudional
memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian atas hati, selanjutnya hati dibagi
empat belahan; lobus kanan, lobus kiri, lobus kaudata, dan lobus quadratus.
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu Arteri hepatica dan Vena
porta. Vena hepatica, keluar dari aorta dan memberikan 1/5 darah dalam hati,
darah ini mempunyai kejenuhan 95-100 % masuk ke hati akan membentuk
jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler Vena, akhirnya keluar
sebagai Vena hepatica. Vena porta terbentuk dari lienalis dan Vena
mesentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati, darah ini
mempunyai kejenuhan 70% sebab beberapa O2 telah diambil oleh limfe dan
usus, guna darah ini membawa zat makanan ke hati yang telah diabsorbsi oleh
mukosa dan usus halus.
Hati dapat dianggap sebagai sebuah pabrik kimia yang membuat, menyimpan,
mengubah dan mengekskresikan sejumlah besar substansi yang terlibat dalam
metabolisme. Lokasi hati sangat penting dalam pelaksanaan fungsi ini karena
hati menerima darah yang kaya nutrien langsung dari traktus gastrointestinal;
kemudian hati akan menyimpan atau mentransformasikan semua nutrient ini
menjadi zat-zat kimia yang digunakan dibagian lain dalam tubuh untuk
keperluan metabolik. Hati merupakan organ yang penting khususnya dalam
pengaturan metabolisme glukosa dan protein. Hati membuat dan
mengekresikan empedu yang memegang peran uatama dalam proses

1 | Abses Hepar
Yunus Arruan
pencernaan serta penyerapan lemak dalam tractus gastrointestinal. Organ ini
mengeluarkan limbah produk dari dalam aliran darah dan mensekresikannya
ke dalam empedu.
Fungsi metabolik hati terdiri dari mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari
usus dan yang disimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannnya sesuai
dengan pemakaiannya dalam jaringan. Kedua yaitu mengeluarkan zat buangan
dan bahan racun untuk diekresikan dalam empedu dan urin. Ketiga yaitu
menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen. Keempat yaitu
sekresi empedu garam empedu dibuat di hati di bentuk dalam system retikula
endothelium dialirkan ke empedu. Kelima yaitu pembentukan ureum, hati
menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal
dalam bentuk urin. Keenam yaitu menyimpan lemak untuk pemecahan berakhir
asam karbonat dan air. Selain itu hati juga berfungsi sebagai penyimpan dan
penyebaran berbagai bahan, termasuk glikogen, lemak, vitamin, dan besi,
vitamin A dan D yang dapat larut dalam lemak disimpan di dalam hati. Hati juga
membantu mempertahankan suhu tubuh secara luasnya organ ini dan banyaknya
kegiatan metabolisme yang berlangsung mengakibatkan darah banyak mengalir
melalui organ ini sehingga menaikkan suhu tubuh (Smeltzer, 2011)

B. Pengertian
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta
Reference Library, 2010).
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi
bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati (Sudoyo, 2011).
Abses pada hepar timbul sebagai infeksi sekunder yang muncul di bagian
tubuh yang lain kemudian dibawa ke hepar melalui system bilier, system

2 | Abses Hepar
Yunus Arruan
vaskuler, atau system limfatik. Organisme piogenik juga masuk ke dalam
hepar melalui luka tusuk yang mengenai hepar. Abses karena amuba dapat
berasal dari gastrointestinal kemudian masuk ke dalam hepar melalui vena
porta. Abses pada hepar akanmengganggu fungsi hepar. Selain itu, perforasi
abses dapat menyebabkan isi abses masuk ke dalam celah pleura, celah
pericardial, atau celah peritoneal (Baradero, 2012).
Abses adalah pengumpulan cairan nanah tebal, berwarna kekuningan
disebabkan oleh bakteri, protozoa atau invasi jamur kejaringan tubuh. Abses
dapat terjadi di kulit, gusi, tulang, dan organ tubuh seperti hati, paru-paru,
bahkan otak, area yang terjadi abses berwarna merah dan menggembung,
biasanya terdapat sensasi nyeri dan panas setempat (Microsoft Encarta
Reference Library, 2010). Jadi abses hepar adalah rongga berisi nanah pada
hati yang diakibatkan oleh infeksi.

C. Klasifikasi
Abses hepar dibagi atas dua secara umum berdasarkan penyebabnya, yaitu
abses hepar amoeba dan abses hepar piogenik:
1) Abses hepar amoeba
Didapatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup sebgai
parasit non patogen dalam mulut dan usus, tapi hanya Enteremoeba
histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya sebagian individu
yang terinfeksi Enteremoeba histolytica yang memberi gejala invasif,
sehingga di duga ada dua jenis E. Histolytica yaitu starin patogen dan non
patogen. Bervariasinya virulensi strain ini berbeda berdasarkan
kemampuannya menimbulkan lesi pada hepar.
E.histolytica di dalam feces dapat ditemukan dalam dua bentuk
vegetatif atautropozoit dan bentuk kista yang bisa bertahan hidup di luar
tuibuh manusia. Kista dewasa berukuran 10-20 mikron, resisten terhadap
suasana kering dan asam. Bentuk tropozoit akan mati dalam suasana
kering dan asam. Trofozoit besar sangat aktif bergerak, mampu memangsa
eritrosit, mengandung protease yaitu hialuronidase dan

3 | Abses Hepar
Yunus Arruan
mukopolisakaridase yang mampu mengakibatkan destruksi jaringan
(Sudoyo, 2011).
2) Abses hepar piogenik
Infeksi terutama disebabkan oleh kuman gram negatif dan
penyebab yang terbanyak adalah E.coli. Selain itu, penyebabnya juga
adalah Streptococcus faecalis, Proteusvulgaris, dan Salmonellla typhii.
Dapat pula bakteri anaerob seperti Bakteroides, Aerobakteria,
Akttinomesis, dan Streptococcus anaerob. Untuk penetapannya
perludilakukan biakan darah, pus, empedu, dan swab secara anaerob
maupun aerob (Sudoyo, 2011).

D. Penyebab
Penyebab utama abses hepar adalah adanya infeksi bakteri pada organ
hepar. Bakteri dapat masuk ke dalam organ hepar melalui beberapa cara
sebagai berikut: (Schoonmaker, 2011)
1) Kandung kemih yang terinfeksi
2) Luka tusuk atau luka tembus
3) Infeksi di dalam perut
4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah

E. Patofisiologi
Hati menerima darah dari sirkulasi sistemik dan sistem porta. Adanya
infeksi dari organ-organ lain di tubuh akan meningkatkan pemaparan hati
terhadap bakteri. Tetapi hati mempunyai sel-sel Kuppfer yang terlatak
sepanjang sinusoid-sinusoidnya yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri,
sehingga akan sulit untuk terjadi infeksi.

Ada banyak faktor yang berperan sampai dapat terjadinya abses pada hati.
1) Abses piogenik pada hepar merupakan akibat dari asending dari infeksi
biliaris
2) Penyebaran hematogen lewat sistem portal

4 | Abses Hepar
Yunus Arruan
3) Septikemia generalisata yang melibatkan hepar lewat sirkulasi arteri
hepatika
4) Penyebaran langsung dari infeksi organ-organ intraperitoneal
5) Penyebab lainnya, disini termasuk trauma pada hepar.
Penyakit traktus biliaris (kolangitis, kolesistitis) merupakan penyebab
tersering dari abses hepar (60 % kasus). Tersumbatnya aliran empedu
menyebabkan proliferasi dari bakteri. Penyebab tersering yang kedua adalah
septikemia generalisata, diikuti oleh appendisitis akut/perforasi dan
divertikulitis.
Trauma tajam dengan penetrasi ke hepar dapat langsung memasukkan
bakteri ke parenkim hepar dan menyebabkan abses. Sedangkan trauma
tumpul pada hepar dapat meyebabkan nekrosis jaringan hepar, perdarahan
intrahepatik dan keluarnya asam empedu akibat robekan dari kanalikuli. Lesi
yang terjadi pada kasus seperti ini biasanya soliter.
Abses dapat bersifat multipel atau soliter, biasanya yang berasal dari infeksi
organ lain yang lewat aliran darah akan menjadi abses yang multipel. Lesi akan
memberikan gambaran jaringan hati yang pucat. Ukuran rongga abses biasanya
bermacam-macam dan umumnya bergabung, pada kasus-kasus yang lanjut akan
tampak gambaran “honeycomb” yang mengandung sel-sel PMN dan jaringan hati
yang nekrosis. Kebanyakan lesi akan terjadi pada lobus dekstra dari hepar (Price,
2012).

F. Tanda dan Gejala


Keluhan awal yaitu demam/menggigil, nyeri abdomen, anokresia/malaise,
mual/muntah, penurunan berat badan, keringan malam, diare, demam (suhu
tubuh >38°C), hepatomegali, nyeri tekan kuadran kanan atas, ikterus, asites,
serta sepsis yang menyebabkan kematian (Cameron, 2012).
Dicurigai adanya AHP apabila ditemukan sindrom klinis klasik berupa
nyeri spontan perut kanan atas, yang di tandai dengan jalan membungkuk ke
depan dengan kedua tangan diletakan di atasnya. Demam/panas tinggi
merupakan keluhan yang paling utama, keluhan lain yaitu nyeri pada kuadran

5 | Abses Hepar
Yunus Arruan
kanan atas abdomen, dan disertai dengan keadaan syok. Apabila AHP
letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi diagfragma sehingga
terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk ataupun terjadi atelektesis, rasa
mual dan muntah, berkurangnya nafsu makan, terjadi penurunan berat badan
yang unintentional (Mansjoer, 2011).

G. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
Derivat nitroimidazole dapat memberantas tropozoit
intestinal/ekstraintestinal atau kista. Obat ini dapat diberikan secara oral
atau intravena.
a) Secara singkat pengobatan amoebiasis hati sebagai berikut:
b) Metronidazole: 3x750 mg selama 5-10 hari dan ditambah dengan;
c) Kloroquin fosfat: 1 g/hr selama 2 hari dan diikuti 500/hr selama 20 hari,
ditambah;
d) Dehydroemetine: 1-1,5 mg/kg BB/hari intramuskular (maksimum 99
mg/hr) selama 10 hari.
2) Tindakan aspirasi terapeutik
a) Abses yang dikhawatirkan akan pecah
b) Respon terhadap medikamentosa setelah 5 hari tidak ada
c) Abses di lobus kiri karena abses di sini mudah pecah ke rongga
perikardium atau peritoneum.

3) Tindakan pembedahan
Pembedahan dilakukan bila:
a) Abses disertai komplikasi infeksi sekunder.
b) Abses yang jelas menonjol ke dinding abdomen atau ruang interkostal.
c) Bila terapi medikamentosa dan aspirasi tidak berhasil.
d) Ruptur abses ke dalam rongga intra peritoneal/pleural/pericardial
(Mansjoer, 2001).

6 | Abses Hepar
Yunus Arruan
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Julius (2010) pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
penegakan diagnosa abses hepar antara lain:
a) Laboratorium
Untuk mengetahui kelainan hematologi antara lain hemoglobin, leukosit,
dan pemeriksaan faal hati.
b) Foto dada
Dapat ditemukan berupa diafragma kanan, berkurangnya pergerakkan
diafragma, efusi pleura, kolaps paru dan abses paru.
c) Foto polos abdomen
Kelainan dapat berupa hepatomegali, gambaran ileus, gambaran udara
bebas diatas hati.
d) Ultrasonografi
Mendeteksi kelainan traktus bilier dan diafragma.

e) Tomografi
Melihat kelainan di daerah posterior dan superior, tetapi tidak dapat
melihat integritas diafragma.
f) Pemeriksaan serologi
Menunjukkan sensitifitas yang tinggi terhadap kuman.
g) Abdominal CT Scan
Pada abdominal CT Scan abses hepar dapat ditemukan keadaan sebagai
berikut.

I. Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi yang paling sering adalah berupa ruptur abses sebesar 5 –
15,6%, perforasi abses ke berbagai organ tubuh seperti ke pleura, paru,

7 | Abses Hepar
Yunus Arruan
perikardium, usus, intraperitoneal atau kulit. Kadang-kadang dapat terjadi
superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase (Julius, 2010).

Prognosis dari abses hepar ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1) Virulensi parasit
2) Status imunitas dan keadaan nutrisi penderita
3) Usia penderita, lebih buruk pada usia tua
4) Cara timbulnya penyakit, tipe akut mempunyai prognosa lebih buruk letak
dan jumlah abses, prognosis lebih buruk bila abses di lobus kiri atau
multiple. Sejak digunakan pemberian obat seperti emetine, metronidazole,
dan kloroquin, mortalitas menurun secara tajam. Sebab kematian biasanya
karena sepsis atau sindrom hepatorenal.

8 | Abses Hepar
Yunus Arruan
PATHWAY ABSES HEPAR

 Vena porta
Masuk ke dalam  Sistem bilier
Infeksi kuman
sistem pencernaan  Sistem arterial
hepatik

Mengalami kerusakan Hepar


jaringan hepar

Merangsang ujung
Merangsang pengeluaran
saraf mengeluarkan Peradangan/
Infeksi sistensis zat pirogen oleh
bradikinin, serotonin inflamasi hepar leukosit pada jaringan
dan prostaglandin yang meradang

Rongga abses yang penuh


Melepaskan zat IL-1,
Impuls di sampaikan cairan yang berisi leukosit prostaglandin E2
ke SSP bagian korteks mati dan hidup, sel hati (pirogen leukosit dan
serebri yang mencair serta bakteri pirogen endogen)

Abses pada hepar Mencapai


Thalamus
hipotalamus
Metabolisme
Nyeri
nutrisi menurun Reaksi peningkatan
suhu tubuh
Produksi energi
menurun Intake nutrisi
menurun Hipertermi

Kelemahan fisik
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi
aktivitas

9 | Abses Hepar
Yunus Arruan
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Anamnesis
a) Identitas pasien
Meliputi nama, jenis jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi
kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosis medis.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara
umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya abses hepar seperti infeksi bakteri di dalam perut,
luka tusuk yang mengenai hepar, infeksi dari bagian tubuh lain yang
terbawa oleh aliran darah.
d) Kaji keluhan pasien sekarang
Pada umumnya keluhan utama pada kasus abses hepar adalah lelah,
penurunan kemampuan aktivitas, tidak nafsu makan, mual dan muntah,
nyeri perut di bagian kanan atas, nyeri padabahu sebelah kanan, demam.
e) Riwayat penyakit keluarga
Dilakukan pengkajian pada anggota keluarga apakah pernah menderita
penyakit yang sama atau tidak.
2) Pengkajian Data Dasar
a) Aktivitas/istirahat
Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
penurunan masa otot/tonus.
b) Sirkulasi
Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi
jantung ekstra, distensi vena abdomen.

10 | Abses Hepar
Yunus Arruan
c) Eliminasi
Diare, keringat pada malam hari menunjukkan adanya flatus, distensi
abdomen, penurunan/tidak ada bising usus, feses warna tanah liat,
melena, urine gelap pekat.
d) Makanan/cairan
Menunjukkan adanya anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak
dapat mencerna, mual/muntah, penurunan berat badan dan peningkatan
cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik.
e) Neurosensori
Menunjukkan adanya perubahan mental, halusinasi, koma, bicara tidak
jelas.
f) Nyeri/kenyamanan
Menunjukkan adanya nyeri abdomen kuadran kanan atas, pruritas, sepsi
perilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada diri sendiri.
g) Pernapasan
Menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi
napas tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
h) Keamanan
Menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, patekis,
angioma spider, eritema.
i) Seksualitas
Menunjukkan adanya gangguan menstruasi, impotent, atrofi testis
(Doenges, 2000).
3) Pemeriksaan fisik
a) Penurunan tonus otot
b) Malaise
c) Anoreksia
d) Berat badan menurun
e) Nampak mual dan muntah
f) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas

11 | Abses Hepar
Yunus Arruan
g) Nyeri spontan perut kanan atas
h) Nampak membungkuk ke depan dan kedua tangan, tampak memegang
abdomen saat berjalan karena nyeri
i) Ekspresi wajah meringis
j) Suhu tubuh meningkat

B. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan respon tubuh terhadap infeksi dengan
megeluarkan sustansi bradikinin, serotonin dan prostaglandin
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake nutrisi
c. Hipertermi berhubungan dengan respon tubuh terhadap reaksi peradangan
pada hepar
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
penurunan produksi energi.

12 | Abses Hepar
Yunus Arruan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri 1. Membantu dalam menentukan
dengan respon tubuh keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji karakteristik pasien status nyeripasien dan menjadi
terhadap infeksi dengan nyeri berkurang atau hilang secaraPQRST data dasar untuk intervensidan
megeluarkan sustansi dengan kriteria hasil: 2. Lakukanmanajemennyerisesuaiskala monitoring keberhasilan
bradikinin, serotonin 1. Mampu mengontrol nyeri misalnya pengaturan intervensi
dan prostaglandin nyeri(tahu penyebab posisifisiologis 2. Meningkatkanrasanyamandeng
nyeri,mampu 3. Ajarkan teknik relaksasi seperti an mengurangi sensasi tekan
menggunakanteknik nafasdalam pada saat rasa nyeri pada area yang sakit
nonfarmakologiuntuk datang 3. Hipoksemia lokal dapat
mengurangi nyeri) 4. Ajarkan metode distraksi menyebabkan rasanyeri dan
2. Melaporkan bahwa 5. Beri manajemen sentuhanberupa peningkatan suplai oksigen
nyeriberkurang pemijatan ringat pada area padaarea nyeri dapat membantu
denganmenggunakan sekitarnyeri menurunkan rasanyeri
manajemennyeri 4. Pengalihan rasa nyeri dengan
6. Beri kompres hangat pada area
cara distraksidapat
3. Mampu mengenali nyeri
meningkatkanrespon
nyeri(skala, 7. Kolaborasidengan medis dalam pengeluaranendorphin untuk
intensitas,frekuensi dan pemberiananalgesik secara periodik memutus reseptor rasa nyeri
tanda nyeri) 5. Meningkatkan respon aliran
4. Menyatakan rasa darah pada area
nyamansetelah nyeri
berkurang
5. TTV dalam batas
normal(TD: 120/80, RR 16-
20x/mnt, Nadi 80-100x/mnt,
Suhu 36,5-37,5oC)
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi 1. Sebagai pedoman untuk
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 3x24 1. Observasi masukan menetapkan kebutuhan nutrisi
kebutuhan makanan/minuman dan hitung

13 | Abses Hepar
Yunus Arruan
tubuhberhubungandeng jam terjadi keseimbangan kalori hariansecara tepat pasien sudah tercukupi atau
an penurunanintake pemasukan nutrisi dengan 2. Berikan perawatan mulut belum
nutrisi kriteria hasil: sebelumdan sesudah makan 2. Memberikan kenyamanan dan
1. Pemasukan nutrisi 3. Berikan diet makanan tinggi menjaga kebersihan oral
yangadekuat kaloridan tinggi protein hygiene
2. Pasien 4. Observasi hasil 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
mampumenghabiskan diet labioratorium:protein, albumin,
globulin, Hb
klien
yangdihidangkan 4. Penanda kekurangan nutrisi
3. Tidak ada tanda- 5. Jauhkan benda-benda yang
kurangenak untuk dipandang 5. Mencegah pengurangan
tandamalnutrisi
seperti urinal,kotak drainase, bebat nafsu makan
4. Nilai laboratorim
dan pispot dari pandangan pasien 6. Menambah selera makan
normal(protein total 8-8
6. Sajikan makanan hangat 7. Penentuan jumlah kalori
gr%,albumin 3,5-5,4 denganvariasi yang menarik
gr%,globulin 1,8-3,6 gr%, yang memenuhi standar
7. Kaloborasi dengan ahli gizi
Hbtidak kurang dari 10 terkaitpenyajian diet sesuai
gr %), dengankebutuhan pasien
5. Membran mukosa
lembabdan konjungtiva
tidak pucat
3. Hipertermi Setelah dilakukan Regulasi Temperatur 1. Observasi ketat terhadap
berhubungan dengan tindakankeperawatan selama 1. Monitor suhu sesering mungkin kenaikan suhu secara cepat
respon tubuh terhadap 3x24 2. Monitor warna dan suhu kulit 2. Mengetahui tanda-tanda
reaksi peradangan jampasienmenunjukkan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan peningkatan suhu tubuh
pada hepar suhutubuh dalambatas RR 3. Sebagai acuan untuk
normaldengankriteria hasil: 4. Catat adanya fluktuasi tekanan mengetahui keadaan umum
1. Suhutubuhdalamrentang36,7o darah pasien
C – 37oC 5. Monitor hidrasi seperti turgor 4. Untuk mengetahui
2. Tanda-tandavital kulitdan kelembaban membran ketidakadekuatan sirkulasi
dalamBatasnormal (TD mukosa darah ke seluruh tubuh
120/80mmHg, N: 60-100 6. Monitorpenurunantingkatkesadara
5. Mengetahui tanda-tanda
x/mnt,RR: 16-20x/mnt) n
dehidrasi secara dini

14 | Abses Hepar
Yunus Arruan
3. Pasien tidak mengeluh panas 7. Monitor intake dan output cairan 6. Mengetahui adanya tanda-tanda
4. Pasien tidak menggigil dannutrisi syok maupun ketidakadekuatan
5. Tidak ada perubahan 8. Tingkatkan intake cairan dan suplai oksigen ke otak
warnakulit dan tidak pusing nutrisi 7. Mencegah terjadinya dehidrasi
9. Berikan kompres hangat pada dan kekurangan nutrisi
lipatpaha dan aksila 8. Memberikan suplai cairan dan
10. Tingkatkan sirkulasi udara nutrisi yang adekuat ke dalam
11. Kolaborasipemberian antipiretik tubuh
dan antibiotik sesuai indikasi 9. Mengurangi peningkatan suhu
tubuh
10. Memberikan lingkungan yang
nyaman bagi pasien
11. Membantu mengurangi demam
dan menurunkan suhu tubuh
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy 1. Sejauh mana klien mampu
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 15 menit 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi beraktivitas
kelemahan fisik masalah intoleransi aktifitas klien aktifitas yang mampu dilakukan 2. Mengatahui keadaan umum
akibat penurunan teratasi dengan kriteria hasil : klien klien
- Klien mampu berpartisipasi 2. Monitor tanda-tanda vital klien 3. Untuk memenuhi kebutuhan
produksi energi.
dalam aktifitas fisik tanpa 3. Bantu klien dalam ADL klien atau aktifitas klien
disertai peningktan tekanan 4. Dekatkan keperluan klien 4. Mempermudah klien untuk
darah, nadi dan RR beraktifitas
- Mampu melakukan aktifitas
sehari-hari (ADL) secara
mandiri
Skala aktifitas 1 (dengan alat)
atau 0 (mandiri)

15 | Abses Hepar
Yunus Arruan
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2012. Seri Asuhan Keperawatan: Klien Gangguan Hati. Jakarta:
EGC.
Cameeron. 2010. Prinsip-prinsip Penyakit Dalam. Jakarta: Binarupa Aksara.
Doenges,E., Moorhouse, MF dan Geissler, A. 2010. Rencana
AsuhanKeperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arief. dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
NANDA. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta:EGC.
Smeltzer & Bare. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbitan
FKUI.
Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NICdan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

16 | Abses Hepar
Yunus Arruan

Anda mungkin juga menyukai