ABSES HEPAR
OLEH:
Nisda, S.Ked
K1A1 15 033
Pembimbing:
dr. Ruslan Duppa, M.Kes., Sp. Rad (K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
2
ABSES HEPAR
Nisda, Ruslan Duppa
(Subdivisi Gastrointestinal Bagian Radiologi FK UHO)
I. PENDAHULUAN
Abses hati adalah rongga patologis yang timbul dalam jaringan hati
akibat infeksi bakteri, parasit, jamur, yang bersumber dari saluran cerna,
yang ditandai adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri
dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi, atau sel darah di dalam
parenkim hati. Abses hati dapat terbentuk soliter atau multiple dari
infeksi di dalam rongga peritoneum. Abses hati terbagi dua yaitu abses hati
Abses hati piogenik adalah rongga supuratif pada hati yang timbul
Entamoeba histolytica. Abses hati amebik lebih banyak terjadi pada laki-
keadaan sanitasi yang buruk, status sosial ekonomi yang rendah dan status
gizi yang kurang baik serta dimana strain virulen E. hystolitica masih tinggi.
3
Misalnya di Meksiko, India, Amerika Tengah dan Utara, Asia dan Afrika.
kronik secara terpisah memiliki risiko untuk terkena abses hati. Dua pertiga
kejadian abses hati merupakan penyakit yang berdiri sendiri. Pada 60%
kasus abses hati terlokalisir di lobus kanan hati. Pada beberapa kasus sepsis
4
AHP, diikuti dengan tumor obstruktif, striktur, dan kelainan kongenital
dan distensi kanalikuli akan melibatkan cabang vena portal dan limfatik
menyebabkan bakteremia.(3)
Biasanya abses yang terbentuk soliter. Lobus kanan hati dua kali lebih
pada kedua lobus. Hal tersebut disebabkan struktur anatomi dimana lobus
kanan menerima darah dari arteri mesenterika superior dan vena portal.
Sedangkan lobus kiri menerima darah dari arteri mesenterika inferior dan
aliran limfatik.(3)
5
B. Abses Hati Amebik (AHA)
empedu, lemak, dan produk lainnya. Pada umumnya abses steril, namun
6
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500
gr, 2% berat badan orang dewasa normal. Hati merupakan organ lunak yang
superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan
sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan
Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan
dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan
yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan
Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa
melalui vena porta hepatica, dan dari aorta melalui arteri hepatica. Sekitar
sepertiga darah yang masuk adalah darah arteri dan dua pertiganya adalah
darah vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya
protein)
B. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan
7
C. Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting
E. Pengaktifan vitamin D
F. Pengeluaran bakteri dari sel-sel darah merah yang lama berkat adanya
makrofag
I. Ekskresi kolesterol.(5)
V. DIAGNOSIS
ataupun trauma. Tanda dan gejala yang muncul tidak spesifik dan
8
c. Batuk, jika abses berdekatan dengan diafragma dapat menyebabkan
d. Ikterus
e. BAB pucat
g. Anoreksia
h. Malaise
i. Mual muntah
hipertensi portal.(3)
9
b. Demam, pada umumnya bersifat remiten, terkadang disertai dengan
berat biasanya terjadi pada ukuran abses yang besar, multiple, atau
g. Diare (jarang).(3)
B. Pemeriksaan Laboratorium
c. Peningkatan LED.(3)
10
C. Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasonografi (USG)
kavitas.(3)
Gambar 2. (A) Gambaran massa hypoechoic dengan batas ireguler, septasi dan
internal debris (B) Menunjukkan massa hypoechoic (Gambar dikutip dari
kepustakaan 6 dan 10).
11
Gambar 3. Gambaran USG Doppler menunjukkan hipervaskularitas perifer di
sekitar rongga abses pada abses hepar piogenik (Gambar dikutip dari kepustakaan
6).
2. CT-Scan
ataupun diverticulitis.(9)
12
A B
Gambar 4. (A) Abses Hati Piogenik (B) Menunjukkan massa hati shaggy cystic
yang besar, mewakili abses amoeba tipikal (Gambar dikutip dari kepustakaan 7
dan 10).
13
Gambar 6. Seorang pria berusia 46 tahun dengan abses hati Klebsiella
pneumoniae kelompok B. CT scan kontras menunjukkan abses tunggal,
multiloculated dengan cystic appearance, penebalan dinding, dan rim
enhancement di lobus kanan hati (Gambar dikutip dari kepustakaan 8).
14
Gambar 8. Seorang Pria berusia 61 tahun dengan abses hati Klebsiella
pneumonia kelompok D. CT scan kontras menunjukkan abses tunggal,
multiloculated dengan gambaran kistik, dan dinding tebal di lobus kanan hati.
Abses berhasil diobati dengan drainase kateter perkutan. Pasien dipulangkan dari
rumah sakit 29 hari kemudian (Gambar dikutip dari kepustakaan 8).
3. MRI
15
Gambar 10. Gambaran MRI tanpa kontras menunjukkan berbagai tingkat
hiperintensitas rongga abses dengan proteinaceous debris (Gambar dikutip dari
kepustakaan 6).
Gambar 11. Gambar MRI post kontras menunjukkan peningkatan periferal atau
tepi di sekitar masing-masing abses (Gambar dikutip dari kepustakaan 6).
16
D. Mikrobiologi
E. Tes Serologi
Tes serologi yang biasa dilakukan pada abses hati amebik meliputi
latex agglutination.(9)
A. Kista Hepar
A B
Gambar 12. (A) Kista Hepar (B) Abses Hati Piogenik (Gambar dikutip dari
kepustakaan 7).
Untuk tumor dengan diameter lebih dari 2 cm, adanya penyakit hati
17
A B
Gambar 13. (A) Hepatoblastoma (B) Abses Hati Piogenik (Gambar dikutip dari
kepustakaan 7).
VII. PENATALAKSANAAN
drainase.(3)
18
a. Penisilin dan ampisilin atau aminoglikosida
a. Tidak ada respon klinis setelah drainase via kateter selama 4-7 hari
<10cc/hari :
Meliputi kombinasi obat anti amoeba dan aspirasi abses. Obat yang
19
2. Alternatif lainnya menggunakan 600 mg Kloroquin selama 2 hari
VIII. KOMPLIKASI
20
1. Ruptur abses ke dalam :
1) Fistula hepatobronkial
2) Abses paru
b. Perikardium, menyebabkan
1) Gagal jantung
2) Pericarditis
3) Tamponade jantung
c. Peritoneum, menyebabkan
1) Peritonitis
2) Asites
aspirasi)
3. Lain-lain (jarang):
b. Hemobilia
d. Sindrom Budd-Chiari
21
IX. PROGNOSIS
tahap dini dan drainase perkutaneus, angka kematian karena AHP telah
jauh menurun. Angka kematian pada negara maju sekitar 2-12%. Faktor
Prognosis baik dengan harapan hidup lebih dari 90% bila abses
tunggal dan terletak pada lobus kanan. Namun kematian dapat mencapai
100% pada AHP yang tidak diterapi. Angka kematian tinggi juga
22
DAFTAR PUSTAKA
2. Parawira HB, Rahma, Nasir M. Abses hati pada infeksi hepatitis B. Jurnal
dkk. Ilmu penyakit dalam subbab hepatologi kapita selekta kedokteran Edisi
gangguan hati, kandung empedu, dan pankreas. Jakarta : EGC; 2006 hal 472-
475.
manusia: dari sel ke sistem Edisi 8. Jakarta : EGC; 2014 hal 647-648.
from : https://radiopaedia.org/articles/hepatic-abscess-1.
8. Baek SC, Lee J, Kang MH, Yi KS, Kim Y, Cho BS dkk. Features of hepatic
2017;14(1).
23
9. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF.
Hepatologi buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II Edisi VI. Jakarta : Interna
Onkologi medik khusus buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III Edisi VI.
12. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia sobotta jilid 2 Edisi 21. Jakarta :
24