EFUSI PLEURA
Oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : K1A115073
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas kasus besar dalam rangka kepanitraan klinik pada
Mengetahui,
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan laporan ini disusun untuk melengkapi
persembahkan ucapan terima kasih dr. Dwiana Pertiwi, M. Sc, Sp.PD sebagai
pembimbing referat dan laporan kasus saya. Dengan segala kerendahan hati
penulis sadar bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
3
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. HS
Umur : 64 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
RM : 272354
B. ANAMNESIS
Pasien masuk di IGD RSUD Kota Kendari dengan keluhan sesak napas
sejak 2 hari yang lalu, keluhan disertai batuk berlendir (+). Pasien merasa
lemas (+), nyeri kepala (+). Keluhan lain : Demam (-) namun beberapa
hari sebelumnya pasien mengalami demam, BAB dan BAK dalam batas
4
normal. Pasien memiliki riwayat dirawat dirumah sakit dengan keluhan
Tidak ada
4. Riwayat pengobatan:
5. Riwayat kebiasaan:
Tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Sakit sedang, compos mentis, GCS : 15
Tanda Vital
TD Nadi Pernafasan Suhu
90/60 mmHg 104 x/Menit 18 x/Menit 370C/Axillar
(Reguler) SpO2 93%
Status Generalis
Kulit Berwarna kuning langsat, pucat (-)
Kepala Normocephal (+), Simetris kanan kiri
Rambut Berwarna hitam, tidak mudah tercabut
Mata Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), Exopthalmus
(-/-), edema palpebra -/-, Gerakan bola mata dalam batas
normal, kornea refleks (+) pupil refleks (+)
Hidung Epitaksis (-) rinorhea (-)
Telinga Otorrhea (-) nyeri tekan mastoid (-)
5
Mulut Bibir pucat (-) bibir kering (+) perdarahan gusi (-) Lidah
Kotor (-), candidiasis (-), Faring (Normal)
Leher Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-) dan
pembesaran tiroid (-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-),
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus dalam batas normal
Perkusi
Kiri Sonor, Kanan redup.
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler (+/+) , Rhonki( -/-), Wheezing (-/-),
suara napas paru kanan menurun.
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternal dextra, batas
jantung kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
Cembung, ikut gerak napas
Auskultasi
peristaltik usus (+) kesan normal
Palpasi
Nyeri tekan region epigastrium(-), pembesaran hepar dan
lien (-)
6
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremitas -Kekuatan otot ekstremitas superior 5-5, inferior 5-5, kesan
normal
-Deformitas (-), edema tangan dan kaki (-/-), nyeri tekan (-),
teraba hangat
Kulit Bintik-bintik perdarahan (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (12-07-2022)
a. Darah Rutin
Darah Rutin
Parameter Hasil Rujukan Satuan
LYM% 6.3 20.0-40.0 %
MON% 7.4 3.0-8.0 %
EOS% 2.0 0.5-5.0 %
BASO% 1.7 0.0-1.0 %
WBC 17.6 4.0-10.0 103/uL
RBC 4.12 4.50-5.50 106/uL
HGB 11.4 11.0-17.9 g/dL
HCT 35.5 37.0-48.0 %
MCV 86.2 80.0-98.0 fL
MCH 27.7 28.0-33.0 Pg
MCHC 32.1 31.9-37.0 g/dL
PLT 505 150-450 103/uL
7
2. Foto Thorax PA (8/07/2022)
E. RESUME
Tn. HSN dengan keluhan sesak napas Sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai batuk berdahak (+), nyeri kepala (+), lemas (+). Keluhan lain :
demam (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat
demam beberapa hari yang lalu (+) dan 5 hari yang lalu di rawat di rumah
sakit dengan keluhan yang sama. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan tekanan
8
18x/menit, dan SpO2 93%. Pada palpasi thoraks ditemukan suara redup pada
paru kanan dan pada auskultasi terdengar suara napas pada paru kanan yang
17.3 x 103/Ul, Rapid Test Antigen SARS-Cov-2 (Negative), dan hasil foto
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
G. DIAGNOSIS BANDING
H. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Farmakologi
9
I. FOLLOW UP
Hasil follow up pasien dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hari/ Anamnesis dan Pemfis Pasien Instruksi DPJP
Tanggal
Selasa S : sesak (+) sejak 2 hari yang lalu, batuk P :
12/07/202 berlendir (+), nyeri kepala (+), lemas (+). - O2 4 lpm Nasal canul
2 Riwayat demam (+) mual (-) muntah (-), - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
riwayat opname di RS, dengan keluhan - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
yang sama (+) - Inj. Levofloxacin 750 mg/24
O : TD 90/60 mmHg jam/IV
N 104 x/menit - Inj. Pantoprazol 2x1
P 18x/menit - N. Acetylsistein 3x1
S 37oC
SpO2 : 93%, 97 % dengan Nc 4 lpm
Pemfis:
Thoraks :
- Perkusi : redup +/-
- Auskultasi : Vesikuler +/+. Rh -/-,
Whz -/-, Suara paru kanan menurun
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Rabu S : sesak (+), batuk (+) , demam (+) P:
13/07/202 O : Ku : Lemah - O2 4 lpm Nasal canul
2 TD 106/68 mmHg - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
N 111 x/menit - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
P 26x/menit - Inj. Levofloxacin 750 mg/24
S 37,4oC jam/IV
SpO2 : 98 % dengan Nc 4 lpm - Inj. Pantoprazol 2x1
Pemfis: - N. Acetylsistein 3x1
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
10
Auskultasi : Suara paru kanan menurun
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Kamis S : sesak (+), batuk (+) P:
14/07/202 O : Ku :Sakit Sedang, Compos Mentis - O2 4 lpm Nasal canul
2 TD 106/68 mmHg - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
N 111 x/menit - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
P 26x/menit - Inj. Levofloxacin 750 mg/24
S 37,4oC jam/IV
SpO2 : 98 % dengan Nc 4 lpm - Inj. Pantoprazol 2x1
Pemfis: - N. Acetylsistein 3x1
Thoraks : - Pro Pemasangan WSD
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Suara paru kanan menurun
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Jumat S : sesak (+), batuk (+) P:
15/07/202 O : Ku : Sakit Sedang,Compos Mentis - O2 4 lpm Nasal canul
2 TD 87/61 mmHg - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
N 133 x/menit - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
P 22x/menit - Inj. Levofloxacin 750 mg/24
S 37,3oC jam/IV
SpO2 : 97 % dengan Nc 4 lpm - Inj. Pantoprazol 2x1
Pemfis: - N. Acetylsistein 3x1
Thoraks : - WSD
Perkusi : redup +/- - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
Auskultasi : Suara paru kanan menurun jam/IV
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Sabtu S : sesak (+) berkurang, batuk (+) P:
16/07/202 berkurang, Demam (+) - O2 4 lpm Nasal canul
2 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
TD 90/70 mmHg - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
- Inj. Levofloxacin 750 mg/24
11
N 120 x/menit jam/IV
P 21x/menit - Inj. Pantoprazol 2x1
S 37,5oC - N. Acetylsistein 3x1
SpO2 : 97 % dengan Nc 4 lpm - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
Pemfis: jam/IV
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
12
SpO2 : 98 % dengan Nc 4 lpm - N. Acetylsistein 3x1
Pemfis: - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
Thoraks : jam/IV
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
selasa S : sesak (+) berkurang, batuk (+) P:
19/07/202 berkurang - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
TD 100/70 mmHg - Inj. Levofloxacin 750 mg/24
N 83x/menit jam/IV ( Stop )
P 20x/menit - Inj. Pantoprazol 2x1
S 36,3oC - N. Acetylsistein 3x1
SpO2 : 98 % - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
Pemfis: jam/IV
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Rabu S : sesak (-), batuk (+) berkurang P:
20/07/202 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 TD 110/80 mmHg - Inj. Pantoprazol 2x1
N 80 x/menit - N. Acetylsistein 3x1
P 20 x/menit - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
S 36,3oC jam/IV
SpO2 : 99%
Pemfis:
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
13
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Kamis S : sesak (-), batuk (+) berkurang P:
21/07/202 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 TD 100/90 mmHg - Inj. Pantoprazol 2x1
N 83x/menit - N. Acetylsistein 3x1
P 20 x/menit - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
S 36,3oC jam/IV
SpO2 : 99% - kalbion
Pemfis:
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Jumat S : sesak (-), batuk (+) berkurang P:
22/07/202 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 TD 110/90 mmHg - Inj. Pantoprazol 2x1
N 79 x/menit - N. Acetylsistein 3x1
P 20x/menit - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
S 36,4oC jam/IV
SpO2 : 99%
Pemfis:
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Sabtu S : sesak (-), batuk (+) berkurang P:
23/07/202 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 TD 118/80 mmHg - Inj. Pantoprazol 2x1
N 80 x/menit - N. Acetylsistein 3x1
P 21 x/menit - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
jam/IV
14
S 36,5oC
SpO2 : 99 %
Pemfis:
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Minggu S : sesak (-), batuk (+) berkurang P:
24/07/202 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 TD 120/70 mmHg - Drips PCT 1 gr/IV/8 jam
N 80 x/menit - Inj. Pantoprazol 2x1
P 20x/menit - N. Acetylsistein 3x1
S 37,5oC - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
SpO2 : 99% jam/IV
Pemfis: - Kalbion 1x1
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Senin S : sesak (-), batuk (+) berkurang P:
25/07/202 O : Ku : Sakit Sedang, Compos Mentis - IVFD Ringer Laktat 20 tpm
2 TD 119/76mmHg - Inj. Pantoprazol 2x1
N 83x/menit - N. Acetylsistein 3x1
P 20x/menit - Injeksi Ketorolac 1 amp/8
S 36,6oC jam/IV
SpO2 : 98 % - Kalbion 1x1
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
Selasa S:- P:
15
O : Ku : Sakit Ringan, Compos Mentis
26/07/202 TD 120/79 mmHg - Lansoprazole
2 N 80 x/menit - Kalbion 1x1
P 20x/menit - N. Acetylsistein 3x1
S 36,3oC
SpO2 : 99 %
Pemfis:
Thoraks :
Perkusi : redup +/-
Auskultasi : Ronki (-/-), Wheezing(-/-)
A : Obs. Dyspneu ec. Efusi Pleura (D)
J. PROGNOSIS
BAB II
16
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
viseralis dapat berupa transudat atau cairan eksudat. Efusi pleura merupakan
kadang juga disebabkan karena adanya abses atau lesi yang didrainase ke
B. EPIDEMIOLOGI
dalam 1 juta populasi tiap tahun. Di Amerika, dijumpai 1,5 juta kasus efusi
berbagai kasus infeksi menjadi faktor resiko yang paling signifikan dalam
bertanggung jawab atas sepertiga dari semua kasus efusi pleura di Amerika
17
Serikat. Efusi akibat pneumonia terjadi pada 15-44% pasien pneumonia yang
sebesar 200.000 di Inggris. Hasil penelitian di salah satu rumah sakit di India
pada tahun 2017 melaporkan 1.000 pasien efusi pleura dengan tuberkulosis
karakteristik efusi pleura paling banyak berupa cairan eksudat sebesar 87%,
hanya dilaporkan sebesar 13%, paling banyak disebabkan oleh gagal jantung,
diikuti sirosis hepatis, serta gagal ginjal. Efusi pleura pada pasien dengan
CHF merupakan tanda penyakit yang berat dan memiliki hampir dua kali lipat
yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernafasan seperti efusi pleura
diikuti tumor paru (29,4%). Ada lebih dari 55 penyebab efusi pleura yang
18
bervariasi bergantung dari area demografik serta geografisnya. Menilai jenis
efusi pleura, apakah transudat atau eksudat merupakan langkah awal yang
a. Gangguan Kardiovaskular
19
dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang) sehingga
dapat menyebabkan efusi pleura yang bilateral, tapi yang agak sulit
sisi kanan.7
b. Emboli Pulmonal
merah ).7
c. Sirosis hati
diafragma.7
d. Hipoalbuminemia
20
2. Efusi Pleura Eksudatif
kaya protein yang keluar dari pembuluh darah dan berkumpul pada
(A) (B)
(C)
mediastinum, diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura
21
kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura
tanpa hambatan selama proses respirasi. Cairan pleura berasal dari pembuluh-
kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai hukum Starling serta kemampuan
1. Anatomi Pleura
membatasi dinding dada yang tersusun dari otot dada dan tulang iga, serta
22
sementara pleura parietal diinervasi sarafsaraf interkostalis dan nervus
frenikus serta mendapat aliran darah sistemik. Pleura viseral dan pleura
cairan pleura.8
yang berasal dari jaringan selom intraembrionik dan diliputi oleh kulit,
organorgan viseral seperti paru, jantung, usus, hati, limpa, lambung, ginjal
23
dan organ reproduksi. Janin mamalia usia 26 – 28 hari memiliki tiga jenis
rongga pleura menjadi dua sisi. Rongga pleura kanan dan kiri akan
visceral.8
mamalia. (A) Tahap awal menunjukkan janin masih memiliki tiga rongga
24
dan terbentuk rongga pleura dan rongga perikardium dibatasi membran
lamina basalis, lapisan elastik superfi sial, lapisan jaringan ikat longgar dan
jaringan fibroelastik dalam menempel erat pada iga, otot-otot dinding dada,
4. Cairan Pleura
Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/ mL, terdiri dari makrofag
(75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel bebas.Cairan pleura
pleura menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura setara dengan kadar
protein serum, namun kadar protein berat molekul rendah seperti albumin,
lebih tinggi dalam cairan pleura. Kadar molekul bikarbonat cairan pleura 20 –
25% lebih tinggi dibandingkan kadar bikarbonat plasma, sedangkan kadar ion
25
natrium lebih rendah 3 – 5% dan kadar ion klorida lebih rendah 6 – 9%
laki dewasa dengan berat badan 70 kg. Pleura parietal terbagi dalam beberapa
bagian, yaitu pleura kostalis yang berbatasan dengan iga dan otot-otot
tertarik menuju rongga toraks seiring perkembangan organ paru dan bertahan
dari hilus menuju diafragma membagi rongga pleura menjadi rongga anterior
26
arteri mammaria interna serta aorta toraksika dan abdominis.Vena pleura
parietal mengikut jalur arteri dan kembali menuju vena kava superior melalui
pleura diafragmatika oleh saraf frenikus.Stimulasi oleh infl amasi dan iritasi
pleura parietal menimbulkan sensasi nyeri dinding dada dan nyeri tumpul
pada bahu ipsilateral. Tidak ada jaras nyeri pada pleura viseral walaupun
melalui stoma pada pleura parietal yang terbuka langsung menuju sistem
nodus limfatik sepanjang arteri mammaria interna atau dorsal menuju ujung
27
cairan dari rongga pleura ke pleura viseral. Gangguan duktus torasikus karena
6. Fisiologi Pleura
ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas
paru terjadi bila kerja otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi
recoil elastik (elastic recoil) paru dan dinding dada sehingga terjadi proses
pleura.9
28
Jumlah cairan pleura tergantung mekanisme gaya Starling (laju filtrasi
dieliminasi dari rongga pleura melalui penyaliran limfatik ini. Nilai rerata
aliran limfatik satu sisi rongga pleura adalah 0,4 mL/kg berat badan/jam pada
orang normal atau 20 mL/ jam pada orang dewasa normal dengan berat badan
pleura.8
Akumulasi berlebih cairan pleura hingga 300 mL disebut sebagai efusi pleura,
cairan pleura.8
E. DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
29
Gejala yang sering timbul pada efusi pleura adalah sesak napas.
Nyeri bisa timbul akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik
atau nyeri tumpul bergantung pada jumlah akumulasi cairan. Efusi pleura
oksigen.9
Gejala yang paling sering timbul adalah sesak. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.
percobaan, biopsi dan analisa cairan pleura. Efusi menunjukkan tanda dan
gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas
area yang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan
pergeseran trakea menjauhi tempat yang sakit. Efusi ringan sesak bisa
tidak terjadi.1
sesak, batuk, nyeri dada yang bersifat tajam. Riwayat gagal jantung, gagal
ginjal, dan penyakit hati dapat mengarahkan kepada efusi pleura yang
30
paru.Riwayat infeksi seperti pneumonia menununjukkan efusi
parapneumonik.1
2. Pemeriksaan Fisik
nafas vesikular yang menurun atau tidak ada sama sekali pada paru yang
terdengarselamaakhirinspirasi.1
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) X-Ray Thoraks
Foto toraks atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu
31
(C)
Gambar 5. Gambar paru-paru (a) Paru-paru normal (b) dan (c) Paru-
2) USG
32
anechoic, tidak bersekat dan mengalir bebas, sebaliknya bila
3) CT-Scan
33
Pedoman British Thoracic Society 2010 merekomendasikan
thorasentesis14
b. Thorakosintesis
34
Tusukan diagnostik efusi pleura untuk mendapatkan sedikit
Torasentesis tepat waktu atau insersi drain pleura diperlukan jika efusi
c. Pleuroskopy
tahun 1910 oleh Hans Christian Jacobaeus. Tahun 1910 sampai 1930,
35
Jacobaeus mengembangkan teknik-teknik pleuroskopi, sehingga beliau
lebih murah.16
d. Sitologi
36
Gambar 8 . Sitologi efusi pleura. A. Sitopatologi Efusi Pleura
F. PENATALAKSANAAN
beragam dan setiap daerah memiliki perbedaan penyebab efusi pleura yang
a. Secara kausal
37
Staphylococcus aureus, dan Enterobacteriaceae Anaerob juga telah
digitalis, diuretic dll. Efusi pleura juga akan segera menghilang. Kadang-
b. Thorakosintesis
38
c. Water Sealed Drainage (WSD)
gejala yang signifikan, dan 50% hingga 70% pasien mencapai obliterasi
keberhasilan 60% hingga 90%, tergantung pada derajat atau ekspansi paru-
d. Pleurodesis
G. KOMPLIKASI
yang buruk, tetapi ini sangat bervariasi. Pasien dengan keganasan hematologi
39
hidupnya lebih dari 1 bulan. Tusukan pleura yang berulang tidak hanya
mungkin lagi.15
parapneumonik memiliki mortalitas yang lebih tinggi. Hal yang sama berlaku
untuk tingkat yang lebih besar dari empiema pleura, suatu kondisi yang
signifikan lebih tinggi daripada yang didapat dari komunitas (47% versus
17%).15
BAB III
ANALISIS KASUS
merokok. Pada studi didapatkan bahwa pria lebih banyak mengalami efusi
maligna dari pada perempuan. Kanker paru sendiri lebih banyak ditemukan pada
laki-laki dibanding perempuan. Angka kejadian kanker paru pada pria paling
tinggi terjadi di Amerika Utara, Asia Timur, Eropa Tengah dan Eropa Selatan.
WHO mengestimasi bahwa angka kejadian kanker paru akan meningkat seiring
utama dalam kejadian kanker paru-paru. Sebesar 75-80% kejadian kanker paru
disebabkan oleh merokok. Namun, studi juga menyatakan bahwa terpapar oleh
asap rokok pada lingkungan menyebabkan kanker paru. Telah dibuktikan bahwa
pada studi dengan subjek bukan perokok aktif yang terpapar asap rokok di
40
lingkungan mengalami kenaikan jumlah specific-tobacco carcinogens dalam darah
dan urin.1
Pasien masuk dengan keluhan sesak napas Sejak 2 hari yang lalu. Keluhan
disertai batuk berdahak dan lemas. Pada anamnesis, pasien dengan efusi pleura
biasanya memiliki sesak, batuk, nyeri dada yang bersifat tajam. Nyeri bisa timbul
akibat efusi yang banyak berupa nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul
Pada palpasi thoraks ditemukan suara redup pada paru kanan dan pada
auskultasi terdengar suara napas pada paru kanan yang menurun. Berdasarkanteori
pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan fremitus taktil yang menurun terutama
pada daerah basal. Perkusi tumpul, kemudian suara nafas vesikular yang menurun
atau tidak ada sama sekali pada paru yang terdapat efusi. Suara pleural friction rub
Hasil foto thoraks menunjukkan adanya efusi pleura pulmo dextra dan
suspek tumor paru dextra. Penyebab paling banyak pada efusi pleura adalah
efusi pleura pada umumnya apabila bersifat transudat adalah gagal jantung
juta kasus baru kanker paruparu terdiagnosis di dunia pada tahun 2008 dengan
jumlah kasus kanker paru adalah sebanyak 12,7% dari jumlah kanker di dunia.
Secara global kanker paru adalah penyebab kematian terbanyak di tiap tahunnya
dengan 1.180.000 kematian dan 17,6% dari kematian akibat kanker. Angka
harapan hidup pada kanker paru selama 5 tahun adalah sebesar 15,56%. Terdapat
41
peningkatan insidensi kanker paru sebanyak 49,9% pada negara berkembang.
Kanker paru paru di Indonesia adalah sebanyak 0,9% dari total penderita kanker.
Kanker paru dibagi menjadi dua yaitu small cell carcinoma dengan angka kejadian
sebanyak 15% dan Non small cell carcinoma yaitu sebesar 85%. Non small cell
cell carcinoma.1
oksigen dan melakukan pemasangan WSD. Efusi pleura yang luas akan
sehingga kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang terpenuhi. Hal tersebut dapat
menyebabkan metabolisme sel dalam tubuh tidak seimbang. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian terapi oksigen.9 WSD adalah suatu sistem drainage yang
menggunakan water sealed untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura (rongga pleura) tujuannya adalah untuk mengalirkan udara atau cairan dari
keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit
cairan pleura.9
Akibat lanjut pada pasien efusi pleura jika tidak ditangani dengan Water
Sealed Drainage (WSD) akan terjadi atalektasis pengembangan paru yang tidak
sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura, fibrosis paru
dimana keadaan patologis terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang
berlebihan, empiema dimana terdapat kumpulan nanah dalam rongga antara paru-
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Puspita I, Soleha TU, dan Berta G. Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada
2. Dwianggita, P. 2016. Etiologi Efusi Pleura pada Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Bali Tahun 2013. Intisari Sains Medis
3. Damanik AAR, dan Imawati Sukma. Hubungan Kejadian Efusi Pleura Pada
394-395
4. Putra, TRI., Price M., Maryatun H., Agung P., Safira S., Hesti. 2022.
43
5. Wiryansyah OA. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Efusi Pleura Di Rumah
Palembang;2019. Hal. 79
hal : 174-5
7. Halim H, dkk. Buku ajar ilmu Penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing;
9. Anggarsari YD, Setyorini Y, dan Rifai A. Studi Kasus Gangguan Pola Napas
Tidak Efektif Pada Pasien Efusi Pleura. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan :
10. Lantu, MG., Elvie L., Ramli. 2016. Gambaran foto toraks pad efusi pleura di
periode November 2014 – Oktober 2015. Jurnal e-Clinic (eCl). 4(1): 272-274
11. Nurhidayati, I., Sinta mS. 2020. Calculation of sharpness in lung images of
pleural effusion patients and normal lung images using the thresholding
6(2).
44
13. Moy, MP., Jeffrey ML., Netanel SB., dkk. 2013. A New, Simple Method for
116-20
16. Sari, EP., Oea K., Russilawati. 2022. Prosedur Diagnosis Pada Efusi Pleura
127
17. Dewi, H., Fairiz. 2020. Karakteristik Pasien Efusi Pleura di Kota Jambi. JMJ.
8(1): 54-59
18. Pranita, NPN. 2020. Diagnosis dan tatalaksana terbaru penyakit pleura.
45