Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


SISTEM IMUNOLOGI PADA Tn. “W”
DENGAN KASUS HEPATITIS

OLEH : Jaldni Loboy,S.Kep


NIM : 032020118

CI LAHAN CI INSTITUSI

......................................... ......................................

PROGRAM STUDI NERS STIKES


KURNIA JAYA PERSADA
KOTA PALOPO
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV),
hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV),
hepatitis F dan hepatitis G (Yuliana elin, 2009).
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh virus. Ini
mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokmia serta seluler yang khas.

2. ETIOLOGI
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut
(Soerjono. 2011) :
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran
ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi diantara
para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau
diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu
pula bisa terjadi pada ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus
kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat
yang membawa virus hepatitis B.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi
darah. Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat yang
menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual.
Untuk alasan yang belum jelas, penderita “penyakit hati alkoholik” sering
menderita hepatitis C.
d. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
e. Hepatitis E
Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya
terjadi di negara-negara terbelakang.

3. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi hepatitis adalah :
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlihat dalam pengaturan fungsi hati.
Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian tubuh teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah
diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata
sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang dewasa normal, hati dibagi
menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar ¾ hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya
1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus
oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalaman lobus itu sendiri
dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu
disebut lobulus (Pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena
porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah
ini mempunyai kejenuhan 95-100% masuk ke hati akan akhirnya keluar
sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena
mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini
mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan ke hati yang
telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica
dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam
lempengan-lempengan atau late dimana akan masuk kedalamnya sistem
pembuluh darah kapiler. Dibagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung
cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena
porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung kedalam sinusoid
setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawah ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari
saluran empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006)

b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta
yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam
fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk
dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantar 4/5 darahnya ke
hati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa
oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati
zat makanan yang telah diabsorpsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika
mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Terdapat empat
pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu
arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan
saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam vanulel yang berada
pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena
sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan
drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava
inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah
masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2006)
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga
sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap
metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut :
1) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena
porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi
mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidrat,
mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis
membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara
metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3) Fungsi sekresi dan ekresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4) Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6) Tempat menyimpan beberapa vitamin (Vitamin A, D, E, K) mineral
(termasuk zat besi).
7) Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
metabolisme alkohol.
10) Membantu menghambat infeksi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut
(Nurarif, 2015)
a. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia
c. Demam ditemukan pada infeksi HAV
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.
e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
f. Nyeri tekan pada hati
g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopatik

5. KLASIFIKASI
Klasifikasi hepatitis adalah sebagai berikut :
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
berkulit ganda.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak.
d. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
e. Hepatitis E
Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya
terjadi di negara-negara terbelakang.
6. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi,
prodromal (Pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus Hepatitis.
b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya keluhan-keluhan
pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum yang timbul pada fase ini
biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas
atas, anoreksia, mual, muntah, demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya
ringan dan menetap dikuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodomal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan
keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
Beberapa agen penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai penyebab
cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan interleukin 6 muncul
dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui ini menyebabkan set point di
hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
demam.
Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus (jaundice)
merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyal bilirubin sehingga sklera terlihat
kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan gangguan suplai darah ke hati
yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada parenkim, hati,
hepatosit, dan duktul. Jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk
kedalam hati tetap normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati
menyebabkan hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau
menyekresikannya akibat dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan
kemampuan hati untuk mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah
terkonjugasi bersirkulasi kembali kedalam darah dan meningkatkan bilirubin
conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak tidak larut air. Akibat
dari peningkatan bilirubin conjugated dan unconjugated di dalam darah dan menyebar
ke seluruh tubuh maka pasien terlihat ikterik.
Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin terkonjugasi ke duodenum
berkurang yang berdampak pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak
sehingga tidak toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu, menurunnya sekresi
bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya pembentukan
sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses menjadi gelap, pucat seperti
dempul (abolis).
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit. Selain itu fungsi
hati dalam melakukan metabolisme serta regulasi lemak dan asam amino terganggu.
Hal ini menyebabkan peningkatan asam lemak dan asam amino dalam darah, keadaan
ini menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan menyebabkan pasien tidak
nafsu makan (anoreksia).
Perangsangan mual dan muntah diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu
sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu,
dan kolesterol) menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif
disaluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem
saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus
dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan, peningkatan rasa
mual yang mengaktifkan pusat muntah dimedula oblongata dan pengaktifan saraf
kranial ke wajah, kerongkongan, serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot
abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah. (Yasmara, D, Nursiswati, &
Arafat, R. 2017)
7. PATHWAY

Pengaruh alcohol, virus Inflamasi pada hepar


hepatitis, toksin

Gangguan suplai darah Hipertermi Peregangan kapsula hati


normal pd sel-sel hepar

Perasaan tidak nyaman Hepatomegali


Kerusakan sel parenkim, dikuadran kanan atas
sel hati dan duktuli
empedu intrahepatik
Nyeri akut Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

Gangguan metabolism Ostruksi Kerusakan konjugasi


karbohidrat lemak dan
protein Gangguan ekskresi Bilirubin tidak sempurna
empedu dikeluarkan melalui
duktus hapatikus
Glikogenesis menurun Retensi bilirubin
Bilirubin direk meningkat
Glukoneogenesis menurun Regurgitasi pd duktuli
empedu intra hepatik Ikterus
Glikogen dalam hepar
berkurang
Bilirubin direk meningkat
Glikegonasis menurun
Peningkatan garam Larut dalam air
Glukosa dalam darah empedu dalam darah
berkurang
Pruritus
Resiko ketidak stabilan
kadar glukosa darah Perubahan kenyamanan Ekskresi kedalam kemih

Cepat lelah Resiko gangguan fungsi Bilirubinuria dan kemih


hati berwarna gelap
Intoleransi aktivitas
8. PEMERIKSAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit hepatitis
antara lain (Kowalak, 2016) :
a. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH
Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark
miokardium.
b. Bilirubin direk
Meningkat pada gangguan ekskresi bilirubin terkonyugasi.
c. Bilirubin indirek
Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
d. Bilirubin serum total
Meningkat pada penyakit hepatoseluler.
e. Protein serum total
Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f. Masa protombin
Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat kerusakan sel hati.
g. Kolesterol serum
Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi ductus
biliaris.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi daat meliputi (Kowalak, 2016) :
a. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan sampai 8 bulan.
b. Hepatitis aktif yang kronis
c. Sirosis hepatis
d. Gagal hati dan kematian
e. Karsinoma hepatoseluler primer.
10. TINDAKAN MEDIS
Jika seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu mendapatkan
perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan
penanganan lambat membuat kerusakan lebih besar pada hati dan menyebabkan
kanker.
a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi pasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat diberikan
pengobatan simptomatik, seperti antipiretik dan analgetik serta vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang
mengurangi rasa mual dan muntah.
b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Setelah diagnosa ditegakan sebagai hepatitis B, maka ada beberapa cara
pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
1) Pengobatan oral
- Lamivudine; dari kelompok nukleusida analog, dikenal dengan nama
3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, pemakaian
obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita
akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
- Adefovir dipivoxil (Hepsera); pemberian secara oral akan lebih efektif,
tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk
terhadap fungsi ginjal.
- Baraclude (Entecavir); obat ini diberikan pada penderita hepatitis B
kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing
letih, mual dan terjadi peningkatan enzim hati.
2) Pengobatan dengan injeksi
Microsphere; mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan
menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya.
Injeksi Alfa Interferon (INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan
secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16
minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama
pada penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya
adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan
demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian antipiretik.

c. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C


Saat ini pengobatan hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti
Interferon alfa, Pegylate interferon alfa dan Ribavirin. Pengobatan pada penderita
hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu
hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan ada stadium awalnya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu proses penting komponen asuhan
keperawatan bagi klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses yang dilakukan oleh
seorang perawat guna menggali masalah keperawatan yang diderita klien. Pada bahasan
klien dengan gangguan sistem penglihatan, maka perawat menggali informasi yang
berhubungan dengan sistem penglihatan guna menentukan diagnosa pada langkah
selanjutnya. Kegiatan menggali informasi tersebut harus sistematis, akurat dan menyeluruh
serta saling berhubungan. Pengumpulan data secara umum mutlak dilakukan oleh seorang
perawat dalam pengkajian keperawatan (Nursalam, 2002). Adapun macam data yang perlu
dikumpulkan oleh perawat adalah:
a. Data Subyektif
Data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara oleh perawat kepada klien
ataupun keluarga klien yang sifatnya tidak dapat diukur dengan jelas karena
merupakan suatu penilaian subyektif.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diukur hasilnya. Data obyektif diperoleh
melalui hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lainnya seperti hasil
pemeriksaan laboratorium. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan antara lain; (1) Riwayat Kesehatan, (2) Kajian per
Sistem, (3) Pengkajian Psikososial.

2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu.
Serta perlu dikaji pula riwayat kesehatan keluarga klien, apakah ada penyakit yang
diturunkan secara genetis atau tidak.
a. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat kesehatan yang berhubungan dengan sistem Pencernaan,
maka sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pencernaan seperti perubahan frekuensi dan konsistensi BAB.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi riwayat penyakit yang penuh diderita serta kebiasaan sehingga menimbulkan
gangguan pada sistem pencernaan. Sebagai contoh: melakukan anamnesa kepada
pasien mengenai apakah pernah mengalami gejala serupa sebelumnya, kemudian
apakah meiliki faktor alergi seperti alergi obat-obatan dan makanan. Tanyakan
kepada pasien apakah selalu makan makanan yang dapat memicu penyakitnya.
Apabila pasien mengeluhkan penyakitnya kambuh, tanyakan obat apa saja yang
pernah dikonsumsi sehingga sakitnya reda serta kapan terakhir kali rasa sakit itu
muncul.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kepada klien guna mengetahui apakah
ada potensi penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan secara genetis atau tidak.
Hal ini akan membantu perawat mengetahui sumber penularannya jika memang ada
penyakit serupa yang pernah terjadi dalam lingkup keluarganya.
d. Riwayat sosial
1) Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok
2) Tanyakan apakah didalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan sistem pernapasan.
e. Riwayat psikologis
1) Adakah perasaan cemas pada diri klien saat menghadapi suatu penyakit?
2) Kaji tingkat stres klien.

3. Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan


Pemeriksaan fisik merupakan serangkaian tindakan pemeriksaan secara holistik yang
bertujuan melihat kondisi klien serta mendapatkan data obyektif secara valid dan didukung
dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik pada sistem pencernaan meliputi:
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi pengkajian sistem pencernaan terdiri
atas pemeriksaan tinja, analisis gas darah, pemeriksaan ureum dan kreatinin, dan
pemeriksaan elektrolit terutama kadar (Na, K, kalsium dan posfat). Secara umum, peran
perawat pada pasien yang menjalani pemeriksaan diagnostik meliputi:
a. Berperan dalam memenuhi informasi umum tentang prosedur diagnostik yang akan
dilaksanakan.
b. Memberikan informasi waktu atau jadwal yang tepat kapan prosedur diagnostik akan
dilaksanakan.
c. Memberikan informasi mengenai aktifitas yang harus dilakukan oleh pasien,
memberikan instruksi mengenai perawatan pasca prosedur, serta pembatasan diri dan
aktifitas.
d. Memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat kecemasan.
e. Mengajarkan tehknik distraksi dan relaksasi untuk menurunkan ketidaknyamanan.
f. Mendorong anggota keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan emosi
pada pasien selama tes.

5. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksaan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan. Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien
selanjutnya, sampel tinja akan dibawah ke laboratorium untuk diteliti.

6. Pemeriksaan Analisis Gas Darah


Analisis gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk
mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan
untuk menentukan tingkat keasaman atau Ph darah.

7. Pemeriksaan Kadar Ureum dan Kreatinin


Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin adalah kadar yang dinilai dalam darah untuk
menilai fungsi dari ginjal, dimana jika kadarnya meningkat dapat menandakan fungsi
ginjal yang menurun ataupun mengalami kegagalan terutama jika kadarnya meningkat
sangat tinggi.

8. Pemeriksaan Elektrolit terutama Kadar Na, K, Kalsium dan Posfat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan invasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual, muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hefar yang mengalami inflamasi hati
dan bendungan vena porta.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan penurunan fungsi hati dan terinfeksi
virus hepatitis.
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan
metabolisme karbohidrat lemak dan protein, kurang penerimaan terhadap diagnostik
dan asupan diet yang tepat.

C. Intervensi & Implementasi Keperawatan


Dx NOC NIC
Hipertermia berhubungan Thermoregulation Faver treatment
dengan invasi agen dalam Kriteria hasil :  Monitor suhu sesering
sirkulasi darah sekunder  Suhu tubuh dalam mungkin
terhadap inflamasi hepar. rentang normal  Monitor warna dan suhu
Batasan Karakteristik :  Nadi dan RR dalam kulit
 Konvulsi rentang normal  Monitor tekanan darah,
 Kulit kemerahan  Tidak ada perubahan nadi, dan RR
 Peningkatan suhu tubuh warna kulit  Monitor intake dan output
diatas kisaran normal  Berikan antipiretik
 Kejang  Selimuti pasien
 Takikardi  Kolaborasi pemberian
 Takipne cairan intravena
 Kulit terasa hangat
Ketidakseimbangan nutrisi  Nutritional status : Food Diarhea Management
kurang dari kebutuhan and fluid  Kaji adanya alergi makanan
tubuh berhubungan dengan,  Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
perasaan tidak nyaman di  Nutrional status : Nutrient untuk menentukan jumlah
kuadran kanan atas, intake kalori dan nutrisi yang
gangguan absorbsi dan  Weight control dibutuhkan pasien
metabolisme pencernaan Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk
makanan, kegagalan  Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe
masukan untuk memenuhi berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
kebutuhan metabolik karena dengan tujuan meningkatkan protein dan
anoreksia, mual, muntah. vitamin C
 Berat badan ideal sesuai
Batasan Karakteristik :  Yakinkan diet yang
dengan tinggi badan
 Kram abdomen dimakan mengandung
 Mampu mengidentifikasi
 Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi tinggi serat untuk mencegah
 Bising usus hiperaktif  Tidak ada tanda-tanda konstipasi
 Kurang makanan malnutrisi  Berikan makanan yang
 Kurang informasi  Menunjukan sudah terpilih (sudah
 Penurunan berat badan peningkatan fungsi dikonsultasikan dengan ahli
dengan asupan pengecapan dari menelan gizi)
makanan adekuat  Tidak terjadi penurunan  Monitor jumlah nutrisi dan
 Membran mukosa berat badan yang berarti. kandungan kalori
pucat Nutrition Monitoring
 Ketidakmampuan  BB pasien dalam batas
memakan makanan normal
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kalori dan intake
nutrisi.
Nyeri akut berhubungan  Pain level Pain Management
dengan pembengkakan hefar  Pain control  Lakukan pengkajian nyeri
yang mengalami inflamasi  Comport level secara komprehensif
hati dan bendungan vena Kriteria hasil : termasuk lokasi,
porta.  Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
Batasan Karakteristik : (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas, dan
 Perubahan selera makan mampu menggunakan faktor presipitasi
 Perubahan tekanan darah tehknik nonfarmakaologi  Observasi reaksi nonverbal
 Perubahan frekwensi untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyamanan
jantung mencari bantuan)  Gunakan tehknik
 Perubahan frekwensi  Melaporkan bahwa nyeri komunikasi terapeutik
pernapasan berkurang dengan untuk mengetahui
 Mengespresikan perilaku mennggunakan pengalaman nyeri pasien
(mis., gelisah, merengek, manajemen nyeri  Bantu pasien dan keluarga
menangis)  Mampu mengenali nyeri untuk mencari dan
 Sikap melindungi area (skla, intensitas, frekuensi menemukan dukungan
nyeri dan tanda nyeri)  Kontrol lingkungan yang
 Melaporkan nyeri secara  Menyatakan rasa nyaman dapat mempengaruhi nyeri
verbal setelah nyeri berkurang seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
 Gangguan tidur kebisingan
 Ajarkan tentang tehknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Tingkatkan istrahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Intoleransi aktivitas  Energy conservation Activity Therapy
berhubungan dengan  Activity tolerance  Bantu klien mengidentifikasi
kelemahan umum,  Self care : ADLs aktivitas yang mampu
ketidakseimbangan antara Kriteria hasil : dilakukan
suplai dan kebutuhan  Berpartisipasi dalam  Bantu untuk memilih
oksigen. aktivitas fisik tanpa aktivitas konsisten yang
Batasan karakteristik : disertai peningkatan sesuai dengan kemampuan
 Respon tekanan darah tekanan darah, nadi dan fisik, psikologi dan social
abnormal terhadap RR  Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas  Mampu melakukan aktivitas yang disukai
 Respon frekwensi aktivitas sehari (ADLs)  Bantu pasien/keluarga untuk
jantung abnormal secara mandiri mengidentifikasi kekurangan
terhadap aktivitas  Tanda tanda vital normal dalam beraktivitas
 Ketidaknyamanan  Energy psikomotor  Sediakan penguatan positif
setelah beraktivitas  Level kelemahan bagi yang aktif beraktivitas
 Dispnea setelah  Mampu berpindah:  Bantu pasien untuk
beraktivitas dengan atau tanpa mengembangkan motivasi
 Menyatakan merasa letih bantuan alat diri dan penguatan
 Menyatakan merasa  Status kardiopulmonari  Monitor respon fisik, emosi,
lemah adekuat social dan spiritual

 Sirkulasi status baik


 Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
Resiko gangguan fungsi hati  Liver Function, Risk For Teaching : Disese Process
berhubungan dengan impaired  Beritahukan pengetahuan
penurunan fungsi hati dan  Risk Control Drug Use tentang proses penyakitnya
terinfeksi virus hepatitis.  Risk Control Alcohol Use  Kaji pengetahuan pasien
Faktor resiko  Risk Control : Sexually tentang kondisinya
 Medikasi hepatotoksik Transmitted  Identifikasi kemungkinan
(mis., alkohol, kokain)  Disease (STD) penyebab
 Ko-infeksi HIV Kriteria hasil :  Jelaskan perjalanan penyakit
 Penyalahgunaan zat  Penghentian perilaku dan bagaimana hubungannya
(mis., alkohol, kokain)  Penyalahgunaan alkohol dengan anatomi dan fisiologi
 Infeksi virus (mis.,  Pembekuan darah  Berikan medikasi dan terapi
hepatitis A, hepatitis B, untuk proses penyakit yang
 Penyalah gunaan narkoba
hepatitis C, Epstein-Bar) mendasari, untuk
 Elektrolit & asam /
menurunkan resiko gangguan
keseimbangan basa
fungsi hati
 Pengetahuan : pengobatan
 Berikan intruksi kepada
 Respon terhadap
pasien tentang tanda dan
pengobatan
gejala yang menyertai
 Pengendalian resiko
penyakit.
 Identifikasi perubahan
kondisi fisik pasien
Resiko ketidakstabilan  Blood Glucose, Risk Hyperglikemia management
kadar glukosa darah For Unstable  Pantau tanda-tanda dan
berhubungan dengan  Diabetes Self gejala hiperglikemia :
gangguan metabolisme Management poliuria, polidipsia,
karbohidrat lemak dan Kriteria hasil : polifagia, lemah, kelesuan,
protein, kurang penerimaan  Penerimaan : kondisi malaise, mengaburkan visi,
terhadap diagnostik dan kesehatan atau sakit kepala
asupan diet yang tepat.  Kepatuhan perilaku :  Memantu tekanan darah dan
Faktor resiko diet sehat denyut nadi orotastik,
 Kurang pengetahuan  Dapat mengontrol seperti yang ditunjukkan
tentang manajemen kadar glukosa darah  Mendorong asupan cairan
diabetes (mis., rencana  Dapat mengontrol stres oral
tindakan)  Dapat memanajemen  Konsultasikan dengan
 Tingkat perkembangan dan mencegah penyakit dokter jika tanda dan gejala
 Asupan diet pemantauan semakin parah hiperglikemia menetap atau
glukosa darah tidak tepat  Tingkat pemahaman memburuk
 Stres untuk dan pencegahan  Mengntisipasi situasi
komplikasi dimana kebutuhan insulin

 Dapat meningkatkan akan meningkat (misalnya

istirahat penyakit kambuhan)

 Mengkontrol berat  Memfasilitasi kepatuhan

badan terhadap diet dan latihan

 Pemahaman  Uji kadar glukosa darah

manajemen diabetes keluarga

 Status nutrisi adekuat  Mengontrol pemantauan

 Olahraga teratur diri kadar glukosa darah


 Membantu pasien
menafsirkan kadar glukosa
darah.

D. Evaluasi
1. Hipertermia teratasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.
3. Nyeri akut teratasi.
4. Intoleransi aktivitas teratasi.
5. Resiko gangguan fungsi hati teratasi.
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat diatasi.

E. Discharge Planning
1. Vaksinasi
2. Biasakan konsumsi makanan yang bersih, aman dan lihat dulu jika memilih tempat
makan.
3. Biasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah aktivitas karena mencuci tangan
menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi.
4. Buanglah sampah pada tempatnya dan sediakan tempat sampah yang efektif.
5. Banyak minum air putih.
6. Olahraga secara teratur dan cukup istirahat.
7. Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan makanan
serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus
yang dapat menyebabkan penyakit hepatitis.
8. Bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis.
9. Bagi tenaga medis lakukann higien umum, mencuci tangan, serta membuang urine dan
feses pasien terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali
pakai, akan menghilangkan sumber infeksi.
10. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.
DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Penerbit Mediaction.


Price S.A., Wilson L.M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi

4. Buku II. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner and

Suddarth. Ed. 8. Vol.3. Jakarta : EGC

Teli Margaretha. 2018. Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang : Lima


Bintang

Anda mungkin juga menyukai