CI LAHAN CI INSTITUSI
......................................... ......................................
2. ETIOLOGI
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut
(Soerjono. 2011) :
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus. Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran
ini terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Penularan biasa terjadi diantara
para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau
diantara mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu
pula bisa terjadi pada ibu hamil yang terinfeksi hepatitis B bisa menularkan virus
kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat
yang membawa virus hepatitis B.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi
darah. Virus hepatitis C ini sering ditularkan melalui pemakai obat yang
menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi melalui hubungan seksual.
Untuk alasan yang belum jelas, penderita “penyakit hati alkoholik” sering
menderita hepatitis C.
d. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
e. Hepatitis E
Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya
terjadi di negara-negara terbelakang.
3. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiologi hepatitis adalah :
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlihat dalam pengaturan fungsi hati.
Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian tubuh teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah
diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata
sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang dewasa normal, hati dibagi
menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar ¾ hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya
1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus
oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalaman lobus itu sendiri
dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu
disebut lobulus (Pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena
porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah
ini mempunyai kejenuhan 95-100% masuk ke hati akan akhirnya keluar
sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena
mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini
mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan ke hati yang
telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica
dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris.
Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam
lempengan-lempengan atau late dimana akan masuk kedalamnya sistem
pembuluh darah kapiler. Dibagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung
cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena
porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung kedalam sinusoid
setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawah ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari
saluran empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006)
b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta
yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam
fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk
dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantar 4/5 darahnya ke
hati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa
oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati
zat makanan yang telah diabsorpsi oleh mukosa usus halus. Vena hepatika
mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Terdapat empat
pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu
arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan
saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam vanulel yang berada
pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena
sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan
drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava
inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah
masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2006)
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga
sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap
metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut :
1) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.
Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena
porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi
mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidrat,
mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis
membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara
metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3) Fungsi sekresi dan ekresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4) Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6) Tempat menyimpan beberapa vitamin (Vitamin A, D, E, K) mineral
(termasuk zat besi).
7) Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
metabolisme alkohol.
10) Membantu menghambat infeksi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai berikut
(Nurarif, 2015)
a. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan mialgia
c. Demam ditemukan pada infeksi HAV
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.
e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
f. Nyeri tekan pada hati
g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopatik
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi hepatitis adalah sebagai berikut :
a. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan virus RNA dari
family enterovirus.
b. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan virus DNA yang
berkulit ganda.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan virus Rna kecil
terbungkus lemak.
d. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan virus RNA detektif
yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
e. Hepatitis E
Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya
terjadi di negara-negara terbelakang.
6. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi,
prodromal (Pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen (penyembuhan).
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus Hepatitis.
b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya keluhan-keluhan
pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum yang timbul pada fase ini
biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas
atas, anoreksia, mual, muntah, demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya
ringan dan menetap dikuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodomal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan
keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada.
Beberapa agen penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai penyebab
cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan interleukin 6 muncul
dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui ini menyebabkan set point di
hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
demam.
Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus (jaundice)
merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyal bilirubin sehingga sklera terlihat
kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan gangguan suplai darah ke hati
yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada parenkim, hati,
hepatosit, dan duktul. Jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk
kedalam hati tetap normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati
menyebabkan hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau
menyekresikannya akibat dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan
kemampuan hati untuk mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah
terkonjugasi bersirkulasi kembali kedalam darah dan meningkatkan bilirubin
conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak tidak larut air. Akibat
dari peningkatan bilirubin conjugated dan unconjugated di dalam darah dan menyebar
ke seluruh tubuh maka pasien terlihat ikterik.
Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin terkonjugasi ke duodenum
berkurang yang berdampak pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak
sehingga tidak toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu, menurunnya sekresi
bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya pembentukan
sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses menjadi gelap, pucat seperti
dempul (abolis).
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit. Selain itu fungsi
hati dalam melakukan metabolisme serta regulasi lemak dan asam amino terganggu.
Hal ini menyebabkan peningkatan asam lemak dan asam amino dalam darah, keadaan
ini menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan menyebabkan pasien tidak
nafsu makan (anoreksia).
Perangsangan mual dan muntah diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu
sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu,
dan kolesterol) menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif
disaluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem
saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus
dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan, peningkatan rasa
mual yang mengaktifkan pusat muntah dimedula oblongata dan pengaktifan saraf
kranial ke wajah, kerongkongan, serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot
abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah. (Yasmara, D, Nursiswati, &
Arafat, R. 2017)
7. PATHWAY
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
9. KOMPLIKASI
Komplikasi daat meliputi (Kowalak, 2016) :
a. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan sampai 8 bulan.
b. Hepatitis aktif yang kronis
c. Sirosis hepatis
d. Gagal hati dan kematian
e. Karsinoma hepatoseluler primer.
10. TINDAKAN MEDIS
Jika seseorang telah didiagnosis menderita hepatitis, maka ia perlu mendapatkan
perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan
penanganan lambat membuat kerusakan lebih besar pada hati dan menyebabkan
kanker.
a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi pasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat diberikan
pengobatan simptomatik, seperti antipiretik dan analgetik serta vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang
mengurangi rasa mual dan muntah.
b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Setelah diagnosa ditegakan sebagai hepatitis B, maka ada beberapa cara
pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan injeksi.
1) Pengobatan oral
- Lamivudine; dari kelompok nukleusida analog, dikenal dengan nama
3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, pemakaian
obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT) untuk itu penderita
akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
- Adefovir dipivoxil (Hepsera); pemberian secara oral akan lebih efektif,
tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk
terhadap fungsi ginjal.
- Baraclude (Entecavir); obat ini diberikan pada penderita hepatitis B
kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing
letih, mual dan terjadi peningkatan enzim hati.
2) Pengobatan dengan injeksi
Microsphere; mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan
menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya.
Injeksi Alfa Interferon (INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan
secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16
minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama
pada penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya
adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan
demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian antipiretik.
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan salah satu proses penting komponen asuhan
keperawatan bagi klien. Pengkajian keperawatan merupakan proses yang dilakukan oleh
seorang perawat guna menggali masalah keperawatan yang diderita klien. Pada bahasan
klien dengan gangguan sistem penglihatan, maka perawat menggali informasi yang
berhubungan dengan sistem penglihatan guna menentukan diagnosa pada langkah
selanjutnya. Kegiatan menggali informasi tersebut harus sistematis, akurat dan menyeluruh
serta saling berhubungan. Pengumpulan data secara umum mutlak dilakukan oleh seorang
perawat dalam pengkajian keperawatan (Nursalam, 2002). Adapun macam data yang perlu
dikumpulkan oleh perawat adalah:
a. Data Subyektif
Data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara oleh perawat kepada klien
ataupun keluarga klien yang sifatnya tidak dapat diukur dengan jelas karena
merupakan suatu penilaian subyektif.
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diukur hasilnya. Data obyektif diperoleh
melalui hasil pemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang lainnya seperti hasil
pemeriksaan laboratorium. Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan antara lain; (1) Riwayat Kesehatan, (2) Kajian per
Sistem, (3) Pengkajian Psikososial.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu.
Serta perlu dikaji pula riwayat kesehatan keluarga klien, apakah ada penyakit yang
diturunkan secara genetis atau tidak.
a. Keluhan utama
Dalam membuat riwayat kesehatan yang berhubungan dengan sistem Pencernaan,
maka sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pencernaan seperti perubahan frekuensi dan konsistensi BAB.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi riwayat penyakit yang penuh diderita serta kebiasaan sehingga menimbulkan
gangguan pada sistem pencernaan. Sebagai contoh: melakukan anamnesa kepada
pasien mengenai apakah pernah mengalami gejala serupa sebelumnya, kemudian
apakah meiliki faktor alergi seperti alergi obat-obatan dan makanan. Tanyakan
kepada pasien apakah selalu makan makanan yang dapat memicu penyakitnya.
Apabila pasien mengeluhkan penyakitnya kambuh, tanyakan obat apa saja yang
pernah dikonsumsi sehingga sakitnya reda serta kapan terakhir kali rasa sakit itu
muncul.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kepada klien guna mengetahui apakah
ada potensi penyakit yang dapat diturunkan atau ditularkan secara genetis atau tidak.
Hal ini akan membantu perawat mengetahui sumber penularannya jika memang ada
penyakit serupa yang pernah terjadi dalam lingkup keluarganya.
d. Riwayat sosial
1) Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok
2) Tanyakan apakah didalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan sistem pernapasan.
e. Riwayat psikologis
1) Adakah perasaan cemas pada diri klien saat menghadapi suatu penyakit?
2) Kaji tingkat stres klien.
5. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksaan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan. Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien
selanjutnya, sampel tinja akan dibawah ke laboratorium untuk diteliti.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan invasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual, muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hefar yang mengalami inflamasi hati
dan bendungan vena porta.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan penurunan fungsi hati dan terinfeksi
virus hepatitis.
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan
metabolisme karbohidrat lemak dan protein, kurang penerimaan terhadap diagnostik
dan asupan diet yang tepat.
D. Evaluasi
1. Hipertermia teratasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.
3. Nyeri akut teratasi.
4. Intoleransi aktivitas teratasi.
5. Resiko gangguan fungsi hati teratasi.
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dapat diatasi.
E. Discharge Planning
1. Vaksinasi
2. Biasakan konsumsi makanan yang bersih, aman dan lihat dulu jika memilih tempat
makan.
3. Biasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah aktivitas karena mencuci tangan
menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi.
4. Buanglah sampah pada tempatnya dan sediakan tempat sampah yang efektif.
5. Banyak minum air putih.
6. Olahraga secara teratur dan cukup istirahat.
7. Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan makanan
serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus
yang dapat menyebabkan penyakit hepatitis.
8. Bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis.
9. Bagi tenaga medis lakukann higien umum, mencuci tangan, serta membuang urine dan
feses pasien terinfeksi secara aman. Pemakaian kateter, jarum suntik, dan spuit sekali
pakai, akan menghilangkan sumber infeksi.
10. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC