Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

HEPATITIS

NAMA DOSEN: Ns, M.Kep

OLEH

2A KEPERAWATAN

KELOMPOK 3

1. GUSTI AGUNG AYU WIDIYANI


2. IRNAWATI
3. INTAN ANGELINA DOMBO
4. LILIS KARLINA HALE

PROGRAM STUDI S1 NERS

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
laporan ini dengan mata kuliah KMB II mudah dan lancar.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna masih terdapat
kekurangan. 0leh karna itu, kami siap untuk menerima segala masukan dan kritik
agar kami bisa melakukan perbaikan yang baik dan benar.
Demikian, laporan dari kami. Jika banyak kesalahan, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat.

Palu, 17 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas
dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah
ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus
Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC),
Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya,
tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat
bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut
yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV
(Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu
hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat
ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B
melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B
(NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya
ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat
ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-
NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically
Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease
Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai
Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell,
1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus
yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi
Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa
HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya
di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat
ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika
Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan
penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar
60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika
Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini
diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis
virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka
morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit Hepatitis ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Hepar ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit Hepatitis ?
4. Apa etiologi dari penyakit Hepatitis ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Hepatitis ?
6. Bagaimana klasifikasi dari penyakit Hepatitis ?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit Hepatitis ?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari penyakit Hepatitis ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hepatitis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penyakit Hepatitis
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari Hepar
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Hepatitis
4. Mengetahui etiologi dari penyakit Hepatitis
5. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Hepatitis
6. Mengetahui klasifikasi dari penyakit Hepatitis
7. Mengetahui komplikasi dari penyakit Hepatitis
8. Mengetaui pemeriksaan diagnostic dari penyakit Hepatitis
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hepatitis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi

Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang


iga kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin
(Chandrasoma, 2006). Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar
dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan
dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus
kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum
Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus
mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang
disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai
pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus
biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di
sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris
intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus
porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan,
kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus
sesuai yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap
hari. unsur utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu
fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu (terutama bilirubin
terkonjugasi). Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi
lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam
empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke hati, kemudian
mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen
empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan
saluran empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan
yang berhubungan dengannya.
Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di
atas dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus.
Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan di simpan
dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa
secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas
atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi glikogen, disimpan dalam
otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam jaringan subcutan. Hati juga
mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma,
kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin
yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid,
fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.
Fungsi Pertahanan Tubuh
Terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan, dimana fungsi
detoksifikasi oleh enzim-enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi,
hidrolisis atau konjugasi zat yang memungkinkan membahayakan dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi
perlindungan dimana yang berperanan penting adalah sel kuffer yang
berfungsi sebagai sistem endoteal yang berkemampuan memfagositosis
dan juga menghasilkan immunolobulin.
Fungsi Vaskuler Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid
hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan menuju ke vena
hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior. Selain itu
dari arteria hepatika mengalir masuk kira-kira 350 cc darah. Darah arterial
ini akan masuk dan bercampur dengan darah portal. Pada orang dewasa
jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500 cc tiap menit.

B. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan
keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya
luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dgn
memberikan gambaran klinis yang mirip yang dapat berfariasi dari
keadaan subklinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal.
(Sylvia A. price, 1995; 439).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
2. Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah
ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan
penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang
lama. 60% sampai 90% kasus–kasus hepatitis virus diperkirakan
berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus yang ringan dan
kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan
yang kurang dari keadaan sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50%
orang dewasa di Amerika Serikat telah memilki antibodi terhadap
virus hepatitis A, banyak orang tidak mengingat kembali episode atau
kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis
3. Etiologi
a. Virus hepatitis
b. Bakteri (salmonella typhi).
c. Obat-obatan.
d. Racun (hepatotoxic).
e. Alcohol.
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-
bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar
ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh
respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.
Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam
hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli
empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi)
dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan
karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan
bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
a. Masa tunas
1) Virus A                             :15-45 hari (rata-rata 25 hari)
2) Virus B                             :40-180 hari (rata-rata 75 hari)
3) Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)   
b. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama
kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan
sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan
malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera
yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru
berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal
pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2
minggu.
d. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-
15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak
normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.

7. Klasifikasi
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo
Nucleic Acid) dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
a. HepatitisA/Hepatitis infeksius
Sering kali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan
gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip
flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan
hilangnya nafsu makan. Penyakit ini ditularkan terutama melalui
kontaminasi oral fekal akibat higyne yang buruk atau makanan
yang tercemar.Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit
tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A
tidak berlanjut ke hepatitis kronik. Masa inkubasi 30
hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur
yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang.
Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan
selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang
panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu
narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan
risiko tinggi tertular hepatitis A.
b. HepatitisB/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut
partikel dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen
permukaan yang telah diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan
dari sampel darah hasil pemeriksaan lab.hepatitis B memiliki masa
tunas yang lama, antara 1 – 7 bulan dengan awitan rata-rata 1-2
bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit hepatitis B
akan mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami peradangan
hati selama lebih dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip
flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata
kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum
suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan
manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta
imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B
yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang
aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu.
Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu
narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
c. Hepatitis C
Hepatitis c diidentifikasi pada tahun 1989.cara penularan virus
RNA tersebut sama dengan hepatitis B dan terutama ditularkan
melalui transfusi darah dikalangan penduduk amerika serikat
sebelum ada penapisan. Virus ini dapat dijumpai dalam semen dan
sekresi vagina tetapi jarang sekali pasangan seksual cukup lama
dari pembawa hepatitis C terinfeksi dengan virus ini. Masa tunas
hepatitis C berkisar dari 15 sampai 150 hari, dengan rata-rata 50
hari. Karena gejalanya cenderung lebih ringan dari hepatitis B,
invidu mugkin tidak menyadari mereka mengidap infeksi serius
sehingga tidak datang ke pelayanan kesehatan. Antibody terhadap
virus hepatitis C dan virus itu sendiri dapat di deteksi dalam darah,
sehingga penapisan donor darah efektif. Adanya antibody terhadap
virus hepatitis C tidak berarti stadium kronis tidak terjadi saat ini
belum tersedia vaksin hepatitis C.
d. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik,
yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan
virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum
suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi,
dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat
progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan
dapat dilakukan dengan menghindari virus hepatitis B.
e. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui
ingesti air yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel
linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan
sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan,
khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui
air yang terkontaminasi feces.

8. Pencegahan
a. Pencegahan Primer
Upaya pencegahan primer merupakan upaya pencegahan yang
dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi. Upaya ini umumnya
bertujuan mencegah terjadinya penyakit dan sasarannya adalah
faktor penyebab, faktor penjamu, serta lingkungan. Primary
prevention ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: health
promotion dan general & specific protection.
1) Health promotion
Health promotion atau promosi kesehatan merupakan salah
satu upaya preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit hepatitis. Adapun bentuk-bentuk pencegahan-nya
adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan atau penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam
rangka pelayanan kesehatan yang optimal kepada
masyarakat. Penyakit hepatitis merupakan salah satu
penyakit yang harus diketahui oleh masyarakat dan peran
sebuah puskesmas atau lembaga kesehatan lainnya dalam
memberikan pendidikan kesehatan menjadi harapan yang
sangat penting bagi masyarakat.
b) Mengubah perilaku
Mengubah perilaku dalam menanggulangi penyakit
hepatitis salah satunya yaitu berorientasi pada perilaku
yang diharapkan perilaku sehat sehingga mempunyai
kemampuan mengenal masalah dalam dirinya, keluarga dan
kelompok dalam meningkatkan kesehatannya.
c) Mengubah gaya hidup
Penyakit hepatitis suatu kelainan berupa peradangan organ
hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
infeksi virus dalam metabolisme. Mengubah gaya hidup
yaitu dengan pastikan makan dan minuman yang masuk
kedalam tubuh kita adalah makanan yang bersih, dan
minuman yang telah direbus hingga mendidih, menjaga
kebersihan lingkungan, serta merubah cara bergaul ke arah
yang lebih baik. Selain itu, kita juga harus menjaga
kebersihan diri dan lingkungan, menghindari kontak
dengan sumber infeksi, misalnya darah dan jarum suntik
yang tercemar, serta menghindari kontak intim dengan
penderita hepatitis yang menular.
d) Meningkatkan kesadaran
Meyakinkan kepada seluruh masyarakat khususnya daerah
tempat tinggal kita, bahwa bahaya penyakit hepatitis
bukanlah penyakit yang bisa disepelekan begitu saja.
2) General & specific protection.
General and specific protection atau perlindungan khusus
terhadap penularan hepatitis dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
a) Perbaikan kondisi dan sanitasi lingkungan
Specific protection yaitu perlindungan khusus terhadap
penularan hepatitis B dan C dapat dilakukan melalui
sterilisasi benda–benda yang tercemar dengan pemanasan
dan tindakan khusus seperti penggunaan yang langsung
bersinggungan dengan darah, serum, cairan tubuh dari
penderita hepatitis, juga pada petugas kebersihan,
penggunaan pakaian khusus sewaktu kontak dengan darah
dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan penderita pada tempat khusus. Untuk mencegah
hepatitis A dapat dilakukan dengan cara memperbaiki
saluran wc/ tinja. Hal ini dilakukan agar penyebaran virus
hepatitis A melalui feses terputus.
b) Vaksinasi
Vaksinasi adalah memberikan kekebalan aktif pada
seseorang , sehingga ia kebal terhadap penyakit tertentu.
Saat ini, vaksinasi hanya tersedia untuk pencegahan
hepatitis A dan hepatitis B. Bentuk-bentuk hepatitis
disebabkan oleh inveksi virus yang dapat dicegah dengan
vaksin aman dan terjangkau. Vaksin hepatitis telah tersedia
untuk siapa saja, tetapi lebih dikhususkan pada orang yang
beresiko tinggi tertular penyakit ini.
b. Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung tetapi belum
timbul tanda atau gejala sakit. Tujuan upaya pencegahan ini adalah
untuk mencegah meluasnya penyakit, mencegah timbulnya wabah
serta proses penyakit lebih lanjut. Sasarannya adalah penderita atau
suspect (dianggap penderita dan terancam menderita). Pada
pencegahan sekunder termasuk upaya bersifat diagnosis dini dan
pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
1) Early diagnosis
Ada beberapa jenis hepatitis yang tidak menunjukkan gejala
apapun ketika menyerang sistem imunitas manusia, misalnya
hepatitis C. Gejala seperti demam, kelemahan, dan sebagainya
baru muncul setelah 8 minggu. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan atau diagnosa lebih lanjut. Diagnosa ini biasanya
dilakukan dokter di laboratorium. Terdapat dua cara diagnosa,
yaitu untuk hepatitis akut (masa penyakit kurang dari 6 bulan)
dan hepatitis kronis (masa penyakit lebih dari 6 bulan).
a) Pemeriksaan untuk diagnosa hepatitis akut meliputi:
(1) Pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT
(2) Pemeriksaan penanda virus untuk menentukan virus
penyebabnya. Hal ini penting karena perjalanan
penyakit berbeda bila virus penyebabnya berbeda. IgM
anti HAV untuk melihat adanya infeksi virus hepatitis
A, IgM anti HBc untuk hepatitis B dan IgM anti HCV
untuk hepatitis C, anti HDV untuk hepatitis D dan IgM
anti HEV untuk hepatitis E.
b) Pemeriksaan untuk diagnosa hepatitis kronik meliputi:
(1) Pemeriksaan enzim SGOT dan SGPT
(2) Pemeriksaan HbsAg, anti HBc, HbeAg, HBV-DNA
untuk hepatitis kronik karena virus B
(3) Pemeriksaan anti HCV untuk hepatitis kronik karena
virus C
(4) Pemeriksaan Elektroforesis Protein perlu untuk
mendeteksi sirosis hati (Pengerutan hati)
(5) Pemeriksaan AFP (Alfa Fetoprotein) diperlukan untuk
mendeteksi kanker hati
 
2) Prompt treatment
Prompt treatment atau pengobatan segera dapat dilakukan
ketika seseorang telah menunjukkan gejala-gejala hepatitis,
baik hepatitis A, B, C, ataupun yang lainnya. Ada beberapa
metode atau cara pengobatan bagi orang yang terkena hepatitis.
a) Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti
minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning,
letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk istirahat total
dan tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi
fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan
pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol
sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta
obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
b) Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian
diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan
pemeriksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai
hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B,
yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
(1) Pengobatan oral yang terkenal adalah:
(a) Pemberian obat Lamivudine dari kelompok
nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan
enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan
mendapat monitor bersinambungan dari dokter.
(b) Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera).
Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
(c) Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini
diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek
samping dari pemakaian obat ini adalah sakit
kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan
enzyme hati.
(2) Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah:
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung
partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan
menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan
sehat di sekitar-nya. Injeksi Alfa Interferon (dengan
nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON)
diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3
kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pengobatan ini adalah terasa sakit pada
otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam
yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian
paracetamol.
 
c. Tertiary prevention
Tertiary prevention atau upaya pencegahan tersier merupakan
upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah
lanjut. Tujuannya adalah untuk pencegahan cacat dan komplikasi,
bertambahnya penyakit, dan kematian. Sedangkan, sasarannya
adalah penderita penyakit itu sendiri. Pada proses pasca-
patogenesis, terdapat beberapa kemungkinan tingkat kesembuhan,
yaitu: sembuh sempurna, baik bentuk dan fungsi tubuh kembali
semula seperti keadaan sebelum sakit; sembuh dengan cacat,
kesembuhan tidak sempurna, dan ditemukan cacat pada pejamu
(kondisi cacat dapat berupa cacat fisik, fungsional dan social); serta
karier, dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit dan suatu
saat penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun).
Untuk meminimalisir kondisi cacat dan kerier ketika pasca-
patogenesis, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu disability
limitation dan rehabilitation.
1) Disability limitation
Disability Limitation atau pembatasan kecacatan berusaha
untuk menghilangkan gangguan kemampuan berfikir dan
bekerja yang diakibatkan oleh penyakit hepatitis. Usaha ini
merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and promotif
treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat
( tidak terjadi komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka
dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan
fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal
mungkin. Disability limitation termasuk:
a) Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian
sembuh total. Namun dapat pula berkembang menjadi
masalah menahun (kronis). Tingkat keparahan hepatitis
bervariasi, mulai dari kondisi yang dapat sembuh sendiri
secara total, kondisi yang mengancam jiwa, menjadi
penyakit menahun, hingga gagalnya fungsi hati (liver).
Sedangkan hepatitis kronis terjadi jika sebagian hati (liver)
yang mengalami peradangan berkembang sangat lambat,
tetapi sebagian lain dapat menjadi aktif dan semakin
memburuk dalam hitungan tahun. Akibat dari hepatitis
kronis yang memburuk adalah terjadinya sirosis atau
kanker hati. Untuk mencegah  terjadinya kerusakan pada
hati lebih lanjut, sebaiknya penderita hepatitis (terutama
hepatitis kronis) melakukan pengobatan secara menyeluruh
dan tuntas. Bila perlu, check up secara rutin ke dokter untuk
pemberian vitamin agar hati berfungsi dengan baik
kembali.
b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan
melakukan pemerikasaan lanjut yang lebih akurat seperti
pemeriksaan laboratorium dan pemerikasaan penunjang
lainnya agar penderita dapat sembuh dengan baik dan
sempurna tanpa ada komplikasi lanjut.
c) Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi
Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang
tepat dan benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang
dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain itu untuk
mencegah terjadinya komplikasi maka penderita yang
dalam tahap pemulihan, dianjurkan untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukan
pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna.
2) Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyembuhan penyakit & pengembalian fungsi
fisik, psikologik dan sosial. Tindakan ini dilakukan pada
seseorang yang proses penyakitnya telah berhenti. Tujuannya
adalah untuk berusaha mengembalikan penderita kepada
keadaan semula (pemulihan kesehatan) atau paling tidak
berusaha mengembalikan penderita pada keadaan yang
dipandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi
kehidupannya. Dalam penyembuhan penyakit hepatitis, proses
rehabilitasi meliputi:
a) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan
hubungan perorangan dan social secara memuaskan.
Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental.
Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat. Seperti pada penderita hepatitis yang
mengalami penurunan semangat hidup, penderita harus
menjalani rehabilitasi mental untuk mengembalikan
semangat hidup.
b) Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja
yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuan
dan ketidakmampuannya.
c) Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang
fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat
dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu. Seperti
pada penderita hepatitis yang tidak memungkinkan hatinya
bekerja secara normal seperti orang yang sehat.
9. Penatalaksanaan medis
a. Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh
selama 1-2 bulan.
b. Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
c. Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian
besar obat akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
d. Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke
rumah sakit.
e. Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk
memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap
tinggi maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan
penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
f. Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya
dianjurkan bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.
g. Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan
sel hati.

10. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah
perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan.
Keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari
pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan setelah serangan
awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang
berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan
hati seperti digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut
dari hepatitis yang cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma
hepatoseluler.
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai komplikasi
leptospirosis, sifilis, tuberculosis, toksoplasmosis, dan amebiasis, yang
kesemuanya peka terhadap pengobatan khusus. Penyebab
noninfeksiosa meliputi penyumbatan empedu, sirosis empedu primer,
keracunan obat, dan reaksi hipersensitivitas obat. Komplikasi akibat
hepatitis A hampir tidak ada, keculai pada para lansia atau seseorang
yang memang sudah mengidap penyakit kronis hati atau sirosis.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium
lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang
meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.

11. Farmakologi
Terapi tanpa obat tidak menjamin kesembuhan, untuk itu dilakukan
cara lain dengan menggunakan obat-obatan. Golongan obat yang
digunakan antara lain adalah aminoglikosida, antiamuba, antimalaria,
antivirus, diuretik, kolagogum, koletitolitik dan hepatik protektor dan
multivitamin dengan mineral.
a. Aminoglikosida
Antibiotika digunakan pada kasus abses hati yang disebabkan oleh
infeksi bakteri. Diberikan 3 kali sehari secara teratur selama tujuh
hari atau sesuai petunjuk dokter. Antibiotika kombinasi biasanya
digunakan untuk mencegah ketidakaktifan obat yang disebabkan
oleh enzim yang dihasilkan bakteri
b. Antiamuba
Antiamuba seperti dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline,
diloxanide furoate, emetine, etofamide, metronidazole,
secnidazole, teclozan, tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang
digunakan untuk amubiasis. Dengan terapi ini maka risiko
terjadinya abses hati karena amuba dapat diminimalkan. 
c. Antimalaria
Antimalaria, misalnya klorokuin, dapat juga digunakan untuk
mengobati amubiasis. Obat ini mencegah perkembangan abses hati
yang disebabkan oleh amuba. 
d. Antivirus
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita
hepatitis B. Virus hepatitis B membawa informasi genetik DNA.
Obat ini mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi
kemampuan virus hepatitis B berproliferasi. Lamivudine
merupakan analog nukleosida deoxycytidine dan bekerja dengan
menghambat pembentukan DNA virus hepatitis B. Pengobatan
dengan lamivudine akan menghasilkan HBV DNA yang menjadi
negatif pada hampir semua pasien yang diobati selama 1 bulan.
Lamivudin akan meningkatkan angka serokonversi HBeAg,
mempertahankan fungsi hati yang optimal,dan menekan terjadinya
proses nekrosis-inflamasi. Lamivudine juga mengurangi
kemungkinan terjadinya fibrosis dan sirosis serta dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker hati. Profil keamanan lamivudine
sangat memuaskan, dimana profil keamanannya sebanding dengan
plasebo. Lamivudine diberikan peroral sekali sehari, sehingga
memudahkan pasien dalam penggunaannya dan meningkatkan
kepatuhan penggunaan obat. Oleh karenanya penggunaan
lamivudine adalah rasional untuk terapi pada pasien dengan
hepatitis B kronis aktif.
Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi hepatitis
C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia. ARV yang tersedia
gratis adalah Duviral (Zidovudine + Lamivudine) dan Neviral
(Nevirapine). Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam
jumlah yang amat terbatas. Didanosine atau Stavudine tidak boleh
diminum untuk penderita yang sedang mendapat pengobatan
interferon dan Ribavirin, karena beratnya efek samping terhadap
gangguan faal hati.
Zidovudine, termasuk Duviral dan Retrovir harus ketat dipantau
bila digunakan bersama Ribavirin (untuk pengobatan hepatitis C),
karena masing-masing dapat menimbulkan anemia. Anemia dapat
diantisipasi dengan pemberian eritropoietin atau tranfusi darah.
Neviraldapat mengganggu faal hati. Jadi, kadar hemoglobin dan
leukosit serta tes faal hati (SGOT, SGPT, bilirubin, dan lain-lain)
harus dipantau ketat.
Menurut tim ahli Amerika (DHHS, April 2005), Nevirapin
walaupun dapat menimbulkan gangguan faal hati, boleh digunakan
pada penderita dengan koinfeksi hepatitis C, dengan pemantauan
yang seksama. Konsensus Paris 2005 menganjurkan pemberian
Pegylated Interferon-Ribavirin selama 48 minggu. Koinfeksi
dengan hepatitis C memerlukan penatalaksanaan yang lebih khusus
dan komprehensif. Jenis kombinasi ARV juga perlu dipantau lebih
ketat terhadap gangguan faal hati, anemia dan leukopenia.
Peginterferon dan Ribavirin dalam kombinasi dengan Interferon
selain bermanfaat mengatasi hepatitis C juga untuk hepatitis D.
Ada juga obat-obatan yang merupakan kombinasi imunologi dan
antivirus yang tampaknya dapat menekan kadar virus hepatitis C
dalam darah secara lebih efektif dari pada terapi ulang dengan
interferon saja.
Thymosin alpha 1 adalah suatu imunomodulator yang dapat
digunakan pada terapi hepatitis B kronik sebagai monoterapi atau
terapi kombinasi dengan interferon. 
e. Diuretik
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone, dapat membantu
mengatasi edema yang menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa
asites. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan
keseimbangan elektrolit atau gangguan ginjal berat karena
menyebabkan ekskresi elektrolit. Obat diuretik lain yang
digunakan dalam penyakit hati selain spironolakton adalah
furosemid yang efektif untuk pasien yang gagal memberikan
tanggapan terhadap Spironolactone. Obat lain seperti Thiazide atau
Metolazone dapat bermanfaat pada keadaan tertentu.
Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector. Golongan ini
digunakan untuk melindungi hati dari kerusakan yang lebih berat
akibat hepatitis dan kondisi lain. Kolagogum misalnya: calcium
penthothenat, phosphatidyl choline, silymarin dan ursodeoxycholic
acid dapat digunakan pada kelainan yang disebabkan karena
kongesti atau insufisiensi empedu, misalnya konstipasi biliari yang
keras, ikterus dan hepatitis ringan, dengan menstimulasi aliran
empedu dari hati. Namun demikian, jangan gunakan obat ini pada
kasus hepatitis akut atau kelainan hati yang sangat toksis 
f. Multivitamin dengan mineral
Golongan ini digunakan sebagai terapi penunjang pada pasien
hepatitis dan penyakit hati lainnya. Biasanya penyakit hati
menimbulkan gejala-gejala seperti lemah, malaise, dan lain-lain,
sehingga pasien memerlukan suplemen vitamin dan mineral. Hati
memainkan peranan penting dalam beberapa langkah metabolisme
vitamin. Vitamin terdiri dari vitamin-vitamin yang larut dalam
lemak (fat-soluble) seperti vitamin A, D, E dan K atau yang larut
dalam air (water-soluble) seperti vitamin C dan B-kompleks.
12. Terapi Komplementer
Terapi tanpa obat bagi penderita adalah diet yang seimbang, jumlah
kalori yang dibutuhkan sesuai dengan tinggi badan, berat badan, dan
aktivitas. Pada keadaan tertentu, diperlukan diet rendah protein,
banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai
kemampuan untuk mencegah sembelit, menjalankan pola hidup yang
teratur dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Tujuan terapi diet
pada pasien penderita penyakit hati adalah menghindari kerusakan hati
yang permanen; meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan hati
dengan keluarnya protein yang memadai; memperhatikan simpanan
nutrisi dalam tubuh; mengurangi gejala ketidaknyamanan yang
diakibatkan penyakit ini; dan pada penderita sirosis hati, mencegah
komplikasi asites, varises esofagus dan ensefalopati hepatik yang
berlanjut ke komplikasi hepatik hebat. Diet yang seimbang sangatlah
penting. Kalori berlebih dalam bentuk karbohidrat dapat menambah
disfungsi hati dan menyebabkan penimbunan lemak dalam hati.
Jumlah kalori dari lemak seharusnya tidak lebih dari 30% jumlah
kalori secara keseluruhan karena mbahayakan sistem kardiovaskular.
Selain diet yang seimbang, terapi tanpa obat ini harus disertai dengan
terapi tanpa obat ini harus disertai dengan terapi non farmakologi
lainnya seperti segera beristirahat bila merasa lelah dan menghindari
minuman beralkohol

C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu,
agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan
terakhir.
3) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit
kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
2) Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual
muntah, demam, nyeri perut kanan atas
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
4) Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang
pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami
termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah
sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-
saudaranya.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
6) Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit
menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
1) Aktifitas
a) Kelemahan
b) Kelelahan
c) Malaise
2) Sirkulasi
a) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
a) Urine gelap
b) Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
a) Anoreksia
b) Berat badan menurun
c) Mual dan muntah
d) Peningkatan oedema
e) Asites
5) Neurosensori
a) Peka terhadap rangsang
b) Cenderung tidur
c) Letargi
d) Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
a) Kram abdomen
b) Nyeri tekan pada kuadran kanan
c) Mialgia
d) Atralgia
e) Sakit kepala
f) Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
a) Demam
b) Urtikaria
c) Lesi makulopopuler
d) Eritema
e) Splenomegali
f) Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi
darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin
dalam garam empedu.
f. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
g. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus

3. Intervensi dan Rasional


a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia,
mual dan muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam 
nutrisi pasien terpennuhi.
 Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-
tanda mal nutrisi.
No Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan bantu klien Keletihan berlanjut menurunkan
untuk istirahat sebelum keinginan untuk makan
makan
2. Awasi pemasukan adanya pembesaran hepar dapat
diet/jumlah kalori, tawarkan menekan saluran gastro
makan sedikit tapi sering intestinal dan menurunkan
dan tawarkan pagi paling kapasitasnya.
sering
3. Pertahankan hygiene mulut akumulasi partikel makanan di
yang baik sebelum makan mulut dapat menambah baru dan
dan sesudah makan rasa tak sedap yang menurunkan
nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi menurunkan rasa penuh pada
duduk tegak abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, glukosa dalam karbohidrat
rendah lemak cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit
untuk diserap/dimetabolisme
sehingga akan membebani
hepar.

b. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan


pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan
bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri
pasien berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku
dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan
lokasinya)

No Intervensi Rasional
.
1. Kolaborasi dengan individu nyeri yang berhubungan
untuk menentukan metode dengan hepatitis sangat tidak
yang dapat digunakan untuk nyaman, oleh karena terdapat
intensitas nyeri peregangan secara kapsula
hati, melalui pendekatan
kepada individu yang
mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien klienlah yang harus mencoba
penerimaan tentang respon meyakinkan pemberi
klien terhadap nyeri pelayanan kesehatan bahwa ia
mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk
jelaskan penyebab nyeri, mengalami nyeri melalui
tunjukkan berapa lama nyeri penjelasan nyeri yang
akan berakhir, bila diketahui sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang
dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter kemungkinan nyeri sudah tak
penggunaan analgetik yang bisa dibatasi dengan teknik
tak mengandung efek untuk mengurangi nyeri.
hepatotoksi

c. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi


darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu
badan pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda vital : suhu sebagai indikator untuk
badan mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang
adekuat (sedikitnya 2000 memicu timbulnya dehidrasi
l/hari) untuk mencegah
dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada menghambat pusat simpatis di
lipatan ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat
untuk mengurangi panas
tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk kondisi kulit yang mengalami
memakai pakaian yang lembab memicu timbulnya
menyerap keringat pertumbuhan jamur. Juga
akan mengurangi kenyamanan
klien, mencegah timbulnya
ruam kulit.

d. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder


terhadap hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
keletihan pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan sebab-sebab dengan penjelasan sebab-sebab
keletihan individu keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah tirah baring akan
baring meminimalkan energi yang
dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk memungkinkan klien dapat
mengidentifikasi kekuatan- memprioritaskan kegiatan-
kekuatan, kemampuan- kegiatan yang sangat penting
kemampuan dan meminimalkan
pengeluaran energi untuk
kegiatan yang kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan dapat segera
keletihan selama 24 jam diminimalkan dengan
meliputi waktu puncak energi, mengurangi kegiatan yang
waktu kelelahan, aktivitas dapat menimbulkan keletihan
yang berhubungan dengan
keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan
keterampilan koping yang baik fisik maupun psikologis
efektif (bersikap asertif,
teknik relaksasi)

e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan


dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin
dalam garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan
menyebabkan kulit kering sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf

2. Cegah penghangatan yang penghangatan yang berlebih


berlebihan dengan menambah pruritus dengan
pertahankan suhu ruangan meningkatkan sensitivitas
dingin dan kelembaban melalui vasodilatasi
rendah, hindari pakaian
terlalu tebal
3. Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang
instruksikan klien untuk pelepasan hidtamin,
memberikan tekanan kuat menghasilkan lebih banyak
pada area pruritus untuk pruritus
tujuan menggaruk
4. Pertahankan kelembaban pendinginan akan menurunkan
ruangan pada 30%-40% dan vasodilatasi dan kelembaban
dingin kekeringan
f. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi
sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
pasien tidak mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
No. Intervensi Rasional
1. Awasi frekwensi , kedalaman pernafasan dangkal/cepat
dan upaya pernafasan kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam
abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas kemungkinan menunjukkan
tambahan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler memudahkan pernafasan
dengan menurunkan tekanan
pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam membantu ekspansi paru dan
dan batuk efektif mengeluarkan secret
5. Berikan oksigen sesuai mungkin perlu untuk mencegah
kebutuhan hipoksia
g. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

No Intervensi Rasional
.
1. Gunakan kewaspadaan pencegahan tersebut dapat
umum terhadap substansi memutuskan metode
tubuh yang tepat untuk transmisi virus hepatitis
menangani semua cairan
tubuh
Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
semua klien atau spesimen
Gunakan sarung tangan
untuk kontak dengan darah
dan cairan tubuh
Tempatkan spuit yang
telah digunakan dengan
segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup
kembali atau memanipulasi
jarum dengan cara apapun

2. Gunakan teknik teknik ini membantu


pembuangan sampah melindungi orang lain dari
infeksius, linen dan cairan kontak dengan materi
tubuh dengan tepat untuk infeksius dan mencegah
membersihkan peralatan- transmisi penyakit
peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan
mencuci tangan dengan menghilangkan organisme
sering pada klien, keluarga yang merusak rantai transmisi
dan pengunjung lain dan infeksi
petugas pelayanan
kesehatan.

4. Rujuk ke petugas rujukan tersebut perlu untuk


pengontrol infeksi untuk mengidentifikasikan sumber
evaluasi departemen pemajanan dan kemungkinan
kesehatan yang tepat orang lain terinfeksi

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus  menyebakan
peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan
juga alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada
anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan
akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke dalam
tubuh.
B. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan
makanan  serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar
tidak terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi
sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis. 

Anda mungkin juga menyukai