Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

DISUSUN OLEH:

NURHALIMAH SALEH

20 04 040

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROFESI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS

A. KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Kelenjar aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan
berat 1000-1800 gram. Hati terletak dalam rongga perut sebelah kanan
atas di bawah diafragma. Sebagian besar terletak pada region hipokondria
dengan region epigastrium. Pada orang dewasa yang kurus tepi bawah
hati mungkin teraba satu jari di bawah kosta.

Struktur Hati
a. Pembagian hati
1) Lobus sinistra: lobus ini terletak di sebelah kiri bidang median.
2) Lobus dekstra: terletak sebelah kanan bidang median.
3) Lobus kaudatus: terletak di belakang berbatasan dengan pars
pilorika, ventrikula, dan duodenum superior.
b. Permukaan hati
1) Fasies superior: permukaan yang menghadap ke atas dan ke depan
berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma.
2) Fasies inferior: permukaan yang menghadap ke bawah dan ke
belakang, mempunyai permukaan tidak rata karena terdapat
lekukan fisura transversus.
3) Fasies posterior: permukaan bagian belakangnya terlihat beberapa
alur berbentuk garis melintang yang disebut porta hepatis. Kedua
garis tengah alur di sebelah kiri fossa sagitalis sinistra terdapat
ligamentum teres hepatis menuju porta hepatis ke arah kaudatus.
Ligamentum venosus arantii berjalan dari porta hepatis ke arah
kranialis belakang. Alur sebelah kanan fossa sagitalis dekstra
memiliki dua lekukan yaitu:
a) Lekukan depan fossa vesika fellea di belakang empedu,
b) Lekukan belakang fossa vena kava inferior yang terdapat pada
vena kava inferior.
4) Fasies lobus sinistra: berhubungan dengan esofagus dekat lobus
kaudatus dan berhubungan dengan permukaan depan gaster.
Fasies inferior lobus sinistra membentuk impressio yang sesuai
dengan kurvatura mayor yang terletak di depan omentum. Fasies
inferior lobus dekstra berbatasan dengan ginjal, glandula
suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli dekstra kanan bawah.
Fasies superior merupakan bagian anterior yang diliputi oleh
peritoneum sedangkan bagian-bagian medialnya yang berbatasan
dengan dinding depan perut. Fasies posterior tidak ditutup oleh
peritoneum, berhubungan dengan diafragma, terdapat sebuah
lekuk di sebelah kanan vena kava inferior di atas infresio renalis
yang disebut infresio suprarenalis.
c. Pembuluh darah hati
Suplai darah berasal dari arteri seliaka, menuju ke kanan
membentuk lipatan peritoneum di depan vena porta bercabang
menjadi:
1) Arteri hepatika propia: berjalan ke dalam ligamentum hepato
duodelae bersama dengan vena porta dan duktus koledokus
menjadi arteri gastrika.
2) Arteri gastrika: menuju ke kurvatura minor gaster beranastomosis
dengan arteri gastrika sinistra. Arteri hepatika propia bercabang
menjadi arteri hepatika dekstra yang cabangnya masuk kandung
empedu, arteri sistika, dan arteri hepatika sinistra yang masuk ke
dalam hati. Aliran pembuluh balik berkumpul pada vena hepatika
keluar dari permukaan belakang sebelah kranial hepar dan
bermuara ke vena kava inferior.
d. Pembuluh limfe hati
Hati menghasilkan cairan limfe sekitar ⅓-½ cairan limfe.
Pembuluh limfe meninggalkan hati masuk ke dalam kelenjar limfe.
Dalam porta hepatis pembuluh aferen berjalan ke nodi limpatisi
seliaka dan beberapa pembuluh berjalan ke area hati melalui
diafragma menuju ke nodi limpatisi mediastinalis posterior.
e. Persarafan hati
Persarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang
melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang
banyak berjalan langsung ke hati.

2. Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh
virus. ini mengakibatkan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis,
bikomia serta seluler yang khas. Sampai saat ini sudaj teridentifikasi lima
tipe hepatitis virus yang pasti yaitu: hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebabkan oleh
virus. Virus hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat
mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV),
delta hepatitis (HDV), hepatitis E (HEV).
Hepatitis merupakan istilah umum yang berarti peradangan pada
selsel hati. Peradangan hati ini dapat disebabkan oleh infeksi, paparan
alkohol, obat-obatan tertentu, bahan kimia atau racun, atau dari suatu
kelainan dari sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) Hepatitis B adalah
radang atau cidera pada hati yang disebabkan oleh virus B. Hepatitis B
adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B, yaitu
suatu virus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

3. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya adalah
sebagai berikut (Soerjono, 2011):
1. Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A yang merupakan
virus RNA dari family enterovirus. Virus hepatitis A terutama
menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya tingkat
kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang
penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
2. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang merupakan
virus DNA yang berkulit ganda. Virus hepatitis B ditularkan melalui
darah atau produk darah. Penularannya tidak semudah virus hepatitis
A. Penularan biasa terjadi diantara para pemakai obat yang
menggunakan jarum suntik secara bersamaan, atau diantara mitra
seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual). Selain itu
pula bisa terjadi pada ibu hami yang terinfeksi hepatitis B bisa
menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B
bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus hepatitis B.
3. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang merupakan
virus Rna kecil terbungkus lemak. Menyebabkan minimal 80% kasus
hepatitis akibat tranfusi darah. Virus hepatitis C ini sering ditularkan
melalui pemakai obat yang menggunakan jarum bersama-sama.
Jarang terjadi melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang belum
jelas, penderita “penyakit hati alkoholik” seringkali menderita
hepatitis C.

4. Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D yang merupakan
virus RNA detektif yang membutuhkan kehadiran hepatitis B.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai
hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang.

4. Patofisiologi
Kerusakan hati yang terjadi biasanya serupa pada semua tipe
hepatitis virus. Cedera dan nekrosis sel hati ditemukan dengan berbagai
derajat. Ketika memasuki tubuh, verus hepatitis menyebabkan cedera dan
kematian hepatosit yang biasa dengan cara membunuh langsung sel hati
atau dengan cara mengaktifkan reaksi imun serta inflamasi ini selanjutnya
akan mencederai atau menghancurkan hepatosit dengan menimbulkan
lisis pada sel-sel yang terinfeksi atau yang berada disekitarnya.
Kemudian, serangan antibody langsung pada antigen virus menyebabkan
destruksi lebih lanjut sel-sel hati yang terinfeksi. Edema dan
pembengkakan intertisium menimbulkan kolaps kapiler serta penurunan
aliran darah, hipoksia jaringan, dan pembentukan parut, serta fibrosis
(Kowalak, 2016).

5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada orang dengan hepatitis sebagai
berikut (Nurarif, 2015):
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah.
2. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, sakit kepala dan myalgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap.
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeri tekan pada hati
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopatik

6. Komplikasi
Komplikasi dapat meliputi (Kowalak, 2016):
1. Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan
sampai 8 bulan
2. Hepatitis aktif yang kronis
3. Sirosis hepatis
4. Gagal hati dan kematian
5. Karsinoma hepatoseluler primer

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui
penyakit hepatitis antara lain (Kowalak, 2016):
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH
Meningkat pada kerusakan sel hati dan pada kedaan lain terutama
infark miokardium
2. Bilirubin direk
Meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonyugasi
3. Bilirubin indirek
Meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert
4. Bilirubin serum total
Meningkat pada penyakit hepatoseluler
5. Protein serum total
Kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
6. Masa protombin
Meningkat pada penurunan sintetis prothrombin akibat kerusakan sel
hati
7. Kolesterol serum
Menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada obstruksi duktusi
ductus biliaris
8. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) penatalaksanaan hepatitis
meliputi:

1. Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta
bergizi merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan.

2. Selama periode anoreksia, pasien harus makan sedikit tapi sering dan
jika diperlukan disertai dengan infus glukosa.

3. Uji coba klinik dengan interferon menunjukkan bahwa terapi dini


dengan penyuntikan interferon setiap hari akan menyembuhkan
penyakit hepatitis B pada lebih dari sepertiga pasien dan
menghilangkan antingen permukaan hepatitis B (yang menunjukkan
kasus karier) pada 10% pasien.

4. Nutrisi yang adekuat harus dipertahankan.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu
makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan
sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok
(Brunner & Suddarth, 2015).
b. Dasar data pengkajian pasien
Data tergantung pada penyabab dan beratnya kerusakan atau
gangguan hati.
1) Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise umum
2) Sirkulasi
Tanda: Bradikardia
Gejala: Ikterus pada sklera, kulit dan dan membran mukosa

3) Elimnasi
Gejala: Urine gelap, diare/konstipasi, feses berwarna hitam,
adanya/berulangnya hemodialysis
4) Makanan dan cairan
Gejala: Hilang napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan
atau meningkat odem, mual/muntah.
Tanda: Asites
5) Neurosensori
Tanda: Peka rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
6) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Kram abdomen, nyeri tekan pada bagian kuadran kanan
atas,mialgia, atralgia, dan sakit kepala.
Tanda: otot tegang, gelisah.
7) Pernapasan
Gejala: Tidak minat/enggan merokok
8) Keamanan
Gejala: Adanya tranfusi darah/produk darah
Tanda: demam, urtikuria, lesi makutopapular, eritema tak
beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaring-jaring.
9) Seksualitas
Gejala: Pola hidup/perilaku meningkat resiko terpajan (contoh:
homo seksual aktif/biseksual pada wanita).
10) Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala: Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus
bakteri atau toksin. Makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah
dengan anastesi halotan: terpajan pada kimia toksik (contoh:
karbon tetraklorida, vinil klorida): obat resep (contoh: surfanomit,
fenotizid).

2. Diagnosa Keperawatan
Untuk perumusan masalah keperawatan berpedoman pada buku
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA
NOC dan NIC (Nurarif, 2015). Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi
pada pasien dengan hepatitis yaitu:

1. Hipertermia berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah


sekunder terhadapt inflamasi hepar.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan
absorbs dan metabolism pencernaan makanan, kegagalan masukan
untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual,
muntah.

3. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang


mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Resiko gangguan fungsi hati berhubungan dengan penurunan fungsi


hati dan terinfeksi virus hepatitis.
6. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
gangguan metabolism kaborhidrat lemak dan protein, kurang
penerimaan terhadap diagnostic dan asupan diet yang tepat (Nurarif,
2015).

3. Intervensi Keperawatan
Penyusunan intervensi keperawatan berpedoman pada buku
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA
NOC dan NIC (Nurarif, 2015). Intervensi keperawatan yang dapat
disusun pada pasien dengan hepatitis yaitu:

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermia Termogulasi 1. Perawatan demam
2. Mencegah
hipertrermia
malignan
3. Pengaturan suhu
2 Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi 1. Manajemen
nutrisi kurang dari 2. Status nutrisi: gangguan makan
kebutuhan tubuh Asupan nutrisi 2. Manajemen nutrisi
3. Status nutrisi: 3. Bantuan peningkatan
Asupan makan berat badan
dan cairan
3 Nyeri akut 1. Kontrol nyeri 1. Pemberian analgetik
2. Tingkat nyeri 2. Manajemen nyeri
3. Bantuan pasien untuk
mengontrol
pemberian analgesic
4. Manajemen sedasi
4 Intoleransi aktivitas 1. Toleransi 1. Terapi aktivitas
terhadap 2. Perawatan jantung:
aktivitas rehabilitasi
2. Daya Tahan 3. Manajemen energi
3. Energi
psikomotor
5 Resiko gangguan 1. Fungsi Liver 1. Manajemen
fungsi hati 2. Koagulasi darah pengobatan
2. Perawatan
pengunaan zat
terlarang
6 Resiko 1. Satus energi 1. Management
ketidakstabilan baik hiperglikemia
glukosa darah 2. Kadar gula 2. Management nutrisi
darah normal 3. Konseling nutrisi
4. Pendidikan anjuran
diet

4. Impelemtasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Teli, 2018).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Teli, 2018).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses keperawatan mulai
dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Teli, 2018).
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HEPATITIS

KASUS
Ny. A usia 69 tahun dibawa ke RS Syekh Yusuf dengan keluhan nyeri yang tidak
tertahankan. Pasien juga mual muntah, badan lemas dan nafsu makan menurun
sejak 3 minggu yang lalu. Dan didapatkan tanda-tanda vital TD 100/70 mmHg,
suhu 36,5ºC, nadi 84x/menit, pernapasan 22x/menit.

A. Pengkajian
Tanggal Masuk RS : 02 Februari 2021
Jam masuk : 14:30 WITA
No. RM : 241197
Tanggal Pengkajian : 06 Februari 2021
Jam Pengkajian : 09:00 WITA
Diagnosa Medis : Hepatitis B
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama Inisial : Ny. A
2) Usia : 69 tahun
3) JK : Perempuan
4) Agama : Kristen
5) Pendidikan : SMA
6) Status : Janda
7) Suku/bangsa : Toraja, Indonesia
8) Alamat : Makale
9) Pekerjaan :-
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama Inisial : Ny. S
2) Usia : 30 tahun
3) JK : Perempuan
4) Agama : Kristen
5) Pendidikan : S1
6) Status : Kawin
7) Suku/bangsa : Toraja, Indonesia
8) Alamat : Makale
9) Pekerjaan : Guru
10) Hubungan dengan pasien: Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Nyeri pada bagian perut kanan atas
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga pasien mengatakan awalnya pasien mengalami
demam, nyeri perut kanan, mual muntah, badan lemas dan nafsu
makan menurun sejak 3 minggu yang lalu, pada tanggal 02 Februari
2021 pukul 14.30 WITA Ny. A dibawa ke rumah sakit karena sudah
tidak bisa menahan sakit. Saat di IGD pasien diberikan cairan
intravena NaCl 500ml/8 jam. Pada Pukul 18.00 WITA pasien
dipindahkan ke ruang perawatan rawat nginap teratai. Keadaan umum
saat ini pasien mengalami sakit berat dan lemas, tingkat kesadaran
pasien secara kualitatif adalah compos mentis dengan GCS E4, V5,
M6, tanda vital didapatkan tensi 100/70 mmHg, suhu 36.50C, nadi
84x/menit, pernapasan 22x/menit, pasien terpasang infus Aminofusin
hepar 500cc/24 jam dengan nomor aboket 20 pada bagian metacarpal
dekstra.
c. Riwayat penyakit masa lalu
Ny. A pernah menderita penyakit asam urat dan rematik, Ny. A
tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman dan
obat-obatan, dan tidak mempunyai riwayat operasi sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD: 100/70 mmHg
S : 36,5℃
N : 84x/menit
P : 22x/menit
b. Kepala dan Leher
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan bentuk
kepala bulat, tidak ada lesi, rambut warna putih abuh-abuh, mata
simetris tidak ada lesi konjungtiva merah muda sklera berwana
kuning, tidak menggunakan kaca mata dan tidak ada tanda-tanda
peradangan, telinga simetris, tidak ada nyeri tekan dan peradangan,
hidung tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada polip, tenggorokan dan mulut, gigi sudah banyak yang dicabut,
gusi warna merah muda, lidah bersih dan ada peradangan pada
tenggorokan, leher tidak ada lesi, dan masa, tidak ada nyeri tekan di
bagian tidak masa tidak ada pembesaraan kelenjar limfe pada leher,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan tidak ada
nyeri dada, Kesadaran Compos Mentis GCS: 15, tidak ada tanda-tanda
sianosis, CRT <2 detik, tidak ada edema pada bagian tangan dan kaki,
nadi apical teraba, vena jugularis teraba, tidak ada pembesaran
jantung, dan tidak ada suara jantung tambahan.
d. Sistem Respirasi
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan pasien
tidak mempunyai keluhan, pasien bernapas spontan, bentuk dada
simetris, tidak ada masa dan lesi, payudarah simetris, irama napas
teratur, tidak ada pengunaan otot bantu napas, perkusi tidak ada bunyi
pekak, seluruh lapang paru bunyi resonan, auskultasi suara paru-paru
kanan dan kiri vesikuler.
e. Sistem Pencernaan
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan ada nyeri di
bagian kwadran kanan atas, tugor kulit elastis, keadaan bibir kering,
tidak ada tanda-tanda peradangan di mulut, keadaan abdomen, tampak
membesar dibagian kwadran kanan atas dan tidak ada lesi. saat di
auskultasi bising usus 26x/menit saat di perkusi suara abdomen bunyi
timpani, saat di palpasi adanya nyeri tekan di bagian kwadran kanan
atas.
f. Sistem Neurosensori
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan tidak ada
keluhan kesadaran Compos mentis GCS 15, pupil isokor. Tidak ada
riwayat kejang dan kelumpuhan. kordinasi gerak dapat dijangkau
seluruhnya.
g. Sistem Musculoskeletal
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan bagian
persedian terasa kesemutan dan keram-keram. Kekuatan otot
ekstremitas atas 5 ekstremitas bawah 5, tidak ada nyeri otot.
h. Sistem Integumen
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan tidak ada
keluhan, keadaan kulit baik utuh, tugor elastis tidak ada lesih dan
udem, kulit terlihat keriput dan berwarna sawo matang dan tidak ada
petechie.
i. Sistem Perkemihan
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan tidak ada
keluhan, tidak mengunakan alat bantu kateter, kandung kemih tidak
ada tanda-tanda pembesaran dan tidak ada nyeri tekan.
j. Sistem Endokrin
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan ada tanda-
tanda pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe dibagian axila
bawa kanan.

k. Sistem Reproduksi
Pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. A didapatkan pasien
sudah menopause riwayat persalinan semuanya baik, tidak ada lesi,
masa dan kelainan pada alat reproduksi
4. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum sakit Ny. A dapat menghabiskan porsi makanan yang
disediakan dan frekuensi makan dan nafsu makan semuanya dapat di
atur dengan baik, saat sakit Ny. A hanya dapat menghabiskan
setengah porsi makanan saja, ini diakibatkan karena efek mual muntah
dan penurunan nafsu makan. BB Ny. A yang didapat 52 Kg dan TB
168 cm. LILA: 25 cm.
b. Eliminasi
BAK sebelum sakit dan saat sakit tidak mempunyai masalah.
Frekuesi biasanya 5- 6 x sehari, frekuensi 500-700 cc/hari dan warna
kuning teh. BAB sebelum sakit BAB 2-3 kali sehari dan konsistensi
lembek, saak sakit BAB 1-2 kali sehari dan konsistensi keras warna
coklat.
c. Olahraga dan Aktivitas
Sebelum sakit dan saat sakit Ny. A tidak pernah melakukan
olahraga rutin
d. Istirahat/Tidur
Pola tidur Ny. A sedikit terganggu akibat nyeri di perut yang
muncul, tetapi kebutuhan waktu tidur bisa sampai 5-6 jam. Sebelum
sakit biasanya 7-8 jam istirahat.
5. Pola Interaksi Sosial
Interaksi yang dilakukan Ny. A semuanya berjalan dengan baik,
tidak ada hambatan dan semua menjadi saudara bagi Ny. A tidak ada
hambatan dalam berkomunikasi dan selalu terbuka.

6. Kegiatan Keagamaan
Ny. A jarang sekali mengikuti kegiatan keagamaan di gereja
karena kondisi kesehatannya
7. Keadaan Psikologis Selama Sakit
Ny. A berharap bisa cepat keluar dari RS dan bisa kembali ke
rumah, pola interaksi antara tenaga kesehatan dan Ny. A semuanya
berjalan baik dan tidak ada hambatan.
8. Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hb 10,4 g/dL 12,0 – 16,0 g/dL
Eritrosit 2,97 juta/µL 4,20 – 5,40 juta/µL
Hematocrit 29,1% 37,0% – 47,0%
Trombosit 129 103µL 150 – 450 103µL
Klorida Darah 92 mmol/L 96 – 11 mmol/L
Kalsium Ion 1100 1120 – 1320
Protrombi Time 17,8 H 10,8 – 14,4 H
APTT 58,5/s 26,4 – 37,6 /s
Albumin 2,8 g/L 3,5 – 5.2 g/L
SGPT 1331 U/L < 41 U/L
SGOT 1401 U/L < 35 U/L
HbsAg Reaktif Non Reaktif
9. Terapi Obat-obatan
a. Aminofusin hepar 500 cc/24 jam/IV,
b. Heplan 1x1 tablet/oral,
c. Laktuone 1x1 tablet/oral,
d. OMZ 1x40 mg/IV
e. Curcuma 3x2 tablet/oral,
f. Sucrafat 3x1 cc/oral,
g. Nac 3x1 tablet/oral,
h. Channa 1x1 tablet/oral,
i. Vit K 3x1 tablet/oral.
B. Analisa Data

Data Masalah Keperawatan


DS: Nyeri Akut
a. Pasien mengatakan nyeri pada
bagian perut kanan
b. Keluarga pasien mengatakan
nyeri dialami beberapa hari
terakhir
DO:
a. Pasien tampak meringis
b. Keadaan umum tampak lemah
c. Pengkajian PQRST
P: Adanya pembengkakan
pada perut bagian kanan atas
Q: Nyeri yang dirasakan
seperti tertikam
R: Nyeri menetap pada bagian
perut kanan atas
S: Skala nyeri 5
T: Nyeri dirasakan setiap saat
DS:
a. Pasien mengatakan nafsu
makannya menurun
b. Pasien mengatakan selalu
mual dan muntah setiap kali
makan
DO:
a. Porsi makan tidak dihabiskan
b. Membran mukosa pucat
c. Adanya reflex mual
Defisit Nutrisi
d. Hasil pemeriksaan
laboratorium serum albumin
turun 2,8 g/L (N: 3,5 – 5,2
g/L)
e. Pengkajian Nutrisi
BB: 52 kg
TB: 168 cm
LILA: 25 cm
IMT: 18,4
Kategori: Kurang Gizi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisiologis (pembengkakan
hepar)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
dengan agens selama 2x24 jam karakteristik, durasi,
cedera diharapkan tingkat frekuensi, kualitas,
fisiologis nyeri menurun intensitas nyeri
(pembengkakan dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
hepar) 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
2. Meringis 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
3. Focus membaik memperingan nyeri
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
6. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
8. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi
dengan selama 2x24 jam 2. Identifikasi makanan
kurangnya diharapkan status yang disukai
asupan nutrisi membaik 3. Identifikasi kebutuhan
makanan dengan kriteria hasil: kalori dan jenis nutrient
1. Porsi makanan 4. Monitor asupan
yang dihabiskan makanan
meningkat 5. Monitor hasil
2. Serum albumin pemeriksaan
meningkat laboratorium
3. Nafsu makan 6. Berikan suplemen
membaik makan, jika perlu
4. Membrane 7. Kolaborasi dengan ahli
mukosa membaik gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl Implementasi Evaluasi


Minggu, Manajemen Nyeri S:
07 1. Mengidentifikasi lokasi, Pasien mengatakan
Februari karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri masih terasa
2021 kualitas, intensitas nyeri O:
08:00 Hasil: Lokasi nyeri di perut Pasien tampak
bagian kanan atas, nyeri meringis
dirasakan setiap saat, nyeri A:
seperti tertikam benda tajam Masalah belum teratasi
2. Mengidentifikasi skala nyeri P:
Hasil: Skala nyeri 5 Lanjutkan Intervensi
3. Mengidentifikasi respons nyeri 1. Identifikasi skala
non verbal nyeri
Hasil: Pasien meringis 2. Identifikasi respons
4. Mengidentifikasi faktor yang nyeri non verbal
memperberat dan 3. Ajarkan teknik
memperingan nyeri nonfarmakologis
Hasil: Pasien mengatakan untuk mengurangi
nyeri semakin berat ketika nyeri
bergerak dan disentuh
5. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
Hasil: Pasien mengatakan
tidak ada efek samping yang
dirasakan dari pemberian
analgetik
6. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil: Memberikan teknik
relaksasi dengan
mendengarkan musik yang
menenangkan
7. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Hasil: Pasien mengetahui
bahwa nyeri yang dirasakan
akibat dari penyakit yang
dideritanya
8. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Hasil: Pasien mengetahui cara
untuk memonitor nyeri secara
mandiri
9. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil: Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
10. Berkolaborasi pemberian
analgetik
Hasil: Berdiskusi dengan
dokter penanggungjawab
untuk pemberian obat
analgetik

Minggu, Manajemen Nutrisi S:


07 1. Mengidentifikasi status nutrisi Pasien mengatakan
Februari Hasil: Pasien mengatakan porsi makan yang
2021 masih lemas walaupun porsi dihabiskan mengalami
10:00 makan sudah meningkat peningkatan
2. Mengidentifikasi makanan O:
yang disukai Pasien tampak lebih
Hasil: Pasien menyukai bertenaga dan segar
makanan yang tidak terlalu A:
berempah Masalah teratasi
3. Mengidentifikasi kebutuhan sebagian
kalori dan jenis nutrient P:
Hasil: Kalori yang dibutuhkan Pertahankan intervensi
sebanyak 1800 kkal per hari.
4. Memonitor asupan makanan
Hasil: Pasien mampu
menghabiskan 5 sendok
makan dari satu porsi makan
5. Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Hasil: Serum albumin
meningkat menjadi 3 g/L
6. Memberikan suplemen makan
Hasil: Pasien diberikan
vitamin suplemen makan
Becom-zet 2x1/oral
7. Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Hasil: Ahli gizi menyarankan
untuk memberikan makanan
yang lunak, tinggi kalori dan
protein

Anda mungkin juga menyukai