TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh
karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang
bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya
proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati
nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati
daerah
perubahan
mengenai
aspek
epidemiologis,
etiologi,
2,3,4
C. Fungsi Hati
1. Pembentukan dan ekskresi empedu
Dalam hal ini terjadi metabolisme pigmen dan garam empedu. Garam
empedu penting
untuk
pencernaan
24
dan
absopsi
lemak
serta
utama
(karbohidrat,
konversi
galaktosa
dan
friktosa
menjadi
glukosa,
bagi
fungsi
tubuh
yang
lain,
sintesis
faktor
fibrinogen,
VII,
25
protrombin,
globulin
atau
ekskresi
berbagai
obat-obatan
Beberapa
D. Epidemiologi
Di
negara negara yang sedang berkembang, AHA didapatkan
secara endemik dan jauh lebih sering dibandingkan AHP. AHP ini
tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di daerah tropis dengan
kondisi hygiene /sanitasi yang kurang. Secara epidemiologi, didapatkan
8 15 per 100.000 kasus
RS,
dan
dari
AHP
yang
memerlukan
perawatan
di
Abs
kasus/100.000 penderita.
H
ampir 10 % penduduk dunia terutama negara berkembang
terinfeksi E.histolytica tetapi hanya 1/10 yang memperlihatkan gejala.
Insidens amubiasis hati di rumah sakit seperti Thailand berkisar 0,17 %
sedangkan di berbagai rumah sakit di Indonesia berkisar antara 5-15%
pasien/tahun. Penelitian di Indonesia menunjukkan perbandingan pria
dan wanita berkisar 3:1 sampai 22:1, yang tersering pada dekade
keempat. Penularan umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga
oral-anal-fekal. Kebanyakan yang menderita amubiasis hati adalah pria
dengan rasio 3,4-8,5 kali lebih sering dari wanita. Usia yang sering
dikenai berkisar antara 20-50 tahun terutama dewasa muda dan lebih
jarang pada anak. Infeksi E.histolytica memiliki prevalensi yang tinggi di
daerah subtropikal dan tropikal dengan kondisi yang padat penduduk,
sanitasi serta gizi yang buruk.
2,7
E. Etiologi
1. Abses hati amoebik
Did
apatkan beberapa spesies amoeba yang dapat hidup
sebagai parasit non-patogen dalam mulut dan usus, tetapi hanya
Entamoeba histolytica yang dapat menyebabkan penyakit. Hanya
sebagian kecil individu yang terinfeksi Entamoeba histolytica yang
memberikan gejala amebiasis invasif, sehingga diduga ada 2 jenis
Entamoeba histolytica yaitu strain patogen dan non-patogen.
Bervariasinya virulensi berbagai strain Entamoeba
berbeda
berdasarkan
histolytica
ini
hati.
27
Entamoeba
Rhizopoda
yang
histolytica
adalah
mengadakan
protozoa
pergerakan
usus
kelas
menggunakan
memangsa
eritrosit,
mengandung
protease
yaitu
berinti 4
2,9
setelah melakukan
kali
lingkungan,
tahan
28
asam
lambung
dan
enzim
anaerobic
2,9
enterobacteriaceae,
streptococci,
microaerophilic
klebsiella
pneumoniae,
candida
albicans,
aspergillus,
actinomyces,
eikenella
anaerob
contohnya
menyebabkan
biasanya
choledocholithiasis,
kolangitis.
berhubungan
Penyebab
dengan
ganas
atau
pascaoperasi striktur.
e. Trauma tusuk atau tumpul. Selain itu embolisasi
29
1,7,10,11
F. Patogenesis
1. Abses Hepar Amebik
Cara penularan umumnya fecal-oral yaitu dengan menelan
kista, baik melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau
transmisi langsung pada orang dengan higiene yang buruk. Kasus
yang jarang terjadi adalah penularan melalui seks oral ataupun anal.
11,12
E.h
ystolitica
dalam 2
bentuk,
baik
bentuk
trofozoit
2,8,12,13
abses. Dari suatu studi di Amerika, didapatkan 13% abses hati dari
48% abses viseral. Abses hati dapat berbentuk soliter maupun
multipel. Hal ini dapat terjadi dari penyebaran hematogen maupun
secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam rongga
peritoneum. Hati menerima darah secara sistemik maupun melalui
sirkulasi vena portal, hal ini memungkinkan terinfeksinya hati oleh
karena paparan bakteri yang berulang, tetapi dengan adanya sel
Kuppfer
yang
membatasi
sinusoid
hati
akan
menghindari
1,10
G. Gambaran Klinis
Abses amoeba
Gejala :
o
- Demam internitten ( 38-40 C)
- Nyeri perut kanan atas, kadang nyeri epigastrium dan dapat menjalar
-
Ikterus
Temperatur naik
Malnutrisi
Hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan atau disertai
komplikasi
Nyeri perut kanan atas
Fluktuasi
1,2,8,15
Pemeriksaan fisis :
-
Hepatomegali
Nyeri tekan perut kanan
Ikterus, namun jarang terjadi
Kelainan paru dengan gejala batuk, sesak nafas serta nyeri
pleura.
- Buang air besar berwarna seperti kapur
- Buang air kecil berwarna gelap
- Splenomegali pada AHP yang telah menjadi kronik
H. Diagnosis
2,9
- Abses hati amebik
Diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi hati untuk menemukan
trofozoit amuba. Diagnosis abses hati amebik di daerah endemik dapat
dipertimbangkan jika terdapat demam, nyeri perut kanan atas,
hepatomegali yang juga ada nyeri tekan. Disamping itu bila didapatkan
leukositosis, fosfatase alkali meninggi disertai letak diafragma yang
tinggi dan perlu dipastikan dengan pemeriksaan USG juga dibantu oleh
tes serologi. Untuk diagnosis abses hati amebik juga dapat
menggunakan kriteria Sherlock (1969), kriteria Ramachandran (1973),
atau kriteria Lamont dan Pooler.
- Kriteria Sherlock (1969)
o Hepatomegali yang nyeri tekan
o Respon baik terhadap obat amebisid
o Leukositosis
o Peninggian diafragma kanan dan pergerakan yang
kurang.
o Aspirasi pus
o Pada USG didapatkan rongga dalam hati
o Tes hemaglutinasi positif.
Kriteria Ramachandran (1973)
Bila didapatkan 3 atau lebih dari:
o Hepatomegali yang nyeri
o Riwayat disentri
o Leukositosis
o Kelainan radiologis
o Respons terhadap terapi amebisid
33
I. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien abses hati amebik, pemeriksaan hematologi
didapatkan hemoglobin 10,4-11,3 g% sedangkan lekosit 15.00016.000/mL
3,05 g%, globulin 3,62- 3,75 g%, total bilirubin 0,9-2,44 mg%,
fosfatase alkali 270,4-382,0 u/L, SGOT 27,8-55,9 u/L dan SGPT 15,763,0 u/L. Jadi kelainan yang didapatkan pada amubiasis hati adalah
34
1,2
kubah
diafragma
kanan
dan
berkurangnya
(8)
Pada pasien abses hati piogenik, foto polos abdomen kadangkadang didapatkan kelainan yang tidak spesifik seperti peninggian
diafragma kanan, efusi pleura, atelektasis basal paru, empiema, atau
abses paru. Pada foto thoraks PA, sudut kardiofrenikus tertutup,
pada posisi lateral sudut kostofrenikus anterior tertutup. Secara
angiografik abses merupakan daerah avaskuler. Kadang-kadang
didapatkan gas atau cairan pada subdiafragma kanan. Pemeriksaan
USG, radionuclide scanning, CT scan dan MRI mempunyai nilai
diagnosis yang tinggi. CT scan dan MRI dapat menetapkan lokasi
abses lebih akurat terutama untuk drainase perkutan atau
tindakan bedah. Gambaran CT scan : apabila mikroabses berupa
lesi hipodens kecil-kecil < 5 mm sukar dibedakan dari mikroabses
jamur, rim enhancement pada mikroabses sukar dinilai karena lesi
terlalu kecil. Apabila mikroabses > 10 mm atau membentuk kluster
sehingga tampak massa agak besar maka prakontras kluster
36
Gambaran CT Scan dengan multifokal abses hati piogenik pada segmen IV. Abses
(8)
lainnya terdapat pada segmen VII dan VIII.
eko rendah sampai cairan ( anekoik ) dengan adanya bercakbercak hiperekoik (debris) di dalamnya. Tepinya tegas, ireguler
yang makin lama makin bertambah tebal.
J. Penatalaksanaan
37
16
2,12,14,17
furoate.
Dosis
yang
perhari
selama
10
hari
atau
1-1,5
mg/kgBB/hari
o Aspirasi
Apabila pengobatan medikamentosa dengan berbagai cara tersebut di
atas tidak berhasil (72 jam), terutama pada lesi multipel, atau
38
menyebabkan
batuk
produktif
dengan
bahan
nekrotik
komplikasi.
Abses Hepar Piogenik
S
aat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit berat
seperti septikamia/bakterimia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati
disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan
pleuropulmonal, gagal hati, perdarahan ke dalam rongga abses,
hemobilia, empiema, fistula hepatobronkial, ruptur ke dalam perikard
atau retroperineum. Sesudah mendapatkan
terapi,
sering
terjadi
tindakan
10%.
Pada
kasus
yang
terjadi
pada
sekitar
5%
pasien
dengan
infeksi
dan
gangguan
fungsi
hati
seperti
ikterus
atau
adanya
immunosupresif,
hubungan
terjadinya
dengan
sepsis,
keganasan
keterlambatan
atau
penyakit
diagnosis
dan
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Wenas,Nelly Tendean. Waleleng,B.J. Abses hati piogenik.
Dalam : Sudoyo,Aru W. Setiyohadi,Bambang. Alwi,Idrus.
Simadibrata,Marcellus. Setiati,Siti. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
41
, 2009.
11.
Crawford, James M. Hati dan saluran empedu.
Dalam : Kumar. Cotran. Robbins. Robbins buku ajar
patologi vol.2 edisi 7. Jakarta : EGC. 2007. Hal 684.
12.
13.
14.
Junita,Arini. Widita,Haris. Soemohardjo,Soewignjo.
Beberapa kasus abses hati amuba. Dalam : Jurnal
penyakit dalam vol. 7 nomor 2. Mei 2006.
15.
16.
Iljas, Mohammad. Ultrasonograf hati. Dalam :
Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik edisi kedua. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal 469.
17.
Syarif, Amir. Elysabeth. Amubisid. Dalam :
Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi.
43
44
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
-
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
45