Disusun Oleh :
Anantyo Ari Saputro
012116323
HALAMAN PENGESAHAN
1
Nama
NIM
: 012116323
Fakultas
: Kedokteran
Bidang Pendidikan
Pembimbing
Juli 2016.
Pembimbing
Tanggal
20 Juni 2016
AKTIF
PASIF
PPOK
OMI
DAFTAR MASALAH
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pekerjaan
Alamat
Status
Tanggal masuk RS
II.
: Tn. Pojo
: Laki-laki
: 69 tahun
: Petani
: Tegowanu , Grobogan
: Menikah
: 23 Juni 2016
ANAMNESIS
3
jarang kontrol.
Riwayat kencing manis
Riwayat alergi
Riwayat keganasan
Riwayat asma
Riwayat maag
Riwayat rawat inap
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Anamnesis Sistemik
- Kulit
: pucat (-), kemerahan (-), kuning (-), bintik (-)
- Kepala : pusing (-) berputar-putar, nyeri kepala (-)
- Mata
: pandangan kabur (-), mata kuning (-)
- Telinga : berdenging (-), pendengaran berkurang (-)
- Hidung : bersin (-), pilek (-), mimisan (-)
- Mulut
: bibir pecah-pecah (-), mukosa kering (-)
- Leher (tenggorokan) : pembesaran KGB (-), tiroid normal
- Sistem pernafasan
: sesak (+), batuk (+),
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 Juni 2016 jam 09.15 WIB
1. Keadaan Umum
: Tampak sesak
2. Kesadaran
: Compos mentis
3. Tanda Vital
Tekanan darah : 150/94 mmHg
Nadi
: 106 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 36 C
4. Status Gizi
BB
: 55 kg
5
TB
BMI
Kesan
: 160 cm
: 21
: Normoweight I
5. Skala Nyeri
:3
6. Risiko Jatuh
:
Morse Fall Score :
No
Resiko
Diagnosis sekunder
Skala
Tidak : 0
Nilai skor
0
Ya : 25
Tidak : 0
0
15
Ya : 15
Penopang, tongkat/walker
15
Furniture
30
Tidak = 0
Terapi intravena
20
Ya = 20
Gait/cara berjalan/berpindah
4
Normal/bedrest/imobilisasi
Lemah
10
Impair
Status mental
20
15
0
35 (risiko rendah)
7. Status Internus
a) Kepala
Turgor kulit < 2 detik, Rambut putih, tidak mudah dicabut.
b) Mata
Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(2mm/2mm), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+)
c) Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), tanda radang (-), nyeri tekan mastoid (-),
nyeri tekan tragus (-)
d) Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), septum deviasi (-/-)
7
e) Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-)
f) Leher
Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal)
g) Thorax
Pulmo
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Dextra
Sinistra
Lateral>Antero
Lateral>Antero
posterior
Simetris
Simetris
posterior
Simetris
Simetris
Melemah
(+)
Normal
Melemah
(+)
Normal
paru
Batas paru-hepar ICS V
paru
Vesikuler
Wheezing(+),
ronki (+/+)
Stridor (+)
Vesikuler
Wheezing(+),
ronki (+/+)
Stridor (+)
Dextra
Sinistra
Lateral>Antero
Lateral>Antero
posterior
Simetris
posterior
Simetris
Melemah
(+)
Sonor seluruh lapang
Melemah
(+)
Sonor seluruh lapang
paru
paru
Vesikuler
Wheezing(+),
Vesikuler
Wheezing(+),
Statis
Dinamis
2. Palpasi
Stem fremitus
Pelebaran ICS
Arcus Costa
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Belakang
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemithorax
2. Palpasi
Stem fremitus
Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
ronki (+/+)
ronki (+/+)
Cor
Inspeksi
: ictus cordis tampak melebar
Palpasi
: ictus cordis teraba, kuat angkat
Perkusi
: konfigurasi jantung dalam batas normal
- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah jantung : ICS V, 1 cm medial LCMS
- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
Auskultasi
: reguler, SI > SII, suara tambahan (-)
h) Abdomen
Inspeksi : Permukaan cekung, warna kulit sama seperti kulit
sekitar, distensi (-), umbilicus datar, simetris.
Auskultasi : Bising usus (+) normal (14x/menit), bruit hepar (-)
Perkusi
:
Timpani
Timpani
Timpni
Timpani
Timpani
Tim
Timpani
Palpasi
i) Ekstremitas
Superior
Akral dingin
Oedem
Sianosis
CRT
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
9
Inferior
-/-/-/<2 detik/<2 detik
1.
2.
Hasil
14,80
9,60
4,45
41,10
282
92,20
33,10
35,80
12,30
L12,10
3,70
L0,00
0,20
69.00
Rujukan
11,7-15,5
3,6-11
3,8-5,2
35-47
150-440
80-100
26-34
32-36
11,5-14,5
25-40
2-8
2-4
0-1
50-70
Satuan
g/dl
Ribu
Juta
%
Ribu
fL
Pg
g/dl
%
%
%
%
%
%
Cor
Pulm
10
Irama
: tidak teratur
Frekuensi : irreguler
Gelombang P : tidak teratur
Interval PR : tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : 0,08 detik (N)
Zona transisi :Segmen ST : isoelektrik
Kesan : Atrial fibrilasi
V.
DAFTAR ABNORMALITAS
Anamnesis
1. Sesak nafas
2. Dyspnea de effort
3. Nocturnal dyspnea
4. Berdebar-debar
5. Nyeri dada
6. Bengkak pada tungkai
7. Pusing berputar
8. Batuk
Pemeriksaan Fisik
9. Ronki (+/+)
10. Stridor (+)
11. Pitting edem (+)
12. Palpitasi
13. Ictus kordis tampak melebar dan kuat angkat.
Pemeriksaan Penunjang
14. Kreatinin H 1,29
15. Kalium L 3,34
16. Natrium L 132,5
17. Chlorida L 94,5
18. Foto thorax AP : Cardiomegali (LV), kalsifikasi arcus aorta, efusi pleura
kanan
19. EKG : atrial fibrilasi rapid respon
VI.
PROBLEM
CHF:
1,2,3,4,5,6,8,9,11,12,13,17
Atrial Fibrilasi
:
4,5,12,13,19
11
b.
1)
2)
3)
4)
Hipertensi
Dislipidemia
Obesitas
Merokok
DM
Initial Plan
Diagnosis
:
a) Pemeriksaan Laboratorium : darah lengkap,
b) Pemeriksaan Radiologi : foto thorax
c) EKG
Terapi
:
- Infus RL 12 tpm
- Terapi oksigen 2-4 liter/menit
- Spironolakton 25 gr 1x1
- KSR 1x1
- Inj furosemid 1x1
Monitoring
:
- Monitoring KU dan TTV
- Monitoring hasil pemeriksaan penunjang
Edukasi
:
- Menjelaskan penyebab dan aktor resiko penyakit gagal jantung
kronik.penyebab gagal jantung kronik adalah tidak terkontrolnya
-
2. Atrial fibrilasi
a.
Assessment
Etiologi : penyakit katup jantung, kelainan pengisian dan pengosongan
ruang
atrium,
hipertrofi
jantung,
hipertensi
pulmo,pericarditis/miocarditis, genetik
Faktor resiko :
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Penyakit jantung koroner
- Penyakit katup mitral
- Usia > 60 tahun
- Penyakit paru-paru kronik
b.
Initial Plan
1) Diagnosis
:
- EKG
- Darah lengkap, elektrolit,fungsi tiroid
- Foto thorax
- ekokardiografi
2) Terapi
:
- Infus RL 12 tpm
- Oksigen 2-4 liter
- Kondaron 200g 2x1
3) Monitoring
:
- Monitoring KU dan TTV
- Monitoring EKG
4) Edukasi
:
- Tirah baring
- Minum obat teratur
FOLLOW UP
Demam,Sesak nafas berkurang, batuk (dahak sulit keluar),
2/06/2016
EKG :
14
Irama
: tidak teratur
Frekuensi : irreguler
Gelombang P : tidak teratur
Interval PR : tidak dapat dihitung
Gelombang QRS : 0,08 detik (N)
Zona transisi :v3-v4
Segmen ST : isoelektrik
Kesan : Atrial fibrilasi
A CHF, Atrial Fibilasi
P
-
Tiaryt 2x1
Candesartan 1x1
Spironolakton 1x1
KSR 1x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang kompleks yang
disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsional jantung sehingga terjadi
gangguan pada ejeksi dan pengisian. Pada keadaan ini jantung tidak lagi
mampu memompa darah secara cukup ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
15
III
dengan istirahat, tetapi aktivitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari
hari menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
16
Kelas
IV
Gejala terjadi pada saat istirahat. Jika melakukan aktivitas fisik, keluhan
akan semakin meningkat.
Tahap B
Tahap C
Tahap D
jantung.
Kelainan struktural jantung yang berat dan ditandai adanya gejala
gagal jantung saat istirahat meskipun dengan terapi yang maksimal.
C. ETIOLOGI
17
(VSD,PDA)
Hipertensi pulmonal
Embolisme paru masif7
Gagal output tinggi
Kelainan miokardium
Penyakit jantung iskemik
Kardiomiopati
Amyloidosis
Aritmia
Inkompetensi katup
Anemia
Malformasi arteriovenous
Overload volume plasma
2.
Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
3.
4.
5.
19
6.
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam,
tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik
dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung
D. PATOFISIOLOGI
Gagal jantung dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
(1) gangguan kontraktilitas ventrikel,
(2) meningkatnya afterload, atau
(3) gangguan pengisian ventrikel.
Gagal jantung yang dihasilkan dari abnormalitas pengosongan ventrikel
(karena gangguan kontraktilitas atau kelebihan afterload) disebut disfungsi
sistolik, sedangkan gagal jantung yang dikarenakan oleh abnormalitas relaksasi
diastol atau pengisian ventrikel disebut disfungsi diastolik.
Pada dasarnya terdapat perbedaan antara gagal jantung sistolik dengan
gagal jantung diastolik. Gagal jantung sistolik disebabkan oleh meningkatnya
volume, gangguan pada miokard, serta meningkatnya tekanan. Sehingga pada
gagal jantung sistolik, stroke volume dan cardiac output tidak mampu
memenuhi kebutuhan tubuh secara adekuat. Sementara itu gagal jantung
diastolik dikarenakan meningkatnya kekakuan pada dinding ventrikel.
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau
20
22
mengaktivasi sistem saraf simpatis, aktivasi sistem saraf simpatis ini akan
menaikkan kadar norepinefrin (NE). Hal iniakan meningkatkan frekuensi
denyut jantung, meningkatkan kontraksi jantung serta vasokonstriksi arteri
dan vena sistemik.
b. Sistem renin angiotensin aldosteron
Curah jantung yang menurun, akan terjadi aktivasi sistem reninangiotensin
mencapai
renin dari
Renin
amino
memecah
empat asam
apparatus
dari
juxtaglomerular.
angiotensinogen
I,
dan
24
c. Stress oksidatif
Pada pasien gagal jantung terdapat peningkatan kadar reactive
oxygen species (ROS).Peningkatan ini dapat diakibatkan oleh rangsangan
dari ketegangan miokardium, stimulasi neurohormonal (angiotensin II,
aldosteron, agonis alfa adrenergik, endothelin-1) maupun sitokin inflamasi
(tumor necrosis factor, interleukin-1). Efek ROS ini memicu stimulasi
hipertrofi miosit, proliferasi fibroblast dan sintesis collagen. ROS juga
akan
bioavailabilitas NO.
25
yang secara
merupakan
hal
yang
penting
dalam perkembangan
gagal
26
Batuk: biasa batuk kering dan basah yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah banyak kadang disertai banyak darah.
Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan status vena
didalam rongga abdomen.
27
Nokturna: rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi
renal didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring.
asites.
Perasaan tidak enak pada epigastrium. 6,7
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kriteria minor
1. Edema ekstremitas
2. Batuk malam hari
3. Dispnea deffort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
7. Takikardi (>120/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
A. Tekanan darah dan Nadi
Tekanan darah sistolik dapat normal atau tinggi pada HF ringan,
namun biasanya berkurang pada HF berat, karena adanya disfungsi LV
berat. Tekanan nadi dapat berkurang atau menghilang, menandakan adanya
penurunan stroke volume. Sinus takikardi merupakan tanda nonspesifik
disebabkan oleh peningkatan aktivitas adrenergik. Vasokonstriksi perifer
menyebabkan dinginnya ekstremitas bagian perifer dan sianosis pada bibir
dan kuku juga disebabkan oleh aktivitas adrenergik berlebih. Pernapasan
Cheyne-Stokes disebabkan oleh berkurangnya sensitivitas pada pusat
respirasi terhadap tekanan PCO2. Terdapat fase apneu, dimana terjadi pada
saat penurunan PO2 arterial dan PCO2 arterial meningkat. Hal ini merubah
komposisi gas darah arterial dan memicu depresi pusat pernapasan,
mengakibatkan hiperventilasi dan hipokapnia, diikuti rekurensi fase apnea.
Pernapasan Cheyne-Stokes dapat dipersepsi oleh keluarga pasien sebagai
sesak napas parah (berat) atau napas berhenti sementara.
B. Jugular Vein Pressure
29
sebelumnya, rales tersebut spesifik untuk CHF. Perlu diketahui bahwa rales
seringkali tidak ditemukan pada pasien dengan CHF kronis, bahkan dengan
tekanan pengisian ventrikel kiri yang meningkat, hal ini disebabkan adanya
peningkatan drainase limfatik dari cairan alveolar. Efusi pleura terjadi
karena adanya peningkatan tekanan kapiler pleura dan mengakibatkan
transudasi cairan kedalam rongga pleura. Karena vena pleura mengalir ke
vena sistemik dan pulmoner, efusi pleura paling sering terjadi dengan
kegagalan biventrikuler. Walaupun pada efusi pleura seringkali bilateral,
namun pada efusi pleura unilateral yang sering terkena adalah rongga pleura
kanan.
F. Pemeriksaan hepar dan hepatojugular reflux
Hepatomegali merupakan tanda penting pada pasien CHF. Jika
ditemukan, pembesaran hati biasanya nyeri pada perabaan dan dapat
berdenyut selama systole jika regurgitasi trikuspida terjadi. Ascites sebagai
tanda lanjut, terjadi sebagai konsekuensi peningkatan tekanan pada vena
hepatica dan drainase vena pada peritoneum. Jaundice, juga merupakan
tanda lanjut pada CHF, diakibatkan dari gangguan fungsi hepatic akibat
kongesti hepatic dan hypoxia hepatoseluler, dan terkait dengan peningkatan
bilirubin direct dan indirect.
G. Edema tungkai
Edema perifer merupakan manifestasi cardinal pada CHF, namun
namun tidak spesifik dan biasanya tidak ditemukan pada pasien yang
diterapi dengan diuretic. Edema perifer biasanya sistemik dan dependen
pada CHF dan terjadi terutama pada daerah Achilles dan pretibial pada
pasien yang mampu berjalan. Pada pasien yang melakukan tirah baring,
edema dapat ditemukan pada daerah sacral (edema presacral) dan skrotum.
Edema berkepanjangan dapat menyebabkan indurasi dan pigmentasi ada
kulit.
H. Cardiac Cachexia
31
33
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas dirasakan
sudah + 1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien tidak pernah mengeluh seperti ini,
sesak nafas terjadi baik saat istirahat maupun saat beraktifitas. Sesak nafas
34
dirasakan terus menerus sepanjang hari dan semakin berat pada malam hari, sesak
berkurang apabila posisi pasien setengah duduk. Pasien mengaku sering terbangun
di malam hari karena sesak nafas. Selain sesak nafas pasien juga merasa berdebardebar yang tidak berkurang hingga pasien masuk rumah sakit. Pasien juga
mengeluhkan bengkak pada kaki, bengkak ini timbul kurang lebih bersamaan
dengan keluhan sesak nafas. Pasien juga merasa pusing berputar, dan kadang
merasakan nyeri dada yang hilang timbul tidak menjalar, batuk (+) kadang
berdahak tapi tidak sering, mual (-), muntah (-), demam (-). BAB dan BAK normal.
Dari halis anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien memiliki problem awal
sesak nafas. Untuk menelusuri etiologi dilakukan pemeriksaan darah rutin, foto
thorax AP, dan EKG. Dari pemeriksan tersebut didapatkan adanya efusi efusi pleura
pada thorax serta cardiomegali hasil EKG menunjukan adanya atrial fibrilasi. Dari
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasienn menderita
CHF dengan Atrial fibrilasi.
Sebagai penatalaksanaan pasien diberikan infus RL 20 tpm dan obat-obatan
berupa spironolkton 25 gr 1x1, KSR 1x1, injeksi furosemid 1x1, oksigen 2-4
liter/menit, kondaran 2x1 200g.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. 2011
Penerjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed. VI .2014.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta..
3. Sylvia Anderson Price, RN, Phd; Lorraine Mccarty Wilson, RN, PhD. 2012.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC: Jakarta.
4. American Heart Association. Classes of heart failure. Available at
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutHeartFailure
/Classes-of-Heart-Failure_UCM_306328_Article.jsp. Accessed May 25, 2015.
36