Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN MALARIA

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies
plasmodium yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk Malaria adalah penyakit infeksi parasit
yang di sebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya bentuk
aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan
splenomegali.

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
(termasuk protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Sucipto, Cecep Dani. 2017).

2. ETIOLOGI

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel
darah merah) dan mengalami 16 pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual
terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit
malaria yang mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai hospes
intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif. Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk,
malaria dapat menjangkiti orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena
kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal. Metode penularan lainya
adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada pengguna narkoba suntik yang sering bertukar
jarum secara tidak steril. Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi damh.
Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus eritrositer. Siklus hati
tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati (Sucipto, Cecep Dani.
2017)PPNI, T. P. (2017)

1. Dehidrasi

2. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

3. Peningkatan laju metabolisme

4 Aktivitas berlebihan

5. Penggunaan tokubato

6. Kehilangan cainos aktif

3. Peningkatan laju metabolisme

4. Aktivitas berichiban

5. Penggunaan inkubator
6. Kehilangan cairan aktif

7. Kegagalan mekanisme regulasi

8. Peningkatan permeabilitas kapiler

9. Kekurangan intake cairan

10. Evaporati

3. TANDA DAN GEJALA (Muslim, 2009).

1. Suhu tubuh meningkat

2. Kulit merah

3. Kejang

4. Nadi meningkat

5. Nafas meningkat

6. Kulit terasa hanga

7. Tekanan darah menurun

8. Turgor kulit memurun

9. Membran mukosa kering

10. Hematokrit meningkat

11. Merasa lemah

12. Mengeluh haus

13. Volane urin menurun

4. KLASIFIKASI

Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi medik,yaitu:

Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna) menyebabkan malaria tropika yang sering
menyebabkan penyakit malaria berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium falcifarum juga
mempunyai gejala panas dingin menggigil/demam (lebih dari 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali
setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 miggu setelah infeksi)
Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana benigna. Plasmodium vivax juga di tandai dengan gejala
panas dingin menggigil/demam (sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama
terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)

Plasmodium malariar penyebab malaria kuartana Plasmodium malaria juga

.Plasmodium falcifarum (malana tertiana maligna) menyebabkan malaria tropika yang sering
menyebabkan penyakit malaris berat/malaria otak dengan kematon Plasmodium faksfarum juga
mempunyai gejala panas dingin menggigil deman (lebih dari 12 jam, dapan terjadi dua hari sekali setelah
gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 niggu setelah infek

Pismodium vivax penyebab malaria tertians benigna. Plasmodium vivax juga di tandai dengan gejala
panas dingin menggigil/demam (8 sampai 12 jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama
terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi)

Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana. Plasmodium malaria jogs demam ( gejala pertama
tidak ditandai dengan gejala os dias nas terjadi sampai 40 setelah infeksi akan terulang kembali setiap 3
hari) Gejala

Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika
dan Pasifik Barat. Plasmodium ovale juga ditandai dengan panas dingin menggigil demam (8 sampai 12
jam, dapat terjadi dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi dapat terjadi selama 2 minggu setelah
infeksi). (Kemenkes RI, 2013).

5 PATOFISIOLOGI

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi sporozoit ke dalam tubuh
manusia,Sporozoit menginfeksi sel hati berkembang biak menjadi skizon. Lalu pecah dan mengeluarkan
merozoit p. Vivax, dan provale memiliki stadium dorman (hipnozoit) berdiam dalam hati dan dapat
kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam darah beberapa mingga atau satu tahun kemudian)
sesudah memperbanyak diri dalam hati ini (exo-erythrocytic schizogony) Selanjutnya parasite memasuki
perkembang biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic schizogony). Merozoit mengifeksi sel
darah merah. Stadium ring, trofozoit matur selanjutnya menjadi skizon, yang akan menghasilkan
merozoit. Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic (gametosit). Pada
stadium parasit dalam darah muncul gejala klmis penyakit ini Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan
betina (makrogametosit), masuk nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap.
Dalam tubuh nyamuk, parasit memperbanyak din dengan cara sporogonic cycle. Di dalam tubuh
nyamuk, mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet untuk menghailkan zigot.

Zigot bergerak dan memanjang (ookinet). Keluar dari dinding lambung nyamuk untuk berkembang
menjati pokista. Ookista tumbuh, matang dan mengeluarkan sporozoit. Selanjutnya hidup berdiam
dalam pada kelenjar liur nyamuk.

7. KOMPLIKASI
Menurut (Sucipto, Cecep Dani. 2017) komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria sebagai
berikut:

a. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran. Penilaian derajat
kesadaran dilakukan bardasarkan Skala Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma Scale). Pada orang dewasa
GCS ≤ 11, sedangkan pada anak berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤ 3, 23 atau koma 30 menit setelah
serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.

b. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/uL.. Bila
anemia hipokromik mikrositik, harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia, atau
hemoglobinopati lainnya.

c. Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau <1 mL/kgBB/jam pada anak setelah
dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah meningkat-3 mg%)

d. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome(ARDS).

e. Hipoglikemia: gula darah <40 mg.

f. Gagal sirkulasi atau syok tekanan sistolik <70 mmHg, disertai keringat dingin. g. Perdarahan spontan
dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi
intravaskuler.

h. Kejang berulang 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia.

i. Asidema (pH <7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma 15 mmol/L).

j. Hemoglobinuria makroskopik karena infeksi malaria akut (bukan karena obat antimalaria pada
seseorang dengan defisiensi Glukosa-6-Posfat Dehidrogenase) (Sucipto, Cecep Dani. 2017).

8. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan modis

Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria, maka obat
malaria dibagi lima golongan, yaitu:

1) Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi parasit praeritrosit, sehingga


mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.

2) Skizontisida jaringan sekunder, primakuin dapat membasmiparasit daur eksocritrosit dan bentuk-
bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi
anti relaps.

3) Skizontisida darah,membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinik.
Skizontisida dapat mencapai penyembuhan klinis suprasif bagi keanpat spesies plasmodiun. Skirantisida
damb joga membunuh bentuk eritrosit stadium seksual plasmodium vivas, ovale dan malariae.
Skizontisida darah yang ampuh adalah kina, klorskuin, dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya
terbaina adalah progsuanil dan pirimetamin

4) Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, temmasuk stadium gametasit plasmodium


falcifarum, juga mempengaruhi perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina.
Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida, Primakuin adalah gametositasida untuk keempat
spesies, sedang kina, klorokuin, dan amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale
dan malariae.

5) Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan
sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah trammisi penyakit malaria dan disebut juga ebar
anti sporogonik. Ohat-obatan yang termasuk dalam golongan ini ialah primakuán dan poquanil. (Safar
Rosdiana, 2009)

b. Penatalaksanaan non medis

1) Menggunakan kelambu pada waktu tidur.

2) Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.

3) Menggunakan pembasmi serangga

4) Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang
ternak.

5) Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamsık agar infeksi tidak menyebar lebih jauh.

6) Membenihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk

7) Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan
air,

8) Manbuah jastik nyamuk dengan menyemprotkan obati ani t menebarkan ikan pemakan jentik.

9) Melestarikan hutan bakan sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai. (Irianto, 2011)

10) Pemantauan tanda-tanda vital (TD), nadi, pernafasan, dan suhu)

11) Cairan dan elektrolit Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan malaris,
biasanya diberikan cairan 1500-2000 co/hari apalagi bila sudah terjadi malaria berat. Pemberian cairan
yang 26 tidak adekuat akan menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan
yang berlebihan dapat menyebabkan udema paru. Cairan yang biass digunakan adalah dextrose 5%
untuk menghindari hipoglikemi khususnya pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit
(natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.

12) Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Dit lunak yang diberikan mengandung protein,
energy dan zat gizi lainnya. Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna, rendah serat dan
tidak mengandung bumbu yang tajam.

13) Eliminasi

Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi poda malaria berat terjadi
gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuna dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.

14) Aktifitas dan istirahat

Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi, mengatur posisi yang nyaman
bagi pasien.

15) Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.

16) Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan air es) dan bila pasien
menggigil berikan selimut. (Irianto, 2011)

9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Pemeriksaan mikroskopis

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menara teknis pembuatannya dibagi menjadi
preparat darah (SDr, sediaan darah) tebal dan preparat daruh tipis, untuk menentukan ada tidaknya
parasit malaria dalam dash. Melalui peneriksaan ini dapat dikhat jenis plaimodnan dan stadnannya (P.
falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale, utupwort,skiron, dan gametosit) serta kepadatan parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dus cara yaitu semikuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-
kustnatif adalah menghitung parasit dalam LPB (lapang pandang besar) dengan rincian sebagai berikut:

(+) SDr negatife (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)

(+) SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 L.PB)

(++) SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)

(+++): SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam1 LPB)

(++++): SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB)

Penghitungan kepadatan parasit secara kuantitatif pada SDr tebal adalah menghitung jumlah parasit per
200 leukosit. Pada SDr tipis, penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit.

b) Tes diagnostik cepat (RDT, rapid diagnostic test)

Metode ini mendeteksi adanya antigen malaria dalam darah dengan cara imunokromatografi.
Dibandingkan uji mikroskopis, tes 25 ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian dengan cepat dapat
diperoleh, tetapi lemah dalam hal spesifisitas dan sensitivitasnya.
c) Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Dengan menggunakan pemeriksaan PCR spesifisitas dansensitivitasnya dapat ditingkatkan. Keunggulan


tes ini walaupun jumlah parasit yang dapat dideteksi sangat sedikit dapat mengidentifikasi infeksi ringan
dengan sangat tepat dan dapat dipercaya. Hal ini penting untuk studi epidemiologidan cksperimental
dan belum untuk pemeriksaan rutin.

d) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita, meliputi pemeriksaan kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, erunt, das trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia
darah (gula dawah, SGOT, SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat spakah terjadi
pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi Inato, 2011).

Anamnese

Pada tanggal 20 Maret 2024, Tn. A (40 Tahun) datang ke IGD bersama istrinya Ny. S sekitar pukul 08:00.
Setelah dilakukan pengkajian, Tn. A mengatakan dua hari terakhir sering mengalami demam/menggigil,
sakit kepala secara terus menerus, nyeri otot dan kadang muntah.

Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan TTV: Tekanan Darah: 150/96 mmHg, Naddi:82 x/mnt, Suhu: 38 °C, Pernapasan: 18
x/mnt dan SpO2: 94 %.

Pemeriksaan diagnostik

Hasil pemeriksaan penunjang: rapid diagnostic test (RDT) positif, Eritrosit 4.5 j/ul, Leukosit 6.0- 10³/ul,
Gemoglobin 12 gr/dL, dan Trombosit 250 10³/ul.

Anda mungkin juga menyukai