SKABIES
DISUSUN OLEH :
Mochamad Reza Fadillah
2019.04.200.01
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I STATUS PASIEN 3
1.1 Identitas Penderita 3
1.2 Anamnesa 3
1.3 Pemeriksaan Fisik 5
1.4 Diagnosa Banding 6
1.5 Pemeriksaan Penunjang 7
1.6 Resume 7
1.7 Diagnosa 7
1.8 Penatalaksanaan 7
1.9 Prognosis 8
BAB II TINJUAN PUSTAKA 9
2.1 Definisi 9
2.2 Epidemiologi 9
2.3 Sejarah 9
2.4 Etiologi 10
2.5 Patogenesis 13
2.6 Bentuk Skabies 13
2.7 Gejala Persisten 17
2.8 Diagnosis 18
2.9 Diagnosis Banding 21
2.10 Penatalaksanaan 22
2.11 Preventif 24
2.12 Prognosis 25
BAB 3 KESIMPULAN 26
DAFTAR PUSTAKA 27
2
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Gatal pada kedua sela jari tangan - kaki serta dada dan lipatan paha.
Keluhan Tambahan
Timbul bintik kemerahan yang semakin banyak dan Rasa gatal
pada bagian tubuh yang terdapat bintik kemerahan, terutama saat
malam hari
Riwayat Psikososial
Pasien mandi 2x sehari memakai sabun mandi dan
menggunakan air PDAM.
Penderita tinggal di pondok pesantren, tidur beralaskan tikar
yang sama dan mengaku beberapa temannya dalam satu
kamar juga mengalami sakit yang sama.
Makan – makanan yang di sediakan pondok
4
1.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : Cukup
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Laju Respirasi : 24 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5oC
Status Generalis
KepalaLeher : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn
Status Dermatologis
1. Lokasi : Interdigiti manus sinistra et dextra
Efloresensi : Papul eritematous, dan erosi multiple. Ditemukan
terowongan.
5
3. Lokasi : Inguinal dekstra et sinistra
Efloresensi : Papul eritematous multiple, Tidak ditemukan
terowongan.
4. Lokasi : Thoraks
Efloresensi : Papul eritematous multiple, Tidak ditemukan
terowongan.
6
1.5 Resume
Seorang laki-laki berusia 14 tahun datang dengan keluhan gatal dan
bintil kemerahan pada kedua sela jari tangan kanan dan kiri, sela jari kaki
kanan dan kiri, lipatan paha, serta dada sejak 1 tahun yang lalu lalu. Gatal
yang dirasakan semakin parah pada malam hari atau saat beristirahat.
Penderita menggaruk daerah yang gatal. Beberapa teman di pondok
mengalami keluhan yang sama. Terdapat riwayat saling meminjam handuk
saat mandi. Pada status dermatologis terdapat papul eritematous, erosi
multiple pada interdigiti manus sinistra et dekstra, pedis sinistra et dekstra,
inguinal, serta thoraks.
1.7 Diagnosa
Skabies dengan Infeksi sekunder
1.8 Penatalaksanaan
Planning Diagnosa
Melakukan kerok lesi.
7
Melakukan pemeriksaan mikroskopik untuk menemukan
telur, feses tungau, dan tungau dewasa dari Sarcoptes
scabiei dari kerokan lesi dan dilihat dengan mikroskop.
Planning Terapi
Medikamentosa
o Permethrin 5% krim 30 g, dioleskan 1x malam hari di
seluruh tubuh kecuali wajah dan mandi / dicuci setelah 8
– 10 jam. Setelah pengolesan pertama belum sembuh,
maka dapat diulang kembali 1 Minggu kemudian.
o Loratadine 10 mg tablet, 1x sehari untuk mengurangi
rasa gatal.
o Gentamicin Salep 0,1% 5 g, dioles 2x sehari untuk
mencegah infeksi sekunder.
o Cefixime 100mg 2x sehari. Untuk mengatasi infeksi
sekunder
o Sulfur Soap 10%, digunakan 2x sehari untuk mandi.
Non-medikamentosa
o Menjaga kebersihan tubuh
o Menjaga kebersihan pakaian dan tidak bertukar pakaian
dengan orang lain
o Pakaian, sprei, selimut, handuk harus direndam dan
dicuci dengan air panas
o Seluruh anggota keluarga dan teman yang kontak
dengan penderita harus diperiksa dan bila juga
menderita skabies, diobati secara bersamaan agar tidak
terjadi penularan.
1.9 Prognosis
Baik bila penderita melakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk
dokter dan membersihkan lingkungan tempat tinggal yang ditengarai
menjadi fokus penyebaran penyakit (faktor predisposisi).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh
tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.1
2.2 Epidemiologi
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual
yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologi. Prevalensi skabies diseluruh dunia dilaporkan
sekitar 300 juta kasus per tahun. Di Negara Asia seperti seperti India,
prevalensi skabies sebesar 20,4%. Prevalensi skabies pada anak berusia
10-12 tahun di Penang, Malaysia sebesar 31%. Prevalensi skabies di
Indonesia sebesar 4,60%-12,95% dan penyakit skabies ini menduduki
urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.1,2
2.3 Sejarah
Kepustakaan tertua mengenai skabies menyatakan bahwa orang
pertama yang menguraikan skabies adalah dokter Aboumezzan Abdel
Malek ben Zohar yang lahir di Spanyol pada tahun 1070 dan wafat di
Maroko pada tahun 1162. Dokter tersebut menulis sesuatu yang disebut
“soab” yang hidup pada kulit dan menimbulkan gatal. Bila kulit digaruk
muncul binatang kecil yang sulit dilihat dengan mata telanjang. Pada tahun
1687, Giovan Cosimo Bonomo menulis surat kepada Fransisco Redi dan
menyatakan bahwa seorang wanita miskin dapat mengeluarkan “little
bladder of water” dari lesi skabies anaknya. Surat Bonomo ini kemudian
dilupakan orang dan pada tahun 1812 Gales melaporkan telah menemukan
Sarcoptes scabiei dan tungau yang ditemukannya dilukis oleh Meunir.
Sayangnya, penemuan Gales ini tidak dapat dibuktikan oleh ilmuwan
lainnya. Pada tahun 1820 Raspail menyatakan bahwa tungau yang
9
ditemukan Gales identik dengan tungau keju sehingga Gales dinyatakan
sebagai penipu. Penemuan Gales baru diakui pada tahun 1839 ketika
Renucci seorang mahasiswa dari Corsica berhasil mendemonstrasikan
cara mendapatkan tungau dari penderita skabies dengan sebuah jarum. 3,4,6
2.4 Etiologi
Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang
lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabieidan
Sarcoptes scabiei varian hominis.3 Sarcoptes scabiei termasuk kedalam
filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.1 Kutu ini khusus
menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit
manusia. Selain itu terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis.
Sarcoptes scabiei varian animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing,
lembu, kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang dan monyet. Sarcoptes
scabiei varian hewan ini dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut diatas, misalnya peternak,
gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara, gatal kurang, tidak timbul
terowongan-terowongan, tidak ada infestasi besar dan lama serta biasanya
akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang
bersih.1,5,8
10
Gambar 1. Tungau Scabies Betina1
11
Gambar 2. Siklus Hidup Tungau Skabies
Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan
pada suhu kamar (210C dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih
dapat hidup di luar tubuh hospes selama 24-36 jam. Sarcoptes scabiei
varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-bagian tubuh mana yang
akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab, seperti
di lipatan-lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar
pusar dan penis. Pada bayi-bayi karena seluruh kulitnya tipis, telapak
tangan, kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat diserang. Tungau biasanya
memakan jaringan dan kelenjar limfe yang disekresi dibawah kulit. Selama
makan, mereka menggali terowongan pada stratum korneum dengan arah
horizontal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli
memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya yang betina dewasa
secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia
lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-length
(misalnya pentanoic dan lauric) dan tak jenuh (misalnya oleic dan linoleic)
serta kolesterol dan tipalmitin. Hal tersebut menunjukkan bahwa beberapa
lipid yang terdapat pada kulit manusia dan beberapa mamalia dapat
mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi terowongan tungau di
tubuh. Bila telah terbentuk terowongan maka tungau dapat meletakkan telur
setiap hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur maupun kotoran pada
12
terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim
pencernaan pada kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan
respons imun terhadap tungau skabies.1,5,8
2.5 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies,
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta
dan infeksi sekunder.1
13
2.6.1 Skabies Nodula
Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk
hipersensitivitas terhadap tungau skabies, dimana pada lesi tidak
ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul yang gatal, merah cokelat,
terdapat biasanya pada genitalis laki-laki, inguinal dan ketiak yang dapat
menetap selama berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan dengan limfoma
kulit diperlukan biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa
dermatitis atopik kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi
tidak jelas, maka penegakan diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak
dengan penderita skabies atau lesi membaik denngan pengobatan khusus
untuk skabies.9
15
penyakit dengan lesi popular yang berskuama pada area seboroik termasuk
badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies juga harus dipikirkan
sebagai diagnosis banding penderita AIDS dengan lesi psoriasiform, yang
terkadang didiagnosis sebagai ekzema. Pada penderita dengan status
imunologi yang normal, pruritus merupakan tanda khas, sedangkan pada
beberapa penderita AIDS, pruritus tidak terlalu dirasakan. Hal ini mungkin
disebabkan status imun yang berkurang dan kondisi ini berhubungan
dengan konversi penyakit menjadi bentuk lesi berkrusta.1,8
16
2.6.6 Skabies Pada Orang Bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan
jumlah yang sangat sedikit, kutu biasanya hilang akibat mandi secara
teratur.1
Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal
pada kulit yang umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan
lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit.1
17
Gambar 4. Tempat Predileksi Skabies
2.8 Diagnosis
Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya
pruritus nokturna dan erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di
18
tempat predileksi, distribusi lesi yang khas, terowongan-terowongan pada
predileksi, adanya penyakit yang sama pada orang-orang sekitar.1
1. Kerokan kulit
Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau
papula menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada
kaca objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca
penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat
tungau, telur atau fecal pellet.
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau
puncak papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop,
setelah diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.
6. Tetrasiklin topikal
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai.
Setelah dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan
tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke
dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak
dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna
kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.
7. Hapusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi
dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di
atas gelas objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas
objek) dan diperiksa dengan mikroskop.
20
mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan
tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.
Selain itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah
dermoskopi. Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif.
Pembesaran gambar menunjukkan struktur triangular kecil berwarna gelap
yang berhubungan dengan bagian anterior tungau yang berpigmen, dan
suatu segmen linier haus di belakang segitiga yang mengandung
gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini menyerupai “jet with
contrail” dan dianggap sebagai bentuk terowongan beserta telur dan fecal
pellet. Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa penggunaan polymerase chain
reaction (PCR) untuk membuktikan adanya skabies pada penderita yang
secara klinis menunjukkan eczema atipikal. Skuama epidermal positif untuk
DNA Sarcoptes scabiei sebelum terapi dan menjadi negatif 2 minggu
setelah terapi. Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit
merupakan cara yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang
paling memuaskan. Mengambil tungau dengan jarum memerlukan
keterampilan khusus dan jarang berhasil karena biasanya terowongan sulit
diidentifikasi dan letak tungau sulit diketahui. Swab kulit mudah dilakukan
tetapi memerlukan waktu lama karena dari 1 lesi harus dilakukan 6 kali
pemeriksaan sedangkan pemeriksaan dilakukan pada hampir seluruh lesi.
Tes tinta Burowi dan uji tetrasiklin jarang memberikan hasil positif karena
biasanya penderita datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi
sekunder sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat
dimasuki tinta atau salep.1,11,12
21
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1 Penatalaksanaan Secara Umum.
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi
secara teratur setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah
digunakan harus dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air
panas. Demikian pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk
tertular, terutama bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan
untuk sementara waktu menghindari terjadinya kontak langsung. Secara
umum meningkatkan kebersihan lingkungan maupun perorangan dan
meningkatkan status gizinya. 1
22
2. Emulsi benzil benzoat 20-25%
Merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru dan telah
dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid
kerja cepat yang efektif terhadap semua stadium namun tidak
dijual bebas di Amerika Serikat. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
Penggunaannya diberikan setiap malam selama 3 kali. Benzyl
benzoate memiliki keefektifan yang sama dengan lindane.
2.11 Preventif
Usaha mencegah penyebaran penyakit skabies dapat dilakukan
dengan cara:1,2
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun
b. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara
teratur minimal 2 kali dalam seminggu
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi skabies
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup
24
kesehatan tentang cara penularan, diagnosis dini dan cara pengobatan
penderita skabies dan orang-orang yang kontak dengan penderita skabies,
meliputi:1,2
a. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya. Laporan
kepada Dinas Kesehatan setempat namun laporan resmi jarang
dilakukan.
b. Isolasi santri yang terinfeksi dilarang masuk ke dalam pondok
sampai dilakukan pengobatan. Penderita yang dirawat di Rumah
Sakit diisolasi sampai dengan 24 jam setelah dilakukan pengobatan
yang efektif. Disinfeksi serentak yaitu pakaian dalam dan sprei yang
digunakan oleh penderita dalam 48 jam pertama sebelum
pengobatan dicuci dengan menggunakan sistem pemanasan pada
proses pencucian dan pengeringan, hal ini dapat membunuh kutu
dan telur.
2.12 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta
syarat pengobatan dapat menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
hiegene), maka penyakit ini memberikan prognosis yang baik.1
25
BAB III
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke 7.
Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015.
2. Dewi AP. Hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
skabies di pondok pesantren al-kautsar Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. 2015 Feb 14;2(1):628-37.
3. Thomas J, Christenson JK, Walker E, Baby KE, Peterson GM. Scabies-An ancient
itch that is still rampant today. Journal of clinical pharmacy and therapeutics. 2017
Dec;42(6):793-9.
4. Romani L, Steer AC, Whitfeld MJ, Kaldor JM. Prevalence of scabies and impetigo
worldwide: a systematic review. The Lancet infectious diseases. 2015 Aug
1;15(8):960-7.
5. Bernigaud C, Chosidow O. Scabies. La Revue du praticien. 2018 Jan;68(1):63-9.
6. Lynar S, Currie BJ, Baird R. Scabies and mortality. The Lancet Infectious
Diseases. 2017 Dec 1;17(12):1234.
7. Micali G, Lacarrubba F, Verzì AE, Chosidow O, Schwartz RA. Scabies: advances
in noninvasive diagnosis. PLoS neglected tropical diseases. 2016 Jun
16;10(6):e0004691.
8. Currie BJ, Hengge UR. Scabies. InTropical Dermatology 2017 (pp. 377-386).
Elsevier.
9. Echeverría-García B, Tardío JC, Freites A, Puente N, Borbujo J. Nodular scabies.
European Journal of Pediatric Dermatology. 2016 Oct 1;26(4).
10. Cohen PR. Concurrent Scabies Incognito and Crusted Scabies With Scalp Lesions
Masquerading as Erythrodermic Dermatitis. Journal of drugs in dermatology: JDD.
2019 Jan;18(1):105-.
11. Salavastru CM, Chosidow O, Boffa MJ, Janier M, Tiplica GS. European guideline
for the management of scabies. Journal of the European Academy of Dermatology
and Venereology. 2017 Aug;31(8):1248-53.
12. Engelman D, Steer AC. Diagnosis, treatment, and control of scabies: can we do
better?. The Lancet. Infectious diseases. 2018 Aug;18(8):822.
13. Rosumeck S, Nast A, Dressler C. Ivermectin and permethrin for treating scabies.
Cochrane Database of Systematic Reviews. 2018(4).
27