Anda di halaman 1dari 41

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kudis atau skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan

oleh parasit tungau Sarcoptes scabei yang berupaya membentuk terowongan

dibawah kulit dan ditularkan lewat kontak langsung manusia (Boedidarja, 2015).

Menurut (Chowsidow, 2013). Parasit tungau Sarcoptes scabei merupakan parasit

obligat yang semua siklus hidupnya berproses pada manusia. Masa inkubasi

pajanan pertama berlangsung tiga sampai enam minggu, sedangkan masa inkubasi

pajanan berikutnya terjadi lebih cepat, yaitu satu sampai tiga hari.

Angka kejadian skabies di negara berkembang dilaporkan terdapat sebanyak 6-

27% dari populasi umum (Muzakir, 2013). Menurut(Depkes, 2014)kejadian

skabies di Negara berkembang mengarah ke siklus yang cenderung fluktuatif,

seperti di Indonesia pada tahun 2013 terdapat sebanyak 77 juta anak-anak dari 220

juta penduduk saat ini yang kemugkinan besar mudah terserang penyakit menular

seperti skabies disebabkan populasi yang semakin bertambah. Menurut (Ratna,

2010). Di Indonesia jumlah penderita skabies pada tahun 2013 sekitar 6.915.135

(2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa dan skabies menempati urutan

ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.Sedangkan pada tahun 2012 sebanyak

8,46% dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 9%(Depkes, 2013). Menurut data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011, kasus

penyakit skabies di 20 puskesmas memperlihatkan bahwa insiden terbesar

terdapat di daerah Cilacap dengan jumlah 40,8% kasus, di daerah Bukateja dengan

jumlah 34,2% kasus yang menempati urutan kedua dan peringkat ketiga insiden

2
skabies terdapat pada populasi dan tempat yang padat penghuni yaitu di daerah

Semarang dengan jumlah 19% kasus.

Tanda gejala yang langsung dirasakan oleh penderita skabies adalah

gatal.Rasa gatal semakin hebat pada waktu malam hari atau ketika cuaca panas

serta penderita berkeringat.Hal ini berlangsung akibat meningkatnya aktivitas

tungau bila suhu tubuh meningkat (Stander, 2012). Penyakit skabies bukan

merupakan penyakit yang mematikan akan tetapi penyakit skabies ini dapat

mempengaruhi kenyamanan aktifitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari

diantaranya penderita mudah lelah dan gelisah karena rasa gatal pada malam hari

sehingga tidur menjadi terganggu, perasaan malu karena timbulnya skabies dapat

mempengaruhi penampilannya, penderita merasa terganggu dalam proses belajar,

prestasi belajar menurun(Afraniza, 2011).

Menurut Zulfah, 2012 salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit

skabies adalah sanitasi yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup

berkelompok, tinggal di asrama, barak-barak tentara, rumah tahanan dan

pesantren maupun panti asuhan serta tempat-tempat yang lembab dan kurang

mendapat sinar matahari.Menurut Notobroto, 2012 dalam Astriyanti, 2012

menyatakan bahwa faktor yang berperan dalam penyakit kulit adalah sosial

ekonomi yang rendah,hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak

saniter, dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan. Di beberapa negara

termasuk Indonesia penyakit skabies yang hampir teratasicenderung mulai bangkit

dan merebak kembali. Laporan dari dinas kesehatan dan dokter praktek

mengidikasikan bahwa penyakit skabies telah meningkat di beberapa daerah.

3
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah suatu usaha untuk memberikan

pengalaman belajar atau mewujudkan suatu keadaan perorangan, kelompok,

keluargamaupunmasyarakat dengan membuka jalur komunikasi, menyampaikan

informasi dan melaksanakanpendidikan untuk meningkatkan sikap, pengetahuan,

dan perilaku demi mendukung masyarakat mengidentifikasi dan

mengendalikanpersoalannya sendiri sehingga masyarakat mengerti, bersedia dan

mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (Dinkes, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis
kudis (Scabies) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada
Ny. R dengan diagnosa medis pada systemkudis (Scabies) Pengindraan.
1.3.2 Tujuan Khusus.
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.
R dengan diagnosa medis kudis (Scabies) pada sistem pengindraan.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada asuhan keperawatan kepada Ny. R dengan diagnosa
medis kudis (Scabies) pada sistem pengindraan.
1.3.2.3 Mahasisswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi asuhan keperawatan kepada Ny. R dengan diagnose medis kudis
(Scabies) pada sistem pengindraan.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanan tindaakan
asuhan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa kudis (Scabies)
pada sistem pengindraan.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan kepada
Ny. R dengan diagnosekudis (Scabies) pada sistem penginderaan.

4
1.3.2.6 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan
kepada Ny. R dengan diagnose kudis (Scabies) pada sistem pengindraan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
Menjadi sumber referensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit
1.4.3 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
dengan Kudis (Scabies)

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Anatomi Fisiologi
Sistem Integumen merupakan sistem terluas dalam tubuh. Sistem
integumen terdiri dari kulit dan struktur aksesoris (rambut, kuku, kelenjar minyak
dan kelenjar keringat). Sistem integumen memiliki luas 1-2 m2 dan merupakan
15% dari total berat tubuh. Kulit mempunyai ketebalan yang berfariasi. Bagian
yang paling tipis berada di sekitar mata dan yang paling tebal pada telapak tangan
dan kaki (William & Wilkins. 2002)

Beberapa komponen lapisan pada kulit sebagai berikut:


1. Epidermis
Merupakan lapisan paling luar yang unsur utamanya adalah keratinosit dan sel
melanosit. Lapisan ini terus mengalami mitosis. Epidermis memiliki beberapa
lapisan sel yaitu:
a. Stratum korneum : selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, dan
mengandung zat keratin. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang berada
dalam sel-sel keratin keras.
b. Stratum lusidum: terdiri dari sel yang sngat gepeng dan bening, ditemukan
pada lapisan tubuh yang berkulit tebal.
c. Stratum granulosum: terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti
berada di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin (keratin
dan hialin). Lapisan ini menghalangi masuknya zat asing ke dalam tubuh.
(contoh: bahan kimia, benda asing, kuman dan lain-lain )

6
d. Stratum spinosum: terdapat banyakn sel bentuk kubus dan poliginal, inti di
tengah, dan sitoplasma berisi serat-serat yang terpaut dengan desmosom.
Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekana dari luar. Terdapat
di daerah yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan (seperti
di tumit dan pangkal telapak kaki).
e. Stratum malfigi: berbatassan dengan dermis. Sel aktif mengalami mitosis
sampai individu meninggal dengan umur sel 15-30 hari sejak terbentuk sampai
terkelupas.
2. Dermis
Tebal antara 0.5-3 mm, lebih tebal dari epidermis yang terbentuk dari
komponen jaringan pengikat. Turunan dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak,
kelenjar lendir, dan kelenjar keringat yang berada jauh dalam dermis. Sedangkan
lapisannya terdiri dari:
a. Lapisan papila: mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk
lapisan stratum spongeosum. Lapisan ini terdiri atas serat kolagen halus,
alastin, dan kulin yang akan membentuk jaring halus yang terdapat di bawah
epidermis
b. Lapisan retikulosa: mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen,
tersusun bergelombang, sedikit serat retikulum, dan banyak mengandung serat
elastin.dalam lapisan ini terdapat sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembulh darah,
pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
3. Hipodermis / Subkuntis
Lapisan bawah kulit yang terdiri dari jaringan pengikat longgar. Seratnya
longgar, elastis, dan memiliki sel lemak. Terdapat lapisan subkuntan yang
menentuka mobilitas kulitdi atasnya. Bantalan lemak pada lapisan ini terbentuk
dari lobulus lemak yang merata di hipodermis  yang disebut dengan panikolus
adiposus. Pada lapisn perut dapat mencapai tebal 3cm. Pada jaringan subkuntan di
kelopak mata, penis dan skrotum tidak mengandung lemak.

7
Gambar 1. Lapisan Kulit
Pada kulit ada beberapa kelenjar di dalamnya, diantaranya adalah:
1. Kelenjar Sebasea
Berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel ram,but untuk
melumassi rambut dan kulit yang berdekatan. Banyak terdapat di kepala dan
wajah sekitar hidung, mulut dan telinga. Sedikit pada telapak tangan dan kaki.
2. Kelenjar Keringat
Merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh. Sekresi aktif kelenjar
keringat berada di bawah pengendalian saraf simpatis. Kelenjar ini terdapat
diseluruh tubuh terutama pada telapak tangan dan kaki kecuali pada dasar
kuku, batas bibir, glans penis, dan gendang telinga. Terdapat 2 macam
kelenjar keringat yaitu:
3. Kelenjar keringat ekrin dan
4. Kelenjar keringat apokrin.
5. Kelenjar Mamae
Dikatakan sebagai kelenjar kulit menurut Syaifuddin dalam bukunya tahun
2011 karena berasal dari lapisan eksodermal.
Dan pada kulit terdapat pula bagian-bagian yang menempel, yaitu:
1. Rambut
Benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis dan tersebar di seluruh
tubuh kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan dorsal falang distal, sekitar

8
lubang dubur, dan urogenital. Memiliki batang yang bebas dan akar yang tertanam
dalam kulit. Dengan struktur rambut (Syifuddin, 2011):
a. Medula
b. Korteks
c. Kutikula

 Gambar 2: Struktur rambut


2. Kuku
Merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal
falang jari tangan dan jari kaki yang strukturnya berhubungan dengan dermis dan
epidermis. Lempeng kuku berasal dari sisik epidermis yang menyatu erat dan
tidak mengelupas berwarna bening sehingga pembuluh kapiler darah dalam dasar
kuku kelihatan kemerahan.
2.1.2.1 Fisiologi Sistem Integumen
Berikut ini merupakan fungsi kulit sebagai sistem integumen antara lain:
1. Fungsi regulasi temperatur dan tekanan darah
Persarafan, pembuluh darah, dan kelenjar keringat dan lapisan kulit yang lebih
dalam membantu termoregulasi. Ketika kulit terpapar udara dingin, dan suhu
tubuh turun, pembuluh darah akan kontriksi sebagai respon dari sistem saraf
otonom. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke kulit dan akan
mempertahankan suhu tubuh. Sebaliknya jika suhu terlalu panas, atau saat
suhu tubuh meningkat maka pembuluh darah akan berdilatasi,  aliran darah
meningkat dan menurunkan suhu tubuh, jika hal ini tidak efektif  maka
kelenjar ekrin akan meningkatkan produksi keringat sehingga terjadi
penguapan yang akan menurunkan suhu tubuh.

9
2. Fungsi proteksi
Lapisan kult terluar melindungi tubuh dari trauma fisik, kimia, dan dari invasi
bakteri atau mikroorganisme. Sel Langerhans, sel spesifik yang terdapat pada
lapisan kulit meningkatkan respon imun tubuh dengan membantu limfosit
untuk memproses antigen yang masuk ke kulit. Melanosit. Merupakan sel
kulit yang memproduksi melanin membantu menyaring sinar UV, paparan
sinar matahari yang berlebih dapat menstimulasi produksi melanin. Kulit juga
melindungu tubuh dengan mencegah ekskresi air dan elektrolit. hal ini akan
mencegah tubuh kehilangan cairan yang berlebih.
3. Fungsi ekskresi
Sebagai organ ekskresi, pada kulit terdapat kelenjar keringat. Keringat
tersusun atas air, elektrolit, urea dan asam laktat
4. Fungsi persepsi
Kulit memiliki susunan saraf yang berfungsi merasakan sentuhan atau sebagai
alat peraba.
5. Fungsi pembentukan vit. D
Saat distimulasi oleh sinar ultraviolet, kulit akan mensintesis vitamin
D3 (cholecalciferol).
2.1.2 Definisi
Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklim tropis
dan subtropis, merupakan penyakit kulit menular. Skabies dalam bahasa Indonesia
sering disebut kudis, dan orang jawa menyebutnya gudig (Majematang & Indriaty,
2015)
Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varietas Hominis.Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah lingkungan yang kurang bersih
dan personal hygiene (Dian, 2014).
Penyakit kulit Skabies adalah kondisi dimana kulit mengalami rasa gatal
yang dikarenakan hewan kecil (tungau yang disebut Sarcoptes scabiei Tungau ini
menggali lubang pada kulit dan menyebabkan rasa gatal pada area tersebut
(Saleha, 2016).

10
Scabies menyebabkan tanda kemerahan pada kulit dan akan di temukan
pada jari jari, kaki, leher, bahu, bawah ketiak, bahkan daerah kelamin. Gambaran
scabies yang terlihat meliputi kemerahan disertaidengan benjolan yang
kecil.Scabies menular dari kontak secara langsung antara kulit ke kulit, serta
kontak seksual (Tosepu,2016).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan yang ada dimuka bumi ini.Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya.Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang
0,6 sampai 1,2 centimeter.
2.1.3 Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
Scabiei varietas Hominis.Yaitu merupakan tungau berbentuk lonjong dan
gepeng, berwaarna putih kotor, punggungnya cembung, bagian dadanya rata, dan
tidak memiliki mata, tungau betina berukuran lebih besar dari pada jantan,ukuran
betinanya antara 0,3 - 0,45mm sedangkan tungau jantan memiliki ukuran 0,2
-0,25mm (Saleha, 2016)
Penyakit scabies disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara
secara baik.seperti pakaian , Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur
yang jarang diganti, kondisi kamar yang pengap, dan perilaku personal hygiene
yang kurang baik dapat memicu terjadinya gatal-gatal (Hapsari, 2014)
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei.Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak
memiliki mata.Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan
lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit.Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi

11
hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes.Pada manusia disebut
Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya
kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna puith kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-
350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut.
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali
oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva
ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
2.1.4 Klasifikasi
Skabies merupakan penyakit kulit yang manifiestasi klinisnya sering
menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga disebut the great imitator.Berikut ini
beberapa bentuk scabies agar tidak menimbulkan kesalahan diagnosis (Saleha,
2016).
a. Skabies pada orang bersih merupakan scabies padaorang dengan tingkat
kebersihan yang baik. Rasa gatal biasanya tidak terlalu berat, terdapat

12
lesiberupa papul dan ditemui juga terowongannamun dengan jumlah yang
sedikit dan sering terjadi kesalahan diagnosis karena gejalanya yang tidak
khas.
b. Skabies bulosa terdapat pada bayi dan biasanya bayi akan mengalami gatal
pada waktu malam hari dan terdapat lesi di sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan,
c. Skabies yang ditularkan oleh hewan biasanya terjadi pada manusia yang
biasakontak dengan hewan. Misalnya pengembala, peternakan, dan yang
mempunyaihewan peliharaan anjing yang kurang dirawat kebersihannya.
Gejala yang timbul biasanya rasa gatal yang ringan,namun tidak terdapat
terowongan dan tidak menyerang area genetalia.Lokasi lesi biasanya
didaerah yang terkena kontak langsung dengan hewan.
d. Skabies pada orang terbaring di tempat tidur banyak ditemui pada orang
yang menderita penyakit kronik atau orang berusia lanjut yang berbaring
diatas tempat tidur dalam waktu yang lama biasanya timbul lesi yang
terbatas.
e. Skabies incognito sering menimbulkan gejala klinis yang tidak biasa, lesi
yang luas dan pengobatan dengan steroid topical dalam waktu lama dapat
menyebabkan luka bertambah parah. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya respon imun dalam tubuh.
f. Skabies nodularterjadi akibat adanya reaksi hipersensivitas. Area yang
sering terkena adalah genetalia pada pria, lipatan paha, dan aksila. Luka ini
dapat menetap beberapa minggu bahkan bulan walaupun sudah diobati
dengan obat anti scabies.
g. Skabies yang disertai penyakit menular seksual lain seperti sifilis,
gonorrhea, herpes genitalis, pedikulosispubis, dan sebaginya.Oleh sebab itu
jika ditemui lesi di daerah genetalia perlu dilakukan pemeriksaan lanjut guna
menentukan suatu diagnose.
h. Skabies krustosa ditandai dengan lesi berupa krusta yang luas, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.Gejala utamanya pada scabies
inibiasanya ringan bahkan tidak ada sama sekali sehingga penderita
tidakmerasakan keluhan apapun.

13
2.1.5 Patofisiolgi (Pathway)
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan

tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau

bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi

timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi

terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan

setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi

dapat lebih luas dari lokasi tungau.

14
15
WOC KUDIS ( SCABIES)
Tungau Sarcoptes
Kontak langsung dan
Scabei Kebersihan diri kurang
tidak langsung

Penyebaran telur Kontak kulit kuat


sarcoptes pada orang
sehat
Timbul reaksi alergi
pada kulit

Reaksi inflamasi

Pelepasan mediator kimia (Histamin, kinin, prostatglandin)

Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Suara napas Reaksi kuman patogen


Reaksi kuman Permeabilitas Prostaglandin Permeabilitas Penurunan
vesikuler patogen kapiler mengiritasi ujung- kapiler nafsu makan
ujung syaraf nyeri Pengeluaran reseptor

Pola napas Terbentuknya Perpindahan IV ke Perpindahan IV Intake


teratur terowongan IS Nyeri Akut Gatal
ke IS berkurang
Mengaktivasi rasa
gatal

Tidak Reaksi Masuk ke jaringan edema


terpasang alat Gangguan pola tidur
peradangan Melakukan garukan
Kerusakan lapisan pada kulit
bantu napas
kulit
papule Risiko
inflamasi ketidakseimbangan Papul pecah
elektrolit luka
Garukan
Suhu tubuh Terjadi lesi
Gangguan citra tubuh
meningkat
Papule pecah 16
Perubahan pigmentasi kulit
Hipertermi Risiko Infeksi
Gangguan integritas kulit
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :

1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada

suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu

pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian

besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.

3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi

(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan

stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan

bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia

eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada

remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,

merupakan hal yang paling diagnostik.Pada pasien yang menjaga hygiene,

lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit

ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,

impetigo, da furunkulosi.

17
2.1.6 Komplikasi

Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk dengan kuat karena

dapat menembus kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri sekunder

seperti impetigo.Impetigo adalah infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh

bakteri staph (sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh bakteri strep (streptokokus).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun

pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan.Kerokan kulit dari lesi

berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis

skabies.Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena sedikitnya

jumlah tungau.

Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta atau

gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan terabsorbsi dan

kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan tetraskin topikal

dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak sebagai garis lurus

berwarna kuning kehijauan.

Menurut (Saleha, 2016) ada beberapa cara untuk mengidentifikasi jenis

tungau dan produknya yaitu:

a. Kerokan Kulit
Kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah dilakukan dan
memberikan hasil yang paling memuaskan.Papulatau kanalikuli yang utuk
diteteskan dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan
dengan menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap
papula atau kanalikuli. Setalah itu taruh bahan digelas objek dan tutupi dengan
kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.

18
b. Mengambil tungau dengan jarum
Pengambilan tungau dengan jarum dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis dari 5% menjadi 95%.Namun tingkat kesulitannya tinggi dan harus
dengan orang yang berpengalaman terutama pada penderita scabies yang
lesinya tidak khas dan banyak terdapat infeksi sekunder.Untuk mengambil
tungau jarum ditusuk sandi terowongan dibagian yang gelap. Pada saat jarum
ditusukkan biasanya tungau akan memegangujung jarum sehingga dapat
dengan mudah diangkat keluar.
c. Burrow ink test
Papul scabies diolesi tinta India menggunakan pena lalu dibiarkan selama
20-30 menit kemudian dihapus dengan alcohol. Burrow ink test bisa di lihat
hasilnya jika tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambar khas
berupa garis zig zag. Tetapi pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan untuk
mendekteksi terowongan bukan mendekteksi tungau dan produknya.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Jenis obat topikal:


a.    Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau
krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak
sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang
dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,
mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam
bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat
pilihan karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan
jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam.
Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang
berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan
anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas.
Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.

19
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim
atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada
50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan
dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1
minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk
bayi dan anak-anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.
Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan
untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu
ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila
didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.

Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:

1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara


direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk
dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat
panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar
matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.

20
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua
stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara
pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposesitisasi).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.1.6 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
b. Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan
merasakan gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi
edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu kurap, kudis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang
dialami oleh klien dari kmposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor,
dan koma.
b. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 36ºC
2. Nadi : 70 x/menit
3. TD : 110/60 mmHg

21
4. RR : 16 x/menit
c. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kulit dan rambut
a. Inspeksi :
- Warna kulit : normal, ada lesi
- Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
- Warna rambut : hitam
- Kebersihan rambut : krang bersih, ada ketombe
b. Palpasi :
- Suhu 36ºC
- Warna kulit sawo matang, turgor kuit baik, kulit lembab, ada
edema, ada lesi.
2) Kepala
a. Inspeksi :
- Bentuk simetris antara kanan dan kiri
- Bentuk kepala lonjong, tidak ada lesi
b. Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
3) Mata
a. Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kiri,
sklera berwarna putih, kkonjungtiva merah muda.
4)  Telinga
a. Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
serumen pada  lubang telinga.
b. Palpasi : tidak ada benjolan.
5) Hidung
a. Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada benjolan
6) Mulut
a. Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih gigi bersih
7) Leher
a. Inspeksi : bentuk leher nrmal, tidak ada pembesaran kelenar tiroid

22
b. Palpasi : suara jelas, tidak sesak
8) Paru
a. Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
b. Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
c. Perusi : resonan
d. Auskultasi : normal
9) Abdomen
a. Inspeksi : perut datar, simetris
b. Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
10) Ekstermitas
a. Atas : lengkap, tidak ada kelainan
b. Bawah : lengap normal
4. Pengkajian fungsional Gordon
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS
terdekat.
b. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat
pada malam hari.
c. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
d. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau
khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
e. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran
dan penglihatan normal.
f. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.
g. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
h. Pola koping

23
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa
gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi  klien malas untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang upaya mempertahankan /melindungi integritas kulit.
(D.0192 Hal 282)
2.2.2.2 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(D.0077.Hal.172)
2.2.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

24
Diagnosa
Tujuan / kriteria hasil Intervensi

Dx I : Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Meng


kulit/jaringan berhubungan dengan keperawatan selama 1x 7 jam gangguan integritas kulit meng
adanya maserasi sekunder terhadap diharapkan kriteria hasil : 2. Anjurkan meningkatkan yang
gatal yang ditimbulkan oleh infasi 1. Klien merasa lebih aman asupan buah dan sayur 2. agar
parasit.. 2. Integritas kulit yang dapat 3. Anjurkan mandi dan kulit
dipertahankan(sensasi,elastisitas, menggunakan sabun 3. Mand
temperat luka atau lesi pada kulit secukupnya menja
3. Mampu melindungi kulit dan 4. Jelaskan masalah yang dan
mempertahankan kelembapan dapat timbul akibat tidak sesua
kulit menjaga kebersihan diri 4. Agar
4. Klien tampak rileks dan lingkungan meng
5. Klien merasa lebih tenang 5. Ajarkan cara menjaga tidak
kebersihan diri dan diri d
lingkungan 5. Agar
6. Ajarkan pasien dan meng
keluarga tentang keber
pemberian obat secara 6. Agar
mandiri cara
mand

Dx II : Nyeri akut berhubungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Meng
dengan Agen pencedera fisiologi keperawatan selama 3x 24 jam 2. Memberikan teknik nyeri
diharapkan Rasa nyeri klien nonfarmakologis untuk 2. Agar
berkurang mengurangi rasa nyeri tenan
KH : 3. Jelaskan strategi 3. Agar
TTV normal yg di harapkan : meredakan nyeri bagai
TD : 120/80 mmHg 4. Anjurkan memonitor nyeri mered
Nadi : 80x/menit secara mandiri 4. Agar
RR : 20x/menit 5. Anjurkan menggunakan memo
Suhu : 36,50C analgetik secara tepat mand
1. Klien tidak merasa nyeri Nyeri 6. Kolaborasi pemberian 5. Agar
2. Klien dapat beristirahat dengan analgetik jika perlu pengg
tenang dan nyaman
25 tanpa meng
gangguan rasa nyeri dan skala 6. Kolab
nyeri menunjukan ke angka 1-2 jika p
26
2.3.3 Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2015).
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang (US. Midar H, dkk, 2012 ).

27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Melatia Paska
NIM : 2018.C.10a.0977
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek : 15 - 24Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian :15 Oktober 2020 pukul :08:00 WIB
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 54 Tahun
TTL : Palangka Raya, 22 September 1945
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Kerinci
Tgl MRS :30 september2020
Diagnosa Medis : Kudis (Scabies)

3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan gatal di tangan dan perut bagian bawah yang semakin hebat pada
malam hari.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 10 Oktober 2020 Klien ke puskesmas dengan keluhan gatal dan
kemerahan tangan dan perut bagian bawah dan di berikan obat antibiotik untuk meredakan
gatal. Menurut klien gatal-gatal ini muncul sejak 2 minggu yang lalu, dan gatal semakin parah
pada malam hari. Untuk mengurangi gatal, klien menaburi tubuh pasien dengan bedak gatal
keluhan dinyatakan dapat berkurang. Pasien sudah 2 tahunini tinggal bersama anaknya dan
tidak jarang pula bertukar tempat tidur dan peralatan mandi. Tetapi keluhan klien tak kunjung
sembuh dan sering kambuh kembali, klien mengalami gatal di tangan dan perut sehingga
keluarga pasien mengatarkan pasien untuk melakukan pemeriksaan di Poli Spesialis Kulit dan

28
kelamin di Rumah Sakit Dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Setelah dilakukan pemeriksaan
disaran untuk rawat jalan saja dan diberikan resep obat untuk meredakan gatal yang di alami
pasien yaitu obat tablet interhistin 3 x 1 Crotamiton dan salep Genfar Creama al 10 %
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan lalu
Pasienmengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang sekarang ini sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien menyangkal adanya penyakit yang sama dengan keluarga.
GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: pasien

3.1.3 Pemeriksaan fisik

3.1.3.1 Keadaan Umum


Klien Berpakaian kurang rapi,kesadaran compos menthis, pasien tampak cemas,
pasien berbaring dengan posisi supinasi/semi fowler .
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah datar, bentuk badan klien kurus,
cara berbaring supinasi / semi fowler klien dalam keadaan sadar dan sedih mampu berbicara
dengan jelas , penampilan klien kurang rapi. Klien dalam keadaan sadar sehingga dapat
dilakukan pengkajian tentang orientasi waktu(Klien dapat membedakan waktu

29
pagi,siang,malam) , orientasi orang (Klien dapat membedakan perawat dan keluarga),
orientasi tempat (Klien mengetahui sekarang di RS), mekanisme pertahanan klien adaftif
Keluhan lain tidak ada.
3.1.3.3 Tanda-tanda vital
Suhu/T : 36,7 0C  Axilla
Nadi/HR : 84x/menit
Pernapasan/RR : 20x/menit
Tekanan Darah : 130/80mm Hg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak batuk , tidak adanya sputum,
sianosis tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak napas tidak ada , tipe pernafasan perut dan dada
, irama pernafasan teratur, tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lain tidak ada.
Masalah keperawatan:
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Suara jantung normal, bunyi lub dup, capillary reflill< 2 detik, asites tidak ada,
terdapat oedema tidak ada, vena jugularis tidak meningkat.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS Ny.S E : 4 V:5, M: 6 total nilai GCS: 15. Kesadaran klien compos menthis
, pupil isokor, reaksi cahaya kanan dan kiri positif.
Uji syaraf kranial:
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I ( olfaktoris): Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
dan alkohol
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (optikus) :Klien dapat membaca dengan jelas
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (okulomotorius) :Pupil pada mata klien bergerak kurang baik
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (trochlear): Klien dapat menggerakkan bola matanya keatas
dan kebawah
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (trigeminus):Klien dapat mengubah makanan yang di makanya
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (abdusen):Klien dapat menggerkkan bola mata ke samping
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (fasialis)::Klien dapat tersenyum

30
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (vestibulokokhlearis)::Klien dapat mendengar perkataan
perawat dengan jelas
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (glosofaringeus):Klien dapat menelan dengan baik
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (vagus): Klien dapat berbicara dengan jelas
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (assesorius) :Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (hipoglosus):Klien dapat menggerakkan lidahnya
Uji kordinasi ekstermitas atas jari ke jari tidak dilakukan, uji jari ke hidung tidak
dilakukan, ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki tidak dilakukan, uji kestabilan tubuh tidak
dilakukan.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urin 1000 ml 24 x/ jam, warna kuning, bau khas urine ( Amoniak), klien
dapat BAK dengan lancar dan tidak ada masalah.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Bibir klien lembab tidak ada pecah-pecah, gigi klien baik dan lengkap , gusi klien
baik merah muda dan tidak ada pradangan , lidah klien banyak jamur berwarna putih ,
mukosa klien baik tidak ada peradangan, tonsil klien baik tidak meradang, rectum baik, klien
tidak memiliki hemoroid. Klien dapat buang air besar setiap hari sebanyak 2 kali , nyeri
tekan pada bagian abdomen tidak ada, tidak ada benjolan.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot klien
ekstermitas atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada peradangan, perlukaan dan patah tulang,
tulang belakang klien normal.
Keluhan lain :Pasien mengeluh gatal pada beberapa bagian tubuhnya Pasien
menggaruk kulitnya yang gatal, Kemerahan pada kulit, Lesi kurnikulus pada sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, dan perut bagian bawah, Pustula,
eksoriasis.
Masalah keperawatan :Gangguan Integritas Kulit
31
Pasien mengatakan terasa nyeri di sekitar bekas garukantimbul nyeri padatangan dan
perut tampak memerah P : Timbul nyeri pada tangan dan perut saat di garuk atau di
sentuh, Q : terasa seperti terbakar, R : tangan dan perut, S : Skala nyeri sedang 4 (1-
10) , T : nyeri terasa sekitar 1-2 menit

Masalah keperawatan : Nyeri Akut

3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut


Klien memiliki riwayat alergi terhadap obat ( klien mengatakan alergi obat Rimfampicin),
makanan( klien mengatakan telor,ayam,ikan tongkol), kosmetik ( Tidak ada) atau yang
lainnya. Suhu kulit klien hangat, warna kulit klien normal, turgor kulit cukup, tekstur kasar,
ada lesi, tidak ada jaringan parut, tekstur rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata ,
bentuk kuku simetris, kuku klien tampak pendek.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.11 Sistem Pengindraan
Mata dan penglihatan, fungsi penglihatan klien kurang baik baik, bola mata dapat
bergerak secara normal, visus mata kiri dikaji dengan jarak 5-6 meter dengan snellen card
periksa visus OD/OS, scklera normal/putih, konjunctiva kemerahan, kornea bening klien
tidak menggunakan alat bantu penglihatan, ada nyeri,. Fungsi hidung/penciuman, simetris,
tidak ada lesi dan nyeri tekan sinus.( masukan visus berapa ? )
Keluhan lain :
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid
tidak teraba, mobilitas leher bebas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi


Pada sistem reproduksi tidak ada di lakukan pengkajian
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan suatu keadaan terbebas dari
penyakit.Sedangkan penyakit adalah keadaan dimana fisik terganggu karena terjadi proses
penyakit.
3.1.4.2 Nutrisi Metabolisme

32
Klien memiliki tinggi badan 160 Cm, berat badan sekarang 56 kg , berat badan
sebelum sakit 56 Kg, mual muntah tidak ada, kesukaran menelan tidak ada, tidak ada keluhan
lainnya.
IMT = BB : TBxTB
IMT = 56 : 160x 160 = 21,4 ( Berat badan ideal)

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x Sehari 3x Sehari

Porsi 1 Porsi 1 Porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi, Sayur, ikan, Nasi, Sayur,


buah ikan, buah

Jenis Minuman Air Putih,the Air Putih,the

Jumlah minuman/cc/24 jam 6-10 gelas 6-10 gelas

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,


malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

3.1 Tabel pola makan sehari-hari


Masalah Keperawatan :tidak ada

3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam sedangkan pada siang
hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 5-6 jam dan siang hari 1-2 jam
Masalah keperawatan:
3.1.4.4 Kognitif
klien mengatakan kurang mengetahui penyakit yang diderita saat ini.
Masalah keperawatan: defisit pengetahuan
3.1.4.5 Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Pasien mengatakan tentang keadaannya saat ini, pasien terlihat sedih pasien menyadri
bahwa klien sedang sakit pasien tetap menerima kedaannya dengan baik dan berdoa selalu
untuk kesembuhannya.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari

33
Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien hanya berbaring dan tidur,
sedangkan saat sehat klien mampu melakukan aktivitas ringan secara mandiri.Masalah
keperawatan tidak ada.
3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres
Apabila ada masalah klien menceritakan kepada keluarga

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Klien dan keluarga beragama islam dan tidak memiliki nilai-nilai/keyakinan yang
bertentangan dengan proses keperawatan. Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa Indonesia dan
jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Hubungan dengan petugas kesehatan baik
3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Tidur dan mengobrol kepada keluarga
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa di
tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
15 Oktober 2020
a. Ditemukan telur tungau pada saat dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
pada congkelan papul/vesikel.

34
b. Ditemukan tungau saat dilakukan pemeriksaan menggunakan kaca pembesar pada
sediaan kulit yang telah disikat dan ditampung di atas selembar kertas putih.
c. Hasi biopsy menunjukkan hasil positif, terdapat scabies pada kulit
d. Terdapat garis zig-zag pada persilangan terhadap terowongan saat dilakukan BIT
(Burrow Ink Test)

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Data penunjang :15 Oktober 2020
1. Ditemukan telur tungau pada saat dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
pada congkelan papul/vesikel.
2. Ditemukan tungau saat dilakukan pemeriksaan menggunakan kaca pembesar pada
sediaan kulit yang telah disikat dan ditampung di atas selembar kertas putih.
3. Hasi biopsy menunjukkan hasil positif, terdapat scabies pada kulit
4. Terdapat garis zig-zag pada persilangan terhadap terowongan saat dilakukan BIT
(Burrow Ink Test)

Nama Obat Dosis Rute Indikasi


Benzilbenzoat 10-25 %  Topikal 1.Digunakan untuk mengobati
(krotamiton)  kudis dan kutu pada rambut dan
kulit
Permethrin Dalam Topikal Digunakan untuk mengobati infeksi
bentuk krim parasit yang menyebabkan
5% gangguan pada kulit manusia.

Belerang endap 4-20 Umumnya berbentuk obat oles dan


(sulfur % dalam Topikal termasuk golongan antiparasitik.
presipitatum) bentuk Mengobati infeksi kulit (seperti
salep atau kudis)
krim

obat tablet 50 Mg Oral INTERHISTIN 50 MG TABLET


interhistin 3x1 adalah obat dengan kandungan
Mebhydrolin napadisylate.

35
Mebhydrolin napadisylate adalah
golongan anthistamin yang
digunakan untuk mengobati
berbagai jenis alergi termasuk
urtikaria, rinitis dan gatal pada
kulit. Dalam penggunaan obat ini
harus sesuai dengan petunjuk
dokter.

Palangka Raya, 15Oktober 2020


Mahasiswa,

Melatia Paska
NIM: 2018.C.10a.0977

36
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA


KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
DS :
Pasien mengeluh gatal pada beberapa
Gatal
bagian tubuhnya.
DO:
Mengaktifkan RAS
 1. Pasien menggaruk kulitnya yang gatal. 

 2. Kemerahan pada kulit. Pasien terjaga


 3. Lesi kurnikulus pada sela-sela jari Gangguan Integritas Kulit
Pasien sulit tidur
4. tangan, pergelangan tangan, siku
bagian luar, dan perut bagian bawah.

 Pustula, eksoriasis.

Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 370 C
DS : Tungau Sarcoptes Scabei
Pasien mengatakan terasa nyeri di sekitar
Kontak kulit kuat
bekas garukandan tampak memerah
Timbul reaksi alergi pada kulit
P : Timbul nyeri pada tangan dan perut
saat di garuk atau di sentuh Reaksi inflamasi Nyeri akut
Q : terasa seperti terbakar
Pelepasan mediator kimia (Histamin,
R : tangan dan perut kinin, prostatglandin)
S : Skala nyeri sedang 4 (1-10)
Prostaglandin mengiritasi ujung-
T : nyeri terasa sekitar 1-2 menit ujung syaraf nyeri
DO :
Nyeri Akut
Pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, pasien terlihat sulit tidur
Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 370 C

DS :
Pasien mengatakan kurang mengetahui
tentang penyakitnya
DO :
- Menunjukan perilaku tidak sesuai
anjuran Kurang terpaparnya informasi Defisit pengetahuan
- menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah .
- Pendidikan terakhir pasien SMP
Pasien sering bertanya-tanya tentang
penyakitnya

PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

38
2. Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan denganadanya maserasi sekunder
terhadap gatal yang ditimbulkan oleh infasi parasit..
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

39
41

Anda mungkin juga menyukai