Anda di halaman 1dari 26

GAMBARAN TINGKAT

PENGETAHUAN TENTANG SKABIES


PADA PASIEN SECARA UMUM DI
POLIKLINIK UMUM PUSKESMAS
WARUNGKIARA TAHUN 2022

Disusun Oleh :
Dr. Valencia Suwardy

Pembimbing :
dr. Moch. Riki
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG

Permasalahan utama Indonesia


(negara berkembang) penyakit
infeksi penyakit menular yang
berbasis lingkungan (Noor, 2008). Salah satunya adalah skabies. Skabies
merupakan suatu kondisi kulit yang
diakibatkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei (Sutanto, 2008).
Angka kejadian penyakit
skabies di seluruh dunia
dilaporkan ada sekitar 300
juta kasus per tahun
(Chosidow, 2006). Angka
kejadian skabies tidak
hanya terjadi pada negara
berkembang saja, namun
juga terjadi pada negara
maju, seperti di Jerman
B. RUMUSAN
MASALAH

SKABIES

Bagaimana Tingakat Pengetahuan


tentang Skabies di Poliklinik Umum di
Puskesmas Warungkiara tahun 2022
Bagaimana Tingakat Pengetahuan
tentang Skabies di Poliklinik Umum di
Puskesmas Warungkiara tahun 2022
C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum
Penulisan Minipro ini bertujuan untuk
mengetahui Gambaran Tingkat
pengetahuan tentang skabies pada
pasien secara umum di Puskesmas
Warungkiara tahun 2022.
Tujuan Khusus
Sebagai bahan pembelajaran dan
evaluasi hasil dari program yang telah
dijalankan puskesmas.
D. MANFAAT PENELITIAN

TEORITI PRAKTI
Penelitian ini Menambah khasanah
S diharapkan dapat
S pengetahuan peneliti
memberikan tentang gambaran tingkat
pengetahuan tentang
sumbangan atau skabies di Puskesmas
masukan dan tambahan Warungkiara tahun 2022..
informasi bagi
pengembang ilmu
kedokteran pada
Sebagai bahan untuk
umumnya dan studi tindakan preventif atau
bidang Ilmu Kesehatan pencegahan terhadap
Masyarakat pada Skabies.
khususnya program
kesehatan Penyakit
Menular.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Skabies

SKABIES

DEFINISI
• Skabies adalah infeksi kulit dengan gejala gatal di bagian tubuh dan
disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei (Anderson & Strowd,
2017).
ETIOLOGI
• Sarcoptes scabiei var. hominis merupakan parasit yang masuk ke
dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acari, dan super
famili Sarcoptes.
MANIFESTASI
KLINIS
Pruritus nokturna,
gatal pada malam hari

Hiposensitisasi,
menyerang secara kelompok

Kunikulus,
Terowongan

Tungau Sarcoptes scabiei


PATOGENESIS
TRANSMISI SKABIES

kontak langsung seperti kontak kulit


dengan kulit

kontak tak langsung seperti melalui


benda

Sanitasi lingkungan meliputi ketersediaan air bersih,


luas ventilasi, kepadatan penghuni kamar tidur,
kebersihan tempat tidur, dan kebersihan kamar tidur

(Kurniawan & Prabowo, 2016).


B.Personal Higine

Personal higine adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan


dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan
psikologis (Wartonah, 2010).

Faktor-faktor Kebersihan Kebersihan


personal higine pakaian kulit

Kebersihan
tangan

Kebersihan Kebersihan
handuk kaki
C. Sanitasi Lingkungan

sanitasi lingkungan adalah status


kesehatan suatu lingkungan yang Perilaku yang kurang baik akan
mencakup perumahan, pembuangan mengakibatkan perubahan ekosistem dan
kotoran, penyediaan air bersih, dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi
sebagainya lingkungan yang menyebabkan timbulnya
penyakit skabies. sanitasi lingkungan yang
mempengaruhi kejadian skabies adalah
sebagai berikut

- Ketersediaan air bersih


- Luas ventilasi
- Kepadatan penghuni kamar
- Kebersihan kamar tidur
- Kebersihan tempat tidur
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan
Penelitian
Deskriptif potong lintang (cross sectional)

Subjek
Penelitian
Pasien dengan penyakit skabies yang datang ke Poli umum
Puskesmas Warungkiara pada tahun 2022

Jumlah Sampel

Seluruh pasien skabies yaitu 25 orang


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Distribusi Kejadian Scabies
Berdasarkan buku register poli umum Puskesmas Warungkiara
pada bulan Maret 2022 didapatkan kejadian scabies sebanyak 25
responden.
GAMBARAN DISTRIBUSI KEJADIAN SCABIES BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Scabies Berdasarkan Jenis


Kelamin di Puskesmas Warungkiara Pada Bulan Maret 2022
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi (%)

1 Laki-laki 11 44
2 Perempuan 14 56
Total 25 100
GAMBARAN DISTRIBUSI KEJADIAN SCABIES BERDASARKAN UMUR
TABEL 4.1 DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN SCABIES BERDASARKAN UMUR
DI PUSKESMAS WARUNGKIARA PADA BULAN MARET 2022

No Usia Frekuensi Presentasi (%)

1 ≤ 10 - 19 tahun 7 28

2 20 - 39 tahun 14 56

≥ 40 tahun 4 16

Total 25 100
GAMBARAN DISTRIBUSI KEJADIAN SKABIES BERDASARKAN PENDIDIKAN
TABEL 4.1 DISTRIBUSI FREKUENSI KEJADIAN SKABIES BERDASARKAN
PENDIDIKAN DI PUSKESMAS WARUNGKIARA PADA BULAN MARET 2022

No Kebersihan tempat tidur Frekuensi Presentasi (%)

1 Tidak sekolah/ tidak tamat 2 8


SD
2 SD/ sederajat 5 20

3 SMP/ sederajat 9 36

4 SMA/ sederajat 8 32

5 D3/S1 1 4

Total 25 100
GAMBARAN KARAKTERISTIK PENGETAHUAN RESPONDEN

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi (%)

1 Baik 6 24

2 Cukup 7 28

3 Kurang 12 48

Total 25 100
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
KESIMPULAN

 Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan dan telah di rekapitulasi sesuai dengan
tabel di atas, maka dapat dilihat tingkat pengetahuan tentang Skabies di Poli
Umum Puskesmas Warungkiara masih kurang. Hal ini harus terus ditingkatkan
agar masyarakat khususnya masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Warungkiara
lebih mengerti tentang skabies dan cara pencegahannya.
 Alternatif pemecahan masalah pada penelitian ini adalah penyuluhan tentang
Skabies mulai dari penyebab, cara penularan hingga pengobatan sebagai upaya
untuk meningkatkan pengetahuan tentang skabies terhadap masyarakat
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Warungkiara.
SARAN

• Meningkatkan pengetahuan tentang Skabies dan patuh menjalakan pengobatan scabies sampai tuntas,
serta selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tidak terkena scabies lagi dikemudian hari.
masyarakat

• Meningkatkan pengetahuan tentang skabies dan kemampuan melakukan penjaringan terhadap


masyarakat yang berpotensi tinggi terkena skabies serta turut melakukan pengawasan terhadap proses
kader pengobatan sehingga dapat berperan aktif untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian skabies.

• Meningkatkan frekuensi dan intensitas pemantauan terhadap pasien penderita skabies dan pembinaan
terhadap para kader sehingga masyarakat dapat berperan aktif dan agresif dalam upaya menekan angka
kejadian skabies, dan menyediakan obat-obatan yang sesuai untuk penyakit Skabies, agar pasien bisa
puskesmas sembuh dengan sempurna dan tidak meningkat menjadi skabies dengan infeksi sekunder.

Anda mungkin juga menyukai