Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“SCABIES”

OLEH KELOMPOK 9 :

Meri puspita K202301096

Tri Anita sari K202301097

Nadia wahyu safitri K202301094

Shezil Alfaridza Heryanto K202301095

Isra Wahyuni K202301093

Nurul Jannah Septianir K202301098

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayahNya saya bisa menyelesaikan makalah “Scabies” ini tepat waktu yang
telah di tentukan. Shalawat beriring salam taklupa pula kita sampaikan kepada
junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan hingga zaman modern yang penuh dengan kecanggihan teknologi
seperti yang kita rasakan saat ini.

Dengan adanya kemajuan teknologi ini akhirnya saya dapat menyelesaikan


makalah ini dari berbagai referensi yang ada seperti dari buku, jurnal, dan sumber-
sumber terpercaya lainnya. Kemajuan teknologi ini tentu tidak didapatkan secara
instan ada orang-orang yang hebat sehingga bisa menemukan teknologi seperti
yang kita rasakan pada saat ini. Pada makalah ini saya akan membahas tentang
Khalifah Ali bin Abi Talib mulai dari biografinya, pemekirannya dan masih
banyak lagi yang berkaitan dengan beliau. Semoga dengan membaca makalah ini
kita bisa mendapatkan banyak informasi.

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................1
DAFTAR ISI.....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
A. Apa Pengertian Scabies........................................................................7
B. Bagaimana ciri-ciri Scabies..................................................................8
C. Apa penyebab Scabies..........................................................................9
D. Apa Tanda dan Gejalah Scabies............................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................11
Kesimpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit signifikan bagi
kesehatan masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi
morbiditas dan mortalitas global. Prevalensi scabies di seluruh dunia
dilaporkan sekitar 300 juta kasus pertahunya (Nugraheni, 2016). Penyakit
kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia, bahkan Skabies di Indonesia menduduki
urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering diderita(Aminah,
2015).
Menurut data depkes RI prevalensi penyakit kulit diseluruh Indonesia
ditahun 2012 adalah 8,46 % kemudian meningkat ditahun 2013 sebesar 9
% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit yang
tersering (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Skabies adalah penyakit kulit
menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei
var. hominis. Tungau ini tidak bisa terbang atau melompat tapi merangkak
dengan kecepatan 2,5 cm per menit pada kulit yang hangat. Tungau
skabies dapat bertahan selama 2-6 jam pada suhu ruangan dan masih tetap
mampu berpenetrasi. Skabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak
langsung dan tidak langsung (Ratnasari, 2014) .
Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh
kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat
menyerang siapa saja, tanpa memandang status sosial ekonomi, jenis
kelamin, dan tingkatan usia. Para santri di pondok pesantren juga bisa saja
terserang penyakit skabies (Muafidah, 2017). Penyakit ini sering dianggap
biasa, bahkan diremehkan oleh penderitanya. Padahal penyakit ini
berpotensi menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri yang berbahaya
(Sa’adatin, 2015). Infeksi sekunder muncul akibat luka garukan sehingga
bakteri dapat masuk melalui luka garukan dari kulit yang terbuka.

3
Sebanyak 14% santri telah mengalami infeksi sekunder, yang ditandai
dengan adanya luka bernanah pada kulit yang terinfeksi (Setyaningrum,
2016)
Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh
Sarcoptes scabei var hominis. Insiden scabies di negara berkembang
menunjukkan siklus fluktuasi atau peningkatan. Distribusi, prevalensi, dan
insiden penyakit infeksi parasit pada kulit ini tergantung dari area dan
populasi yang diteliti. Penelitian di suatu kota miskin di Bangladesh
menunjukkan bahwa semua anak usia dari 6 tahun menderita scabies, serta
di pengungsian Sierra Leone ditemukan 86% anak pada usia 5-9 tahun
terinfeksi Sarcoptes scabei.
Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita scabies
sebesar 6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Jumlah
ini mengalami peningkatan pada tahun 2012 yang jumlah penderita
scabies diperkirakan sebesar 3,6 % dari jumlah penduduk (Depkes RI,
2012). Pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
dikabupaten Jember jenis kelamin laki-laki terkena scabies lebih besar dari
pada perempuan ditunjukkan dengan hasil penelitian laki-laki 24,89% dan
perempuan 5,82% (zaelany, 2017), di Padang terdapat kejadian scabies
24,6% (Gayatri, 2013), di Yogyakarta 54,7% (Ghazali & Hilma, 2014).
Sedangkan di Boyolali penyakit scabies merupakan urutan ke 10 penyakit
menular pada tahun 2009. Penderita scabies diwilayah Boyolali tercatat
sebanyak 2.654 kasus. Hal tersebut diantaranya karena disebabkan adanya
penemuan penderita scabies secara aktif di beberapa desa endemis di
wilayah Kabupaten Boyolali (Dinkes Boyolali, 2011).
Penyakit scabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei akan
berkembang pesat jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung
dengan perilaku hidup bersih dan sehat oleh santri. Sarcoptes scabiei
menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela jari, siku,
selangkangan. Scabies banyak menyerang pada orang yang hidup dengan
kondisi personal hygiene di bawah standar atau buruk, sosial ekonomi

4
rendah, kepadatan penduduk, dan perkembangan demografik serta
ekologik. Penyebab scabies ada beberapa macam yaitu contoh kurang nya
kebersihan diri dan rendahnya tingkat perekonomian serta sanitasi
lingkungan yang kurang memadai. Handoko (2010) menyatakan scabies
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya tingkat ekonomi,
higienisitas yang buruk, hunian padat, promiskuitas seksual, tingkat
pengetahuan, usia dan kontak dengan penderita baik langsung maupun
tidak langsung.

B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Scabies ?
b. Bagaimana ciri-ciri Scabies ?
c. Apa penyebab Scabies ?
d. Apa Tanda dan Gejalah Scabies ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu Scabies
b. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri Scabies
c. Untuk mengetahui apa saja penyebab Scabies
d. Untuk mengetahui apa tanda dan gejalah pada Scabies
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Scabies

5
Scabies adalah penyakit kulit yang sangat menular pada manusia dan
mamalia lain yang disebabkan oleh tungau parasit sarcoptes scabies.
Penularan scabies yang utama adalah kontak fisik langsung. Pencegahan
kontak fisik menjadi langkah yang paling tepat untuk menekan peluang
penyebaran scabies di suatu area. Scabies adalah masalah global dan telah
dilaporkan di Taiwan (Wang et al., 2012), Norwegia (Baccouche, Sellam,
Guegan, Aractingi, & Berenbaum, 2011), Jepang (Executive Committee of
Guideline for the Diagnosis and Treatment of Scabies, 2017), dan banyak
negara berkembang (Hay, Steer, Engelman, & Walton, 2012). Scabies adalah
penyakit kulit yang sangat menular pada manusia dan mamalia lain yang
disebabkan oleh tungau parasit sarcoptes scabiei.
Scabies merupakan salah satu penyakit kulit dengan manifestasi gatal-
gatal pada kulit yang disertai dengan bintil-bintil berair yang t6disebabkan
oleh tungau penyebab scabies yaitu Sarcoptes scabei.(Gilmore, 2011; Golant
and Levitt, 2012) Penyakit ini masih menjadi suatu permasalahan di negara
berkembang. Badri,2007, mengungkapkan bahwa scabies merupakan
penyakit yang lazim di pondok pesantren dan sejauh ini belum ada kepedulian
untuk menumbuh kembangkan upaya higiene perseorangan, dalam membuat
pesan-pesan kesehatan dalam mencegah skabies. Pada dasarnya pengetahuan
tentang faktor penyebab scabies masih kurang, sehingga penyakit ini
dianggap sebagai penyakit yang biasa saja karena tidak membahayakan jiwa.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi Sarcoptes scabiei var. hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae. Skabies
dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi
sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap
tahunnya. Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh
Indonesia pada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%.
Skabies di Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit
tersering. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var. hominis beserta produknya.

6
Sinonim atau nama lain skabies adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan
gatal agogo. Skabies dapat menyebar dengan cepat pada kondisi ramai
dimana sering terjadi kontak tubuh.
Scabies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes
scabei. Penyakit scabies dapat ditularkan secara langsung (kontak kulit
dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan
seksual. Penularan secara tidak langsung (melalui benda) misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2011). Di samping itu penyakit
scabies dapat berkembang pada hygiene perorangan yang kurang baik,
lingkungan yang kurang bersih, serta kepadatan penduduk.

B. Ciri-ciri Scabies
Scabies merupakan predisposisi infeksi kulit bakteri superfisial (terutama
karena Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes). Ini dapat
menyebabkan komplikasi serius termasuk infeksi kulit dan jaringan lunak
yang parah, sepsis, glomerulonefritis, dan kemungkinandemamrematikakut.
Melansir organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala scabies baru akan
muncul setelah 4-6 minggu terinfeksi tungau scabies. Ciri-ciri scabies pada
manusia yang kerap muncul, yakni:
 Rasa gatal yang sangat parah, yang umumnya akan bertambah parah di
malam hari
 Terdapat garis pada kulit yang terasa gatal dan benjolan pada jari,
pergelangan tangan, lengan, kaki, dan area pinggang
 Terdapat benjolan yang meradang pada organ intim pria dan area
payudara wanita
 Terdapat ruam yang berukuran besar pada anak-anak dan bayi, termasuk di
area telapak tangan dan kaki, tumit, dan kulit kepala Tungau scabies akan
menggigit dan menggali ke bagian bawah kulit untuk bertelur.
Telur kemudian akan menetas dalam 3-4 hari dan berkembang menjadi
tungau dewasa dalam 1-2 minggu. Pada saat inilah, muncul reaksi alergi
karena protein dan feses yang dikeluarkan oleh tungau sehingga kulit akan

7
terasa gatal dan muncul ruam. Tungau scabies lebih aktif di malam hari
sehingga rasa gatal yang muncul akan bertambah parah.
C. Penyebab Scabies
Aristoteles (384-322 SM) dipercaya sebagai orang pertama yang
mengidentifikasi tungau penyebab scabies dengan menggambarkannya
sebagai “kutu di dalam daging” dan menyebutnya dengan istilah “akari”.
Scabies juga telah disebutkan oleh berbagai penulis, termasuk seorang tabib
yang berasal dari Arab, Abu Al Hasan Ahmad Al Tabari (±970 M), pendeta
yang bernama Hildegard (1098-1179 M), dan tabib dari bangsa Moor,
Avenzoar (1091-1162 M) (Ramos-e-Silva, 1998). Pada tahun 1678, Bonomo
dan Cestoni menggambarkan secara akurat penyebab scabies di dalam sebuah
surat yang ditujukan untuk Francesco Redi. Mereka menceritakan sifat alami
parasit, cara penularan, kemungkinan penyembuhan penyakit tersebut, dan
gambaran mikroskopik bentuk telur dan kutu dewasa Sarcoptes scabiei. Hasil
karya Bonomo dan Cestoni ini diakui sebagai deskripsi akurat parasit
penyebab penyakit infeksi yang pertama.
Selanjutnya pada tahun 1868, Hebra mempublikasikan sebuah acuan untuk
mengenali parasit penyebab scabies (Arlian, 1989; Burgess, 1994).
Celsus, tabib dari zaman Romawi kuno, merupakan orang yang pertama
kali mempopulerkan sebutan “scabies” untuk penyakit tersebut. Kata scabies
sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu scabere yang berarti menggaruk
(Roncalli, 1987; Celsus, 2014). Sedangkan nama Sarcoptes scabiei berasal
dari bahasa Yunani yaitu sarx (daging) dan koptein (menancap/memotong).
Secara harfiah skabies berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas
menggaruk kulit yang gatal tersebut. Saat ini istilah scabies berarti lesi kulit
yang muncul oleh aktivitas tungau. Penambahan kata varian hominis
menunjukkan merupakan spesies yang biasa menginfeksi manusia (Hee,
2005).
eperti yang sudah sempat disinggung sebelumnya, penyebab kudis adalah
tungau Sarcoptes scabiei. Tungau ini berukuran sangat kecil dan sulit dilihat

8
dengan mata telanjang. Karena itulah, penderita kudis awalnya tidak
menyadari keberadaan tungau pada permukaan kulitnya.
Tungau Sarcoptes scabiei akan menggigit serta tinggal di dalam kulit
penderita kudis. Kemudian, tungau Sarcoptes scabiei betina dapat membuat
lubang di permukaan kulit penderita kudis untuk meletakkan telurnya.Ketika
telur tungau sudah menetas, larvanya lalu akan muncul ke permukaan kulit
dan menyebar atau bahkan menularkannya ke orang lain. Selain karena
tungau, ada beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjangkitnya kudis
pada seseorang, yaitu:
 Melakukan kontak langsung dengan penderita kudis
 Menggunakan barang-barang tertentu, seperti sprei, bantal, atau sisir milik
orang lain
 Daya tahan tubuh yang lemah
 Menderita penyakit yang menyerang daya tahan tubuh, seperti HIV atau
AIDS, kanker, dan lain sebagainya
 Hidup secara berkelompok dengan orang lain, seperti di penjara,
pesantren, panti asuhan, dan sejenisnya
D. Tanda dan Gejala Scabies
Penyakit scabies menjadi salah satu penyakit kulit dengan insidensi dan
prevalensi yang tinggi di seluruh dunia, terutama di daerah beriklim tropis
dan subtropis (Hilma & Ghazali, 2014). Diagnosis scabies dapat ditegakkan
dengan mengecek keberadaan tungau, larva, telur atau kotoran melalui
pemeriksaan mikroskopis (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia, 2017). Menurut penelitian dari Djuanda (2010), kelainan yang
terlihat pada kulit yang ditimbulkan oleh infeksi Sarcoptes scabiei sangat
bervariasi.
Tanda utamanya yaitu pruritus nokturna, ditemukannya terowongan
(kunikulus) dan ditemukan parasit Sarcoptes scabiei. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang
memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi. Pada saat itu,
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,

9
urtikaria dan lain-lain. Garukan pada kulit dapat menimbulkan erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.
Gejala scabies seringkali dianggap sebagai impetigo atau eksim. Namun,
infeksi kulit karena tungau ini memiliki perbedaan dengan gejala penyakit
kulit menular lainnya.
Gejala kudis juga tidak langsung muncul setelah tungau masuk ke dalam
jaringan kulit.
Bagi orang yang sebelumnya tidak pernah terinfeksi tungau, tubuh
membutuhkan waktu cukup lama untuk bereaksi sampai memunculkan
gejala.
Tungau penyebab scabies rata-rata akan berinkubasi dulu selama 2 – 6
minggu sampai akhirnya memperbanyak diri di dalam kulit.
Anda bisa saja tidak menunjukkan gejala sama sekali dalam waktu lama,
tapi tetap bisa menularkan scabies kepada orang lain melalui kontak fisik
yang dekat dan berkepanjangan.Namun, jika pernah mengalami scabies atau
kudis beberapa kali, gejalanya bisa lebih cepat muncul saat Anda terinfeksi
lagi.
a. Gatal
Sebelum bintil kemerahan muncul, gejala scabies yang pertama
muncul atas infeksi tungau adalah timbulnya rasa gatal. Gejala ini bisa
sangat mengganggu karena rasa gatal terkadang bisa sangat tidak
tertahankan. Lebih jauh, ini mengganggu waktu istirahat atau membuat
penderitanya kesulitan tidur.Akibat terlalu sering menggaruk kulit karena
gatal bisa mengalami iritasi, kulit juga menjadi kering dan mengelupas.
b. Ruam kulit
Gejala kudis di permukaan kulit biasanya ditandai dengan ruam berupa
bintik-bintik merah yang menonjol (bintil) yang kerap ditemukan pada
bagian:
- sela-sela jari,
- di bawah ketiak,
- area pinggul,

10
- sekitar pergelangan tangan,
- bagian dalam siku,
- telapak kaki,
- sekitar payudara,
- sekitar organ kelamin laki-laki,
- bokong, dan
- siku.
Infeksi juga menyebabkan ruam merah di tangan berisi cairan, mirip
seperti jerawat badan. Ruam merah ini bisa ditemukan pada bagian
tubuh yang terserang scabies.
c. Papula
Tanda bahwa tungau sudah aktif bertelur di dalam kulit adalah
munculnya papula atau lubang-lubang kecil berukuran 0,1 – 1 cm,
biasanya pada bagian lipatan kulit.
Ciri-ciri scabies ini sulit dikenali karena berlangsung di dalam kulit.
Papula muncul lantaran tungau bersarang di bawah kulit.
d. Kulit kering dan berkerak
Ketika infeksi kudis sudah parah, tanda-tanda yang muncul berikutnya
adalah kerak pada permukaan kulit.Kondisi tersebut terjadi lantaran
jumlah tungau pada kulit sudah mencapa
e. Luka
Menggaruk ruam kulit yang gatal dapat menyebabkan luka. Luka bisa
menjadi pintu masuk bakteri dari luar untuk menginfeksi kulit. Rasa gatal
yang parah pada luka akan mendorong keinginan untuk menggaruk terus-
menerus.Menggaruk tanpa henti akan menyebabkan infeksi kulit makin
berkembang. Luka yang terinfeksi pun bisa membentuk nanah. ribuan dan
menyebabkan kulit kering. Rasa gatal yang menyertai gejala kulit berkerak
terasa lebih parah jika dibandingkan di awal kemunculannya.
f. Psoriasiform dermatitis

11
Scabies berkrusta yang juga dikenal dengan nama Norwegian scabies
adalah jenis penyakit kulit di mana terdapat ribuan hingga jutaan tungau
yang menginfeksi kulit.
Oleh sebab itu, bentuk gejala kudis ini begitu parah dan sangat menular.
Ciri-ciri scabies berkrusta ditandai dengan gejala yang mirip psoriasis
seperti berikut ini.
 Bintil-bintil berwarna putih mengerak di kulit.
 Permukaan kulit bersisik.
 Gejala menyebar ke seluruh tubuh.
 Rasa gatal yang tak tertahankan.
 Menurunnya kondisi kesehatan tubuh.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skabies pada manusia masih menjadi kendala bagi kesehatan
manusia .Penyakit ini harus mendapat perhatian yang serius dari lembaga-
lembaga terkaitsehingga penyebarannya tidak semakin luas .Lemahnya
piranti diagnosis dantimbulnya resistensi tungau S. scabiei terhadap
bermacam-macam akarisidalmenjadi tantangan bagi para peneliti untuk
menemukan akarisidal alternative yangaman bagi penderita dan bersifat
ramah lingkungan.
Skabies (kudis) adalah penyakit kulit yang berisifat menular yang
disebabkanoleh investasi dan sensitisasi terhadap tungau sarcoptes scabiei
varietas hominis.Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas
Arachnida, ordo Astigmata,familiSarcoptidae.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. Hominis danmerupakan
tungau kecil, Badannya transparan, berbentuk oval,
pungggungnyacembung dan perutnya rata. daur hidup Sarcoptes scabiei
dari telur hingga dewasa berlangsung selama satu bulan. Sasaran dari
Sarcoptes scabiei untuk menyebarkan penyakit yaitu manusiaGejala
seseorang terkena skabies adalah kulit penderita gatal-gatal penuh bintik-
bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan
garukankeras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi .
Penularan penyakitskabies dapat terjadi secara langsung seperti seperti

13
berjabat tangan, tidur bersamadan hubungan seksual maupun tidak
langsung misalnya melalui perlengkapantidur, pakaian atau handuk. untuk
mencegah penyebaran penyakit harus menjagakebersihan lingkungan,
rumah dan badan. Pengobatan scabies dapat dilakukan baiksecara medis
seperti Belerang endap (sulfur presipitatum), Emulsi benzil-benzoat,Gama
benzena heksa klorida, Krotamiton dan Permetrin maupun secara
tradisionalseperti daun salam, biji buah pinang dan daun buah srikaya

DAFTAR PUSTAKA
Nadiya, A., Listiawaty, R., & Wuni, C. (2020). Hubungan Personal
Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan Penyakit Scabies Pada
Santri di Pondok Pesantren Sa’adatuddaren. Contagion: Scientific
Periodical Journal of Public Health and Coastal Health, 2(2), 99-
106.
Saputra, R., Rahayu, W., & Putri, R. M. (2019). Hubungan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan timbulnya penyakit scabies pada
santri. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Rahmawati, C., Safitri, E., & Rahmayani, D. (2020). Pelatihan Pencegahan
Penularan Penyakit Scabies dan Peningkatan Hidup Bersih dan
Sehat Bagi Santriwan. Dinamisia: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(3), 470-475.
Sari, N., Alfredo, M. F., Lestari, A. D., Amanda, N. F., Azizi, P. D.,
Hotimah, H., ... & Mardhiyah, R. (2023). PENGARUH
PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN TENTANG SCABIES SANTRI PONDOK

14
PESANTREN BAROKATUL ISHLAH DESA RANTAU
KARYA. BangDimas: Jurnal Pengembangan dan Pengabdian
Masyarakat, 1(3), 6-9.
Nikmah, N., Handayani, N. I., & Firdaus, N. (2021). Analisis Personal
Hygiene Dengan Kejadian Scabies Pada Santri di Pondok
Pesantren. NURSING UPDATE: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
P-ISSN: 2085-5931 e-ISSN: 2623-2871, 12(3), 48-53.
Hidayat, U. A., Hidayat, A. A., & Bahtiar, Y. (2022). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Scabies dengan Kejadian Penyakit Scabies
pada Santri Manbaul Ulum. Jurnal Keperawatan Galuh, 4(2), 33-
38.
Griana, T. P. (2013). Scabies: Penyebab, Penanganan dan
Pencegahannya. El-Hayah, 4(1).
Itsna, I. N., Satria, R. P., Wulandari, P., & Miftahudin, M. (2023).
EDUKASI SCABIES DAN PERILAKU HIDUP BERSIH &
SEHAT (PHBS) PADA SANTRI PONDOK PESANTREN
MUHAMMADIYAH AHMAD DAHLAN BALAPULANG. JABI:
Jurnal Abdimas Bhakti Indonesia, 4(1), 62-71.

15

Anda mungkin juga menyukai