Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


Dosen Pengampuh: Drs. Hamuni, M.Hum

DISUSUN OLEH :

YUDIET PRATAMA DAHLAN (K20 23 01085)


NADIA WAHYU SAFITRI (K20 23 01094)
SHEZIL ALFARIDZA HERIYANTO (K20 23 01095)
NIA RAMADHANI A.S. (K20 23 01090)
MELANI (K20 23 01091)
SRY NURHAYU (K202 30 1086)
NABILA AULIA RAHMADANI (K20 23 01087)
DELA MARSELINDA (K20 23 01088)
WA RISNA (K20 23 01089)
LESTARI R AJU (K20 23 01092)
ISRA WAHYUNI (K20 23 01093)
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat, karunia dan hidayat
nya, serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah
“Konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi negara” ini dapat selesai sesuai dengan yang
diharapkan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunahnya. Makalah ini disusun dengan tujuan
untuk menambah wawasan khususnya mengenai pentingnya pengembangan kepribadian
untuk mahasiswa. Adapun metode yang penulis ambil dalam penyusunan makalah ini adalah
berdasarkan pengumpulan sumber informasi dari berbagai karya tulis yang berkompeten
dengan tema makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan sebagai
sumbangsi pemikiran khususnya untuk para pembaca dan tidak lupa penulis mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun isi
dari keseluruhan dari makalah ini. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan untuk kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan untuk
kedepannya.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang
sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lainnya. Pancasila merupakan
ideologi bangsa Indonesia. Merupakan ideologi negara kesatuan republik Indonesia.
Ideologi berasal dari kata “idea” cita-cita, dan “logos” ilmu. Jadi ideologi adalah cita-
cita yang harus dicapai serta sebagai dasar, pandangan, atau faham. Sebagai suatu
ideologi bangsa Indonesia maka Pancasila hakikat bukan hanya suatu hasil pemikiran
seseorang atau kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain didunia, namu
Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai
religious yang terdapat dalam pandangan hidup Masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi dan bahan
Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri.
Warga negara Indonesia harus mengetahui nilai-nilai terkandung didalam Pancasila
dan mengimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu UU tentang
Pancasila sebagai ideologi negara sangatlah penting untuk dipahami. Maka dari itu
dalam makalah ini dibahas mengenai “Pancasila sebagai ideologi negara (menelusuri
konsep serta esensi dan urgensi Pancasila)”
1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi negara

1.3. TUJUAN

Untuk mengetahui konsep urgensi Pancasila sebagai ideologi negara

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian konsep
Secara etimologis, istilah konsep berasal dari kata conceptum yang berarti sesuatu
yang dipahami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep adalahide atau
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Ia juga berartisebuah gambaran
mental dari obyek, proses, pendapat, atau apapun yang digunakanoleh akalbudi untuk
memahami hal-hallain.
Konsep (serapan dari bahasa Belanda: concept) adalah abstrak, entitas mental
yang universal yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau
hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa latin: conceptum, artinya: sesuatu yang
dipahami. Menurut Singarimbun dan Effendi, Konsep adalah sebuah istilah atau
definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak (abstraksi) suatu kejadian,
keadaan, kelompok,atau individu yang menjadiobyek.
Aristoteles dalam “The classical theory of concepts” menyatakan bahwa konsep
merupakan: penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat
pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide, gagasan, imajinasi atau
gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga
sebagai unit pecahan dari pengetahuan yang dibangun dari banyak contoh klasifikasi
karakter.Banyak contoh pengertian konsep dikemukan oleh beberapa ahli. Konsep
didefinisikan sebagai suatu arti yang memenuhi syarat sejumlah objek yang mempunyai
ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu
yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk
berpikir atau menghasilkan gagasan. Pengertian konsep yang lain adalah: sesuatu yang
umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, objek atau peristiwa, suatu
bentuk pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari
proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka
menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-
olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara
merata untuk setiap ekstensinya

B. Pancasila
Secara harfiah, “Pancasila” berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata
“panca” yang berarti lima, dan “sila” yang berarti prinsip atau dasar. Oleh karena itu,
“Pancasila” dapat diterjemahkan sebagai “Lima Prinsip” atau “Lima Dasar”.
Soekarno
Soekarno, Proklamator Republik Indonesia yang juga merupakan Bapak Proklamasi,
memberikan pemahaman yang mendalam tentang Pancasila. Menurut Soekarno, Pancasila
adalah filosofi hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ia menjelaskan bahwa Pancasila bukan hanya sekedar
dasar negara, tetapi juga merupakan panduan moral yang harus dijadikan pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Muhammad Yamin
Muhammad Yamin merupakan tokoh yang ikut berperan dalam penyusunan naskah
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, Pancasila adalah rumusan yang
menggambarkan cita-cita dan tujuan perjuangan bangsa Indonesia. Ia menekankan bahwa
Pancasila memiliki arti mendalam, yaitu menjunjung tinggi hak asasi manusia, keadilan
sosial, persatuan, dan kesatuan bangsa. Bagi Yamin, Pancasila adalah cerminan dari
semangat perjuangan kemerdekaan yang harus terus dijaga dan diperjuangkan oleh seluruh
rakyat Indonesia.
Ali Sastroamidjojo
Ali Sastroamidjojo, seorang ahli hukum dan diplomat Indonesia, memberikan
pengertian Pancasila yang lebih terfokus pada aspek politik. Menurutnya, Pancasila adalah
landasan dan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Ia menganggap Pancasila sebagai
konstitusi yang bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Ali
Sastroamidjojo juga menekankan bahwa Pancasila adalah landasan bagi pembentukan
lembaga-lembaga negara dan sistem pemerintahan yang berkeadilan.
Dr. Radjiman Wedyodiningrat
Dr. Radjiman Wedyodiningrat, salah seorang tokoh pergerakan nasional dan perumus
pertama Pancasila, memberikan pemahaman Pancasila dari sudut pandang historis. Baginya,
Pancasila adalah hasil sintesis nilai-nilai budaya Indonesia dan konsep-konsep perjuangan
nasional yang terbentuk selama ribuan tahun. Ia menggambarkan Pancasila sebagai suatu
ideologi yang mencerminkan kepribadian dan identitas bangsa Indonesia, yang mencakup
keberagaman dan keadilan.
C. Negara
Pengertian Negara Menurut Para Ahli
Menurut Prof. Miriam Budihardjo, negara merupakan organisasi yang ada di dalam suatu
wilayah yang dapat memaksakan kekuasaannya yang sah terhadap semua golongan
kekuasaan yang berada di dalamnya dan dapat menetapkan berbagai tujuan dari kehidupan
tersebut.
Menurut Prof. Nasroen, definisi sebuah negara adalah sebuah bentuk pergaulan hidup. Oleh
karena itu, sebuah negara harus ditinjau secara sosiologis agar dapat dijelaskan serta
dipahami.
Menurut Prof. Dr. Djokosoetono, SH. Yang mendefinisikan sebuah negara sebagai
organisasi manusia maupun kumpulan individu yang berada di bawah sebuah pemerintahan
yang sama.
Menurut Prof. Farid S., negara merupakan sebuah wilayah merdeka yang sudah
mendapatkan pengakuan dari negara lain serta memiliki sebuah kedaulatan.
Menurut G. Pringgodigdo, SH. Yang mendefinisikan negara sebagai sebuah organisasi
kekuasaan maupun organisasi kewibawaan yang harus persyaratan berupa berbagai unsur
tertentu.
Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH., negara merupakan sebuah organisasi yang berada
di atas kelompok maupun beberapa kelompok individu yang mendiami suatu wilayah atau
teritori tertentu bersama dan mengakui adanya sebuah pemerintahan yang bertugas untuk
mengurus tata tertib serta keselamatan sebuah kelompok maupun beberapa kelompok
individu yang ada.
Pengertian negara menurut Gettel, negara merupakan sebuah komunitas berbagai oknum
yang secara permanen mendiami suatu wilayah tertentu, menuntut secara sah akan
kemerdekaan diri dari pihak luar serta memiliki sebuah organisasi pemerintah serta hukum
yang berjalan secara menyeluruh di dalam sebuah lingkungan.
Dalam An Introduction to Politics (1951), Roger H. Soltau mengemukakan definisi negara
adalah sebuah agen maupun kewenangan yang mengatur maupun mengendalikan segala
persoalan bersama atas nama masyarakat di dalamnya.
Menurut Harold J. Laski dalam The State in Theory and Practice (1947), definisi negara
merupakan sebuah masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang sifatnya
memaksa.
Dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2007), ahli ilmu politik yaitu Miriam Budiardjo
mengemukakan rangkuman definisi dari sebuah negara menjadi, negara merupakan sebuah
daerah teritorial yang rakyat di dalamnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang berhasil
menuntut dari warga negara di dalam suatu wilayah ketaatan pada peraturan mengenai
undang-undang melalui kontrol monopolistis terhadap kekuasaan yang sah.
Pengertian Negara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat
diartikan kedalam dua hal.
1. Negara adalah sebuah organisasi yang berapa pada suatu wilayah dan memiliki
kekuasaan tertinggi secara sah serta ditaati oleh masyarakat di dalamnya.
2. Sebuah negara dapat disimpulkan sebagai kelompok sosial yang mendiami sebuah
wilayah maupun daerah tertentu yang berada di bawah lembaga politik maupun
pemerintah yang efektif, memiliki kesatuan politik, berdaulat yang memiliki tujuan
nasional yang ingin dicapai oleh suatu wilayah tersebut.

Selain itu, menurut Muh Nur El Ibrahimi mengenai pengertian negara terbagi menjadi
tiga, yang dikutip dari buku “Bentuk Negara dan Pemerintahan RI”, terdiri dari:
Sebuah bentuk organisasi yang ada pada baik satu kelompok maupun beberapa kelompok
individu yang tinggal bersama atau mendiami suatu wilayah tertentu. Selain itu, mereka juga
mengakui adanya suatu pemerintahan di dalam sebuah negara yang bertugas untuk mengurus
tata tertib serta keselamatan sekelompok maupun beberapa kelompok individu yang ada.
Sebuah perserikatan yang menjalankan sebuah pemerintahan melalui hukum yang sifatnya
mengikat masyarakat yang ada di dalamnya melalui kekuasaan untuk memaksa para
masyarakat yang ada di dalam suatu wilayah tertentu serta membedakannya dengan kondisi
masyarakat yang berada di luar wilayah tersebut untuk menciptakan ketertiban sosial.
Sebuah asosiasi yang melaksanakan penertiban di dalam sebuah kelompok masyarakat
maupun wilayah tertentu yang berdasarkan dengan sistem hukum yang sudah disahkan dan
diselenggarakan oleh sistem pemerintah yang ada.

D. Ideologi

Pengertian Ideologi – Ideologiberasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan,
pengertian. Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang
berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti
pengetahuan tentang gagasangagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau
ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan
‘idea’ disamakan artinya dengan citacita. Dalam perkembangannya terdapat pengertian
Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan
oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi yaitu
‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional
dalam masyarakat Perancis.

Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan
kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi.
Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang
manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu Ideologi secara
fungsional dan Ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat
gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling
baik. Ideologi secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang
doktriner dan Ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam Ideologi itu dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi
secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme.
Sedangkan Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi
tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum
hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu disosialisasikan secara fungsional melalui
kehidupan keluarga, system pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan sistem
politik. Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai atau aparat
pemerintah melainkan dengan pengaturan pelembagaan (internalization),contohnya
individualisme atau liberalisme. Ideologi secara struktural diartikan sebagai system
pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang
diambil oleh penguasa.

Dengan demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana dikutip oleh
Kaelan mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:

1. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;

2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan


hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang
dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa
komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis
seseorang, maka akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen
itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang
mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun
masyarakat.

Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki
dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup
mereka. Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik,
yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku
untuk memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan
berbagai dimensinya. Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk
masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa

KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara. Konsep Pancasila
sebagai Ideologi Negara Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi?
Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar pengertian ideologi.Istilah ideologi berasal
dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; dan logos yang
berarti ilmu.Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ideide (the science of ideas),
atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013: 60-61). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.
Ada beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi, yaitu sistem, arah , tujuan,
cara berpikir, program, sosial, dan politik. Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh
sebelum istilah tersebut digunakan Destutt de Tracy pada penghujung abad kedelapanbelas.
Tracy menyebut ideologi sebagai science of ideas, yaitu suatu program yang diharapkan
dapat membawa perubahan institusional bagi masyarakat Perancis. Namun , Napoleon
mengecam istilah ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka, yang tidak mempunyai
arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan ditemukan dalam
kenyataa. Jorge Larrain menegaskan bahwa konsep ideologi erat hubungannya dengan
perjuangan pembebasan borjuis dari belenggu feodal dan mencerminkan sikap pemikiran
modern baru yang kritis.Niccolo Machiav merupakan pelopor yang membicarakan persoalan
yang secara langsung berkaitan dengan fenomena ideologi. Machiavelli mengamati praktik
politik para pangeran, dan mengamati pula tingkah laku 8 manusia dalam politik, meskipun ia
tidak menggunakan istilah “ ideology ” sama sekali.
Ada tiga aspek dalam konsep ideologi yang dibahas Machiavelli, yaitu agama,
kekuasaan, dan dominasi.Machiavelli melihat bahwa orang orang sezamannya lebih dahulu
memperoleh kebebasan, hal tersebut lantaran perbedaan yang terletak dalam pendidikan yang
didasarka n pada perbedaan konsepsi keagamaan. Larrain menyitir pendapat Machiavelli
sebagai berikut .“Agama kita lebih memuliakan orang orang yang rendah hati dan tafakur
daripada orang orang yang bekerja. Agamalah yang menetapkan kebaikan tertinggi manusia
dengan kerendahan hati, pengorbanan diri dan sikap memandang rendah untuk hal hal
keduniawian. Pola hidup ini karenanya tampak membuat dunia itu lemah, dan menyerahkan
diri sebagai mangsa bagi mereka yang jahat, yang menjalankannya dengan sukses dan aman,
karena mereka itu sadar bahwa orang orang yang menjadikan s u rga sebagai tujuan pada
umumnya beranggapan bertahan itu lebih baik daripada membalas dendam, terhadap
perbuatan mereka yang tidak adil” (Larrain, 1996: 9). Sikap semacam itulah yang menjadikan
Machiavel li menghubungkan antara ideologi dan pertimbangan mengenai penggunaan
kekuatan dan tipu daya untuk mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan.Para penguasa
– pangeran – harus belajar mempraktikkan tipuan, karena kekuatan fisik saja tidak pernah
mencukupi.Machiavelli menengarai bahwa hampir tidak ada orang berbudi yang memperoleh
kekuasaan besar “hanya dengan menggunakan kekuatan yang terbuka dan tidak berkedok”,
kekuasaan dapat dikerjakan dengan baik, hanya dengan tipuan.Machiavelli melanjutkan
analisisnya tentang kekuasaan dengan mengatakan bahwa meskipun menjalankan kekuasaan
memerlukan kualifikasi yang baik, seperti menepati janji, belas kasihan, tulus
ikhlas.Penguasa tidak perlu memiliki semua persyaratan itu, tetapi dia harus tampak secara
meyakinkan memiliki kesemuanya itu (Larrain, 1996: 9). Ungkapan Machiavelli tersebut
dikenal dengan istilah adagium, “tujuan menghalalkan segala macam cara”.
1. Martin Seliger, lebih lanjut menjelaskankan bahwa ideologi sebagai sistem kepercayaan
didasarkan pada dua hal, yaitu ideologi fundamental dan ideologi operatif .Ideologi
fundamental meletakkan preskripsi moral pada posisi sentral yang didukung oleh
beberapa unsur, yang meliputi: deskrip si, analisis, preskripsi teknis, pelaksanaan, dan
penolakan. Ideologi operatif meletakkan preskripsi teknis pada posisi sentral dengan
unsur unsur pendukung. Meliputi :deskripsi, analisis, preskripsi moral, pelaksanaan, dan
penolakan.
2. Alvin Gouldner: Ideologi sebagai Proyek Nasional Gouldner mengatakan bahwa ideologi
merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara baru dalam wacana politis. Wacana
tersebut melibatkan otoritas atau tradisi atau retorika emosi. Lebih lanjut, Gouldner
mengatakan bahwa ideologi harus dipisahkan dari kesadaran mitis dan religius, sebab
ideologi itu merupakan suatu tindakan yang didukung nilai-nilai logis dan dibuktikan
berdasarkan kepentingan sosial. Gouldner juga mengatakan bahwa kemunculan ideologi
itu tidak hanya dihubungkan dengan revolusi komunikasi, tetapi juga dihubungkan
dengan revolusi industri yang pada gilirannya melahirkan kapitalisme.
3. Paul Hirst: Ideologi sebagai Relasi Sosial Hirst meletakkan ideologi di dalam kalkulasi
dan konteks politik. Hirst menegaskan bahwa ideologi merupakan suatu sistem gagasan
politis yang dapat digunakan dalam perhitungan politis. Lebih lanjut, Hirst menegaskan
bahwa penggunaan istilah ideologi mengacu kepada kompleks nir-kesatuan (non-unitary)
praktik sosial dan sistem perwakilan yang mengandung konsekuensi dan arti politis
(Thompson, 1984:94-95). Untuk lebih memperdalam pemahaman, berikut ini beberapa
corak ideologi.
a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial
politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara.
b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta
mengutamakan nilai tertentu yang memengaruhi kehidupan sosial, politik, budaya.
c. Suatu 10 model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya ideologi pembangunan.
d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok (Sastrapratedja, 2001: 45-46)
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai