Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH BANGSA

Disusunoleh :

Alika Samira Nisyah K14190006

Harsandi Tri Indratma H24190094

Khafidz Islami Satria H24190068

Moh. Thafqanul Hafid Ahza Z. H34190116

Tania Azzahra Putri H44190035

Yuninda Arinda Putri H54190033

NamaDosenPembimbing :Ir. UjangSehabudin, M.Si

Program Pendidikan Kompetensi Umum

IPB University

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pancasila
Sebagai Falsafah Bangsa” tepat pada waktunya.

Karya tulis ini ditulis dengan harapan pemaknaan Pancasila sebagai falsafah
bangsa dapat diresapi semua kalangan yang membaca makalah ini. Selain itu,
makalah ini juga mengobservasi bagaimana penerapan pemahaman Falsafah
Pancasila dalam lingkungan mahasiwa kampus IPB dengan tujuan mengevaluasi kita
semua apakah Falsafah Pancasila sudah menjadi bagian krusial dalam hidup kita
sehari-hari.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai ideology atau falsafah bangsa adalah nilai-nilai krusial


yang seharusnya diresapi, dipahami, dan di realisasikan oleh setiap warga Negara
Indonesia sebagaimana . Secara luas pengertian Pancasila Sebagai Ideologi
Negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang
menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan,
berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah sebagai sarana
pemersatu masyarakat, sehingga dapat dijadikan prosedur penyelesaian konflik,
dapat kita telusuri dari gagasan para pendiri negara Indonesia tentang pentingnya
mencari nilai-nilai bersama yang dapat mempersatukan berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.Pancasila seolah-olah mulai terlupakan sebagai sebuah
ideologi negara. Pemerintah dan seluruh pihak diharapkan mengembalikan
Pancasila menjadi ideologi.
Sejak Orde Baru, Pancasila dilupakan sebagai ideologi negara. Orde
Reformasi juga ikut melupakan,selama ini Pancasila mengalami proses
pendangkalan, bahkan pendistorsian nilai-nilai. Pasalnya, Pancasila hanya
dipahami sebagai rumusan sila-sila tanpa makna. Selain rumusan lima sila, tidak
ada dokumen lain yang dapat dibaca oleh bangsa Indonesia untuk memahami
makna filosofi yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
Karenanya, makalah ini kami buat agar kita semua dapat lebih memahami
bagaimana makna sebenarnya Pancasila sebagai Falsafah dan Ideologi bangsa.
1.2 Tujuan
Di akhir studi pustaka ini diharapkan kami dapat member pemahaman dan
mendorong pembaca untuk menerapkan nilai-nilai mengenai Pancasila Sebagai
Falsafah Bangsa.

1.3 Rumusan Masalah


a. Bagaimana makna Pancasila sebagai Falsafah Negara Indonesia?
b. Bagaimana penerapan Pancasila sebagai Falsafah Negara Indonesia di
lingkungan mahasiwa?
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Filsafat
Istilah 'filsafat' Berasal Dari bahasa yunani, ( philosophia ), tersusun
Dari kata philos Yang Berarti Cinta atau philia Yang Berarti persahabatan,
tertarik ditunjukan kepada Dan kata sophos yang Berarti kebijaksanaan,
Pengetahuan, ketrampilan, Pengalaman Praktis, inteligensi (Bagus, 1996: 242)
.
Dalam Kamus Filsafat, Bagus (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai
sebuah pencarian. Beranjak dari makna percakapan filsafat akan membantah,
menurut Bagus (1996: 242-243), makna itu menunjukkan manusia tidak
pernah penuh dengan pengertian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
perbincangan, namun terus-menerus berusaha mendorongnya.
Menurut Condra Antoni (2010) sebagai tinjauan teori, filsafat
pancasila dapat dipahami dengan lebih mudah dengan cara melihat nilai-nilai
yang terkandung dalam kata filsafat dan ideologi itu sendiri.
Menurut Prof. Kaelan (2007) bahwa sebenarnya filsafat itu mudah
dipahami.Dalam kehidupan sebenarnya manusia senantiasa
berfilsafat. Misalnya, jika seseorang berpikir tentang kesenangan dunia
merupakan nilai penting dan tertinggi dalam kehidupan, maka ia bisa disebut
hedonisme. Begitupun jika seseorang berpikir tentang kebebasan individu
adalah nilai tertinggi berbangsa dan bernegara maka ia bisa disebut berfilsafat
liberealisme.
2.2 Toleransi
Toleransi secara bahasa berasal dari dari bahasa Inggris “ tolarance”
yang berarti membiarkan. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap
atau sifat toleran, mendiamkan membiarkan (KKBI, 1989:955 ).
Toleransi menurut istilah berarti mbiarkan, membolehkan,
menghargai pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan
pendiriannya sendiri. Misal agama, ras, ideologi,dll (Poerdawarminta,
1976:829).
Sedangkan menurut Tillman adalah saling menghargai melalui
pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode menuju
kedamaian. Toleransi disebut sebagai faktor esensi dalam
perdamaian.(Tillman, 2004:95)
Pada intinya toleransi adalah sikap atau sifat menghargai. Sikap dan
sifat menghargai harus ditunjukkan oleh siapapun terhadap bentuk pluralitas
yang ada di Indonesia. Sebab toleransi merupakan sikap yang sederhana akan
tetapi, mempunyai dampak positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan
kerukunan masyarakat pada khususnya. Tidak ada sifat toleransi dapat
menyebabkan konflik yang tidak diharapkan.
Pelaksanaan sikap toleransi ini haruslah dibarengi dengan kelapangan
dada terhadap yang lain dengan memegang prinsip-prinsip yang dipegang diri
sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut.(Daud Ali,
1989:83). Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan
prinsip dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa
mengorbankan prinsip sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Makna Pancasila sebagai Falsafah Negara Indonesia


Dalam memorandum DPRGR 9 Juli 1966, yang disahkan oleh MPRS dengan
ketetapannya Nomor XX/MPRS/1966, Pancasila adalah pandangan hidup bangsa
Indonesia yang telah dimurnikan dan dipadatkan menjadi dasar falsafah negara RI.
Pandangan hidup yaitu pandangan dunia atau way of life, yaitu bagaimana cara
menjalani kehidupan.

Sebagai falsafah hidup atau pandangan hidup, Pancasila mengandung


wawasan dengan hakikat, asal, tujuan, nilai, dan arti dunia seisinya, khususnya
manusia dan kehidupannya, baik secara perorangan maupun sosial. Falsafah hidup
bangsa mencerminkan konsepsi yang menyeluruh dengan menempatkan harkat dan
martabat manusia sebagai faktor sentral dalam kedudukannya yang fungsional
terhadap segala sesuatu yang ada.

Ini berarti bahwa wawasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
secara kultural diinginkan agar tertanam dalam hati sanubari, watak, kepribadian serta
mewarnai kebiasaan, perilaku dan kegiatan lembaga-lembaga masyarakat. Kelima
nilai dasar yang tercakup dalam Pancasila memberikan makna hidup dan menjadi
tuntutan serta tujuan hidup. Dengan kata lain Pancasila merupakan cita-cita moral
bangsa Indonesia yang mengikat seluruh warga masyarakat, baik secara perorangan
maupun sebagai kesatuan bangsa.

Pancasila sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa Indonesia


merupakan inti semangat bersama dari berbagai moral yang secara nyata terdapat di
Indonesia. Seperti diketahui, di tanah air kita terdapat berbagai ajaran moral sesuai
dengan adanya berbagai agama dan kepercayaan serta adat istiadat. Setiap moral itu
mempunyai corak sendiri , berbeda satu sama lain, dan hanya berlaku pada umatnya
yang bersangkutan. Namun, dalam moral-moral itu terdapat unsur bersama yang
bersifat umum dan mengatasi segala paham golongan. Moral Pancasila mampu
mengatasi segala golongan dan bersifat nasional.

Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi


moral kehidupan negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan
negara menghargai dan menaati prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai
konsekuensinya, negara tunduk kepada moral dan wajib mengamalkannya. Moral
menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan negara sehingga perlu dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan.

Moral Pancasila memberikan inspirasi dan menjadi pembimbing dalam


pembuatan undang-undang yang mengatur kehidupan negara, menetapkan lembaga-
lembaga negara dan tugas mereka masing-masing, serta hubungan kerja sama
diantara mereka, hak-hak dan kedudukan warga negara, dan hubungan warga negara
dan negara dalam iklim semangat kemanusiaan.

Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus
dijadikan norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum positif
selama norma itu mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat.
Sementara itu, masalah yang semata-mata batiniah merupakan urusan pribadi warga
negara. Hal ini harus senantiasa diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengaturan negara terhadap peri kehidupan bangsa.

Oleh karena itu, tampaklah bahwa materi perundang-undangan terbatas pada


moral bersama rakyat (Public morality). Sehubungan dengan pengamalan Pancasila
dalam konteks moral perorangan, negara wajib menciptakan suasana yang mampu
memupuk budi pekerti luhur dengan baik. Dalam penjelasan umum UUD 1945
dengan tepat ditandaskan bahwa “undang-undang dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal itu dapat
dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia.

Kemudian, melihat lebih jauh tentang Pancasila bahwa pancasila sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia (NKRI) mempunyai susunan lima sila yang
merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta memiliki sifat dasar kesatuan yang
mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus
juga sebagai makhluk sosial. Disamping itu, kedudukannya sebagai makhluk pribadi
yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai makhluk Tuhan.

Konsekuensi dari hal tersebut tentu saja bahwa segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat
manusia yang monodualis tersebut. Sebagai mahasiwa, sudah hakikatnya kita
menerapkan nilai- nilai Pancasila tsb. Dimulai dari cara kita berpikir dan menanggapi
konflik sosial yang serius bahkan hal yang paling sederhana sekalipun

Selanjutnya, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi
bangsa Indonesia. Hal tersebut memiliki arti bahwa dalam setiap aspek masyarakat
harus menjabarkan dan mengambil sumber dari nilai-nilai Pancasila. Hal ini
sebagaimana juga yang terjadi pada kami, mahasiswa baru, pada masa pengenalan
kampus mahasiswa baru (MPKMB) kemarin. Pada hari pra-MPKMB kami diberi
pelatihan dasar bela Negara oleh TNI. Bahkan, dalam hal-hal sederhana seperti
susunan acara pembukaan suatu acara pun telah terikat dengan nilai-nilai Pancasila
sebagaimana adanya 5 unsur sila tersebut yang diwakilkan oleh lagu kebangsaan.

3.2. Penerapan Pancasila sebagai Falsafah Negara Indonesia di lingkungan


mahasiwa

Dengan segala pemahaman tersebut, maka kita sebagai individu perlu


berpartisipasi dalam perwujudannya. Dan penerapan hal ini di lingkungan mahasiswa
dapat diterapkan salah satunya dengan toleransi. Di lingkungan kampus- kampus
besar contohnya saja IPB, mahasiswanya sangat multicultural, datang segala penjuru
nusantara. Dengan banyaknya mahasiswa yang datang dari segala penjuru Indonesia
itu tentunya memiliki banyak keragaman dari budaya, suku, ras, dan masih banyak
lagi diantaranya. Namun perbedaan tersebut bukanlah menjadi perpecahan bagi para
mahasiswa, malah sebaliknya perbedaan tersebut haruslah diterima dan dihargai oleh
para mahasiswa ,karena kita adalah Indonesia yang memiliki semboyan Bhinneka
Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua. Berikut adalah beberapa
penerapan nilai Pancasila di lingkup mahasiswa :

1. Kerukunan antar umat beragama.


Bisa dilihat dari poin sebelumnya yaitu toleransi, di lingkungan perkuliahan
tentunya banyak memiliki keragaman. Dari banyak keragaman itu salah
satunya adalah keragaman umat beragama. Dengan banyaknya agama yang
beragam menempati suatu wilayah tentunya harus ada kerukunan antar umat
beragama yang tinggal di wilayah tersebut. Penerapannya adalah dengan
menghargai saat orang lain beribadah, tidak membeda-bedakan teman yang
berbeda keyakinan, dan juga tidak memaksakan orang lain untuk beribadah
dan menerima ajaran agama yang sesuaidengan kita.
2. Menaati peraturan.
Di lingkungan perkuliahan tentunya terdapat peraturan yang mengharuskan
para mahasiswa untuk menaatinya. Dari poin ini, tentunya menjadi kewajiban
bagi para mahasiswa untuk menaati segala peraturan yang ada. Contohnya
pakaian saat berkuliah. Disini para mahasiswa diwajibkan untuk memakai
baju berkerah selama kuliah. Sebagai seseorang yang taat pada hukum,
tentunya kita wajib untuk menjalani dan melaksanakan peraturan yang
berlaku.
3. Rasa cinta tanah air.
Para pahlawan dan pendiri bangsa Indonesia tentunya telah berjuang
mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia. Hal inilah yang
harus kita jaga dan pertahankan sebagai seorang generas ipenerus bangsa.
Rasa cinta kepada tanah air tentunya menjadi suatuhal yang harus terus-
menerus ditanamkan di lingkungan mahsiswa agar kita bangga menjadi
Indonesia. Di era modern seperti saat ini menunjukkan rasa cinta tanah air
tidaklah harus berpartisipasi di peperangan ataupun tergabung menjadi
aparatur sipil negara, tapi dengan menggunakan produk dalam negeri
dibandingkan dengan produk luar negeri ataupun dengan menjaga nama baik
Indonesia di mata dunia, terutama di era globalisasi dimana persaingan anta
rnegara dapat terjadi dengan sangat mudah.
4. Bermusyawarah. Di dalam kehidupan mahasiswa tentunya sering terjadi
perbedaan pendapat dan juga masalah-masalah. Bermusyawarah adalah cara
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dan masalah
tersebut. Cara ini adalah cara yang sesuai dengan pengamalan Pancasila
karena Pancasila mengajarkan kita bahwa penyelesaian masalah harus
diselesaikan dengan cara berdiskusi untuk mencapai mufakat dan juga tidak
menggunakan cara kekerasan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa sikap intoleransi di Indonesia


masih sering terjadi. Paradigma dan stereotype masyarakat terhadap ”ciri khas” suatu
suku masih kental dan sulit untuk dimaklumi. Seperti yang sudah dikatakan
sebelumnya, hal ini sangat bertentangan dengan makna Pancasila, terkhusus pada sila
kedua. Sisi kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban nihil ditemukan. Masyarakat
seharusnya dapat meningkatkan kesadaran sosial mereka akan keadilan
bermasyarakat dengan mengurangi perlakuan rasisme. Hal itu dapat dilakukan
dengan kembali mengilas balik nilai-nilai praksis Pancasila dan menerapkannya
dalam kehidupan bermasyarakat.

4.2 Saran

Setelah kita dihidangkan berita yang tidak terpuji akhir-akhir ini, kita
diingatkan kembali akan adanya suara dari dalam badan Pancasila, yang tidak
menyukai ketidakadilan dalam badan dan anggota bangsa yang berpedoman padanya.
Dan itu hidup di dalam setiap kita yang sungguh-sungguh mau membuka hati dan
budi untuk memahami dan belajar dari para Pejuang bangsa ini. Dengan menjunjung
tinggi harkat dan martabat bangsa ini, sehingga NKRI bukan menjadi tempat
pembantaian kecil-kecilan saudara saudari sendiri, tetapi hendaknya menjadi payung
kebahagiaan bagi warga negara yang bernaung di bawahnya.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2019/08/19/kronologis-dan-duduk-
perkara-dugaan-persekusi-mahasiswa-papua-di-jatim-hingga-kerusuhan-di-
manokwari?page=4

https://cnnindonesia.com/nasional/20190819072043-20-422556/kronologi-
pengepungan-asrama-papua-surabaya-versi-mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai