Pancasila Sebagai Falsafah Bangsa Kelompok 2
Pancasila Sebagai Falsafah Bangsa Kelompok 2
Disusunoleh :
IPB University
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Pancasila
Sebagai Falsafah Bangsa” tepat pada waktunya.
Karya tulis ini ditulis dengan harapan pemaknaan Pancasila sebagai falsafah
bangsa dapat diresapi semua kalangan yang membaca makalah ini. Selain itu,
makalah ini juga mengobservasi bagaimana penerapan pemahaman Falsafah
Pancasila dalam lingkungan mahasiwa kampus IPB dengan tujuan mengevaluasi kita
semua apakah Falsafah Pancasila sudah menjadi bagian krusial dalam hidup kita
sehari-hari.
PENDAHULUAN
2.1 Filsafat
Istilah 'filsafat' Berasal Dari bahasa yunani, ( philosophia ), tersusun
Dari kata philos Yang Berarti Cinta atau philia Yang Berarti persahabatan,
tertarik ditunjukan kepada Dan kata sophos yang Berarti kebijaksanaan,
Pengetahuan, ketrampilan, Pengalaman Praktis, inteligensi (Bagus, 1996: 242)
.
Dalam Kamus Filsafat, Bagus (1996: 242) mengartikan filsafat sebagai
sebuah pencarian. Beranjak dari makna percakapan filsafat akan membantah,
menurut Bagus (1996: 242-243), makna itu menunjukkan manusia tidak
pernah penuh dengan pengertian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
perbincangan, namun terus-menerus berusaha mendorongnya.
Menurut Condra Antoni (2010) sebagai tinjauan teori, filsafat
pancasila dapat dipahami dengan lebih mudah dengan cara melihat nilai-nilai
yang terkandung dalam kata filsafat dan ideologi itu sendiri.
Menurut Prof. Kaelan (2007) bahwa sebenarnya filsafat itu mudah
dipahami.Dalam kehidupan sebenarnya manusia senantiasa
berfilsafat. Misalnya, jika seseorang berpikir tentang kesenangan dunia
merupakan nilai penting dan tertinggi dalam kehidupan, maka ia bisa disebut
hedonisme. Begitupun jika seseorang berpikir tentang kebebasan individu
adalah nilai tertinggi berbangsa dan bernegara maka ia bisa disebut berfilsafat
liberealisme.
2.2 Toleransi
Toleransi secara bahasa berasal dari dari bahasa Inggris “ tolarance”
yang berarti membiarkan. Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap
atau sifat toleran, mendiamkan membiarkan (KKBI, 1989:955 ).
Toleransi menurut istilah berarti mbiarkan, membolehkan,
menghargai pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan
pendiriannya sendiri. Misal agama, ras, ideologi,dll (Poerdawarminta,
1976:829).
Sedangkan menurut Tillman adalah saling menghargai melalui
pengertian dengan tujuan kedamaian. Toleransi adalah metode menuju
kedamaian. Toleransi disebut sebagai faktor esensi dalam
perdamaian.(Tillman, 2004:95)
Pada intinya toleransi adalah sikap atau sifat menghargai. Sikap dan
sifat menghargai harus ditunjukkan oleh siapapun terhadap bentuk pluralitas
yang ada di Indonesia. Sebab toleransi merupakan sikap yang sederhana akan
tetapi, mempunyai dampak positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan
kerukunan masyarakat pada khususnya. Tidak ada sifat toleransi dapat
menyebabkan konflik yang tidak diharapkan.
Pelaksanaan sikap toleransi ini haruslah dibarengi dengan kelapangan
dada terhadap yang lain dengan memegang prinsip-prinsip yang dipegang diri
sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut.(Daud Ali,
1989:83). Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan
prinsip dan menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa
mengorbankan prinsip sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
Ini berarti bahwa wawasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
secara kultural diinginkan agar tertanam dalam hati sanubari, watak, kepribadian serta
mewarnai kebiasaan, perilaku dan kegiatan lembaga-lembaga masyarakat. Kelima
nilai dasar yang tercakup dalam Pancasila memberikan makna hidup dan menjadi
tuntutan serta tujuan hidup. Dengan kata lain Pancasila merupakan cita-cita moral
bangsa Indonesia yang mengikat seluruh warga masyarakat, baik secara perorangan
maupun sebagai kesatuan bangsa.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus
dijadikan norma yuridis. Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum positif
selama norma itu mengatur tindakan-tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat.
Sementara itu, masalah yang semata-mata batiniah merupakan urusan pribadi warga
negara. Hal ini harus senantiasa diperhatikan dalam pelaksanaan pembinaan dan
pengaturan negara terhadap peri kehidupan bangsa.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal itu dapat
dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya adalah manusia.
Kemudian, melihat lebih jauh tentang Pancasila bahwa pancasila sebagai dasar
filsafat negara Republik Indonesia (NKRI) mempunyai susunan lima sila yang
merupakan suatu persatuan dan kesatuan, serta memiliki sifat dasar kesatuan yang
mutlak, yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus
juga sebagai makhluk sosial. Disamping itu, kedudukannya sebagai makhluk pribadi
yang berdiri sendiri, sekaligus sebagai makhluk Tuhan.
Konsekuensi dari hal tersebut tentu saja bahwa segala aspek dalam
penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat
manusia yang monodualis tersebut. Sebagai mahasiwa, sudah hakikatnya kita
menerapkan nilai- nilai Pancasila tsb. Dimulai dari cara kita berpikir dan menanggapi
konflik sosial yang serius bahkan hal yang paling sederhana sekalipun
Selanjutnya, seluruh nilai-nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi
bangsa Indonesia. Hal tersebut memiliki arti bahwa dalam setiap aspek masyarakat
harus menjabarkan dan mengambil sumber dari nilai-nilai Pancasila. Hal ini
sebagaimana juga yang terjadi pada kami, mahasiswa baru, pada masa pengenalan
kampus mahasiswa baru (MPKMB) kemarin. Pada hari pra-MPKMB kami diberi
pelatihan dasar bela Negara oleh TNI. Bahkan, dalam hal-hal sederhana seperti
susunan acara pembukaan suatu acara pun telah terikat dengan nilai-nilai Pancasila
sebagaimana adanya 5 unsur sila tersebut yang diwakilkan oleh lagu kebangsaan.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Setelah kita dihidangkan berita yang tidak terpuji akhir-akhir ini, kita
diingatkan kembali akan adanya suara dari dalam badan Pancasila, yang tidak
menyukai ketidakadilan dalam badan dan anggota bangsa yang berpedoman padanya.
Dan itu hidup di dalam setiap kita yang sungguh-sungguh mau membuka hati dan
budi untuk memahami dan belajar dari para Pejuang bangsa ini. Dengan menjunjung
tinggi harkat dan martabat bangsa ini, sehingga NKRI bukan menjadi tempat
pembantaian kecil-kecilan saudara saudari sendiri, tetapi hendaknya menjadi payung
kebahagiaan bagi warga negara yang bernaung di bawahnya.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2019/08/19/kronologis-dan-duduk-
perkara-dugaan-persekusi-mahasiswa-papua-di-jatim-hingga-kerusuhan-di-
manokwari?page=4
https://cnnindonesia.com/nasional/20190819072043-20-422556/kronologi-
pengepungan-asrama-papua-surabaya-versi-mahasiswa