IDENTITAS PENDERITA
-
Nama
: An. R
Umur
: 5 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
No CM
: 31.42.33
Tanggal masuk
: 16 Agustus 2014
Nama ayah
: Tn. A
Umur ayah
: 44 tahun
Bangsa/Suku
: Betawi
Pekerjaan ayah
: Karyawan Swasta
Nama ibu
: Ny. A
Umur ibu
: 38 tahun
Bangsa/Suku
: Betawi
Pekerjaan ibu
hampir seluruh tubuh. Muntah (-), batuk (-), pilek (-),nyeri telan (-), nyeri
perut (-).
Riwayat Prenatal
Ibu periksa di rs. Riwayat penyakit selama kehamilan tidak ada. Riwayat perdarahan
saat kehamilan disangkal. Meminum vitamin dan tablet penambah darah selama
kehamilan.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
No Kehamilan dan kelahiran
1
Tanggal lahir
Umur
Sangkaan
meninggal meninggal
3600 gram,
panjang: 49 cm.
Riwayat imunisasi
imunisasi dasar lengkap sesuai umur.
2
Tengkurap
Gigi pertama
Jalan sendiri
Bicara
Duduk
: 4 bulan
: 6 bulan
: 1 tahun
: 1 tahun
: lupa
Riwayat KB
Ibu penderita tidak menggunakan KB.
PEMERIKSAAN FISIK
a. ( tanggal 16 Agustus 2014) Laki-laki , 5 tahun 3 bulan, 19 kg.
Tanda vital:
Status Generalis :
-
Kepala
: Normochepal
Rambut
: Hitam
Kulit
Mata
Hidung
Telinga
Bibir
Lidah
: tidak kotor
Gigi
: karies(+)
Leher
Dada
Paru :
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi :
-
Abdomen
o Inspeksi
: datar
o Palpasi
.
Alat kelamin
Anggota gerak
Superior
Inferior
Sianosis
-/-
-/-
Edema
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Capillary refill
< 2 detik
<2 detik
Muscle weakness
+/+
+/+
Reflek fisiologis
+N/+N
+N/+N
Reflek patologis
-/-
-/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(16 Agustus 2014)
-
Darah rutin
o Hb
: 8,8 g %
o Ht
: 29 %
o MCV
: -
o MCH
: -
o MCHC
: -
o Eritrosit
: -
o Leukosit
: 21.100 / ul
o Trombosit
: 466.000/ ul
o Kalium
o Natrium
o Chlorida
(17Agustus 2014 )
-
Darah lengkap
o Hb
: 8,8 g %
o Ht
: 29 %
o LED
: 40 mm
o MCV
:-
o MCH
:-
o MCHC
:-
o Leukosit
: 10.200 / ul
o Trombosit
: 369.000/ ul
urine lengkap :
5
o warna
: kuning
o kejernihan : jernih
o Ph
: asam
o Eritrosit
: - /lpb
o Leukosit
: 1-2 / lpb
o Kristal
:-
o Silinder
:-
o Epitell/cell : +
Darah rutin
o Hb
: 8,6 g %
o Ht
: 29 %
o MCV
: 63,7 fl
o MCH
: 19,2 pg
o MCHC
: 30,1 g/dl
o RDW
: 16,7 %
o Eritrosit
: 4.490.000 / mm3
o Leukosit
: 7600 /ul
o Trombosit
: 384.000/ ul
o Leukosit
Hematologi Khusus
o Iron Serum
o TIBC
o Feritin
: 18.61 ng/ml (6 60 )
Diagnosis Kerja
1. Kejang Demam Complex susp meningensefalitis
2. Anemia Defisiensi Besi
Diagnosis Banding
1. Meningo ensephalingitis
2. Thalasemia minor
3. Anemia Penyakit Kronik
DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif
1.
Kejang
Demam 16
Complex
2
Anemia
Tanggal
No Masalah pasif
agustus 3.
2014
defisiensi 18
Besi
Sosial
kurang
tanggal
ekonomi 16
agustus
2014
Agustus
2014
INITIAL PLAN
1.
Planning Diagnosis
Planning Terapi
Medikamentosa
Inj. Cefotaxim 2 x 250 mg
Paracetamol 3 x 1 cth
Bila kejang dilantin 150 mg (IV)
Domperidon 3 x 1 cth
Inj. Cefotaxim 2 x 750 mg (IV)
Syr Cefadroxil 2x cth II
Planning Diagnosis
Planning Terapi
Medikamentosa
Tidak ada terapi
KOMPLIKASI
o Kejang demam complex susp Meningensefalitis
kejang serebral
a. akut
infeksi
o infeksi intracranial :
meningitis,
ensefalitis,
Gangguan elektrolit
Gangguan metabolic
PROGNOSIS
1. Kejang Demam Complex susp Meningoensephalingitis
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Ad Functionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah berkurang
sehingga kapasitas oksigen yang ditransfer idak memenuhi kebutuhan fisiologis
tubuh.
Anemia merusak kemampuan tubuh untuk pertukaran gas, dan mengurangi jumlah
sel darah merah mengangkut O2 dan CO2.
Anemia terjadi karena :
MENGURANGI
KEMAMPUAN FISIK
PERKEMBANGAN SEX
DAN REPRODUKSI
MENGURANGI
PERKEMBANGAN
KONGNITIF
Hilangnya kosentrasi
gangguan presepsi
kemampuan belajar berkurang
EPIDEMIOLOGI
10
Age groups
No
Mild
Anaemia
Moderate Severe
11
1010.9
79.9
<7
11.5
1111.4
810.9
<8
12
1111.9
810.9
<8
12
1111.9
810.9
<8
Pregnant women
11
1010.9
79.9
<7
Men
13
1112.9
810.9
<8
79
69.5
55.3
11
56
58.7
63.2
Adolescent Girls
1214 years
68.6*
1517 years
69.7*
1519 years
55.8
Source: NFHS-3
*National Nutrition Monitoring Bureau Survey (NNMBS), 2006
KLASIFIKASI ANEMIA
1. Anemia normositik normokrom
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung
hemoglobin dalam jumlah normal.
MCV = 84-96 fL dan MCHC = 32-36%
Contoh anemia jenis ini adalah anemia pada :
Perdarahan akut
Penyakit kronik
Anemia hemolitik
Anemia aplastik
Talasemia
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini
umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin
dan vasokonstriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena
faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan distribusi kapiler mempengaruhi
warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan.
Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Pada umumnya anemia yang terjadi diakibatkan defisiensi nutrisi seperti
defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B12. Dalam referat ini dibahas lebih lanjut
mengenai anemia defisiensi Fe.
PATOFISIOLOGI
A. Pembentukan Hemoglobin
Sel darah merah manusia dibuat dalam sumsum tulang.Dalam keadaan biasa
(tidak ada anemi, tak ada infeksi, tak ada penyakit sumsum tulang), sumsum tulang
memproduksi 500 x109 sel dalam 24 jam.Hb merupakan unsur terpenting dalam
plasma eritrosit. Molekul Hb terdiri dari :
1. Globin
2. Protoporfirin
3. Besi (Fe)
13
B. Metabolisme Besi
Pengangkutan besi dari rongga usus hingga menjadi transferin merupakan
suatu ikatan besi dan protein di dalam darah yang terjadi dalam beberapa tingkatan.
Besi dalam makanan terikat pada molekul lain yang lebih besar di dalam lambung
besi akan dibebaskan menjadi ion feri oleh pengaruh asam lambung (HCl). Di dalam
usus halus, ion feri diubah menjadi ion fero oleh pengaruh alkali.Ion fero inilah yang
kemudian diabsorpsi oleh sel mukosa usus. Sebagian akan disimpan sebagai
persenyawaan feritin dan sebagian lagi masuk ke peredaran darah yang berikatan
dengan protein, disebut transferin. Selanjutnya transferin ini dipergunakan untuk
sintesis hemoglobin.11,12
14
Sebagian dari transferin yang tidak terpakai akan disimpan sebagai labile iron
pool. Ion fero diabsorpsi jauh lebih mudah daripada ion feri, terutama bila makan
mengandung vitamin atau fruktosa yang akan membentuk suatu kompleks besi yang
larut , sedangkan fosfat, oksalat dan fitat menghambat absorpsi besi.3,12
Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit. Besi yang dilepaskan pada pemecahan
hemoglobin dari eritrosit yang sudah mati akan masuk kembali ke dalam iron
pool dan akan dipergunakan lagi untuk sintesis hemoglobin. Jadi di dalam tubuh
yang normal kebutuhan akan besi sangat sedikit. Kehilangan besi melalui urin, tinja,
keringat, sel kulit yang terkelupas dan karena perdarahan sangat sedikit. Oleh karena
itu pemberian besi yang berlebihan dalam makanan dapat mengakibatkan terjadinya
hemosiderosis.10,11,12
Kebutuhan rata-rata zat besi per hari : 13
- 0-6 bulan 3 mg
- 7-12 bulan 5mg
- 1-3 tahun 8 mg
- 4-6 tahun 9 mg
- 7-9 tahun 10 mg
- 10-12 tahun pria : 14 mg wanita : 14 mg
-13-15 tahun 17 mg 19 mg
-16-19 tahun 23 mg 25 mg
- Hamil : + 20 mg
- Menyusui : 0-12 bulan + 2 mg
Jumlah zat besi pada bayi kira-kira 400mg yang terbagi sebagai berikut : 12
- Massa eritrosit 60%
- Feritin dan hemosiderin 30%
- Mioglobin 5-10%
- Hemenzim 1%
- Besi plasma 0,1%
15
Kebutuhan besi dari bayi dan anak jauh lebih besar dari pengeluarannya, karena besi
dipergunakan untuk pertumbuhan. 12
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal.
Menurut WHO dikatakan anemia bila :
Pada orang dewasa Hb < 12,5 g/dl
Pada anak-anak berumur 6-14 tahun < 12 g/dl
Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya
kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 gram. Kirakira 50 mg/Kgbb pada pria dan 35 mg/Kgbb pada wanita.
Secara morfologis anemia defisiensi besi diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom. Anemia defisiensi besi akibat kurang besi dalam diit bisa
terjadi pada setiap orang.
Besi diperlukan untuk sintesis haemoglobin, kekurangan zat besi dianggap penyebab
paling sering terjadi dan kemudian kekurangan nutrisi lainnya (folat, B12 dan Vit A
), peradangan akut dan kronis, infeksi parasit dan genetik.
Kurangnya zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan anemia, zat besi yang
berlebihan dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ.
ETIOLOGI
Kekurangan zat besi dikarenakan
:
Berkurangnya zat besi
Kebutuhan zat besi meningkat
Kehilangan zat besi dari tubuh meningkat
16
Tahap pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi
protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi
besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui
adanya kekurangan besi masih normal.
II.
Tahap kedua
Pada
tingkat
ini
yang
dikenal
dengan
istilah iron
deficient
erythropoietin atau iron limited erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup
untuk menunjang eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai
besi serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding
capacity (TIBC) meningkat danfree erythrocyte porphyrin (FEP) meningkat.
III.
Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila
besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan
penurunan kadar Hb. Dari gambaran darah tepi didapatkan mikrositosis dan
17
hipokromik yang progresif. Pada tahap ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada
anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.
Tabel 1. Tahapan kekurangan besi 1
Hemoglobin
Tahap III
Tahap I
Tahap II
(Normal)
<100
Fe serum (ug/dl)
Normal
<60
<40
TIBC (ug/dl)
360-390
>390
>410
20-30
<15
<10
<20
<12
<12
40-60
<10
<10
>30
>100
>200
Normal
Normal
Menurun
Saturasi transferin
(%)
Feritin serum
(ug/dl)
Sideroblas (%)
FEP (ug/dl eritrosit)
MCV
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh
penderita dan keluarganya.Pada yang ringan diagnosis ditegakkan hanya dari temuan
laboratorium saja.Gejala yang umum terjadi adalah pucat. Pada ADB dengan kadar
Hb 6-10 g/dl terjadimekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya
ringan saja. Bila kadar Hb turun berlanjut dapat terjadi takikardi, dilatasi jantung dan
murmur sistolik. Namun kadang-kadang jika telah terkompensasi, beratnya gejala ADB
sering tidak sesuai dengan kadar Hb. 1,3,9
Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi akibat kekurangan
besi seperti:3,8,14
1. Perubahan sejumlah epitel yang menimbulkan gejala koilonikia (bentuk kuku
konkaf atauspoon-shaped nail), atrofi papila lidah,dan perubahanmukosa lambung
dan usus halus.
2. Intoleransi terhadap latihan: penurunan aktivitas kerja dan daya tahan tubuh
18
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Untuk menegakkan diagnosis ADB diperlukan pemeriksaan laboratorium yang
meliputipemeriksaan darah rutin seperti Hb, PCV, leukosit, trombosit ditambah
pemeriksaan indeksentrosit, retikulosit, morfologi darah tepi dan pemeriksaan status besi
(Fe serum, Total ironbinding capacity (TIBC), saturasi transferin, FEP, feritin), dan apus
sumsum tulang.1,8
Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar Hb dan atau PCV
merupakanhal pertama yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam
menegakkan diagnosis ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH dan MCHC
menurun sejajardengan penurunan kadar Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada
keadaan berat karenaperdarahan jumlahnya meningkat. Gambaran morfologi darah tepi
ditemukan keadaanhipokromik, mikrositik, anisositosis dan poikilositosis (dapat
ditemukan sel pensil, sel target, ovalosit, mikrosit dan sel fragmen).1,3,4
Jumlah leukosit biasanya normal, tetapi pada ADB yang berlangsung lama dapat
terjadigranulositopenia. Pada keadaan yang disebabkan infestasi cacing sering ditemukan
eosinofilia.Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya
terjadi pada penderita dengan perdarahan yang masif. Kejadian trombositopenia
dihubungkan dengan anemia yang sangat berat. Namun demikian kejadian
19
trombositosis dan trombositopenia pada bayi dan anak hampir sama, yaitu trombositosis
sekitar 35% dan trombositopenia 28%.4,8
Pada pemeriksaan status besi didapatkan kadar Fe serum menurun dan TIBC
meningkat. Pemeriksan Fe serum untuk menentukan jumlah besi yang terikat pada
transferin, sedangkan TIBC untuk mengetahui jumlah transferin yang berada
dalam sirkulasi darah. Perbandingan antara Fe serum dan TIBC (saturasi transferin) yang
dapat diperoleh dengan cara menghitung Fe serum/TIBC x 100%, merupakan suatu nilai
yang menggambarkan suplai besi ke eritroid sumsum tulang dan sebagai penilaian terbaik
untuk mengetahui pertukaran besi antara plasma dan cadangan besi dalam tubuh. ST
<7%>dapat dipakai untuk mendiagnosis ADB bila didukung oleh nilai MCV yang
rendah ataupemeriksaan lainnya.1,4,8
Untuk mengetahui kecukupan penyediaan besi ke eritroid sumsum tulang
dapatdiketahui dengan memeriksa kadar Free Erythrocyte Protoporphyrin (FEP). Pada
pembentukan eritrosit akan dibentuk cincin porfirin sebelum besi terikat untuk membentuk
heme. Bila penyediaan besi tidak adekuat menyebabkan terjadinya penumpukan porfirin
didalam sel. Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit menunjukkan adanya ADB. Pemeriksaan ini dapat
mendeteksi adanya ADB lebih dini. Meningkatnya FEP disertai ST yang menurun
merupakan tanda ADB yang progresif. Jumlah cadangan besi tubuh dapat diketahui
dengan memeriksa kadar feritin serum.Pada pemeriksaan apus sumsum tulang dapat
ditemukan gambaran yang khas ADB yaitu hiperplasia sistem eritropoitik dan
berkurangnya hemosiderin. Untuk mengetahui ada atau tidaknya besi dapat diketahui
dengan pewarnaanPrussian blue.1,8
DIAGNOSIS
Diagnosis ADB ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai
untuk menentukan ADB: 1,3,,8
20
21
minggu terjadi peningkatan kadar Hb 1-2 g/dl maka dapat dipastikan bahwa yang
bersangkutan menderita ADB.1,3,8
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding ADB adalah semua keadaan yang memberikan gambaran anemia
hipokrom makrositik lain (Tabel 2). Keadaan yang sering memberi gambaran klinis dan
laboratorium hampir sama dengan ADB adalah talasemia minor dan anemia karena penyakit
kronis. Sedangkan lainnya adalah lead poisoning/ keracunan timbal dan anemia
sideroblastik.Untuk membedakannya diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ditunjang
oleh pemeriksaan laboratorium. 1,5
Pada talasemia minor morfologi darah tepi sama dengan ADB. Salah satu cara
sederhanauntuk membedakan kedua penyakit tersebut adalah dengan melihat jumlah sel
darah merah yang meningkat meski sudah anemia ringan dan mikrositosis, sebaliknya pada
ADB jumlah sel darah merah menurun sejajar dengan penurunan kadar Hb dan MCV. Pada
talasemia minordidapatkan basophilic stippling, peningkatan kadar bilirubin plasma dan
peningkatan kadarHbA2.1,3,9
Gambaran morfologi darah tepi anemia karena penyakit kronis biasanya normokrom
mikrositik, tetapi bisa juga ditemukan hipokrom mikrositik.Terjadinya anemia pada
penyakitkronis disebabkan terganggunya mobilisasi besi dan makrofag oleh transferin.
Kadar Fe serum dan TIBC menurun meskipun cadangan besi normal atau meningkat
sehingga nilai saturasi transferin nomal atau sedikit menurun, kadar FEP meningkat.
Pemeriksaan kadar reseptor transferin receptor (TfR) sangat berguna dalam membedakan
ADB dengan anemia karena penyakit kronis. Pada anemia karena penyakit kronis kadar TfR
normal karena pada inflamasi kadarnya tidak terpengaruh, sedangkan pada ADB
kadarnya menurun. Peningkatan rasio TfR/feritin sensitif dalam mendeteksi ADB.1,9
22
Anemia
Thalasemia
Anemia
Laboratorium
defisiensiBesi
Minor
PenyakitKronis
MCV
Menurun
Menurun
N/Menurun
Fe serum
Menurun
Normal
Menurun
TIBC
Naik
Normal
Menurun
Saturasi transferin
Menurun
Normal
Menurun
FEP
Naik
Normal
Naik
Feritin serum
Menurun
Normal
Menurun
Lead poisoning memberikan gambaran darah tepi yang serupa dengan ADB
tetapididapatkan basophilic stippling kasar yang sangat jelas. Pada keduanya kadar FEP
meningkat. Diagnosis ditegakkan dengan memeriksa kadar lead dalam darah. Anemia
sideroblastik merupakan kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis heme, bisa
didapat atau herediter. Pada keadaan ini didapatkan gambaran hipokrom
mikrositik dengan peningkatan kadar RDW yang disebabkan populasi sel darah merah
yang dimorfik. Kadar Fe serum dan ST biasanya meningkat, pada pemeriksaan apus
sumsum tulang didapatkan sel darah merah berinti yang mengandung granula besi
(agregat besi dalam mitokondria) yang disebut ringed sideroblast. Anemia ini umumnya
terjadi pada dewasa.1,5,9
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksnaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi.Sekitar 80-85%
penyebab ADB dapat diketahui sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan
tepat.Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral
lebih aman, murah dan samaefektifnya dengan pemberian secara parenteral. Pemberian
secara parenteral dilakuka padapenderita yang tidak dapat memakan obat peroral atau
23
feri.Preparat yang tersedia berupa ferous glukonat, fumarat dan suksinat.Yang sering
dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya yang lebih murah. Ferous glukonat, ferous
fumarat dan ferous suksinatdiabsorpsi sama baiknya. Untuk bayi tersedia preparat besi
berupa tetes (drop).1,3
Untuk mendapatkan respons pengobatan dosis besi yang dipakai 4-6 mg
besi/kgBB/hari.Dosis obat dihitung berdasarkan kandungan besi yang ada dalam
garam ferous.Garam ferous sulfat mengandung besi sebanyak 20%. Dosis obat
yang terlalu besar akan menimbulkan efek samping pada saluran pencernaan dan tidak
memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat. Absorpsi besi yang terbaik adalah
pada saat lambung kosong, diantara dua waktu makan, akan tetapi dapat menimbulkan
efek samping pada saluran cerna. Untuk mengatasi hal tersebut pemberian besi dapat
dilakukan pada saat makan atau segera setelah makan meskipun akan mengurangi
absorpsi obat sekitar 40-50%. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Tindakan
tersebut lebih penting karena dapat diterima tubuh dan akan meningkatkan kepatuhan
penderita. Preparat besi ini harus terus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada
penderita teratasi. Respons terapi dari pemberian preparat besi dapat dilihat secara
klinis dan dari pemeriksaan laboratorium, seperti tampak pada tabel di bawah ini.1,8,9
Preparat terapi besi per oral : 3
- Fe sulfat (20 % Fe)
- Fe fumarat (33 % Fe)
- Fe succinate (12 % Fe)
- Fe gluconate (12 % Fe)
24
Efek samping pemberian preparat besi peroral lebih sering terjadi pada orang
dewasa dibandingkan bayi dan anak. Pewarnaan gigi yang bersifat sementara. 1,8
Tabel 3: Respons pemberian besi
Waktu setelah Pemberian besi
Respons
12-24 jam
36-48 jam
48-72 jam
20 mg elemental iron and 100 microgram (mcg) folic acid per ml of liquid
formulation and age Appropriate de-worming for 100 days.
6-10 years
30 mg elemental iron and 250 mcg folic acid per child per day for 100 days in
year
Weekly dose of 100 mg elemental iron and 500 mcg folic acid with biannual deworming
100 mg of elemental iron and 500 mcg of folic acid daily for 100 days during
pregnancy. Followed by same dose for 100 days in the post-partum period
(Long Lasting Insecticide Nets (LLINs)/Insecticide Treated Bed Nets (ITBNs) are
also provided to p[regnant women
b.
25
untuk menaikkan kadarHb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering
dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi/ml. Dosis dihitung
berdasarkan:1,8
Dosis besi (mg) BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5
c.
Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada
keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi
respons terapi. Koreksianemia berat dengan transfusi tidak perlu secepatnya, malah
akan membahayakan karena dapat menyebabkan hipervolemia dan dilatasi jantung.
Pemberian PRC dilakukan secaraperlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan
kadar Hb sampai tingkat aman sambilmenunggu respon terapi besi.1,8,9
PROGNOSIS
Prognosis baik bila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan
diketahuipenyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala
anemia danmanifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa
kemungkinansebagai berikut: 1,3,8
a. Diagnosis salah
b. Dosis obat tidak adekuat
c. Preparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa
d. Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak
berlangsungmenetap
e. Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi
(seperti: infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit
tiroid, penyakit karena defisiensi vitamin B12, asam folat)
f. Gangguan absorpsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang
berlebihan pada ulkuspeptikum dapat menyebabkan pengikatan
terhadap besi)
26
PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan tujuan utama dalam penanganan masalah anemia
defisiensi besi, untuk itu diperlukan pendidikan tentang pemberian makanan dan
suplementasi besi. 3,8
1. Makanan
2. Suplementasi besi
Suplementasi besi juga dibutuhkan pada bayi yang minum ASI lebih dari 6
bulan.
hanya 4% (0,48 mg Fe). ASI mengandung 0,3 mg Fe/liter dan yang dapat diserap
tubuh sebanyak 50% (0,15mg Fe). Unfortified milk mengandung 0,8 mg Fe/liter dan
yang diserap tubuh sebanyak 10% (0,08 mgFe). 3
27
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Diperkirakan sekitar 30% penduduk
dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi
besi.
Anemia defisiensi besi pada anak akan memberikan dampak yang negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Defisiensi
besi juga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan organ tubuh akibat oksigenasi
ke jaringan berkurang. Dan yang paling penting adalah bila defisiensi besi ini sudah
berlangsung lama, akan menurunkan daya konsentrasi dan prestasi belajar pada anak.
Penyebab utama anemia defisiensi besi adalah konsumsi zat besi yang tidak
cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri
dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu infestasi cacing tambang
memperberat keadaan anemia yang diderita pada daerahdaerah tertentu terutama
daerah pedesaan menyatakan bahwa anemia defisiensi besi juga dipengaruhi oleh
faktorfaktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola makan,
fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi. Faktor- faktor
tersebut saling berkaitan
Anemia ini juga merupakan kelainan hematologi yang paling sering tcrjadi
pada bayi dan anak.Pencegahan dapat dilakukan melalui asupan makanan dan
suplementasi zat besi.Anemia defisiensi besi hampir selalu terjadi sekunder terhadap
penyakit yang mendasarinya, sehingga koreksi terhadap penyakit dasarnya menjadi
bagian penting dari pengobatan.
28
SARAN
Agar kelak dimasa depan sebagai dokter kita harus memberikan pengetahuan
lebih lagi bagi para ibu agar memperhatikan asupan zat besi. Bayi cukup bulan
mempunyai cadangan besi cukup hingga berusia 4 bulan. Bayi dengan ASI saja harus
mendapatkan asupan zat besi tambahan sebanyak 1 mg/kgBB/hari sejak berusia 4
bulan hingga mendapatkan makanan tambahan yang difortifikasi zat besi1.
Bayi 6-11 bulan memerlukan zat besi sebanyak 11mg/hari, berikan diet tinggi
besi (daging merah, sayuran kaya zat besi, buah-buahan kaya vitamin C).Anak
berumur 1-3 tahun membutuhkan zat besi sebanyak 7mg/hari. Semua bayi premature
harus mendapatkan suplemen zat besi 2 mg/kgBB/hari sampai bayi berumum 12
bulan atau mendapatkan makanan pengganti ASI yang kaya akan zat besi1.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Raspati H, Reniarti L, dkk. 2006. Anemia defisiensi besi. Buku Ajar
Hematologi Onkologi Anak. Cetakan ke-2 IDAI pp 30-42. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
2. Syamsi, BR. 2005.Hubungan defisiensi besi dengan perkembangan fungsi
kognitif.Anemia defisiensi besi.Yogyakarta: MEDIKA Fakultas kedokteran
UGM.
3. Soegijanto,S. 2004.Anemia defisiensi besi pada bayi dan anak. Jakarta :IDI
4. Behrman Kliegman, Arvin. 2004. Anemia Defisiensi Besi. Nelsons Textbook
ofPediatrics. Edisi 18 pp 1691-1694. Jakarta. EGC.
5. Soemantri,AG.2005.Epidemiology
of
iron
deficiency
anemia.Anemia
H.Mekanisme
anemia
defisiensi
besi.Diakses
dari
www.kalbefarmaportal/cerminduniakedokteran.com
11. Negara,
NS.2005.Bioavailibilitas
zat
besi. Anemia
defisiensi
30
31