Anda di halaman 1dari 80

Laporan Kasus

Dibimbing oleh :
dr. Andry Tangkilisan, Sp.A

Disusun oleh :
Vitya Chandika (2013-061-062)
Yasmin Maria Santoso (2013-061-065)
Samuel (2013-061-069)
Fiannisa (2015-061-014)
IDENTITAS PASIEN
• Nama :An. MA
• Usia : 1 tahun 8 bulan
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Teluk Gong RT/RW 001/013
• Agama : Islam

Pasien dari Poli masuk kebangsal Soka 26


Oktober 2015 (pk. 13.00)
ANAMNESIS
(dilakukan secara alloanamnesis)
KELUHAN UTAMA
• Demam sejak ± 9 hari SMRS

KELUHAN TAMBAHAN
•- BAB cair sejak ±9hari SMRS
Kronologis Perjalanan Penyakit

9 hari SMRS 7 hari SMRS

Demam yang muncul tiba-tiba, diukur Demam


menggunakan termometer dengan suhu tertinggi karakteristik yang sama
38°C, sepanjang hari, suhu dirasakan lebih
meningkat pada malamhari. BAB cair
sebanyak5 kali, air > ampas, berbau asam, berwarna
Keluhan lain: BAB cair, keluhan berkemih, batuk, kuning, menyemprot.
pilek, nyeri menelan, sesak disangkal.
Keluhan lain: muntah, batuk, pilek, sesak, gangguan
berkemih disangkal
Intervensi: paracetamol sirup 120 mg/ 5cc
Ibu pasien mengaku memberikan makanan berupa sup
(~9,5 mg/kg/dosis) dan Lacto B 2 x sehari (berisi bakso, kentang, sayur sawi dan wortel) yang dibeli
di warung dekat rumah. Sebelumnya pasien belum
Respon: demam turunkemudian muncul lagi pernah mengonsumsi makanan dari tempat tersebut

Intervensi: pasien berobat ke Puskesmas dan diberikan


obat puyer (antibiotik dan Paracetamol), oralit, dan Zinc.

Respon : demam turun kemudian muncul lagi.


Kronologis Perjalanan Penyakit

4 hari SMRS 1hari SMRS

Demam Demam
Karakteristik sama Kembali meningkat, diukur dengan termometer, suhu
38,5°C.
BAB cair
Tidak membaik, 5x/hari, air > ampas. BAB cair
Frekuensi berkurang, 3x/hari, dengan ampas > air.
Muntah –
Pasien hanya mau makan bubur 3-4 sendok tiap kali
Intervensi: dibawakeklinik, antibiotik diganti dan makan (2x/hari) dan hanya dapat minum sedikit
diberikan Paracetamol syrup, oralit, dan Zinc. berupa air putih dan susu (2 botol 120 ml/hari).

Respons: demamdanBAB cair tidak membaik Pasien tampak lemas

Intervensi: dibawa ke IGD Puskesmas, Diberikan obat


yang sama, yaitu paracetamol, oralit, dan Zinc.
Respon: Setelah ketiga obat tersebut diminum, demam
turun dan kemudian muncul kembali.
Kronologis Perjalanan Penyakit

MRS

Demam
Suhu meningkat pada malam hari hingga subuh, diukur dengan termometer, suhu
39,5°C, turun menjadi 38,2°setelah diberikan Paracetamol syrup.

BAB cair
Sebanyak 3kali, tidak menyemprot, tidak berbau asam, terdapat ampas, ampas > air.

Pasien hanya mau makan bubur 2-3 sendok tiap kali makan (2x/hari) dan hanya
dapat minum sedikit berupa air putih dan susu (2 botol 120 ml/hari).

Pasien tampak bertambah lemas dan gelisah

Intervensi: Pasien berobat ke Poli Anak RS Atma Jaya, kemudian dianjurkan untuk
dirawat inap karena dehidrasi
Review of systems
• General : tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada
penurunan berat badan
• Skin : tidak jaundice, tidak pucat, turgor kulit baik dan
ruam di perianal.
• HEENT : tidak ada nyeri wajah, tidak ada cairan keluar dari
telinga, tidak ada sekret hidung, mimisan (-)
• Respiratory : tidak ada sesak napas
• Cardiovascular : tidak berdebar, tidak mudah lelah
• GIT : mual & muntah (-), nyeri perut (-)
• Genitourinary : tidak ada nyeri berkemih
• Muskuloskeletal : tidak ada kelemahan otot.
• Hematologic : tidak ada perdarahan, tidak lebam
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien pernah mengalami keluhan demam dengan BAB cairdan dirawat di RSAJ pada bulan
April 2015 dengan diagnosis GEA akut.
• Pasien dirawat selama 5 hari, dengan pengobatan:
• X
• X
• X
• Riwayat penyakit paru
Pasien pernah mengalami keluhan demam, batuk lama serta penurunan berat
badan kemudian berobat ke RS X kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen
thorax, mantoux, dan tes dahak. Pemeriksaan rontgen thorax menunjukkan
hasil adanya tb paru, tes mantoux didapatkan + menurut pasien, dan tes
dahak BTA +. Pasien didiagnosis tb paru dan diberikan terapi:
 Isoniazid 50 mg
 Rifampisin 75 mg
 Pirazinamid 100 mg
Pengobatan dilakukan selama 6 bulan, kemudian dilakukan foto thorax dan dahak ulang
dan pasien dinyatakan sembuh
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat kejang : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat operasi : disangkal
• Pasien pernah dirujuk ke RSCM pada usia 10 bulan karena belum bisa duduk, kemudian
pasien menjalani fisioterapi di RSCM sebanyak 3 x. Fisioterapi tidak dilanjutkan karena
kesulitan akses ke rumah sakit.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
• Lahir dari ibu P1A0
• Faktor risiko sepsis (-), riwayat demam dan ruam pada ibu saat hamil tidak ada
• Ibu tidak mengkonsumsi alkohol, rokok dan NAPZA

Anak Usia gestasi Cara lahir BBL PBL Keterangan


ke-

1 Cukup bulan PSP 3000 g 50 cm Laki-laki

• Ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan ANC 11x di puskesmas


• Ibu pasien memiliki Hipertensi saat sedang hamil, namun tidak pernah dilakukan
pemeriksaan urin, keluhan bengkak pada tungkai disangkal.
• Lahir aterm di Puskesmas ditolong oleh bidan.
• Pasien langsung menangis kuat sesaat setelahl ahir. Sianosis –
Milestone usia18 bulan
Riwayat tumbuh kembang

Motorik kasar Motorik halus Bahasa Sosial adaptif

• Berjalan • Menyusun • Merespon • Mengenali


dengan balok 2 tingkat suara orang asing
pegangan • Menggunakan
sendok gelas
RIWAYAT KELUARGA

Pegawai JNE Ibu rumah tangga


X tahun X tahun

(-) HT (-) HT
(-) DM (-) DM
(-) Asma (-) Asma
(-) TB (-) TB
(-) Peny. Jantung (-) Peny. Jantung
1 tahun 8 bulan
Persalinan normal,
lahir cukup bulan
3000 mg
50 cm
Menangis kuat
Riwayat Makanan
• ASI
0–6
bulan

• Lactogen 6-12
6 bulan

• Bebelac + nasi tim


7 bulan – 1
tahun

• Frisian Flag bubuk 2-3 + nasi tim


1 tahun -
sekarang
Riwayat Imunisasi

Status imunisasi tidak lengkap menurut IDAI


SOSIAL EKONOMI
• Tinggal di lingkungan padat penduduk
• Tinggal dengan ayah dan ibu
• Pendidikan terakhir ayah SMA dan ibu SMP
• Tidur bersama ibunya
• Konsumsi air minum menggunakan air galon aqua.
• Pembuatan susu menggunakan air dari galon aqua
yang dipanaskan dan botol direbus.
• Limbah sampah dibuang setiap hari sekali
• Sumber pencaharian oleh suami
• Tidak ada paparan asap rokok dari rumah dan
lingkungan sekitar
Rumah pasien
Ruang tamu
Kamar pasien
Dapur
Warung Makan
ANAMNESIS
Diferensial diagnosis
 Demam tifoid
 Gastroenteritis akut
 Demam dengue
 TB kambuh
PEMERIKSAAN FISIK
26 Oktober 2015 (Hari rawat-1, Hari sakit-10)
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis (E4V5M6)
Tanda-tandavital
Nadi : 85 kali/menit(N: 70-115x/menit) teratur
kuat penuh
RR : 25 kali/menit(N : 20-25x/menit)
Suhu: 38oC
Tekanandarah : 100/70 mmHg
P5: 71/40
P50 :90/56
P95 : 105/69
Pemeriksaan Fisik (Antropometri)
BB=12,6kg
PB = 82,5cm

WFA: 0 – 2 SD
HFA :(-2) – 0 SD
WFH : 1 – 2 SD

Kesimpulan status gizi baik menurut WHO


PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : Normosefali, deformitas (-), ubun-ubun besar
tertutup
Mata :Konjungtiva anemis (-/-), skleraikterik (-/-), sekret(-/-)
air mata +/+
Mulut : Mukosa oral tampaklembab, faring hiperemis
(+), T2/T2, coated tongue (+)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), nasal flare (-)
Telinga : MAE +/+, sekret (-/-), serumen +/-, membran timpani
intak +/+
Leher : Trakeaditengah, pembesaran KGB (-), massa(-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax
 Paru:
I: gerakan napas tampak simetris, retraksi (-)
P: gerak napas teraba simetris
P: sonor pada kedua lapang paru
A: bunyi napas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat
P: ictus cordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra
A:bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen
I : Tampak cembung
A : Bising usus (+) 4-5x/menit
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani di seluruh regio abdomen

Punggung : alignment vertebra baik


Ekstremitas :akral hangat, CRT<2 detik, edema (-/-/-/-)
Kulit : turgor kulit normal, rash (-), petechie (-), ikterik (-)
Bokong : perianal rash (+)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
 Kesadaran : Compos Mentis (E4M6V5)
 RangsanganMeningeal : Kakukuduk(-), TesKernig(-)
Brudzinski1 dan 2 (-)
 SarafKranial:
N I: sulitdinilai
N II dan III : pupil isokor 3mm/3mm, Reflekscahayalangsung +/+,
reflekscahayatidaklangsung+/+, refleks fundus +/+, leukokoria (-)
N III, IV dan VI: gerakan bola matabaikkeseluruharah, strabismus (-)
N V: responterhadaprangsangsensorikbaik
N VII: wajahtampaksimetris
N VIII: responsuara+/+, keseimbangansulitdinilai
N IX, X: saliva (+), refleksmenelanbaik
N XI: tonus m. trapezius simetris
N XII: lidahsimetris, deviasidanfasikulasi (-)
Refleks Fisiologis: Biceps ++/++, Triceps ++/++, Patella ++/++, Achilles ++/++

Refleks patologis : Babinski -/-, Chaddock-/- , Oppenheim -/- , Gordon -/-,


Schaeffer -/-, Hoffman -/-, Tromner -/-

Postur dan tonus otot baik


Motorik
Pergerakan simetris
Klonus (-), Otot dalam keadaan normotonus
Rigiditas (-)
Berjalan (-), merangkak (-)
Sensorik: Respon terhadap nyeri dan perabaan (+)
Otonom: BAK + , BAB +, Keringat +
RESUME ASSESSMENT
An MA, laki-laki usia 1 tahun 8 bulan An. MA, laki-laki, usia1tahun 8
±9 hari SMRS, pasien mengeluhkan panas yang bulan, BB 12,6 kg, PB 82,5 cm, HS-
terus-menerus (lebih tinggi pada malam hari). 10, HR-1 dengan diagnosa:
Demam sempat turun setelah pemberian obat turun -Suspek Demam Tifoid
panas, namun tidak pernah mencapai suhu normal. -Status gizi baik menurut WHO
Pasien juga mengeluh BAB cair sejak 9 hari SMRS -Status imunisasi tidak lengkap
yang dirasakan mulai membaik sejak ± 2 hari menurut IDAI
SMRS> -Status perkembangan tidak sesuai
menurut Milestone.
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis

TTV:
Mata: tampak cekung
TD: 100/70mmHg
Nadi: 85 kali/menit
RR: 25kali/menit
Suhu: 38oC
Mulut : mukosa oral basah, coated tongue (+)
Tenggorokan : faring hiperemis (+), Tonsil T2/T2
Telinga : serumen +/-
Bokong : Perianal Rash (+)
Tatalaksana
• Rawat dalam bangsal
• Diet lunak
• IVFD KaEn 3B 1000 ml / 24 jam
• Paracetamol syrup 7,5 ml (180 mg / 7,5 cc ~ 14,3 mg/kg/dosis) diulang setelah 4
jam jika demam.
• Zn cream setiap ganti popok
• Zinkid syrup 2 x 5 ml (10 mg/5ml)
• Periksa Lab : Darah rutin, diff count, CRP, IgM anti salmonella, kultur darah.
Follow Up Hasil Lab (26/10/15)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Rutin
Hb 14.1 g/dl 10.5 - 14
Ht 41 % 32 – 42
Leukosit 14.1 Ribu/uL 6.0 – 14.0
Trombosit 323 Ribu/uL 150 - 400
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0 – 0.75
Eosinofil 0 % 1–3
Batang 0 % 3–5
Segmen 51 % 54 – 62
Limfosit 45 % 25 – 33
Monosit 4 % 3-7
SEROLOGI
Dengue Blot
IgM +
IgG -
IgM anti Salmonella/tubex -
CRP kuantitaitif 4.2 mg/dl 0.08 – 1.12
Hasil Lab (26/10/15)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
URINE
LENGKAP
Glukosa - -
Protein Satu (+) -
Bilirubin - -
Urobilinogen Normal Normal
pH 5.5 Asam
Berat Jenis 1015 1003-1030
Darah Samar Satu (+) -
Keton - -
Nitrit - -
Leukosit - -
Sedimen
-Leukosit 2-4 /LPB 0-5
-Eritrosit 3-4 /LPB 0-1
-Epitel + /LPK +
-Silinder - /LPK -
-Kristal - -
-Bakteri - -
-Lain-lain - -
27/10/2015
S Demam 4 periode (pk 22.00: 39°C)
BAB 3x, ampas>air
O -KU: tampak sakit sedang -Kes: Compos Mentis
-HR: 110-120 x/menit -TD: 100/50 mmHg
-RR: 20-24 x/menit -Balance: +898 cc
-S: 39 ⁰C -UO: 5,7 cc/kgBB/jam
Mulut : coated tongue (+)
P Diet lunak 1030 kkal/hari
IVFD KaEn 3B 1000 ml/24 jam
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, diberikan 7,5 ml PO bila demam >
38°C (~14,3 mg/kg/dosis)
Zinkid syrup 10 mg/5 ml, 2 x 5 ml PO (~0,79 mg/kg/dosis)
Zinc cream setiap ganti popok
28/10/2015
S Demam 4 periode (pk 24.00: 38,7°C)
BAB 2x, ampas>air
O -KU: tampak sakit sedang -Kes: Compos Mentis
-HR: 110 x/menit -TD: 100/55 mmHg
-RR: 20-24 x/menit -Balance: +525 cc
-S: 38,2 ⁰C -UO: 5,47 cc/kgBB/jam
Mulut : coated tongue (+)
P Diet lunak 1030 kkal/hari
IVFD KaEn 3B 1000 ml/24 jam
Ceftriaxone 1 x 1,5 gr IV (~119mg/kg/dosis)
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, diberikan 7,5 ml PO bila demam >
38°C (~14,3 mg/kg/dosis)
Zinkid syrup 10 mg/5 ml, 2 x 5 ml PO (~0,79 mg/kg/dosis)
Zinc cream setiap ganti popok
29/10/2015
S Demam 4 periode (pk 24.00: 38,7°C)
BAB 4x, ampas>air
O -KU: tampak sakit sedang -Kes: Compos Mentis
-HR: 110-116 x/menit -TD: 90/60 mmHg
-RR: 20-24 x/menit -Balance: +226 cc
-S: 37,5-38,6 ⁰C -UO: 5,85 cc/kgBB/jam
Mulut : coated tongue (+)
P Diet lunak 1030 kkal/hari
NaCl 0,9% 1cc/jam via syringe pump
Ceftriaxone 1 x 1,5 gr IV (~119mg/kg/dosis)
Paracetamol syrup 120 mg/5 ml, diberikan 7,5 ml PO bila demam >
38°C (~14,3 mg/kg/dosis)
Zinkid syrup 10 mg/5 ml, 2 x 5 ml PO (~0,79 mg/kg/dosis)
Zinc cream setiap ganti popok
DemamTifoid
 Enteric fever
 Etiologi
 S.typhi (gram -)
 S. parahyphi A
 S. paratyphi B
 S. paratyphi C
Kapsul polisakarida  gen spesifik
Epidemiologi
 Angka kejadian 26.9 juta per tahun
 1% menyebabkan kematian
 Negara berkembang kasus< 15 per 100.000 populasi
 Banyak ditemukan pada travelers
 Insiden paling tinggi pd anak < 5 tahun di Asia selatan
 Kasus resisten
 Chloramphenicol
 Ampicillin
 Trimethoprim-sulfamethoxazole
Patogenesis
Infecting dose: 105 – 109 organisme
Patogenesis
Infeksi S.typhi Respon inflamasi pada lapisan mukosa
di usus usus dan jaringan limfoidnya

Peluruhan Nekrosis sel Hiperplasia


epitel usus plak Peyeri

Hiperemia dan nekrosis fokal pada


Akibat penyebaran
limfonodus mesenterika, hepar dan
kuman
spleen
Manifestasi klinis
 Inkubasi 3 – 30 hari (7-14 hari)
 Faktor-faktor yang mempengaruhi:
 Lama pasien tersebut sakit sebelum mendapat
pengobatan yang tepat
 Antibiotik yang digunakan
 Usia
 Riwayat paparan atau riwayat vaksinasi
sebelumnya
 Virulensi dan jumlah kuman yang meginfeksi
 Status imun
Manifestasi Klinis
 Gejala bermacam-macam:
 Fever
○ High grade fever, stepladder (jarang)
 Myalgia
 Nyeri perut
 Diare Konstipasi
 Komplikasi-komplikasi yang terkait
Pemeriksaan fisik
 Demam
 Coated tongue
 Rose spots  rash makulopapular, letak di
batang tubuh, hilang pada penekanan. Ukuran
1-4 cm, umumnya jumlah ≤ 5, muncul di hari
ke 7-10, hilang dalam 2-3 hari
 Hepatosplenomegaly
Komplikasi
 Neurologic : Ensefalopati, meningitis, GBS
 Cardiovascular : Endocarditis, toxic myocarditis
 Pulmonary : Pneumonia, empyema
 Bone and joint : Osteomyelitis
 Hepatobiliary : Kolesistitis, hepatitis
 Hematologic : Hematophagocytosis
syndrome, DIC
 Genitourinary : Nephrotic synd., Pyelonephritis
 Gastrointestinal : Ileus, intestinal perforation
Pemeriksaan penunjang
 GOLD STANDARD  kultur positif di darah,
feses atau urin
 Lab:
 Leukositosis: 20000-25000/µl
 Thrombocytopenia  marker untuk DIC dan severe
illness
 Liver function test
 Serology:
 Widal test  mengukur antibodi terhadap antigen O
dan H.
○ Lack sensitivity and specificity in endemic areas..
 Antibodi monoklonal  deteksi antigen S. Typhi di
urin
Tatalaksana
 Indikasi rawat
 Kehilangan cairan yang terus menerus
 Distensi abdomen
 Management
 Koreksi cairan dan elektrolit
 Diet lunak (kecuali jika sudah ada ileus)
 Acetaminophen ( 10-15 mg/kg setiap 4-6
jam) PO
Tatalaksana
Prognosis
 Faktor-faktor yang mempengaruhi:
 Usia pasien
 Status kesehatan umum dan nutrisi
 Serotype Salmonella
 Adanya komplikasi yang menyertai
 Relapse : 2-4% (meskipun terapi antibiotik
adekuat)
 Risiko menjadi karier rendah (bertambah
seiring dengan bertambahnya usia)
Pencegahan
 Memperkecil kontaminasi air
 Menghindari kontak dengan pasien yang
dicurigai demam tifoid
 Klorinasi air sekitar (saat outbreak)
 Vaksin
 Definisi
Infeksi Mycobacterium tuberculosis

 Epidemiologi
WHO (2009) : 9.4 juta insiden dan 14 juta
prevalensi kasus TB  35% perempuan.
55% Asia, 30%Afrika
12% HIV
< 12% TB kongenital.
Patofisiologi
 Penularan M.tuberkulosis mel inhalasi droplet.
 Makrofag alveolar fagosit M.tuberkulosis→ menyebar
melalui sistem limfatik ke hilus nodus limfe.
 Granuloma yang mengandung mikobakterium muncul 2-8
minggu : cell mediated immunity.
 Makrofag interaksi dgn limfosit T, melepaskan sitokin yg
memicu fagositosis m. Tuberkulosis & pembentukan
granuloma
 Anak < 5 thn & imunosupres: gangguan host immunity, tjd
parenkim paru dan nodus limfe primer aktif progresif.
 Tampak kapsul granuloma fibrosa, liquefactive necrosis
sentral caseous material
 Material nekrotik dapat menyebar secara sistemik/ ke bronkus
dan melalui droplet respirasi.
 Transmisi vertikal pada fetus tjd hematogen/ transplasental.
 Hematogen : lesi hepar & periportal lymph node/ paru.
Faktor Risiko
A. Infeksi TB
 Anak yang terpajan dengan orang dewasa yang TB aktif
(t.u BTA +). Daerah endemis, kemiskinan, lingkungan tdk
sehat, tempat penampungan umum.
 Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain
atau orang dewasa di sekitarnya karena :
1. Kuman TB pada anak biasanya sedikit (paucibacillary)
2. Lokasi infeksi primer yang mudah berkembang menjadi
sakit TB primer biasanya terjadi di daerah parenkim yang
jauh dari bronkus shg tdk tjd produksi sputum.
3. Tidak ada/ sedikitnya produksi sputum dan tidak terdapat
reseptor batuk di daerah parenkim menyebabkan jarang
terdapat gejala batuk pada TB anak.
B. Penderita TB
 Usia <= 5 tahun karena imunitas seluler
belum berkembang sempurna (imatur),
konversi uji tuberkulin (- jadi +), dalam 1
tahun terakhir malnutrisi,
imunocompromissed, DM, dan GGK.
 Risiko tertinggi terjadinya progresivitas dari
infeksi menjadi sakit TB adalah selama satu
tahun pertama setelah infeksi, terutama 6
bulan pertama.
Manifestasi Klinis
Gejala umum TB anak:
 Demam lama (>= 2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab
yang jelas yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam
umumnya tidak tinggi
 Anoreksia dengan gagal tumbuh. BB tidak naik dengan adekuat
 BB turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi yang adekuat.
 Batuk lama lebih dari 3 minggu dan sebab lain telah
disingkirkan
 Malaisae
 Diare persisten
 Kasus TB paru anak tidak ada manifestasi respiratorik
menonjol.
 Gejala batuk kronis pada TB anak dapat timbul bila limfadenitis
regional menekan bronkus shg merangsang reseptor batuk
secara kronik.
 Manifestasi spesifik organ:
1. TB kelenjar limfe superfisialis (terbanyak di regio kolli,
multipel, tidak nyeri, dan saling melekat).
2. TB otak dan saraf : meningitisTB dan tuberkuloma otak
3. TB sistem skeletal :
Spondilitis : gibbus
Koksitis
Gonitis
4. Tuberkulosis kulit : skrofuloderma
5. TB organ lainnya : konjungtivitis fliktenularis, tuberkel
koroid, TB ginjal, TB hepar, peritonitis TB.
Diagnosis
Kriteria infeksi kongenital:
1. Kriteria utama : lesi tuberkulosis pada
bayi.
2. Kriteria sekunder :
- Lesi tampak pada minggu pertama
- Primary hepatic complex
- Infeksi tuberkulosa pada plasenta
- Ekskulsi transmisi postnatal.
Tuberculosis scoring
Skrining TB
Pemeriksaan
 Kultur dan apusan BTA
Melalui aspirasi gaster, sputum, cairan pleura, CSF, urin
atau cairan tubuh lain.
 PCR
 Tuberkulin skin test
komponen protein kuman TB yang punya sifat antigenik
yang kuat.
- Positif : imunitas seluler→terbentuk indurasi → eaksi
vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin, dan
terakumulasinya sel-sel infalamasi di daerah suntikan.

- PPB RT-23 2TU atau PPD S 5TU secara intrakutan di


bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan
dalam 48-72 jam.
Hasil pembacaan uji tuberkulin
 Negatif: Indurasi 0-4 mm :
- tidak ada infeksi
- Sedang dalam masa inkubasi
- Anergi
 Positif meragukan 5-9 mm :
- infeksi M. Atipik
- BCG
- Infeksi TB alamiah

 Positif 10-14 mm :
- infeksi TB alamiah
- BCG
- Infeksi M. Atipik
 Positif >= 15 mm :
- sangat mungkin infeksi
- TB alamiah
Pemeriksaan (II)
 Chest X-ray : TB milier, multiple nodular
nodule, pneumonia lobaris,
bronkopneumonia, interstitial
pneumonia. Lobus superior, posterior ---
tersering
 Imaging : hepatic and thorax
involvement
 Laboratorik : leukosit, neutrofil , CRP↑
 CSF : suspek TB kongenital/ post
natal.
Tata Laksana
OAT Dosis Dosis max Efek Samping
harian (mg/hari)
(mg/kg
BB/hari)
Isoniazid 5-15 300 - - Hepatitis.
- - Neuritis perifer.
- - Hipersensitivitas.

Rifampisin 10-20 600 - GIT, reaksi kulit, hepatitis,


trombositopenia, peningkatan enzim
hati, cairan tubuh berwarna oranye
kemerahan.
Diazinamid 15-30 2000 - Toksisitas hati, atralgia, GIT

Etambutol 15-20 1250 - Neuritis optik, ketajaman mata turun, buta


warna merah hijau, penyempitan lapang
pandang, GIT, hipersensitivitas.
Streptomisin 15-40 1000 Ototoksik, nefrotoksik.
 Bila isoniazid dikombinasi dengan rifampisin,
dosis rifampisin <= 15 mg/ kgBB/ hari.
 Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu
puyer dengan OAT lain karena dapat
mengganggu bioavailabilitas rifampisin.
Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui
sistem GIT saat 1 jam sblm makan.
 Infeksi maternal aktif dan neonatus
kongenital/acquired
Isoniazid, pirazinamid, aminolikosida

 Infeksi maternal aktif tanpa infeksi


kongenital/acquired
- Isoniazid selama 4 bulan.
- TST (-) : terapi berhasil
- TST (+) dalam 3-4 bulan: evaluasi ulang +
isoniazid utk 9 bulan.
 Infeksi laten maternal : evaluasi dan tatalaksana tidak dibutuhkan jika
ibu asimptomatik.

 Infeksi TB postnatal
Regimen u/ 6 bulan :
isoniazid, rifampin, pyrazinamid, ethambutol selama 2 bulan.
Dilanjutkan dgn isoniazid, rifampin 4 bulan.
Lama pengobatan ditambah 9 bulan jika:
Ada lesi kavitas pada paru atau kultur sputum +

 Extrapulmonary TB
TB meningitis : isoniazid, rifampin, pyrazinamid,
ethambutol/aminoglikosida.
Pyrazinamid : 2 bulan
Rifampin: 9-12 bulan.
Kortikosteroid : u/ me↓kan gangguan neurologis jangka panjang
TB milier & skeletal : isoniazid, rifampin, pyrazinamid, streptomisin 1-2
bulan, dilanjutkan isoniazid, rifampin 10 bulan berikutnya.
Prognosis
Survival rate ↑ jika:
 Gejala muncul setelah 3 minggu
 CNS TB ≠
 Terapi TB tepat
 Jumlah leukosit >>
 Military pattern, multiple pulmonary
nodule pada chest x-ray
Pencegahan
Vaksin BCG :
 M. bovis strain
 single dose pada neonatus
 Kontraindikasi : HIV + dan
immunocompromised.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai