disusun oleh :
Ganesha Adi Turbaga.
12100113024
Preseptor :
Zulmansyah., dr., Sp. A., M.Kes
Identitas Pasien
Nama
: An. ZA
Usia
: 8 tahun
Tanggal Lahir
: 05-11-2005
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal masuk RS
Tanggal pemeriksaan
: 12-02-2015
: 14 s/d 17 04 - 2014
Identitas Keluarga
Nama Ayah
: Tn. A
Usia
: 40 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Swasta
Nama Ibu
: Ny. I
Usia
: 38 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Parompong
KELUHAN UTAMA
DEMAM
ANAMNESA
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam sejak 2 minggu SMRS.
Demam dirasakan tidak begitu tinggi namun semakin lama semakin meningkat.
Biasanya pagi sampai siang hari pasien terlihat sehat dan suhunya turun walaupun
tidak sampai normal, tetapi demam lebih terasa pada sore hingga malam hari. 4
hari SMRS ibu pasien sempat mengukur suhu pasien dengan termometer dan suhu
tubuh pasien mencapai 39,3oC, kemudian pasien demam terus-menerus. Demam
awalnya dirasakan pertama kali 5 minggu SMRS, demam berlangsung dengan pola
yang sama selama 2 minggu dan menghilang pada 3 minggu SMRS. Kemudian
demam kembali muncul.
Selain itu keluhan diikuti dengan nyeri ulu hati, nyeri kemudian menyebar ke
perut kanan atas. Pasien juga mengeluhkan lidah terasa pahit, mual, dan muntah
sebanyak 5x berisi makanan, nyeri kepala dan nyeri di seluruh badan. Pasien
menjadi sulit buang air besar sejak 4 minggu SMRS, pasien hanya dapat BAB 2-3
hari sekali setiap minggunya. Ibu pasien mengatakan pasien menjadi tidak mau
makan dan selama sakit berat pasien berkurang 3 kg. Pasien juga mengalami batuk
berdahak yang hilang timbul sejak 2 minggu SMRS.
Ibu pasien menyangkal ada keluarga pasien yang memiliki batuk >3minggu
atau sedang menjalani pengobatan paru 6 bulan. Pasien tidak habis berpergian ke
daerah pantai ataupun mengalami menggingil hebat. Ibu pasien menyangkal pasien
buang air kecil menjadi sakit, sulit, harus mengejan saat buang air kecil, nyeri
pinggang atau nyeri perut bawah. Pasien tidak sering terlihat pucat, sering
mengalami perdarahan, ataupun adanya benjolan di leher, ketiak ataupun
selangkangan. Pasien tidak sering mengalami demam atau diare berulang. Pasien
tidak pernah mengeluhkan adanya ruam pada daerah wajah, nyeri sendi baik
menetap maupun berpindah. Ibu pasien menyangkal pasien terlihat lebih sering
tidur atau seperti kebingungan, nyeri kepala hebat dan kejang. Tidak ada nyeri
perut hebat, muntah darah. Sesak nafas. BAK tidak terlihat seperti air teh dan BAB
tidak terlihat pucat.
Ibu pasien mengatakan pasien jarang makan di rumah dan lebih banyak jajan
di sekolah atau di warung pinggir jalan yang makanannya tidak tertutup. Ibu pasien
mengatakan telah membawa pasien berobat ke dokter umum sejak 4 minggu SMRS.
Pasien kemudian di cek darah dan dikatakan terkena penyakit demam tifoid dan
diberikan penurun panas (parasetamol) yang diminum 3 kali tablet dan antibiotik
sirup tetapi ibu pasien tidak tahu nama obatnya dan diminum 4 kali/hari.
Pengobatan dilakukan selama 10 hari.
Riwayat penyakit dahulu
Keluhan seperti ini pertama kali dialami oleh pasien (5 minggu SMRS) dan
pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini ataupun sakit demam tifoid
sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang sedang demam ataupun anggota keluarga dengan
keluhan seperti pasien
Riwayat kehamilan dan persalian
Pasien lahir dari ibu P2A0 pada usia ibu 30 tahun di usia kehamilan 9 bulan.
Pasien lahir di rumah bersalin dibantu oleh bidan tanpa penyulit. Ketika lahir pasien
langsung menangis, tidak terlihat kebiruan, pucat, ataupun kuning dan pasien
langsung dibawa pulang. Berat lahir pasien 2900 gr dan panjang lahir 42 cm.
selama kehamilan ibu pasien rutin kontrol ke dokter, ibu tidak pernah sakit parah
dan hanya mengkonsumsi vitamin dari dokter.
Asupan makanan
Menurut ibu pasien, pasien makan 2x/hari dan sering jajan di sekolah.
Sebelum sakit berat badan pasien memang sulit naik.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadan umum
Kesadaran
Tanda vital
TD = 100/60 mmHg
RR = 20 x/menit
= 38,50C
Antropometri
Tinggi badan
= 128 cm
Berat badan
= 20 kg
BMI
= 12,2
Status gizi
BB/U
= SD -1 SD s/d -2 SD
BMI/U
= SD -2 SD s/d -3 SD (thinness)
Kepala
Bentuk
: normocepali
Wajah
Rambut
Mata
: Simetris, tidak cekung, konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), edema palpebra (-), pupil isokor, reflex cahaya direct +/+,
refleks cahaya indirect +/+
Telinga
Hidung
Mulut
: mukosa lembab, lidah kotor dengan pinggiran hiperemis,
lidah tremor (+), lidah atrofi (-), perdarahan gusi (-), stomatitis (-),
faring hiperemis (-) tonsil T1-T1
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid (-), retraksi
suprasternal (-)
Toraks
Inspeksi
: Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi interkostal (-), rose spot (-)
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor ka=ki
Auskultasi
Cardio
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Lembut, masa (-), hepar teraba 3 jari BXP dan 2 jari BAC,
permukaan halus, tepi tajam. Lien tidak teraba pembesaran, murphy
sign (-), NT epigastrik, NT kanan atas, NT suprapubik, LP : 51 cm
Perkusi
: Timpani, pekak samping (+), pekak pindah (+), defens
muskular (-), ruang traube kosong, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi
Ekstrimitas :
Kulit
:
Dermatosis (-),Bintik kemerahan/ruam (-), rose spot (-)
Otot
-
Anogenital : normal
Status Neurologis
-
Refleks fisiologis
Bisep (+/+)
Trisep (+/+)
Patella (+/+)
Refleks Patologis
Babinski (-/-)
Chaddock (-/-)
Oppenheim (-/-)
Refleks Primitive
Plantar -/-
Palmar -/-
Rangsang Meningen
Laseq : (-)
Kerniq : (-)
RESUME
Anak wanita 8 tahun, status gizi KEP ringan. PF : keadaan umum sakit
sedang, CM, kooperatif. Keluhan utama febris berulang 2 minggu SMRS, tipe
stepwise lalu continous. Febris pertama diawali 5 minggu SMRS tipe stepwise.
Riwayat tifoid sebelumnya dan sudah diobati selama 10 hari.
Nyeri epigastrik dan kanan atas, lidah pahit, mual, dan muntah, konstipasi 4
minggu SMRS, cepalgia, mialgia, anoreksia, weight loss 3 kg. batuk berdahak hilang
timbul 2 minggu SMRS.
Tanda vital dalam batas normal. Mata: konjungtiva anemis (+/+), mulut : tifoid
tongue. Abdomen cembung, hepar teraba 3 jari BXP dan 2 jari BAC, permukaan
halus, tepi tajam, NT epigastrik, NT kanan atas, NT suprapubik, pekak samping(+)
pekak pindah(+), LP : 51 cm.
DIAGNOSIS BANDING
1. Demam tifoid relaps
2. TB Abdomen
3. ISK
USULAN PEMERIKSAAN
Usulan pemeriksaan yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Darah rutin (Hb, Ht, WBC, PLT)
2. Hitung jenis
3. IgM anti Salmonela
4. Faal Hepar : SGOT, SGPT, albumin, Globulin
5. Elektrolit
6. USG abdomen
7. Pemeriksaan urin rutin
8. PPD test
9. Rotgen Thorax
USULAN PEMERIKSAAN
EKSPERTISE
Kesan :
USG
Kesan
Asites minimal
Organ lain dalam batas normal
ANALISA DIAGNOSIS
Tujuan : menyingkirkan diagnosa banding dan menegakkan diagnosa kerja
DIAGNOSIS BANDING
1.
TB Abdomen
Mengapa diagnosa TB abdomen dapat diajukan?
Anamnesa :
Anamnesa
Muntah
Pemeriksaan Fisik
Anamnesa
Tidak ada gejala : disuria, urgensi, frekuensi, dan hesistensi, atau mengompol
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis : tidak ada peningkatan leukosit atau bakteri
Demam tifoid relaps
ANAMNESA
Febris 7-14 hari tipe stepwise lalu continous1,2
Gejala sistemik : cephalgia, malaise, anoreksia, nausea, vomit, mialgia,
lidah pahit1,2
Relaps biasanya terjadi 1-2 minggu setelah demam dan gejala
menghilang, terjadi pada 5-10% pasien 3
Riwayat demam tifoid (5 minggu sebelumnya)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen1,2 :
Cembung
NT epigastrik dan kanan bawah
hepar teraba 3 jari BXP dan 2 jari BAC, permukaan halus, tepi
tumpul
DEFINISI
Demam typoid Adalah suatu infeksi yang bersifat akut pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhii.2
Penyakit ini ditandai dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. 4
MANIFESTASI KLINIS
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien adalah sbb:
Umum :
Tirah Baring
Diet TD II
Khusus :
Broadced (ceftriaxone) : 1 x 1 gr IV
Penatalaksanaan yang diajukan pada pasien ini sesuai dengan referensi 1 adalah
sebagai berikut :
Umum :
Tirah Baring
Protein 40 gr/hari
Khusus :
PEMBAHASAN2
ANALISA
Pada anamnesa didapatkan sebelumnya pasien telah diobati antibiotic yang
diberikan 4x/hari obat tersebut kemungkinan adalah klorampenikol. Sehingga pada
pengobatan di rumah sakit dipilih lini obat ke dua yitu seftriakson karena
kemungkinan telah adanya resisten terhadap antibiotic tersebut.
FOLLOW UP
ANALISA FOLLOW UP
Pasien diikuti perkembangannya selama 4 hari. Dari pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan grafik demam yang intermittent, hal tersebut sesuai dengan
referensi2 yang sudah dibahas sebelumnya. Pada hari terakhir yaitu tanggal 17
pasien sudah bebas demam selama 24 jam dan pasien dapat dipulangkan. 3
PROGNOSIS
KOMPLIKASI3
INTESTINAL
Perforasi ileus
Perdarahan intestinal
EKSTRAINTESTINAL
CNS
Kardiovaskular
Pulmonar
Hepatobilier
Hematologi
Konsul gizi
Edukasi
Pola makan
Higienitas
Vaksin Tifoid3
DAFTAR PUSTAKA