Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

G (7 TAHUN) DENGAN DIAGNOSA


MEDIS POST CHORDECTOMY+URETHROPLASTY a.i HIPOSPADIA

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Anak Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Dosen Pembimbing:

Yusi Sofiyah, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An

Disusun oleh:
Nden Ayu Pratiwi 402020033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS UNIVERSITAS ‘AISYIYAH


BANDUNG
2020/2021
A. DATA UMUM
Nomor RM 0001836943 Sumber Informasi
Nama : An. G Nama : Tn. A
Tanggal lahir : 01/10/2013 Umur : 26 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 21/09/2020 Jam:14.14 Alamat : Bojong tengan,
Tanggal pengkajian : 28/09/2020 Jam:15.00 Bandung
Bila ada, bisa tempel stiker identitas pasien Hubungan dengan anak : Orang tua (ayah)

B. RIWAYAT KESEHATAN
I. KELUHAN UTAMA
Nyeri daerah luka post operasi
II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan kencing bercabang dan tidak keluar dari ujung kemaluan
sejak lahir, nyeri kencing tidak ada, pancaran lemah dan bercabang, produksi urine
1500cc/24jam, warna urine kurang jernih. 2 hari SMRS pasien dibawa ke tempat praktek
dokter untuk dilakukan tindakan sikumsisi, setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter,
disarankan untuk dilakukan sirkumsisinya di rumah sakit ditangani oleh dokter urologi.
Pasien datang kepoli bedah urologi pada tanggal 21/09/2020 dilakukan pemeriksaan dan
sarankan dirawat untuk persiapan operasi. Pada tanggal 22/09/2020 jam 08.45 pasien
dilakukan tindakan operasi chordectomy+uretroplasty selama 2 jam.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28/09/2020, anak tampang tenang, terdapat
luka terbuka post operasi daerah penis, berwarna merah, luka sudah kering, merasa gatal
daerah luka operasi, terpasang folley cateter. Hasil tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg,
HR: 100x/menit, Respirasi : 22x/menit, Suhu: 37,5 oC, saturasi oksigen 97%. Pasien
mengeluh masih nyeri, skala nyeri 3 (ringan ), bila aktifitas pasien tampak meringis
dibantu oleh orangtuanya.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Prenatal
Konsumsi obat selama kehamilan √ Tidak  Ya, ............................
Adakah ibu jatuh selama hamil √ Tidak  Ya, ............................
2. Natal
Cara melahirkan √ Spontan  SC  Dengan alat bantu
Penolong persalinan  Dokter √ Bidan  Bukan tenaga
kesehatan
3. Postnatal
Kondisi kesehatan bayi BBL (2800 )gram; PB ( 51 )cm
Kelainan kongenital √Tidak Ya, labioplatoshizie
Pengeluaran BAB pertama √ <24jam  >24
jam
4. Penyakit terdahulu √ Tidak  Ya
Jika Ya, bagaimana gejala dan
penanganannya?
Pernah dioperasi √ Tidak  Ya
Jika Ya, sebutkan waktu dan berapa
hari dirawat?
5. Pernah dirawat di RS √ Tidak  Ya
Jika Ya, sebutkan penyakitnya dan
respon emosional saat dirawat?
6. Riwayat penggunaan obat √ Tidak  Ya
Jika Ya, sebutkan nama dan respon
anak terhadap pemakaian obat?
7. Riwayat alergi √ Tidak  Ya
Jika Ya, apakah jenis alerginya dan
bagaimana penanganannya?
8. Riwayat kecelakaan √ Tidak  Ya
Jika Ya, jelaskan
9. Riwayat immunisasi  Hepatitis  BCG  Polio  DPT
 Campak
 Lain-lain : Imunisasi wajib diberikan

IV. RIWAYAT KELUARGA


1. Riwayat penyakit keturunan √ Tidak  Ya, ......................
2. Riwayat penyakit menular √ Tidak  Ya, ........................

V. PENGKAJIAN FISIOLOGIS
1. OKSIGENASI

Ventilasi Frekuensi : 30x/mnt √ Teratur □ Tidak teratur


□ Trakeostomi □ penggunaan Oksigen
□ Sekret :
Respirasi □ sesak Nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi dada
√ Vesikuler □ Ronchi □ Wheezing □ Krakles
√ Batuk □ lain-lain…..
Pertukaran Gas AGD pH : PO2: PCO2:
HCO3: BE : Sat O2
Transport Gas Nadi : 120 x/mnt √ regular □ ireguler TD :
Akral : √ hangat □ dingin □ anemis □ pucat
□ cianosis □ clubbing finger □ pusing
Bunyi Jantung √ BJ I/II Normal □ murmur □ Gallop
Hasil Laboratorium
Thorax
Ct Scan
2. NUTRISI
PERILAKU
BB saat ini BB (20)kg PB/TB (110)cm LLA(15)cm
Status Nutrisi □ Lebih □ Baik □ kurang □ Buruk
Diet □ ASI □ susu formula □ bubur √ nasi tim
Puasa □ Ya √ tidak Frekuensi makan : 3x/hari Posi makan: habis
Cara Makan √ oral □ OGT □ NGT □ Gastrostomi □ parenteral
Kualitas Makan □ kurang □ cukup √ baik
Lidah √ bersih □ Kotor stomatitis : □ ya √ tidak
Mulut Caries : □ ya √ tidak lain-lain:
Abdomen √ supel □ kembung □ tegang □ terdapat massa lokasi:
Hepar √ tidak teraba □ hepatomegali □ lien □ splenomegali
Bising Usus 10x/mnt
3. PROTEKSI
Gangguan Warna √ Tidak ada □ Pucat □ Jaundice
Kulit □ Menjadi merah □ Sianosis □ …………..
Suhu □ suhu : √ Hangat □ Teraba panas □Teraba
dingin
Turgor √ Baik □ Jelek
Gangguan pada kulit □ Tidak ada □ Lesi □ Erupsi □ Eritema
□ Lainnya : luka sirkumsisi
Luka □ Tidak ada √ Ada
Stoma √ Tidak ada □ Ada
Drainase √ Tidak Ada □ Ada
Jika terjadi gangguan
pada kulit / luka /
stoma, berikan tanda
silang (X)
Pengkajian Nyeri

4. SENSASI

Penglihatan √ Adekuat □ Menurun [R L]


□ Buta [R L] □ Katarak [R L]
Mata □ Kotoran mata [R L]
Pupil √ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R
√ Reaktif □ Non Reaktif [R L]
Pengecapan √ Baik □ Tidak baik
Kondisi gigi √ Baik □ Terjadi gangguan □ Jelek
Gusi √ Pink □ Pucat □ Inflamasi
□ Perdarahan □ Kering √ Lembab
Penciuman √ Baik □ Tidak baik
Hidung □ Berdarah □ Drainage √ Tidak ditemukan
Masalah
Pendengaran √ Adekuat □ Menurun [R L] □ Tuli [R L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
Telinga √ Bersih [R L] □ Kotor [R L] □
Discharge [R L]
□ Dengan alat bantu pendengaran [R L]
5. CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Minum 1000 cc/hari jenis: Air putih


Kebutuhan Cairan:
BB anak: 20 kg
10 kg x 100= 1000
10 kg x 50 = 500
Total = 1.500 cc/hari
Kebutuhan cairan pada An. G masih kurang dari kebutuhan
tubuh
Ubun-ubun √ rata □ Cekung
Mata □ cekung √ tidak Air mata: □ ada □ tidak
Mukosa mulut √ lembab □ kering
Turgor √ elastic □ tidak elastic
Edema □ ada √ tidak □ ektremitas □ anasarka □ asites lingkar perut:
Muntah □ ada √ tidak frekuensi: ……x/hr
Diare □ ada √ tidak frekuensi: ……x/hr
Perdarahan □ ada √ tidak □ ptekie □ purpura □ ekimosis
Cairan infuse √ ada □ tidak Jenis :RL 20cc/jam
Balance cairan BB 20 kg
Intake infus 480 cc/24 jam
Output urin (Dower Kateter) 800 cc/24jam
IWL
IWL = (30-Usia) x BB
IWL = (30- 7) x 20
IWL = 23 x 20
IWL = 460
Output
Output = BAK + BAB + IWL
Output = 800+300+460
Ouput = 1560 cc
Input
Input = infus + minum
Input = 480 + 1000
Input = 1480 cc
Balance Cairan
Balance cairan = input – output
Balance cairan = 1480 – 1560
Balance cairan = -80 cc
Cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan masuk.
6. ELIMINASI

Buang air kecil Frekuensi :800 cc /hr □ oliguri □ disuria


□anuria
□incontinensia □ retensi
Eliminasi urin □ spontan √ dower kateter □ cistostomi □nefrostomi
Nyeri saat berkemih □ ada √ tidak
Warna urin √ kuning jernih □ kuning pekat □ merah
buang air besar Frekuensi :300cc/hr √ normal □ diare □
konstipasi
Warna feses √ kuning □ hijau □ merah
Karakteristik feses √ lembek □ cair □ padat □ berlendir
Anus √ ada lubang □ tidak berlubang
Hasil laboratorium
7. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Postur tubuh √ normal □ tidak normal


Berjalan √ normal □ tidak normal
Aktivitas anak □ hiperaktif √ aktif □ pasif □ leterbatasan □ pembatasan
Gerakan √ aktif □ tidak aktif
Paralise □ ada √ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya
□ kaki kanan/kiri/ keduanya
Tonus otot √ normal □ atrofi □ hipertrofi
Mobilisasi □ bedrest total √ ditempat tidur
Gangguan □ ada √ Tidak ada
neuromuscular
Mobilisasi √ ada □ Tidak ada
Jumalh jam tidur Tidur siang : 2 jam tidur malam : 10 jam
Kebiasaan sebelum tidur √ tidak ada □ ada, sebutkan…..
Kesulitan tidur □ ada √ tidak ada
Tidur dengan □ ya √ tidak
bantuan obat
8. NEUROLOGI

Kesadaran E:4 M:6 V:5 √ CM □ apatis □ somnolen □ koma


Status mental √ terorientasi □ disorientasi □ gelisah □ halusinasi
Pupil √ isokor □ anisokor
9. ENDOKRIN
PERILAKU
Masalah genital □ Discharge □ Hipo/epispadia

VI. KONSEP DIRI


Pembawaan anak √ Periang  Pemalu  Pendiam
Reaksi √ Baik
 Buruk
terhadap hospitalisasi?
Adanya stress/ cemas?  Ya √ Tidak
Persepsi keluarga √ Baik
terhadap penyakit?  Buruk
Reaksi keluarga √ Baik
terhadap  Buruk
penyakit?
Persepsi keluarga √ Baik
terhadap pengobatan?  Buruk

VII. FUNGSI PERAN


Pengasuh √ Ayah √ Ibu  Nenek  Orang lain
Dukungan sibling  Ada  Tidak ada
Dukungan keluarga lain √ Ada  Tidak ada

VIII. INTERDEPENDENSI (KETERGANTUNGAN)


1. Imunitas Sebelum sakit Selama sakit
Respon peradangan Tidak Tidak
(merah/panas) ada ada
Sensitifitas Tidak Tidak
(nyeri/suhu) ada ada
2. Neurologi
Pernah alami kejang √ Tidak  Ya
Jika Ya, waktu &
terjadinya kejang?
3. Eliminasi Sebelum sakit Selama sakit
(BAB/BA
K)
Frekuensi (waktu) 2x, pagi - malam 2x, pagi – malam
Konsistensi Lembek Lembek
Kesulitan/nyeri Tidak Tidak
ada ada
Pemakaian obat Tidak Tidak
ada ada
Bowel status
Bowel sounds : LUQ RUQ LLQ RL
Q
Present
Absent
Hyperactive
Hypoactive
4. Aktivitas / istirahat Sebelum sakit Selama sakit
Lama tidur Siang (<2-3 jam; >3 jam) Siang (<2-3 jam; >3 jam)
Malam(<6-7 jam; >7 jam) Malam(<6-7 jam; >7 jam)
Kebiasaan sebelum Tidak Tidak
tidur ada ada
Kesulitan tidur Tidak Tidak
ada ada
Alat bantu aktifitas Tidak Tidak
ada ada
Kesulitan pergerakan Tidak Tidak
ada ada
10.Cairan & elektrolit Sebelum Selama
sakit sakit
Frekuensi minum 120cc/ 3- 120cc/3-
4jam 4jam
sekali sekali
Cara pemenuhan Peroral Peroral

IX. PEMERIKSAAN KECEMASAN


No Item yg dinilai Penilaian Skorin
g
0 1 2 3 4
1 Perasaan Kekhawatiran yang √
Berlebihan
2 Ketegangan Perasaan tegang, √
kelelahan,
, gemetar, perasaan
gelisah,
ketidakmampuan
untuk bersantai.
3 Ketakutan Gelap, orang asing, dari √
ditinggal sendirian,
hewan, lalu lintas, dari
orang
banyak.
4 Insomnia Sulit tidur, tidur √
tidak memuaskan
dan kelelahan pada
bangun, mimpi, mimpi
buruk.
5 Intelektul Kesulitan dalam √
konsentrasi, memori yang
buruk.
6 Perasaa Hilangnya minat, √
n kurangnya kesenangan
tertekan dalam hobi, depresi
7 Somatis Rasa sakit dan nyeri, √
(muskular kekakuan, peningkatan
) tonus otot.
8 Somatis panas dan dingin, √
(sensori perasaan lemah,
) merasakan

sensasi
menusuk-nusuk
9 Kardiovaskuler Takikardia, palpitasi, nyeri √
di dada, berdenyut kapal,
perasaan mau pingsan
10 Pernapasan Mengeluh dada tertekan √
atau penyempitan di
dada,
perasaan tersedak,
dyspnea.
11 Gastroistensti Kesulitan dalam menelan, √
na l sakit perut, sensasi
terbakar, kepenuhan
perut, mual, muntah,
kehilangan berat
badan, sembelit.
12 Perkemihan Frekuensi berkemih √
sering,
urgensi berkemih,
amenore,
13 Tanda Mulut kering, kemerahan, √
autonom pucat, kecenderungan
i untuk berkeringat,

pusing,
Ketegangan sakit kepala,
14 Sikap Gelisah, gelisah atau √
pada mondar-mandir, tremor
saat tangan, mengerutkan alis,
diwawa Wajah tegang, mendesah
ncara atau

X. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Umur sosial Motorik halus Motorik kasar
2 bulan  senyum  mengikuti gerak  mengangkat kepala
45 dari perut
4 bulan  senyum  menggenggam  membalikan badan
6 bulan  menggapai  memindahkan benda duduk
mainan dari tangan satu ke
tangan lain
9 bulan  bermain ciluk ba  mengambil benda  berdiri
dengan ibu jari dan
telunjuk
12  minum dgn  menjumput benda  berjalan
bulan cangkir dengan 5 jari
18  menggunakan  mencoret-coret  naik tangga
bulan sendok kertas
2 tahun  melepaskan  membuat garis  berdiri dgn satu kaki
pakaian
3 tahun  bermain interaktif  meniru membuat  mengayuh sepeda
garis
4 tahun  memasang kancing  menggambar  melompat dengan satu
baju kaki
5 tahun  memaka baju  meniru gambar  menangkap bola
tanpa pengawasan

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 22/09/2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin 13.6 11,9-15.0 g/dl
2 Hematokrit 37.9 35-42 %
3 Eritrosit 4.90 4,0-4,9 Juta/uL
4 Leukosit 10.4 5,0-14,5 10^3/uL
1
5 Trombosit 364 250-550 Ribu/uL
KIMIA KLINIK
1 Glukosa sewaktu 101 70-150 mg/dl
2 Natrium 139 135-145 mEq/
L
3 Kalium 4.0 3.7-5.2 mEq/
L
4 Ureum 20.0 7-20 mEq/
L
5 Kreatinin 0.62 0.6-1.2 mg/dl
No Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
MIKROSKOPI
S URINE
1 Eritrosit 0-1 0-1 /LPB
2 Leukosit 0-1 <4-5 /LPB
3 Epitel 1-4 0-4 /LPB
4 Bakteri Negatif
4 Kristal Negatif
5 Silinder Negatif

XII. PENATALAKSANAAN MEDIS/ KEPERAWATAN


Keperawatan
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji skala nyeri
- Observasi tanda-tanda infeksi
- Kaji dan rawat luka
- Pendidikan kesehatan (PHBS)
Medis
- Pemasangan folley cateter
- Infus RL 20cc/jam
- Therapi : Omeprazole 2x10 mg IV
Katropen 50mg/12jam supp Paracetamol
4x350mg po

XII. THERAPI
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Omeprazole 2 x 10mg IV 08 – 16 Obat untuk
mengatasi
gangguan lambung,
seperti penyakit
asam lambung dan
tukak lambung.
Obat ini dapat
mengurangi
produksi asam
lambung di dalam
lambung.
2 Kaltrofen supp 2 x 50mg Supp 08 – 16 Kaltrofen
suppositorianmenga
ndung zat aktif
ketoprofen,
golongan NSAID.
Obat ini digunakan
untuk mengatasi
nyeri ringan sampai
sedang pada nyeri
pasca operasi. Obat
ini berbentuk
peluru, digunakan
dengan cara
dimasukkan ke
dalam anus.
3 Paracetamol 4x350mg po 08 -12- 17 – 22 Paracetamol untuk
meredakan gejala
demam dan nyeri
pada berbagai
penyakit seperti
demam dengue,
tifoid, dan infeksi
saluran kemih.

C. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
DO: Embriologi Nyeri Akut
- Skala nyeri
3(ringan )
- Terdapat luka Proses perkembangan
terbuka post operasi janin usia 8-15 minggu
daerah penis,
berwarna merah,
luka sudah kering Pembentukan uretra
- Bila aktifitas pasien terganggu
tampak meringis
dibantu oleh
Penyatuan Glandula uretra
orangtuanya.
di garis tengah lipatan
-
uretra tidak lengkap
DS:
- Pasien mengeluh
masih nyeri Meatus uretra (lubang
- kencing) terbuka pada sisi
ventral penis

Pembentukan saluran
kencing tidak sempurna

Hipospadia

Aliran urin tidak


memancar secara
sempurna

Indikasi operasi

Cordectomy
Uretroplasty

Terputusnya kontinuitas
jaringan

Merangsang saraf nyeri di


radix dorsal medulla spinal

Nyeri akut
DO: Post Op Risiko hipovolemia
- Cairan yang keluar
lebih banyak
Insisi bedah
daripada cairan
masuk.
- Balance cairan = Terputusnya kontinuitas
input – output jaringan
Balance cairan =
1480 – 1560
Balance cairan = - Perubahan permeabilitas
80 cc kapiler
-
DS:
Kehilangan cairan ekstra
sel ke jaringan

Resiko Hipovolemia

DO: Embriologi Risiko Infeksi


- Terdapat luka
terbuka post operasi
daerah penis Proses perkembangan
- Berwarna merah janin usia 8-15 minggu
- Luka sudah kering
DS:
- Pasien merasa gatal Pembentukan uretra
daerah luka operasi terganggu

Penyatuan Glandula uretra


di garis tengah lipatan
uretra tidak lengkap

Meatus uretra (lubang


kencing) terbuka pada sisi
ventral penis
Pembentukan saluran
kencing tidak sempurna

Hipospadia

Aliran urin tidak


memancar secara
sempurna

Indikasi operasi

Cordectomy

Uretroplasty

Terputusnya kontinuitas
jaringan

Pemasangan kateter
inwhelling

Post de entry kuman

Risiko Infeksi

D. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik akibat pembedahan
2. Risiko hipovolemia berhubungan dnegan kekurangan intake cairan
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi
dengan cidera fisik akibat tindakan keperawatan Observasi 1) Nyeri merupakan
pembedahan selama 3 x 24 jam 1) Identifikasi lokasi, pengalaman subjektif yang
diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi, harus dijelaskan oleh pasien.
menurun, dengan frekuensi, kualitas, intensitas Untuk mengetahui lokasi nyeri,
kriteria: 1. Klien tidak nyeri. karakteristik nyeri, durasi nyeri,
mengeluh nyeri. 2) Identifikasi skala nyeri frekuensi nyeri, kualitas nyeri
2. Skala nyeri berkurang 3) Identifikasi respons nyeri dan intensitas nyeri yang
dari 3 menjadi 1. non verbal dirasakan
3. Klien tidak meringis. 4) Identifikasi faktor yang 2) Untuk mengetahui skala nyeri
4. Frekuensi nadi memperberat dan serta mempermudah dalam
normal 80-100 x/menit. memperingan nyeri mengkaji nyeri
Terapeutik 3) Mengetahui keadaan tidak
1) Berikan teknik menyenangkan pasien yang
nonfarmakologis untuk tidak sempat digambarkan oleh
mengurangi rasa nyeri (Terapi pasien
Musik Klasik (Alunan Piano) 4) Untuk mengetahui faktor
Menurunkan Intensitas Nyeri yang memperberat dan
Pada Pasien Post Operasi) memperingan nyeri
2) Kontrol lingkungan yang Terapeutik
memperberat rasa nyeri 1) pemberian terapi musik
(kebisingan, pencahayaan) klasik (alunan piano) efektif
3) Fasilitasi istirahat dan tidur terhadap penurunan intensitas
Edukasi nyeri pada pasien post operasi,
1) Jelaskan penyebab, dimana nyeri post operasi terjadi
periode, dan pemicu nyeri akibat reaksi tubuh terhadap
2) Jelaskan strategi stress bekas insisi operasi
meredakan nyeri sehingga tubuh menghasilkan
3) Ajarkan teknik mediator kimia nyeri.
nonfarmakolgis Pemberian terapi musik klasik
Kolaborasi mampu menekan sensasi nyeri
1) Kolaborasi pemberian dengan memberikan efek
analgetik nyaman dan rileksasi tubuh
dimana musik masuk melalui
organ pendengaran kemudian
menstimulasi hipotalamus pada
batang otak agar tidak bereaksi
terlalu kuat terhadap stressor
yang diterimanya, dalam hal ini
stressor nyeri.
2) Mencegah pasien mengalami
stress yang meningkatkan
tingkat nyeri yang dialami.
3) Dengan istirahat dan tidur
membantu pasien dalam
mengurangi aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri.
Edukasi
1) Agar pasien mengetahui
penyebab, periode dan pemicu
nyeri
2) Agar pasien dapat melakukan
strategi meredakan nyeri
sehingga nyeri yang dirasakan
dapat berkurang
3) Untuk mengurangi rasa nyeri
pasien
Kolaborasi
1) Untuk membantu
mempercepat proses
penyembuhan pasien
2. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi 1) Untuk mengetahui lebih awal
kekurangan intake cairan selama 3 x 24 jam 1) Periksa tanda dan gejala apakah pasien mengalami
diharapkan status cairan hipovolemia hipovolemia atau tidak
membaik, dengan 2) Monitor intake dan output 2) Membantu dalam
kriteria: cairan menganalisa keseimbangan
1. Frekuensi nadi Terapeutik cairan dan derajat kekurangan
membaik (80- 1) Hitung kebutuhan cairan cairan
100x/menit) 2) Berikan asupan cairan oral Terapeutik
2. Intake cairan Edukasi 1) Untuk mengetahui kebutuhan
membaik 1) Anjurkan memperbanyak cairan yang dibutuhkan pasien
asupan cairan oral 2) Agar pemenuhan cairan
Kolaborasi pasien dapat terpenuhi
1) Kolaborasi pemberian Kolaborasi
cairan IV isotonis RL 1) Cairan infus yang biasa
digunakan sebagai sumber
elektrolit dan air.
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi 1. Untuk mengetahui tanda dan
prosedur invasive selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda dan gejala gejala infeksi pada pasien
diharapkan tingkat infeksi local dan sistemik
infeksi menurun dengan Terapeutik
kriteria hasil: Terapeutik 1. Untuk mencegah paparan
1. Nafsu makan 1. Batasi jumlah pengunjung nasokomial terhadap pasien
meningkat (pasien mau 2. Berikan perawatan kulit 2. Untuk mencegah penyakit
minum ASI). pada area post op pada kulit area luka post op
2. Pasien diharapkan 3. Cuci tangan sebelum dam 4. Untuk mempertahankan
terbebas dari tanda dan sesudah kontak dengam pasien agar terhindar dari
gejala infeksi (tidak ada pasien dan lingkungan pasien mikroorganisme.
kemerahan, bengkak, 4. Pertahankan teknik aspetik
nyeri, demam). pada pasien beresiko tinggi Edukasi
1. Agar keluarga lebih paham
Edukasi mengenai tanda dan gejala
1. Jelaskan kepada keluarga infeksi sehingga jika ada tanda-
mengenai tanda dan gejala tanda tersebut pada pasien
infeksi keluarga dapat langsung
2. Ajarkan kepada keluarga melaporkan kepada dokter dan
mengenai perawatan luka post perawat.
op 2. Agar pada saat dirumah
keluarga mampu melakukan
perawatan luka pada pasien.
PEMBAHASAN
Intervensi keperawatan merupakan panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien, dan/ atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat untuk
mencapai hasil yang diharapkan untuk intervensi berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Sebelum dilakukan intervensi penulis melakukan
diagnosa keperawatan terlebih dahulu berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
kleuarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Selanjutnya, penulis mengambil beberapa jurnal untuk memperkuat pemberian
intervensi pada setiap diagnosa:
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik akibat pembedahan
Judul jurnal: Terapi Musik Klasik (Alunan Piano) Menurunkan Intensitas Nyeri Pada
Pasien Post Operasi
Penulis: Vera Sesrianty, Sri Wulandari
Tahun: 2018
Rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap insisi post operasi. Bila tidak diatasi
dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan mengganggu proses
penyembuhan, untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk meminimalkan
nyeri yang dialami oleh pasien. Nyeri pasca operasi muncul disebabkan oleh
rangsangan mekanik luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator kimia
nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). Pada umumnya pengobatan dirumah sakit difokuskan
pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis seperti
kecemasan dan depresi. Salah satu tekhnik distraksi yang digunakan untuk mengatasi
kecemasan pada pasien adalah terapi musik klasik (alunan piano). Menurut Kate and
Richard Mucci dalam bukunya the healing sound of music, memaparkan bahwa tubuh
manusia mempunyai ritme tersendiri. Kemampuan seseorang mencapai ritme dan
suara-suara dalam diri mereka membuat penyembuhan musikal menjadi semakin
efektif (Hastomi & Sumaryati, 2012). Maka terapi musik merupakan salah satu terapi
komplementer non invasif yang dapat digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri.
Pemberian terapi musik klasik ini dapat diberikan selama 10-30 menit.
Melalui musik Hipothalamus dimanipulasi agar tidak bereaksi terlalu kuat
terhadap stressor yang diterimanya. Hal ini disebabkan karena musik merangsang
hipofisis untuk melepaskan endorphin (optat alami) yang akan menghasilkan euforia
dan sedasi, sehingga pada akhirnya akan mampu menurunkan nyeri, stres, dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri yang dirasakannya
(Campbell, 2002). Menurut asumsi peneliti, pemberian terapi musik klasik (alunan
piano) efektif terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi, dimana
nyeri post operasi terjadi akibat reaksi tubuh terhadap stress bekas insisi operasi
sehingga tubuh menghasilkan mediator kimia nyeri. Pemberian terapi musik klasik
mampu menekan sensasi nyeri dengan memberikan efek nyaman dan rileksasi tubuh
dimana musik masuk melalui organ pendengaran kemudian menstimulasi
hipotalamus pada batang otak agar tidak bereaksi terlalu kuat terhadap stressor yang
diterimanya, dalam hal ini stressor nyeri. Hal ini terjadi karena musik merangsang
hipofisis untuk meningkatkan sekresi hormon endorphin yang menghasilkan euforia
dan sedasi yang berfungsi sebagai analgesic alami bagi tubuh, dengan peningkatan
konsentrasi endorphin (euforia dan sedasi) di dalam darah mampu memberikan efek
nyaman dan rileksasi tubuh sehingga menurunkan denyut jantung sehingga sensasi
nyeri yang dirasakan responden berkurang. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Krendehi, dkk (2015) dengan judul
Pengaruh pemberian musik terhadap skala nyeri akibat perawatan luka bedah pada
pasien pasca operasi di ruang perawatan bedah Flamboyan Rumah Sakit Tk. III
07.06.01 R.W Mongisi di Manado didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rata-
rata tingkat nyeri responden sebelum dan sesudah pemberian terapi musik.
2. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
Judul jurnal: Pengaruh Pemberian Minum Air Mineral Dan Susu Kedelai Terhadap
Keseimbangan Cairan Tubuh
Penulis: Decandra Arif Pratama Putra
Tahun: 2016
Air merupakan merupakan komponen utama yang terdapat dalam tubuh kita,
karena dalam tubuh kita sebagian besar terdiri dari air. Sehingga dalam kehidupan
sehari-hari air merupakan suatu kebutuhan yang harus terpenuhi untuk tubuh kita.
Keseimbangan cairan di dalam tubuh harus selalu terjaga, karena apabila cairan
dalam tubuh kita berkurang maka tubuh kita terganggu dan dapat menyebabkan
dehidrasi pada kondisi tertentu. Tubuh manusia terdiri atas air sekitar 60%. Pada
seorang pria dengan berat badan rata-rata 70 kg, hal tersebut menandakan terdapat 42
liter air. Banyaknya cairan tubuh diatur dengan baik karena pengaturan kadar cairan
tubuh merupakan hal penting. meskipun kita dapat hidup beberapa minggu tanpa
makanan, kita tidak dapat hidup lebih dari beberapa hari tanpa cairan. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Susu kedelai merupakan susu alternatif yang dapat digunakan, karena kandungan
susu kedelai mirip dengan susu sapi. Susu kedelai bahkan memiliki kandungan
karbohidrat dan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Kandungan
lemak dalam susu kedelai pun relatif rendah dibandingkan dengan susu sapi. Protein
susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi
sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka
yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi
tinggi, terutama kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga mengandung
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks
(kecuali B12), dan air.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Judul jurnal: Pendidikan Kesehatan Yang Diberikan Perawat Kepada Keluarga Klien
Bedah Anak
Penulis: Elsa Naviati, Sari Sudarmia
Tahun: -
Kesehatan merupakan hal yang harus dimiliki dan dipelihara dengan baik oleh
setiap orang terutama oleh anak- anak. Kesehatan anak harus benar- benar
diperhatikan karena akan menunjang terhadap perkembangan anak selanjutnya
dimasa yang akan datang, memperhatikan kesehatan anak sejak dini akan menunjang
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak baik dari segi fisik maupun dari segi
psikis. Anak dengan kasus bedah memunculkan berbagai masalah keperawatan dari
fisik hingga psikologis yang dirasakan tidak hanya anak namun juga keluarga.
Adapun masalah yang dirasakan klien dan keluarga yang paling sering dirasakan
adalah nyeri, gangguan konsep diri, ketidakseimbangan nutrisi dan cairan. Perbedaan
kondisi fisik setelah operasi seringkali memunculkan berbagai masalah psikologis.
Seperti terganggunya harga diri, ideal diri dan gangguan body image.
Pendidikan kesehatan setelah operasi diutamakan untuk pencegahan infeksi.
Adapun yang paling sering dilakukan oleh perawat adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dapat dilakukan dengan menggunkaan air dan sabun atau antiseptik cair yang
ada di tempat tidur klien. Mencucui tangan diwajibkan kepada klien untuk mencegah
infeksi. Dilakukan sebelum makan, setelah makan dan setelah buang air. Selain itu,
klien juga diingatkan untuk meningkatkan istirhat tidurnya. Istirahat dan tidur mampu
membantu proses penyembuhan karena dengan istirahat yang cukup maka
penyerapan nutrisi oleh tubuh menjadi optimal dan proses penyembuhan luka berjalan
maksimal.
Salah satu kebutuhan penting klien yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu
kebutuhan nutrisi. Status nutrisi klien pre operasi perlu dikaji. Hal tersebut penting
untuk perbaikan jaringan pos operasi dan penyembuhan luka. Kekurangan nutrisi pre
operasi dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang tidak optimal, demikian pula
dengan kondisi obesitas. Klien obesitas akan mendapat masalah post operasi
dikarenakan lapisan lemak yang tebal akan meningkatkan resiko infeksi luka, juga
terhadap kesulitan teknik dan mekanik selama dan setelah pembedahan.
Luka operasi yang lembab adalah lebih baik. Laju epitelisasi luka yang ditutup
poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian
ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada
suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka
modern. Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya
tingkat infeksi pada semua jenis balutan lembab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9
% pada balutan kering. Lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat
luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan uka
dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan
bagi perkembangan balutan lembab. Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan
tidak hanya berdasarkan kebiasaan,melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe
dan jenis luka. Penggunaan antiseptikhanya untuk yang memerlukan saja karena efek
toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal
saline. Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara
sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan
dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat
dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu
banyak manipulasi gerakan. Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan
sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan
hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka
menyatu.

Anda mungkin juga menyukai