Anda di halaman 1dari 19

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Jam : 17.00
Pengkajian tgl : 30-10-2019 NO. RM : 09. 56. 33
Tanggal MRS : 29-09-2019 Dx. Masuk : Obs dyspnea dd/ TB
Ruang/Kelas : Asoka Dokter yang merawat : Dr. Widya
Sp.p
Nama : Tn Ija Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 57 tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Biaya : Bpjs
Identitas

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wirausaha
Suku/Bangsa : Indonesia
Alamat : Sepatan
Keluhan utama : Sesak Nafas, batuk
Riwayat Sakit dan Kesehatan

Riwayat penyakit saat ini : Pasien datang langsung ke Rs ruang Igd dengan diantar oleh
keluarga, dengan keluhan sesak napas sejak satu bulan yang lalu, batuk berdahak, Mengeluh
berkeringat banyak pada malam hari, Tidak nafsu makan mual, muntah, Demam.

Penyakit yang pernah diderita : Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada


Riwayat alergi:  ya √ Tidak Jelaskan :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:  baik  sedang √ lemah Kesadaran: compos mentis
Tanda vital TD: 110/60 mmHg Nadi: 88 x/mnt Suhu : 37.5 ºC RR: 33 x/mnt
TB= !65 cm BB= 50kg
Pola nafas irama: √ Teratur  Tidak teratur
Jenis √Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain:
Pernafasan

Suara nafas:  verikuler  Stridor  Wheezing √ Ronchi Lain-lain:


Sesak nafas √ Ya  Tidak √ Batuk √ Ya  Tidak
Masalah:
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Irama jantung: √ Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal √ Ya  Tidak
 Ya √ Tidak
Kardiovaskuler

Nyeri dada:
Bunyi jantung: √ Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT: √ < 3 dt > 3 dt
Akral: Hangat  Panas √ Dingin kering  Dingin basah
Masalah: Tidak ada

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total:15


Refleks fisiologis: √ patella √ triceps √ biceps lain-lain:
Persyarafan

Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain: Tidak ada


Lain-lain:
Istirahat / tidur: 6 jam/hari Gangguan tidur: tidak ada
Masalah: tidak ada
Penglihatan (mata)
Pupil : √ Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus √Putih/ merah muda  Lain-lain:
Lain-lain : tidak ada
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan

Gangguan pendengaran :  Ya √ Tidak Jelaskan:


Lain-lain : tidak ada
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya √ Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah: tidak ada

Kebersihan: √ Bersih  Kotor


Urin: Jumlah: 700 cc/hr Warna: Kuning jernih Bau: khas
Alat bantu (kateter, dan lain-lain):
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya √ Tidak


Nyeri tekan  Ya √ Tida
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia √ Lain-lain: tidak ada
Masalah: tidak ada

Nafsu makan:  Baik √ Menurun Frekuensi: 3 x/hari,


Porsi makan:  Habis √ Tidak Ket: habis 3 sendok makan
Diet : TKTP DM 1700 kal Menu dirumah Nasi lauk sayur
Minum : 2000 cc/hari Jenis: Air putih, kopi
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering √ Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
Pencernaan

 Pembesaran tonsil  Lain-lain: Tidak ada

Abdomen √ Supel  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan, lokasi:


Peristaltik 24 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya √ Tidak
Pembesaran lien  Ya √ Tidak
Buang air besar 1x/hari Teratur:  Ya √ Tidak
Konsistensi √Lembek Bau: Khas Warna: Kuning
Lain-lain:
Masalah: Defisit Nutrisi
Kemampuan pergerakan sendi: √ Bebas  Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
Muskuloskeletal/ Integumen

5 5 Massa Otot Kurang


Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan √ Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor:  Baik  Sedang √ Jelek
Odema: Ada √ Tidak ada Lokasi
Luka  Ada √ Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada √ Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain : tidak ada

Masalah:
Pembesaran Tyroid  Ya √ Tidak
Endokrin

Hiperglikemia √ Ya  Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak


Luka gangren  Ya  Tidak Pus  Ya √ Tidak
Masalah: Ketidak stabilan kadar glukosa darah

Mandi : 2xsehari Sikat gigi : 2xsehari


Keramas : 2xseminggui Memotong kuku: 2minggu sekali
Personal
Higiene

Ganti pakaian : 2xsehari

Masalah:
Orang yang paling dekat: Isteri pasien
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Jarang berkumpul bersama tetangga
Kegiatan ibadah: Sholat tidak berjamaah, tidak pernah mengikuti pengajian rutin
Lain-lain : jika ada masalah keluarga terbuka hanya sama isterinya
Psiko-sosio-spiritual

Masalah:
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 10.0 g/dl 14.0-16.0


Pemeriksaan Penunjang

Hematokrit 31 % 40-48

Leukosit 12.7 Ribu/ul 5.000-10.000

Trombosit 557 Ribu/ul 150-400

KIMIA DARAH

Ureum 48.3 Mg / dl 15-40

Creatinin 0.9 Mg / dl 0.5-15

Glukosa Sewaktu 367 Mg /dl 70-140

Ro Thorak Tanggal 29-09-2019


Radiologi/USG, dll

Kesan Jantung: Normal


Paru: TB Paru Aktif

Nama Dokter Obat Dosis Aturan Pakai

Dr. Widya Sp.p Ceftriaxone 1x2 gr Injeksi Iv


Ranitidin 2x50 gr Injeksi Iv
Terapi:

Sanmol Suhu > 39 C Drip


Ambroxol 3x1 C Oral
Parasetamol 3x500 mg Oral
4FDC 1x3 tab Oral

Cairan Infus RL 500cc / 12 jam


ANALISA DATA

No. Data Problem Etiologi

1. Ds: Pasien mengatakan sesak nafas, Bersihan jalan nafas Proses Infeksi
sering batuk berdahak, berkeringat tidak efektif
malam
Do: Dyspnea, Batuk tidak efektif, sputum
berlebih, Suara nafas ronkhi
TD 110/70 mmhg, N=80 x/menit,
RR=28 x/menit, s= 37.5 C lab
Leukosit 12.700 gr/dl, Radiologi
Rontgen Thorak kesan TB Paru Aktif
2.
Ds: Pasien mengatakan mual tidak nafsu Defisit nutrisi Kurangnya asupan
makan sejak kurang lebih satu bulan makanan
yang lalu, ada penurunan berat badan
dari sebelum sakit sampai saat ini BB
sebelum sakit 56Kg, sekarang BB 50
kg
Do: Makan habis cuma 3 sendok, tampak
lemas, Bising usus 24 x/ mnt
membran mukosa pucat TD= 100/60
mmhg N= 68 x/menit RR =20 x/menit
Kulit Kering, Mulut stomatitis, turgor
kulit buruk
TB=165kg BB=50kg
BB ideal = 65kg
IMT(Index Massa Tubuh)
50kg/2,722m=18.3
BB kurang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan.
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. Ija Nama Mahasiswa : Eem Setiana
Ruang : Ashoka NPM : 191030200100
No.M.R. : 09.56.33

No Tanggal D\iagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


dan jam Keperawatan Hasil
(PES)
1. 30-09-2019 Bersihan jalan Selama 2x24 jam Observasi
nafas tidak dilakukan 1. Monitor pola nafas (frekunsi,
efektif perawatan bersihan kedalaman,usaha nafas)
berhubungan jalan nafas 2. Monitor Bunyi Nafas
Dengan proses meningkat. tambahan (misal
infeksi dengan Kriteria gurgling,mengi whezing,
dibuktikan Hasil ronchi kering)
dengan batuk - Batuk efektif 3. Monitor Sputum(Jumlah,
Tidak efektif, meningkat warna, aroma
Dyspnea, - produksi sputum Terapetik
frekuensi dan menurun 1Pertahankan kepatenan jalan
pola nafas - Dyspnea nafas
berubah menurun 2.Posisikan semi fowler atau
- Frekuensi nafas fowler
membaik 3. Berikan minum hangat
- Pola nafas 3. Lakukan fisioterapi dada jika
membaik perlu
4.Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hr sesuai toleransi jantung
5.Berikan oksigen jika
Edukasi
-Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspectoran,mu
kolitik jika perlu.
2. Selama dilakukan
01-10-2019 Defisit Perawatan 2x24 Observasi
Nutrisi jam diharapkan
Berhubunga kebutuhan nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
n dengan terpenuhi dengan 2 Identifikasi alergi dan
kurangnya kriteria hasil intoleransi makanan
- Frekuensi makan 3. Identifikasi makanan yang
asupan membaik disukai
makanan - Nafsu makan 4.Identifikasi kebutuhan kalori
dibuktikan membaik dan jenis nutrient
dengan berat - Bising Usus 5. Identifikasi perlunya
badan membaik penggunaan selang
menurun 10 - Sariawan nasogastrik
% sariawan menurun 6, Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Anjurkan untuk makan porsi
kecil tapi sering
9. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapetik
1. Lakukan atau bantu pasien
terkait perawatan mulut
sebelum makan
2. Berikan medikasi sebelum
makan
3. Berikan suplemen jika perlu
4. Berikan makanan tinggi protein
tinggi serat
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk jika
mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli giji
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn Ija
Diagnosis Medis : Obs. Dyspnea dd Tb paru DM tipe 2
Ruang Rawat : Ashoka
Tgl/ No. DK Implementasi SOAP
Jam
01-10-2019 1 1. Memonitor ttv S. Pasien
Memonitor pola nafas dan bunyi mengatakan
Jam 18.00 nafas sesak napas
2. Mempertahankan jalan nafas berkurang, bisa
dengan ekstensi kepala, posisi melakukan
batuk
badan fowler atau telungkup pada
efektif.
meja dengan memeluk bantal O. Kes CM Gcs 15
3. Melakukan edukasi tehnik batuk TTV= TD
efektif 110/70
4. Menjelaskan cara penularan N=65x/menit
penyakit dan cara pencegahannya Rr =18 x/menit
5. Mengajarkan chest fisiterapi S=36.8 C
menepuk- nepuk punggung Suara nafas
perkusi dan fibrasi vesikuler, tidak
6. Mengajurkan banyak minum air batuk,
putih 2000cc/hari dan minum air tidak sesak.
hangat. A. Masalah teratasi
P. Intervensi
7. Meminumkan obat oral Ambroxol
dihentikan
satu sendok makan
8. Menyuntikan Obat Antibiotik
Ceftriaxone 2gram iv bolus pelan
pelan

02-10-2019 2 1. Mengobservasi ttv S. Pasien


2 Menyarankan pasien untuk mengatakan
Jam 18.30 makan dengan posisi duduk, Mual sudah tidak
makan makanan yang masih ada makan habis
hangat, makan porsi kecil tapi setengah porsi
sering O.Kes Cm Gcs 15
3. melakukan timbang berat badan Bb 57 kilogram
4. Menyuntik ranitidin inj iv 1amp Tampak sudah
5. Menganjurkan untuk menjaga tidak lemas,
kebersihan mulut makan habis
6. Memantau banyaknya asupan setengah porsi,
nutrisi yang dihabiskan sariawan tidak
7. Menimbang BB ada, bibir tidak
8. Berkolaborasi dengan petugas sianosisi
ahli giji untuk kebutuhan nutrien A.Masalah
teratasi
P. Intervensi
hentikan

LAPORAN PENDAHULUAN
TB PARU

I. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius terutama menyerang parenkim paru.TB paru
adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh bacil Mycobacterium tuberculosis
yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Sebagian besar bakteri
M. tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer (Wijaya & Putri, 2013).

Tuberkulosis paru (tb paru) adalah infeksi paru yang menyerang jaringan prenkim
paru, disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis.(Alwi, 2017 ).

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkanoleh infeksi bakteri


mycobacterium tuberculosis.Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah
terinfeksi basil tuberkulosis. (Kemenkes RI. 2014)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis, yakni bakteri yang mempunyai ukuran 0,5-4 mikron × 0,3-0,6 mikron dengan
bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung,
tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid yang sulit ditembus oleh zat kimia
( Maghfiroh, 2017 ).

II. Etiologi
Agen infeksius utama, M. tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar matahari.M. bovis dan M.
avium adalah kejadian yang jarang yang berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberkulosis
(Wijaya & Putri, 2013).
M. tuberculosis termasuk famili Mycobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus,
salah satunya adalah Mycobaterium dan salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis.Bakteri
ini berbahaya bagi manusia dan mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam.Bakteri
ini memerlukan waktu untuk mitosis 12 – 24 jam.M. tuberculosis sangat rentan terhadap sinar
matahari dan sinar ultraviolet sehingga dalam beberapa menit akan mati. Bakteri ini juga
rentan terhadap panas – basah sehingga dalam waktu 2 menit yang berada dalam lingkungan
basah sudah mati bila terkena air bersuhu 1000 C. Bakteri ini juga akan mati dalam beberapa
menit bila terkena alkhohol 70% atau Lysol 5% (Danusantoso, 2012).
M. tuberculosis berbentuk batang berwarna merah dengan ukuran panjang 1-10
mikron, dan lebar 0,2- 0,6 mikron. Kuman mempunyai sifat tahan asam tehadap pewarnaan
metode Ziehl Neelsen. Memerlukan media khusus untuk biakan contoh media lowenstein
jensen dan media ogawa. Tahan terhadap suhu rendah dan dapat mempertahankan hidup
dalam jangka waktu lama bersifat dorment ( tidur dan tidak berkembang ) pada suhu 4o C
sampai – 70 Co. Kuman bersifat sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Jika terpapar langsung dengan sinar ultraviolet, sebagain besar kuman akan mati
dalam waktu beberapa menit. Kuman dalam dahak pada suhu antara 30 – 70 oC akan mati
dalam waktu kurang lebih 1 minggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

III. Patofisiologi
M. tuberculosis yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung
tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada di ruang alveolus
di bagian bawah lobus atau bagian atas lobus bakteri M. tuberculosis ini membangkitkan
reaksi peradangan.Lekosit polimorfonuklear tampak pada tempat tadi dan mefagosit bakteri
tetapi tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari pertama maka lekosit diganti oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala – gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan
kerusakan jaringan paru atau biasa dikatakan proses dapat berjalan terus dan bakteri terus
difagosit tau berkembang biak di dalam sel. Bakteri juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya
berlangsung 10 – 20 hari.Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relative
padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari epilteloid dan fibroblast
menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk
jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru – paru disebut focus ghon dan gabungan terserang kelenjar limfe
regional dan lesi primer dinamakan komplek ghon.Komplek ghon yang mengalami
perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang mengalami pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan di mana bahan cair lepas ke
dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding
kavitas akan masuk ke percabangan treakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada
bagian lain dari paru atau bakteri M. tuberculosis dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa.Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang tedapat dekat dengan perbatasan bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak mengalir melalui saluran yang ada
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.Keadaan ini tidak dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah ( limfohematogen ). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai
aliran darah dalam jumlah lebih kecil yang kadang – kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain ( ekstrapulmoner ). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Hal ini terjadi bila focus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vaskuler dan
tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ – organ tubuh (Wijaya & Putri, 2013).
Cara Penularan
Penularan utama TB adalah melalui cara cara dimana kuman TB (mycobacterium
tuberculosis) terbesar melalui udara melalui percik renik dahak saat pasien TB paru atau TB
laring batuk, berbicara, menyanyi maupun bersin. Percik renik tersebut berukuran antara 1-5
mikron sehingga aliran udara memungkinkan percik renik tetap melayang diudara untuk waktu
yang cukup lama dan manyebar keseluruh ruangan.Kuman TB pada umumnya hanya dutularkan
melalui udara, bukan melalui kontak permukaan. (Kememkes RI. 2014).

1V. Manifestasi Klinis


Gejala TB paru adalah :
1. Demam 40-410c, sertaada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Suara khas pada perkursi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
- Berkuranganya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.
- Demam tanpa sesab jelas, dengan atau tanpa wheeze.
- Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
(Amin, H. 2015)

V. Komplikasi
Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkiektasis, pneumotoraks, gagal
napas.
TB ekstra paru : pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritontis, tb kelenjar limfe, kor pulmoal
(Alwi, 2017)

VI . Pemeriksaan Penunjang
Darah : LED meningkat.
Mikrobiologis
BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS
Kultur mycobacterium tuberculosis positif (diagnosis pasti)
Foto toraks PA+ lateral (hasil bervariasi) : infiltrat, pembahasan kelenjar getah
bening(KGB) hilus / KGB paratrakeal, milier, atelektasis, efusi pleura, kalsifikasi,
bronkiektasis, kavitas, destroyeb lung.
 Imuno-serologis
 Uji tuberculis : sensitivitas 93,6%.
 Tes PAP, ICT-TB : positif
 PCR-TB dari sputum(hanya menunjang klinis). (Alwi, 2017 ).

VII. penatalaksaan medis


1. Tujuan pengobatan TB adalah : 2. Prinsip pengobatan TB
• Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien
• Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
• Mencegah kekambuhan TB
• Mengurangi penularan TB kepada orang lain
• Mencegah perkambangan dan penularan resisten obat
2. Prinsip Pegobatan TB
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan
TB.Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efesien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yang adekut harus memenuhi
prinsip:
• Pengobatan diberikan dalam betuk paduan OTA yang tepat mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
• Diberikan dalam dosis yang tepat
• Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan
Obat) sampai selesai pengobatan.
• Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta
tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan,
3. Tahapan pengobatan TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan
dengan maksud :
• Tahap awal :
Pengobatan diberikan setiap hari, panduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resistan sejak sebelum pasien mendapat pengobatan.Pengoatan tahap awal pada
semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tampa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu.
• Tahap lanjutan :
• Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang panting untuk membunuh sisa-sisa
kuman yang masih ada dalam tubuh khususnyakuman persister sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis paru


Teori John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), pejamu (host), dan lingkungan
(environment).
1. Agent
Agent (A) adalah penyebab yang esensial yang harus ada, apabila penyakit
timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi/mencukupi
syarat untuk menimbulkan penyakit.
Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penykit dapat
manifest.Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis adalah kuman
Mycobacterium tuberculosis.Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
pathogenitas, infektifitas dan virulensi.
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit
pada host.Pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah.
Infektifitas adalah kemampuan mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan
berkembangbiak di dalmnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman
tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan
suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman
tuberkulosis termasuk tingkat tinggi.
2. Host
Host atau pejamu adalah manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan
arthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal dalam kondisi alam (lawan dari
percobaan)
Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang
mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah :
a. Umur
Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru.Risiko untuk
mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti halnya kurva normal
terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun karena diatas 2 tahun hingga
dewasa memliki daya tahan terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya
tentu dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau kelompok
menjelang usia tua. Namun di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB adalah
usia produktif, yakni 15-50 tahun (Umar Fahmi Achmadi, 2005: 283).
b. Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis, terutama menyarang laki-laki. Pada 1996
jumlah penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah
penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada
wanita. TB paru lebih banyak terjadi pada laki-laki di bandingkan dengan wanita
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB paru.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.
Di antaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan
penyakit TB paru sehingga dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang
akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu,
tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis pekerjaan.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu.
Bila pekerja di lingkungan yang berdebu, paparan partikel debu di daerah
terpapar akan memengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernapasan.
Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbilitas, terutama
terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TB paru.
e. Kontak dengan penderita tb
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. I DENGAN TB PARU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Eem Setiana
191030200100

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA
TANGERANG SELATAN
2019

Anda mungkin juga menyukai