Anda di halaman 1dari 35

TUGAS MAKALAH

MOTIVASI DIRI DAN PENTINGNYA KEMAMPUAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

Mokhammad Dani Setiawan (201501098)


Angga Triyatama (201501109)
Muhammad Fiqrul Riyadi (201501121)
Candra Reta Francheska (201501124)
Wahyu Riska Fitra Sari (201501131)
Luvie

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019

i
TUGAS MAKALAH

MOTIVASI DIRI DAN PENTINGNYA KEMAMPUAN

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

Mokhammad Dani Setiawan (201501098)


Angga Triyatama (201501109)
Muhammad Fiqrul Riyadi (201501121)
Candra Reta Francheska (201501124)
Wahyu Riska Fitra Sari (201501131)
Luvie

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya kepada penulis sehingga

penilis dapat menyelesaikan dan menyajikan makalah mata kuliah Elektif yang

berjudul “Motivasi Diri Dan Pentingnya Kemampuan Komunikasi Interpersonal”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh informasi

tentang motivasi diri dan pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal, selain

itu juga makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektif.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan. Keberhasilan penulisan makalah ini semata-mata

bukan hasil jerih payah sendiri, namun juga karena adanya dorongan dan bantuan

dari pihak lain. Oleh karena itu, penulis mengungkapkan rasa terimakasih kepada

semua pihak yang turut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

konstruktif, menginggat penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Mojokerto, 26 Februari 2019

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Konsep Dasar Motivasi Diri ...................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Motivasi .............................................................................. 4
2.1.2 Teori Motivasi....................................................................................... 5
2.1.3 Proses Motivasi ..................................................................................... 9
2.1.4 Klasifikasi Motivasi ............................................................................ 12
2.1.5 Komponen Motivasi ........................................................................... 12
2.1.6 Tujuan dan Fungsi Motivasi ............................................................... 13
2.1.7 Macam-Macam Motivasi .................................................................... 14
2.1.8 Sifat Motivasi...................................................................................... 18
2.1.9 Metode Dan Alat Motivasi ................................................................. 19
2.1.10 Metode Peningkatan Motivasi ............................................................ 21
2.2 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal ............................................. 23
2.2.1 Pengertian Komunikasi ....................................................................... 23
2.2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal ................................................. 24
2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ..................................................... 25
2.2.4 Pentingnya Komunikasi Interpersonal ................................................ 26
2.2.5 Fungsi Komunikasi Interpersonal ....................................................... 27
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 29
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 29
3.2 Saran ....................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang

cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang

mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke arah tujuan

tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar

dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi

instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik.

Motivasi adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita

tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri adalah proses

menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan kita. Rasa tidak berdaya

dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan

dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang

diinginkan bisa kita capai.

Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar

seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada

motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih

optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui,

tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.

Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia, karena dengan

komunikasi kebutuhan manusia akan terpenuhi. Menurut Johnson (1981)

1
dalam (Supratiknya, 2003: 9) mengemukakan beberapa peranan yang

disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan

kebahagiaan hidup manusia yaitu: Komunikasi antar pribadi membantu

perkembangan intelektual dan sosial kita, terbentuknya identitas atau jati diri

kita lewat komunikasi dengan orang lain.

Komunikasi ada di mana-mana, bisa di rumah ketika berkumpul

bersama di ruang keluarga, di kampus ketika membicarakan tugas kelompok,

di masjid ketika khutbah Jumat, di kantor ketika manager memberikan tugas

dan di manapun di belahan dunia ini. Ada sebuah penelitian yang

mengungkapkan bahwa 70 % waktu bangun kita digunakan untuk

berkomunikasi. Dengan komunikasi kita menciptakan hal-hal positif di

sekitar kita. Seperti membentuk rasa saling pengertian menumbuhkan

persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan

melestarikan peradaban. Namun dengan komunikasi juga menciptakan hal-

hal negatif di sekitar kita. Misalnya menyuburkan perpecahan, menumbuhkan

permusuhan, menanamkan kebencian, merintangi kemajuan hingga

menghambat pemikiran. Salah satu tatanan komunikasi adalah komunikasi

interpersonal. Komunikasi interpersonal membutuhkan keterampilan dalam

mengkomunikasikannya.

Dan pada makalah ini, saya akan mencoba membahas tentang motivasi diri

dan tips untuk memotivasi diri serta mengenai seberapa pentingnya

kemampuan komunikasi interpersonal.

2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengertian dari teori motivasi diri dan pentingnya kemampuan

komunikasi interpersonal.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah mampu menjelaskan teori motivasi diri

dan pentingnya kemampuan komunikasi interpersonal

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penulisan ini adalah mengetahui pengertian secara

mendalam tentang motivasi diri dan pentingnya kemampuan komunikasi

interpersonal.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pembelajaran bagi

rekan-rekan mahasiswa STiKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Motivasi Diri

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “ dorongan”

atau kekuatan, gaya penggerak. “ motivasi terkait dengan persoalan tentang

bagaimana individu memilik suatu dorongan atau gairah untuk melakukan

sesuatu.pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau

want.kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu

ditanggapi dan direspon Jadi, sebagaimana dikatakan oleh Terry G (1986)

bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu

yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku) (

Notoadmodjo, 2012).

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor- faktor

yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku

manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2008).

Motivasi Diri adalah motivasi yang berasal dari dalam diri kita

sendiri. Motivasi diri merupakan sebuah kemampuan kita untuk memotivasi

diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan

untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses

mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses

penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang

4
memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun

seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya

dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak berdayaan.

Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang

melemahkan dorongan kita. Rasa tidak tidak berdaya dihilangkan menjadi

pribadi yang lebih percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali

dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai.

Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi (dalam hal ini ketidak

berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh

kita bisa mengalir kembali.

2.1.2 Teori Motivasi

1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori motivasi yang paling dikenal mungkin adalah Teori Hierarki

Kebutuhan Abraham Maslow. Maslow adalah psikolog humanistik yang

berpendapat bahwa pada diri tiap orang terdapat hierarki lima kebutuhan.

a. Kebutuhan fisik: makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasan

seksual, dan kebutuhan fisik lain.

b. Kebutuhan keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan

fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus

terpenuhi.

c. Kebutuhan sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya,

diterima oleh teman-teman, dan persahabatan.

5
d. Kebutuhan harga diri: faktor harga diri internal, seperti penghargaan

diri, otonomi, pencapaian prestasi dan harga diri eksternal seperti

status, pengakuan, dan perhatian.

e. Kebutuhan aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi

seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa

yang dia mampu capai.

Menurut Maslow, jika ingin memotivasi seseorang kita perlu

memahami ditingkat mana keberadaan orang itu dalam hierarki dan perlu

berfokus pada pemuasan kebutuhan pada atau diatas tingkat itu (Robbins

& Coulter, 2007).

2. Teori X dan Y McGregor

Douglas McGregor terkenal karena rumusannya tentang dua

kelompok asumsi mengenai sifat manusia: Teori X dan Teori Y. Teori X

pada dasarnya menyajikan pandangan negatif tentang orang. Teori X

berasumsi bahwa para pekerja mempunyai sedikit ambisi untuk maju,

tidak menyukai pekerjaan, ingin menghindari tanggung jawab, dan perlu

diawasi dengan ketat agar dapat efektif bekerja. Teori Y menawarkan

pandangan positif. Teori Y berasumsi bahwa para pekerja dapat berlatih

mengarahkan diri, menerima dan secara nyata mencari tanggung jawab,

dan menganggap bekerja sebagai kegiatan alami. McGregor yakin bahwa

asumsi Teori Y lebih menekankan sifat pekerja sebenarnya dan harus

menjadi pedoman bagi praktik manajemen (Robbins & Coulter, 2007).

6
3. Teori Motivasi Higienis Herzberg

Teori ini menyatakan bahwa kepuasan dan ketidak-puasan

seseorang dipengaruhi oleh dua kelompok faktor independen yakni faktor-

faktor penggerakan motivasi dan faktor-faktor pemelihara motivasi.

Menurut Herzberg, karyawan memiliki rasa kepuasan kerja dalam

pekerjaannya, tetapi faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan berbeda

jika dibandingkan dengan faktor-faktor ketidak- puasan kerja. Rasa

kepuasan kerja dan rasa ketidak-puasan kerja tidak berada dalam satu

kontinum. Lawan dari kepuasan adalah tidak ada kepuasan kerja

sedangkan lawan dari ketidakpuasan kerja adalah tidak ada ketidak-

puasan kerja (Robbins, 2003).

Faktor-faktor yang merupakan penggerak motivasi (faktor- faktor

intrinsik) ialah:

a. Pengakuan (cognition), artinya karyawan memperoleh pengakuan dari

pihak perusahaan bahwa ia adalah orang, berprestasi, baik, diberi

penghargaan, pujian, dimanusiakan, dan sebagainya.

b. Tanggung jawab (responsibility), artinya karyawan diserahi tanggung

jawab dalam pekerjaan yang dilaksanakannya, tidak hanya semata-

mata melaksanakan pekerjaan.

c. Prestasi (achievement), artinya karyawan memperoleh kesempatan

untuk mencapai hasil yang baik atau berprestasi.

7
d. Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), artinya

dalam setiap pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk

tumbuh dan berkembang.

e. Pekerjaan itu sendiri (job it self), artinya memang pekerjaan yang

dilakukan itu sesuai dan menyenangkan bagi karyawan.

4. Teori McClelland

Menurut McClelland yang dikutip dan diterjemahklan oleh Sahlan

Asnawi (2002), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi ,

yakni motif primer atau motif yang tidak dipelajari, dan motif sekunder

atau motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan

orang lain. Oleh karena motif sekunder timbul karena interaksi dengan

orang lain . maka motif ini sering juga disebut motif sosial. Motif primer

atau motif yang tidak dipelajari ini secara alamiah timbul pada setiap

manusia secara biologis. Motif ini mendorong seseorang untuk

terpenuhinya kebutuhan biologisnya misalnya makan, minum, seks dan

kebutuhan –kebutuhan biologis yang lain. Sedamgkan motif sekunder

adalah motif yang ditimbulkan karena dorongan dari luar akibat interaksi

dengan orang lain atau interaksi sosial. Selanjutnya motif sosial ini oleh

Clevelland yang dikutip oleh Isnanto Bachtiar Senoadi (1984), dibedakan

menjadi 3 motif, yakni:

a. Motif untuk berprestasi

b. Motif untuk berafiliasi

c. Motif untuk berkuasa

8
2.1.3 Proses Motivasi

Wahjosumidjo (1992) menjelaskan bahwa motivasi memilik dua sisi

unik. Disatu sisi, motivasi dipandang sebagai sesuatu yang penting, namun

disisi lain motivasi juga dirasakan sebagai sesuatu yang sulit. Disebut sebagai

sesuatu yang penting (important subject) seperti contoh dalam lingkup kerja

ada kaitannya dengan bawahan, seorang pemimpin tidak bisa tidak harus

bekerja sama dengan bawahannya atau melalui orang lain. Karena itulah

diperlukan kemampuan untuk memberikan motivasi kepada bawhannya.

Selanjutnya, disebut sebagai sesuatu yang yang sulit ( puzzling subject)

karena motivasi itu sendiri tidak dapat diamati dan diukur secara pasti.bila

kita ingin mengamati dan mengukur motivasi, itu artinya kita harus mengkaji

lebih jauh mengenai perilakusetiap bawahan.

Semakin jelas bahwa motivasi merupakan suatu proses psikologis

yang mencerminkan interakasi atau hubungan antara sikap, kebutuhan,

persepsi dan keputusan yang ada dalam diri seseorang. Motivasi sebagai suatu

proses psikologis tersebut muncul karena dua faktor, yaitu faktor yang ada

dalam diri individu itu sendiri (intrinsik) dan faktor yang ada di luar diri

individu (ekstrinsik), faktor yang ada dalam diri individu dapat berupa

kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, dan berbagai harapan individu.

Sedangkan faktor yang ada di luar individu dapat berupa pengaruh

pimpinan,kolega,dan berbagai hal yang sangat kompleks. Proses tersebut

dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :

(1) (2)
STIMULUS Individu dengan suatu
dorongan
9
(3) (4)
Faktor intrinsik Faktor ekstrinsik

Alternatif (5)
perilaku

Penentuan
(6)
perilaku

(7)
perilaku

Penjelasan pada setiap nomor dari bagan tersebut di atas adalah :

1. Stimulus atau rangsangan, yaitu sesuatu yang menimbulkan dorongan

bagi diri seseorang. Misalnya, keinginan untuk menikah, kuliah atau

bekerja ke luar negari. Rangsangan tersebut merupakan faktor yang ada di

luar diri individu.

2. Individu dengan suatu dorongan, yaitu keadaan atau situasi dimana

individu memilik keinginan atau terdorong olrh sesuatu. Dalam hal ini,

10
misalnya di dorong atau dirangsang oleh stimulus berupa keinginan

untukn bekerja ke luar negeri.

3. Selanjutnya keinginan individu untuk bekerja keluar negeri tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor intrinsik atau suatu yang ada didalam

diri individu. Misalnya faktor kepribadian

kepribadian , nilai-nilai yang diyakini, kedudukan, pengalaman, harapan

dimasa depan dan lain sebagainya.

4. Selain didorong oleh faktor-faktor instrinsik, keinginan untuk bekerja di

luar negeri tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik atau sesuatu

yang ada di luar diri individu. Misalnya permintaan orang tua, atasan di

tempat kerja, dan sebagaianya.

5. Kedua faktor yang mempengaruhi keinginan untuk belajar di luar negeri

tersenbut (intrinsik dan ekstrinsik) selanjutnya menimbulkan sejumlah

alternatif yang harus dipilih oleh seseorang. misalnya, keinginan untuk

belajar di luar negeri tersebut dapat diwujudkan dengan menempuh

pendidikan di Amerika Serikat. Australia, Jepang, Jerman. Juga dengan

program studi yang di pilih dapat beragam.

6. Selanjutnya setelah sejumlah alternatif tersebut dipertimbangkan,

ditentukanlah satu pilihan yang dianggap tepat dan sesuai dengan kondisi

seseorang.

7. Setelah pilihan ditentukan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya

sampai pada tahap bentuk perilaku sebagai hasil dari pengambilan

11
keputusan. Perilaku tersebut merupakan perwujudan dari suatu dorongan

karena sadanya motivasi dalam mencapai sesuatu yang diinginkan.

2.1.4 Klasifikasi Motivasi

1. Motivasi Kuat

Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan –

kegiatan sehari – hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan

yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa semua akan

mudah dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan –

persoalan yang dihadapi.

2. Motivasi Sedang

Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan

yang positive, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki

keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu

menyelesaikan persoalan yang dihadapi

3. Motivasi Lemah

Motivasi dikatakan lemah apabila dalam diri manusia memiliki harapan

dan kayakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya

bagi seseorang dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan

keterampilan baru merupakan mutu kehidupanya maupun mengisi waktu

luangnya agar lebih produktif dan berguna (Suparyanto, 2010).

2.1.5 Komponen Motivasi

1. Keinginan (valency)

12
Valence juga dapat difinisikan setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik

bagi orang tertentu.

2. Keyakinan (Outcome expentancy)

Outcome expentanc berarti setiap individu percaya bahwa individu

berperilaku dengan cara tertentu dan akan memperoleh hal tertentu.

3. Harapan (Effort Expentancy)

Effort Expentancy berarti setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi

mengenahi seberapa sulit mencapai hasil tersebut (Sobur, 2009).

2.1.6 Tujuan dan Fungsi Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau

mencapai tujuan tertentu.Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan

dicapai, makin jelas pula bagaimana memotivasi itu dilakukan. Tindakan

memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh

yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuan orang yang dimotivasi. Oleh

karena itu, setiap orang yang akan diberikan motivasi haru mengenal dan

memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian

orang yang akan dimotivasi.

Adapun fungsi dari adanya motivasi sebagai berikut:

1. Motivasi untuk mendorong manusia untuk berbuat / bertindak. Motivasi

itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan

energy (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan tugas.

13
2. Motivasi itu untuk menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah

perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah

penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan

itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus

ditempuh.

3. Motivasi untuk menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan

perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna

mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak

bermanfaat bagi tujuan itu. Seorang yang benar-benar ingin mencapai

gelarnya sebagai sarjana, tidak akan menhambur-hamburkan waktunya

dengan berfoya-foya atau bermain kartu, sebab perbuatan itu tidak cocok

dengan tujuan.

2.1.7 Macam-Macam Motivasi

Berbicara tentang atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat

bervariasi.

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a. Motif-motif bawaan

Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya ; dorongan

untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk

beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-

14
motif yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden

N. Fradsen member istilah jenis motif Physiological drives.

b. Motif-motif yang dipelajari

Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh ;

dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk

mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali disebut

dengan motif-motif yang diisyaratkan secara social. Sebab manusia hidup

dalam lingkungan social dengan sesama manusia yang lain, sehingga

motivasi itu terbentuk. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative needs.

Sebab justru dengan kemampuan berhubungan, kerjasama didalam

masyarakat tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu

mengembangkan sifat-sifat ramah, keoperatif, membina hubungan baik

dengan sesama, apalagi orang tua dan guru. Di samping itu Frandsen,

masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini :

a) Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut

kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada dalam diri

manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.

b) Self-expression

Penampilan diri adalah sebagaian dari prilaku manusia.Yang

penting kebutuhan individu ini tidak sekedar tahu mengapa dan

bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu

kejadian.Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh

15
imajinasi.Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk

aktualisasi diri.

c) Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

menigkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan

dari ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu.Dalam

belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak

didik untuk mencapai suatu prestasi.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya ; kebutuhan untuk

minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat. Ini sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen

seperti disinggung didepan.

b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain ;

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,

untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul

karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

Motif-motif muncul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar

secara efektif.

b. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

16
Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi

dua jenis yakni motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani

seperti misalnya ; reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang

termasuk mativasi rohaniah adalah kamauan.

Soal kemauan itu ada pada setiap diri manusia terbentuk melalui

empat moment :

1. Moment timbulnya alasan

Sebagai contoh seorang pemuda yang sedang giat berlatih

olahraga untuk menghadapi suatu porseni disekolahnya, tetapi

tiba-tiba disuruh ibu mengantarkan seseorang tamu membeli tiket

karena tamu itu mau kemnali ke Jakarta.Si pemuda itu kemudian

mengantarkan tamu tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi timbul

perasaan baru untuk melakukan sesuatu (kegiatan

mengantar).Alasan baru itu bisa karena untuk menghormat tamu

atau mungkin keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya.

2. Momen pilih

Momen pilih, maksudnya dalam keadaan pada waktu ada

alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan diantara

alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang menimbang-

nimbang dari berbagai alternative untuk kemudian menentukan

pilihan alternative yang akan dikerjakan.

3. Momen putusan

17
Dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu akan

berakhir dengan pilihanya satu alternative. Satu alternative yang

dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.

4. Momen terbentuknya kemauan

Kalau seseorang sudah menetakan satu putusan untuk dikerjakan,

timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak,

melaksnakan putusan itu.

2.1.8 Sifat Motivasi

Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari

dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi

seseorang yang disebut “motivasi intriksik” dan motivasi yang berasal dari

luar diri seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”

1. Motivasi Intriksik

Yang dimaksud dengan motivasi intriksik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsic. Motivasi

ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena danya

perangsang dari luar.

18
2.1.9 Metode Dan Alat Motivasi

Untuk meningkatkan motivasi seseorang terhadap suatu jenis perilaku

dapat dilakukan dengan memberikan hadian atau “iming-iming” berupa benda

atau materi. Tetapi tidak semua orang mningkat motivasinya karena diberikan

hadiah atau uang misalnya, melainkan banyak faktor yang berpengaruh

terhadap motivasi tersebut. Beberapa ahli mengelompokkan dua cara atau

metode untuk meningkatkan motivasi, yakni :

1. Metode langsung (direct motivasion)

Pemberian materi atau nonmateri kepada orang secara langsung untuk

memenuhi kebutuhan merupakan cara yang langsung dapat

meningkatkan motivasi kerja. Yang dimaksud dengan pemberian materi

adalah misalnya pemberian bonus, pemberian hadiah pada waktu

tertentu. Sedangkan pemberian nonmateri antar lain memberikan pujian,

memberikan penghargaan dan tanda-tanda penghormatan yang lain

dalam bentuk surat atau piagam misalnya.

2. Metode tidak langsung (indirect motivation)

Suatu kewajiban memberikan kepada anggota suatu organisasi

berupa fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya, membangun

atau penyediaan air bersih kepada suatu desa tertentu yang dapat

menunjang perilaku kesehatan mereka. Dengan fasilitas atau sarana

dan prasaranan tersebut, masyarakat akan merasa dipermudah dalam

memperoleh air bersih, sehingga dapat mendorong lebih baik

kesehatannya.

19
Upaya peningkatan motivasi tersebut,dengan memberikan sesuatu

kepada masyarakat dipandang sebagai cara atau metode untuk

meningkatkan motivasi berperilaku hidup sehat. Tetapi apabila dilihat

dari apa yang diberikan kepada orang tau masyarakat, yang akhirnya

dapat meningkatkan motivasi, maka apa yang diberikan tersebut dapat

dikatakan sebagai alat motivasi. Apabila hal ini dapat dikategorikan

sebagai alat motivasi, maka dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni :

1. Materil : alat motivasi materil adalah apa yang diberikan kepada

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat, yang

berupa uang atau barang yang merupakan faktor prmungkin

(enabling factors) untuk melakukan hidup sehat. Misalnya ibu

hamil yang memriksakan kehamilannya secara teratur diberikan

uang transport atau diberikan peralatan bayi untuk menjemput

kelahiran bayinya.

2. Non materi : alat motivasi non materi adalah pemberian tersebut

tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi pemberian sesuatu yang

hanya memberikan kepuasan atau kebanggan kepada orang atau

masyarakat. Misalnya pemberian penghargaan kepada peserta KB

berupa: medali, piagam, piala dan sebagainya.

3. Kombinasi materi dan non materi: alat motivasi ini adalah kedua-

duanya, baik materi maupun nonmateri. Disamping fasilitas yang

diterima, bonus yang diterima, masyarakat juga memperoleh

penghargaan berupa piagam atau medali, dan sebagainya.

20
2.1.10 Metode Peningkatan Motivasi

Dilihat dari orientasi cara peningkatan motivasi, para ahli

mengelompokkannya ke dalam suatu model-model motivasi, yakni:

1. Model tradisional

Model ini menekankan bahwa untuk memotivasi masyarakat agar mereka

berperilaku sehat, perlu pemberian insentif berupa materi bagi anggota

masyarakat yang mempunyai prestasi tinggi dalam berperilaku hidup

sehat. Anggota masyarakat yang mempunyai prestasi makin baik dalam

berperilaku sehat, maka makin banyak atau makin sering anggota

masyarakat tersebut mendapat intensif.

2. Model hubungan manusia

Model ini menekankan bahwa untuk meningkatkan motivasi berperilaku

sehat, perlu dilakukan pengakuan atau memperhatikan kebutuhan sosial

mereka, meyakinkan kepada mereka bahwa setiap orang adalah penting

dan berguna bagi masyarakat. Oleh sebab itu, model ini lebih menekankan

memberikan kebebasan berpendapat, berkreasi, dan berorganisasi, dan

sebagainya bagi setiap orang, ketimbang memberikan insentif materi.

3. Model sumber daya manusia

Model ini mengatakan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan motivasi. Disamping uang, barang, atau kepuasan, tetapi

juga kebutuhan atau keberhasilan (kesuksesan hidup). Menurut model ini

setiap manusia cenderung untuk mencapai kepuasan dari prestasi yang

dicapai dan prestasi yang baik tersebut merupakan tanggung jawabnya

21
sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, menurut model sumberdaya

manusia ini, untuk meningkatkan motivasi hidup sehat, perlu memberikan

tanggung jawab dan kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka.

Motivasi akan meningkat jika kepada mereka diberikan kepercayaan dan

kesempatan untuk membuktikan kemampuannya dalam memelihara

kesehatan.

Memberikan “reward” atau penghargaan dan”punishment” atau hukuman

oleh pimpinan masyarakat atau organisasi kepada anggota masyarakat

bawahan juga dapat dipandang sebagai upaya peningkatan motivasi

berperilaku. Dipandang dari segi ini, maka motivasi dapat dibedakan

menjadi dua, yakni:

1. Motivasi positif (insentif positif): pimpinan masyarakat atau

organisasi memberikan hadiah atau reward kepada anggota atau

bawahan yang berprestasi atau berpeilaku sehat. Dengan hadiah yang

diberikan ini akan meningkatkan semangat berperilaku sehat atau

kerja para anggota masyarakat atau anggota, yang akhirnya akan

memicu perilaku mereka lebih meningklat. Hadiah atau reward ini

dapat berupa uang, barang atau nonmateri , misalnya piagam,atau

sekedar pujian berupa kata-kata lisan.

2. Motivasi negatif (insentif negatif)

Pimpinan memberikan hukuman (punishment) kepada anggotanya

atau bawahanya yang kurang berprestasi atau peilakunya kurang baik,

dengan teguran-teguran atau kalau perlu hukuman, akan mempunyai

22
efek “ takut” pada anggota atau karyawan akan adanya sanksi atau

hukuman dan sebagainya. Oleh karena sanksi atau hukuman, maka ia

akan dapat meningkatkan semangat kerjanya atau perilakunya. Kedua

jenis motivasi tersebut diatas dalam praktiknya dapat diterapkan oleh

pimpinan masyarakat atau organisasi, tetapi harus tepat dan seimbang,

agar dapat meningkatkan semangat berkarya atau berperilaku. Perlu

diingat bahwa untuk mempereoleh efek jangka panjang, maka

motifasi positiflah yang lebih tepat digunakan. Sedang insentif negatif,

hanya cocok untuk meningkatkan motivasi jangka pendek saja.

2.2 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar

wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu,

sehingga juga merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama

Kuncaid (Cangara, 2010) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu

proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada

saling pengertian yang mendalam.

Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang

dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar

untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Setiap bentuk komunikasi

setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki

makna tertentu. Lambang-lambang tersebut bisa bersifat verbal berupa kata-

23
kata, atau bersifat nonverbal berupa ekspresi atau ungkapan tertentu dan

gerakan tubuh.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan

bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian ide, gagasan atau

pesan-pesan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara lisan maupun

tulisan untuk tujuan tertentu

2.2.2 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antara komunikator dan komunikan. Komunikasi ini paling efektif

mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang. Komunikasi

interpersonal bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung.

Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga.

Komunikator mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator

mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif, negatif, berhasil atau

tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan

komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Menurut Cangara (2010) komunikasi Interpersonal merupakan

proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara

tatap muka. Sedangkan definisi umum komunikasi interpesonal menurut

Enjang (2009: 68) adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka,

yang memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi yang lain secara

langsung, baik verbal maupun nonverbal. Selain itu, Kellerman dan Peter

(2001) dalam bukunya Interpersonal Communication mendefinisikan

24
komunikasi interpersonal sebagai komunikasi interpersonal adalah

komunikasi yang memiliki karakteristik yaitu komunikasi terjadi dari satu

orang ke orang lain, komunikasi berlangsung secara tatap muka dan isi dari

komunikasi itu merefleksikan karakter pribadi dari tiap individu itu sebaik

hubungan dan peran sosial mereka. Berdasarkan beberapa pengertian

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah

proses komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih secara langsung

(tatap muka) dan terjadi timbal balik secara langsung pula baik secara verbal

maupun non-verbal.

2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal bersifat dialogis, dalam arti arus balik

antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung, sehingga pada saat

itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari

komunikan, dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya

positif, negatif dan berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil, maka

komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya

seluas-luasnya.

Menurut Kumar (dalam Wiryanto, 2005: 36) bahwa ciri-ciri komunikasi

interpersonal yaitu:

a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang

hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal;

b. Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.

25
c. Dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk

mendukung komunikasi berlangsung efektif.

d. Rasa positif (positivenes), seseorang harus memiliki perasaan positif

terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan

menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

e. Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu pengakuan secara diam-

diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai

sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Berdasarkan paparan diatas mengenai ciri-ciri komunikasi

interpersonal, dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi interpersonal,

agar diperoleh komunikasi yang efektif maka dibutuhkannya keterbukaan

(opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportivenes), rasa positif

(positivenes) dan kesetaraan (equality).

2.2.4 Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Sebagai makhluk sosial, komunikasi interpersonal sangat penting

bagi kebahagiaan hidup kita. Jhonson (Supratiknya, 2003:9) menunjukkan

beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam

rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan

sosial kita;

2. Identitas dan jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan

orang lain;

26
3. Dalam rangka menguji realitas disekeliling kita serta menguji kebenaran

kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang di dunia disekitar kita,

kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain

tentang realitas yang sama;

4. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas

komunikasi atau hubungan kita dengan orang-orang lain, lebih-lebih orang-

orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figure) dalam

hidup kita.

Jadi, secara tidak langsung dengan berkomunikasi individu akan mengenali

jati dirinya. Komunikasi juga memberikan berbagai informasi yang dapat

membantu individu untuk belajar dan mengembangkan kemampuan

intelektualnya. Kondisi mental seseorang juga dipengaruhi oleh kualitas

komunikasinya. Oleh karena itu, sebagai makhluk sosial komunikasi

interpersonal merupakan hal yang penting bagi individu.

2.2.5 Fungsi Komunikasi Interpersonal

Tanpa kita sadari, keberadaan komunikasi interpersonal telah

berperan aktif dalam kehidupan, bahkan tidak sedikit manusia yang

melakukan praktik komunikasi interpersonal ini. Menurut Enjang (2009: 77-

79) komunikasi Interpersonal memiliki fungsi yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis. Dengan komunikasi

inetrpersonal, kita bisa memenuhi kebutuhan sosial atau psikologis kita;

2. Mengembangkan kesadaran diri. Melalui komunikasi interpersonal

akan terbiasa mengembangkan diri;

27
3. Matang akan konvensi sosial. Melalui komunikasi interpersonal kita

tunduk atau menentang konvensi sosial;

4. Konsistensi hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi

interpersonal kita menetapkan hubungan kita. Kita berhubungan dengan

orang lain, melalui pengalaman dengan mereka, dan melalui

percakapan– percakapan bersama mereka;

5. Mendapatkan informasi yang banyak. Melalui komunikasi

interpersonal, kita juga akan memperoleh informasi yang lebih.

Informasi yang akurat dan tepat waktu merupakan kunci untuk

membuat keputusan yang efektif;

6. Bisa mempengaruhi atau dipengaruhi orang lain.

28
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi Diri adalah motivasi

yang berasal dari dalam diri kita sendiri. Motivasi diri merupakan sebuah

kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlukan bantuan orang

lain.

komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang

dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan

berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik

segera.

3.2 Saran

Dari pembahasan di atas maka penulis memberikan beberapa saran atau tips

untuk lebih memotivasi diri sendiri dan meningkatkan kemampuan dalam

komunikasi interpersonal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Suparyanto.Konsep Motivasi. http://www.dr Supatyanto.blogspot.com

Sudrajad, akhmad. 2008. TEORI-TEORI MOTIVASI

Ryanti, D.B.P & Prabowo, H. Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum 2. Jakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Maslow, Abraham H. 1984. Motivasi dan Kepribadian. Jakarta : PT. Gramedia

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Devito, Joseph A. (1996). Human Communication. Alih bahasa oleh Maulana,


Agus. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books.

Effendi Uchjana, Onong. , 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra
Aditya Bhakti, Bandung

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyana, Dedy. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosadakarya

Nasional, D. P. (1994). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sendjaja, D. S. (2004). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunarto. 2003. Manajemen, Komunikasi Antar Pribadi dan Gairah Kerja


Karyawan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Departemen
Kehakiman dan HAM.

30
Tubbs, Stewart L.; Moss, Sylvia; Editor Mulyana, Deddy. (1996). Human
Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. Buku Kedua. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

31

Anda mungkin juga menyukai