Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HDR ( HARGA DIRI RENDAH )

DISUSUN OLEH :

ANGGITA SAFITRI

(2019200042)

DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO

2022
KONSEP HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian
Banyak ahli mendefinisikan mengenai harga diri rendah. Menurut NAnda
(2005),harga diri rendah adalah berkembangnya persepsi diri yang negatif dalam
berespon terhadap situasi yang sedang terjadi. Sedangkam menurut CMHN (2006),
harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai
seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri. Herdman (2012), mengatakan bahwa, harga diri rendah kronik merupakan
evaluasi diri negatif yang berkepanjangan/ perasaan tentang diri atau kemampuan diri
Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental karena
dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa.
Patricia D.Barry dalam Mental Health and Mental Illnes (2003), harga diri
rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dari
gambaran-gambaran negative tentang dirinya (Yosep & Sutini, 2014).
Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (Prabowo, 2014). Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya
perasaan hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri (Keliat, 1998) dalam (Yosep & Sutini, 2014).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Direja, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Yosep, 2015) dalam (Sutinah, 2017).
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai
seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya
sendiri (Nurhalimah, 2016).
Harga diri rendah kronis adalah evalusi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berati, tidak berharga, tidak berdaya yang
berlangsung dalam waktu lama dan terus-menerus (PPNI, 2016).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa: harga diri rendah
dikarenakan penilaian internal maupun penilaian eksternal yang negatif. Penilaian
internal merupakan penilaian dari individu itu sendiri, sedangkan penilaian eksternal
merupakan penilaian dari luar diri individu (seperti orang tua, teman saudara dan
lingkungan) yang sangat mempengaruhi penilaian individu terhadap dirinya.
2. Penyebab
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008)
dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah penolakan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. yang
menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma
kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa,
2) Psikologis Masalah
psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada
orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu
pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran
dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realistis.
3) Faktor Sosial Budaya Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri
rendah adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial
ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak.
b. FaktorPresipitasi
Faktor Presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas
yang menurun. Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma

seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis yang tidak


menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku,
korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.

2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena


a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian
anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan.
3. Tanda dan Gejala
Ungkapan negatif tentang diri sendiri merupakan salah satu tanda dan gejala
harga diri rendah. Selain itu tanda dan gejala harga diri rendah didapatkan dari data
subyektif dan obyektif, seperti tertera dibawah ini
Data Subjektif:
Pasienmengungkapkan tentang:
a. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penolakan terhadap kemampuan diri
e. Mengevaluasi diri tidak mampu mengatasi situasi
Data Objektif:
a. Penurunan produktivitas
b. Tidak berani menatap lawan bicara
c. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
d. Bicara lambat dengan nada suara lemah
e. Bimbang, perilaku yang non asertif
f. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna
Menurut CMHN (2006), tanda dan gejala harga diri yang rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktifitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
f. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan
kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
dengan nada suara lemah.
Townsend (1998), menambahkan karakteristik pasiendengan harga diri rendah
adalah:
a. Ekspresi rasa malu atau bersalah
b. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal baru atau situasi-situasi baru
c. Hipersensitifitas terhadap kritik
4. akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa mengakibatkan
gangguan interaksisosial: menarik diri, dan memicu munculnya
perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri,orang lain dan
lingkungan. Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu
dankelompok mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk melakukan kontak .
5. Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah
Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu
metoda bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan
kebutuhan pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan
komunikasi yang efektif. Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan
pada pasien menurut Suhron (2017) diantaranya:
1. Tujuan keperawatan:
pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih.
Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Perkenalkan diri dengan pasien
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini
4) Buat kontrak asuhan
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan
yang dilakukan
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien. Poltekkes Kemenkes Padang
4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya menyusun
rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.
6. pohon masalah

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

7. Asuhan keperawatan

a. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

Masalah keperawatan:
a. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
b. Isolasi social
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
b. isolasi sosial
Data subyektif:
- Klien malas berbicara , tidak mau berbicara
Data obyektif :
- Klien tampak wajah murung, tidak mau bicara, menolak interaksi/
menghindar dari perawat, menyendiri atau melamun, tidak ada kontak
mata.
b. Diagnosa Keperawatan
a. harga diri rendah
b. isolasi social
c. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa I: Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis
Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
2.3 Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga
Tindakan:
3.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang
dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
4.2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5. Mengevaluasi kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1 mengevaluasi sp 1,2,3,4,5
Diagnosa II : harga diri rendah
Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan khusus 1: klien dapat membina hubungan saling percaya

1.1. Bina hubungan saling percaya dengan mengemukakan prinsip komunikasi


terapeutik
Ucapkan salam
Sapa klien dengan ramah, baik verbal ataupun non verbal
Jabat tangan dengan klien
Perkenalan diri dengan sopan
Tanyakan nama panggilan yang di sukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu dengan klien
Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
Tujuan khusus 2

Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial

2.1. Tanyakan pada klien tentang

2.2. Orang yang tinggal serumah atau sekamar dengan klien

2.3. Orang yang paling deket dengan klien di rumah atau ruang perawatan
2.4. Hal apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut

2.5. Orang yang tidak dekat dengan klien baik di rumah atau di ruang perawat

2.6. Diskusikan dengan klien penyebab isos atau tidak mau bergaul dengan
orang lain

2.7 Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapan perasan

Tujuan khusus 3:

Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain

3.1 Tanyakan kepada klien tentang: Manfaat hubungan social berhubungan


kerugian isolasi sosial

3.2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan


kerugian isolasi sosial

3.3. beri pujian terhadap terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan


perasaanya

Tujuan khusus 4:

Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap

4.1. observasi perilaku klien ketika berhubungan sosial

4.2. jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain

4.3. berikan contoh cara berbicara dengan orang lain

4.4. beri kesempatan klien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain
yang di lakukan di hadapan perawat

4.5 bantu klien berinteraksi dengan orang lain yang di lakukan di hadapan
perawat

4.6 bila klien menunjukan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya

4.7. beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah di lakukan oleh klien
DAFTAR PUSTAKA

Andi nurhalimah (2016).Bahan ajar keperawatan jiwa. Keliat, B.A. 2005. Keperawatan Jiwa
Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC. Sujiwa, Nur D. 2010. Askep Harga Diri Rendah.

Yusuf, Ah, Rizky fitriyasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajaran
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Eko prabowo. 2014. Konsep &Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Anda mungkin juga menyukai