A. Konsep HDR
1. Definisi
Fortinash dalam Dermawan & Rusdi (2013) menyatakan bahwa harga
diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri sendiri
yang berasal dari kepercayaan positif atau negatif seorang individu
tentang kemampunnya dan menjadi berharga. Aspek utama harga diri
adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan
dari orang lain (Sunaryo, 2004 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012: 37).
Damaiyanti & Iskandar (2012: 39) menjelaskan bahwa harga diri
rendah yaitu perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi diri yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal kerena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep, 2009 dalam Damaiyanti & Iskandar,2012 : 39).
Sementara menurut Stuart & Sundeen, dalam Wijayaningsih
(2015:49) Harga diri rendah adalah “penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal
diri”. Menurut Carpenito, L.J dalam Wijayaningsih (2015:49) bahwa
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri ataupun kemampuan
diri.Menurut Keliat, dalam Yosep (2011:255) Harga diri rendah adalah
”perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri”.
Harga diri rendah adalah disfungsi psikologis yang meluas dan
terlepas dari spesifiknya. Masalahnya, hampir semua pasien menyatakan
bahwa mereka ingin memiliki harga diri yang lebih baik. Jika kita hanya
mengurangi harga diri rendah, banyak masalah psikologis akan
berkurang atau hilang secara substansial sepenuhnya. Harga diri
merupakan komponen psikologis yang penting bagi kesehatan. Banyak
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering
kali menyertai gangguankejiwaan (Sitanggang, et al, 2021)
Dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan
mengenai menilai dirinya yang tidak berarti dan tidak berharga menjadi
kearah negative sehingga hilangnya kepercayaan diri seseorang.
2. Etiologi
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia
(2008) dalam konsep stress adapatasi yang terdiri dari faktor predisposisi
dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri
rendah meliputi:
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya
riwayat penyakit kronis atau trauma kepala merupakan
merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa.
2) Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri
rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan,
penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang
tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada
orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan
jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian
yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis
identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
3) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah
adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien,
sosial ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya
riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan
pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban
maupun saksi dari perilaku kekerasan.
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang
berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian
Adapun menurut SDKI PPNI 2016 menjelaskan bahwa harga diri rendah
terbagi menjadi 2 macam yaitu :
5. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Test psikologik: test keperibadian
b. EEG: ganguan jiwa yang disebabkan oleh neorologis
c. Pemeriksaan sinar X: mengetahui kelainan anatomi
d. Pemeriksaan laboratorim kromosom: ginetik
8. Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka
b. Elektro convulsive therapy
c. Psikoterapy
d. Therapy okupasi
e. Therapy modalitas
f. Terapi keluarga
g. Terapi lingkungan
h. Terapi perilaku
i. Terapi kognitif
j. Terapi aktivitas kelompok
1. Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa factor
presipitasi, penilaian stressor, suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi:
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pekerjaan, pendidikan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien.
b. Keluhan Utama
c. Factor predisposisi
d. Pemeriksaan Fisik
c. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
d. Aspek Psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep Diri
a) Citra diri
b) Identitas Diri
c) Peran
d) Ideal Diri
e) Harga Diri
3) Hubungan social
4) Spiritual
e. Status Mental
j. Aspek medic
2. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan perubahan pada citra
tubuh, perubahan peran sosial, ketidakadekuatan pemahaman, perilaku tidak
konsisten dengan nilai, kegagalan hidup berulang, riwayat kehilangan, riwayat
penolakan, transisi perkembangan ditandai dengan menilai diri negative (mis.
tidak berguna, tidak tertolong), merasa malu atau bersalah, melebih – lebihkan
penilaian negative tentang diri sendiri, menolak penilaian positif tentang diri
sendiri, berbicara pelan dan lirih, menolak berinteraksi dengan orang lain,
berjalan menunduk, postur tubuh menunduk, sulit berkonsentrasi, kontak mata
kurang, lesu dan tidak bergairah, pasif, tidak mampu membuat keputusan
(D.0087)
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
15. Untuk
Edukasi mengedukasi
15. Informasika keluarga agar
n keluarga bahwa dapat
keluarga sebagai memberikan
dasar dukungan penuh
pembentukan kepada pasien
kognitif. sehingga
mampu
menunjang
proses
penyembuhan
gangguan
psikososial yang
di alami pasien.
Promosi Harga
Diri (I.09038)
Promosi Harga Observasi
Diri (I.09038) 1. Untuk
Observasi membantu
1. Monitor menjelaskan
verbalisasi yang ungkapan
merendahkan yang membuat
diri sendiri merendahkan
diri sendiri
Terapeutik
Terapeutik 2. Untuk
2. Motivasi memberikan
menerima motivasi klien
tantangan atau agar menerima
hal baru tantangan atau
3. Diskusikan hal baru yang
kepercayaan akan dijalani
terhadap 3. Untuk
penilaian diri mengajak
4. Berikan umpan diskusi
balik positif atas kepercayaan
peningkatan penting dalam
mencapai tujuan penilaian diri
perilaku
4. Untuk
menanyakan
kembali
seberapa klien
mengetahui
tentang harga
diri dan
berikan umpan
balik positif
Edukasi
Edukasi 5. Menjelaskan
5. Jelaskan kepada kepada
keluarga keluarga
pentingnya bahwa
dukungan pentingnya
dalam dukungan dan
perkembangan perkembangan
konsep positif konsep positif
diri pasien harga diri
6. Anjurkan 6. Untuk
mempertahanka menjalin
n kontak mata komunikasi
saat yang baik dan
berkomunikasi kontak mata
dengan orang yang baik saat
lain berkomunikasi
7. Latih 7. Melatih klien
meningkatkan untuk percaya
kepercayaan diri dalam
pada menghadapi
kemampuan situasi
dalam
menangani
situasi
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan dan
implementasi harus sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian terakhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil sebelumnya yang telah dibuat. Dalam evaluasi asuhan keperawatan
menggunakan format SOAP seperti :
S : Subjective ( pernyataan atau keluhan dari
pasien) O : Objective ( data yang diobservasi
oleh perawat) A : Analisys ( kesimpulan dari
subjektif dan objektif)
P : Planning ( rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis)
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi I. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat persatuan Perawat Nasional Indonesia
Mapaung, Sinta. 2020. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah. Terdapat pada :
https://www.academia.edu/37004552/LAPORAN_PENDAHULUAN_HARG
A_ DIRI_RENDAH . Diakses pada tanggal 22 Januari 2024 pukul 14.34 WIB.
Dianti, Pina . (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Harga Diri Rendah Pada Tn. H Di
Ruang Jiwa Yakult Rsud Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Terdapat pada
: https://eprints.umbjm.ac.id/232/3/BAB%202.pdf . Diakses pada tanggal 22
Januari 2024 pukul 14.34 WIB