Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIK PROFESI NERS

KEPERAWATAN JIWA
TAHUN AKADEMIK 2021/ 2022

Nama Preceptee : MOHAMMAD RIFKI FAHRUROJI


NPM : 20210940100225

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Jl. Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat, Kode Pos 10510
Telp/Fax: 021-42802202

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HARGA DIRI RENDAH

A. Pengertian
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1992 dikutip dari Fajariyah,
2012).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, 2011).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan
Gengguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilnagnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (keliat, 1999 dikutip dari Fajariyah, 2012)

B. Faktor predisposisi dan presipitasi harga diri rendah


Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008) dalam
konsep stress adapatasi yang terdiri dari faktor predisposisi dan presipitasi.
a. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
1) Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis
atautrauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab
gangguanjiwa
2) .Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah
adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal dan memiliki
ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang
menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah
memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami
krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis
3) Faktor social budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1) Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku
kekerasan
2) Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
denganpertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggotakeluarga melalui kelahiran atau kematian
c) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi
sehatkesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena
kehilangan sebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh. Atau perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
C. Manifestasi klinis dengan harga diri rendah
Menurut Carpenito, L. J, 1998, tanda dan gejala Harga diri rendah yaitu:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c. Merendahkan martabat (Misalnya menganggap dirinya: saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan saya tidak bisa apa-apa)
d. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
e. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
f. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya)
Menurut Fitria, 2012 tanda gejala HARGA DIRI RENDAH yaitu:
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c.  Pandangan hidup yang pesimis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g.  Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapih
i. Selera makan berkurang
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada lemah. 
m. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri rendah juga
tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara
lambat dengan nada suara lemah

D. Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri Diri Positif Rendah Identitas

Respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu
adaptif dan maladaptif.
1. Respon konsep diri adaptif, yaitu respon dimana klien menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut.
a. Aktualisasi diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharapkannya dan sesuai
dengan kenyataannya.
2. Respon diri maladaptif, yaitu respon klien menghadapi masalah, klien tidak dapat
memecahkan masalah tersebut dan akan menjadikan masalah tersebut suatu beban.
a. Harga diri rendah
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan konsep diri maladaptif. Perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai
keinginan.
b. Kerancauan identitas
Kegagalan aspek individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-
kanak kedalam kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa
yang harmonis.
c. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan diri dengan orang
lain (Fajariyah, 2012).

E. Mekanisme koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep
diri dibagi dua yaitu:
a) Koping jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya :
pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan obsesi
nonton televisi.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya: ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki kelompok,
memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang kompetitif, olah
raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri dan
orang lain.
b) Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan Keunikan
individu. Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai dan harapan
masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat disebabkan karena ia
tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif. Mungkin remaja ini
mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak tidak baik”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat menggunakan
ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk
melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering digunakan adalah :
fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi. Mekanisme koping bisa berupa:
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan dan aspirasi dan potensi individu
b. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai-nilai dan
harapan masyarakat.
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia,
nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan,
penganiayaan.

F. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan antara lain:
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama
2. Terapi aktivitas kelompok
TAK yang paling relevan untuk HARGA DIRI RENDAH adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. TAK stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalamana dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil
diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsiatau alternatif penyelesaian
masalah.
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Dan
tujuan khususnya adalah:
a. Klien dapat mempersiapkan stimulus yang dipaparkan kepadanya secara tepat
b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami
Aktivitas dibagi menjadi empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus nyata sehari-
hari, stimulus nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, stimulus yang tidak
nyata dan respons yang dialami dalam kehidupan, serta stimulus nyata yang
mengakibatkan harga diri rendah.

G. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul menurut Fajriyah (2012) adalah:
Resiko tinggi prilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


H. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Data subjektif :
Klien mengatakan saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh tidak tahu apa-apa, mengkritik
diri sendiri, klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap sesuatu.

2. Data objektif :
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif bahan
tindakan, ingin mengakhiri hidup.

IV. Diagnosa keperawatan

1. Harga diri rendah


2. Isolasi sosial
3. Koping keluarga tidak efektif

V. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa I : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

TUM :

Klien menunjukkan peningkatan harga diri.

TUK 1

Klien dapat mengindentifikasi perubahan cairan tubuh

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat mengindentifikasi


perubahan cairan tubuh

Rencana tindakan

 Diskusikan perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh


 Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.

TUK 2
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi therapeutik diharapkan klien dapat menilai


kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Rencana tindakan:

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh, intelektual, dan
keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
 Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki klien.
 Tujuan khusus
Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetikdiharapkan klien dapat menerima


realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.

2)    Rencana tindakan

 Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan klien secara
bertahap.
 Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.
 Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.

TUK 4 :

Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat menyusun


rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2)    Rencana tindakan
 Diskusikan cara – cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi) yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh.
 Dorong klien untuk memilih cara yang sesuai bagi klien.
 Bantu klien melakukan cara yang dipilih.

TUK 5 :

Klien dapat melakukan tindakan penngembalian integritas tubuh.

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat melakukan


tindakan pengembalian integritas tubuh.

2)    Rencana tindakan

 Menbantu klien mengurangi perubahan citra tubuh


 Rehabilitasi bertahap bagi klien

Diagnosa Isolasi sosial

TUM

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

TUK 1:

Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1)    Kriteria Hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik di harapkan kita :


Menunjukkan wajah bersahabat, rasa saying, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama dan asal, menjawab salam, duduk berdampingan dengan
perawat.

2)    Rencana tindakan

 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.


 Salam terapeutik
 Perkenalkan diri perawat
 Jelaskan tujuan interaksi antara perawat dan pasien
 Ciptakan lingkunagn yang tenang
 Selalu kontak mata selama interaksi
 Buat kontarak yang jelas pada tiap pertemuan seperti topic yang dibicarakan,
waktu, dan tempat.
 Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian
 Diskusikan bersama, klien tentang keluarga.
 Diskusikan alasan klien masuk rumah sakit
 Identifikasi hubungan klien dalam berkeluarga.

TUK 2 :

Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilki

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat


mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki seperti menyanyi dan
menari.

2)    Rencana tindakan

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


 Setiap pertemuan klien hindarkan memberi penilaian negative utamakan memberi
pujian realitis.

TUK 3:
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit.

1)    Kriteria Hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat menilai


kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit seperti menyapu, mengepel, dan
mencuci piring.

2)    Rencana Tindakan

 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilakukan


 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya setelah pulang
sesuai dengan kondisi klien.

TUK 4 :

Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki.

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat membuat


jadwal kegiatan sehari – hari.

2)    Rencana tindakan

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari, sesuai
kemampuan kegiatan mandiri.
 Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksana kegiatan yang boleh klien lakukan.

TUK 5 :

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan kilen dapat melakukan


kegiatan sehari – hari.
2)    Rencana tindakan

 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan dirumah

TUK 6 :

Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada

1)    Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan keluarga dapat merawat


klien dirumah

2)    Rencana tindakan

 Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga
diri rendah.
 Bantu klien memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC


Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Harga Diri
Rendah. Jakarta: Trans Info Media

Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika

Keliat, Budi Anna dan Akemat Pawirowiyono. 2014. Keperawatan Jiwa Terapi
Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna dll. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Yogyakarta: Deepublish
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai