Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

I. Kasus (Masalah Utama) : Harga Diri Rendah (Hdr)


A. Definisi
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Townsend, 1998).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang
membuat seseorangmengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan
orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri (Yoedhas, 2010).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yang dikemukakan oleh Stuart
& Sundeen (1998) yaitu gambaran diri (citra tubuh), ideal diri, harga diri, peran diri
dan identitas diri.
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan
yang negative terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Budi Ana Keliat, 1999).

Harga Diri Rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative dan dipertahankan dalam waktu yang lama (Nanda,
2005).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Budi Ana Keliat (1999), yaitu :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan social (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupannya).
Menurut Stuart & Sundeen (1998), perilaku klien HDR menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Produktivitas menurun.
2. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Rasa bersalah.
7. Mudah tersinggung.
8. Perasaan negative terhadap tubuhnya sendiri.
9. Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10. Pandangan hidup yang pesimis.
11. Keluhan fisik.
12. Pandangan hidup yang bertentangan.
13. Penolakan terhadap kemampuan personal.
14. Destruktif terhadap diri sendiri.
15. Menolak diri secara social.
16. Penyalahgunaan obat.
17. Menarik diri dan realitas.
18. Khawatir.
3. Tingkatan
Tingkatan konsep diri : Harga diri rendah, yaitu :
 Aktualisasi diri
Pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif,
 Konsep diri positif
Dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang diharpkannya dan sesuai
dengan kenyataan,
 Harga diri rendah
Perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai tujuan,
 Keracunan identitas
Ketidakmampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis pada masa dewasa,
sifat kepribadian yang bertentangan, perasaan hampa, dan lain-lain.
 Depersonalisasi
Merasa asing terhadap diri sendiri, kehilangan identitas, misalnya malu dan sedih
karena orang lain.
4. Klasifikasi
Klasifikasi HDR berdasarkan teori penyebab, yaitu:
1. HDR Situasional
Yaitu HDR yang terjadi karena trauma secara tiba-tiba, misalnya pasca operasi,
kecelakaan, cerai, putus sekolah, PHK, perasaan malu (korban perkosaan,
dipenjara, dituduh KKN) dan sebagainya.
HDR terjadi disebabkan oleh:
- Privacy yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat atau sakit
- Perlakuan yang tidak menghargai
2. HDR Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri yang sudah berlangsung lama, klien
mempunyai cara berfikir yang negative. Kejadian sakit yang dirawat akan
menambah persepsi negative terhadap dirinya.

B. Rentang Respon
Respon adaptif Respon
Maladaftif

Aktualisasi konsep diri harga diri keracunan


depersonalisasi
Diri positif rendah identitas

 Aktualisasi diri : pengungkapan pertanyaan atau kepuasan dari konsep diri positif
 Konsep diri positif : dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang
diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan
 Harga diri rendah : perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayan diri,
merasa gagal mencapai tujuan
 Keracunan identitas : ketidak mampuan individu mengidentifikasi aspek psikologis
pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan perasaanhampa, dan lain-lain.
 Depersonalisasi : merasa asing terhadap diri snediri, kehilangan identitas misalnya
malu dan sedih karena orang lain.

C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (1998) sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi :
a. Penolakan orang tua,
b. Harapan orang tua yang tidak realistis,
c. Kegagalan yang berulang,
d. Kurang mempunyai tanggung jawab yg personal,
e. Ketergantungan pada orang lain,
f. Ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Meliputi sreotif peran gender, terutama peran kerja dan harapan peran budaya.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi :
a. Ketidakpercayaan orang tua,
b. Tekanan dari kelompok sebaya,
c. Perubahan struktur sosial.

D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) dapat berasal dari sumber
internal dan eksternal yaitu :
1. Trauma
Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya
sebagai frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
 Transisi peran perkembangan
Adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan.Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
 Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran
atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit
Terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat kekeadaan sakit, transisi ini
dicetuskan oleh :
- Kehilangan anggota tubuh
- Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
- Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
- Prosedur medis dan keperawatan.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada HDR yaitu pertahanan jangka pendek dan jangka penjang serta
penggunaan mekanisme bertahan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang meyakinkan.
Pertahanan jangka pendek yaitu :
- Aktivitas dapat memberikan pelarian sementara dari lensia identitas
- Aktivitas garis dapat memberikan identitas sementara
- Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri
- Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas yang
kurang berarti dalam kehidupan individu.
Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut :
- Penutupan identitas
- Identitas begatif

F. Pohon Masalah
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

II. Masalah Keperawatan Dan Datafokus Pengkajian


A. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga diri rendah
menurut Yoedhas (2010) adalah :
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Resiko isolasi sosial : Menarik diri
3. Perubahan penampilan peran
4. Keputusasaan
5. Berduka disfungsional
6. Kerusakan komunikasi verbal
7. Resiko tinggi intoleransi aktivitas
8. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori : Halusinasi
9. Defisit perawatan diri
10. Resiko perilaku kekerasan.

B. Data Fokus Pengkajian


Pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahapan pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien.Data yang dikumpulkan meliputi, data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual (Stuart dan Sundeen, 1998).
Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Budi Ana Keliat, 1999).
Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Meliputi Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan
dari penanggung jawab.
2. Keluhan utama dan alasan masuk
Keluhan utama atau alasan masuk ditanyakan pada keluarga/klien, apa yang
menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit.
3. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan eran dan identitas diri.
4. Faktor presipitasi
Faktor internal dan eksternal : trauma dan ketegangan peran. (transisi peran :
perkembangan, situasi, dan sehat sakit).
5. Aspek fisik
Mengukur dan mengobservasi TTV, ukur TB dan BB, aktivitas sehari-hari, pola tidur,
pola istirahat, rekreasi dan kaji fungsi organ tubuh bila ada keluhan.
6. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi.
 Konsep diri :
- Citra tubuh : Persepsi klien terhadap tubuhnya
- Identitas diri : Status dan posisi klien sebelum dirawat
- Peran diri : Tugas yang diemban dalam keluarga
- Ideal diri : Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas dll.
- Harga diri : Hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya.
 Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
7. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses piker, isi piker, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang
 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian
 Mandi klien dan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas didalam dan diluar rumah
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
9. Mekanisme koping
Bila diberikan suatu pilihan dengan bantuan minimal klien dapat menyelesaikan
masalah dengan bantuan perawat atau keluarga.Mekanisme koping pada HDR yaitu
pertahanan jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme
pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
meyakinkan.
10. Masalah psikosoial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien
11. Pengetahuan
Dapat didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
12. Aspek medic
Terapi yang diterima klien yaitu ECT, terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, dan terapi lingkungan
serta rehabilitasi.
III. Analisa Data
Data yang diambil adalah data objektif dan data subjektif.
 Data Objektif adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapat melalui
observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.Klien tampak lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.
 Data Subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data
ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.Klien
mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan
masalah keperawatan dan masalah kolaboratif.
Data objektif dan data subjektif yang mungkin munculpada klien penderita HDR
adalah:

Data Subjektif Data Objektif


 Mengungkapkan ingin diakui jati  Merusak diri sendiri
dirinya  Merusak orang lain
 Mengungkapkan tidak ada lagi yang  Menarik diri dari hubungan sosial
perduli  Tampak mudah tersinggung
 Mengungkapkan tidak bias apa-apa  Tidak mau makan dan tidak tidur
 Mengungkapkan dirinya tidak berguna  Perasaan malu
 Mengkritik diri sendiri  Tidak nyaman jika jadi pusat
perhatian

IV. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Harga diri rendah
2. Kerusakan interaksi sosial : Menarik diri
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
4. Deficit perawatan diri
5. Intoleransi aktifitas
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep Pasien mampu : Setelah … kali pertemuan, SP 1
diri : Harga diri pasien mampu :  Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki:
rendah  Mengidentifikasi  Mengidentifikasi - Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan
positif yang dimiliki, positif yang dimiliki, pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan
 Menilai kemampuan  Menilai kemampuan terdekat pasien.
yang dapat digunakan, yang dapat digunakan, - Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali
 Menetapkan atau  Menetapkan atau bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
memilih kegiatan yang memilih kegiatan yang  Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
sesuai dengan sesuai dengan - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
kemampuan, kemampuan, digunakan saat ini
 Melatih kegiatan yang  Melatih kegiatan yang - Bantu pasien menyebutkannya dan member
sudah dipilih sesuai sudah dipilih sesuai penguatan terhadap kemampuan diri yang
kemampuan, kemampuan, diungkapkan pasien
 Merencanakan kegiatan  Merencanakan kegiatan - Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi
yang sudah dilatihnya. yang sudah dilatihnya. pendengar yang aktif.
Keluarga mampu merawat  Pilih kemampuan yang akan dilatih
pasien dengan DHR di  Diskusikan dengan pasien beberapa aktifitas yang
rumah dan menjadi sistem dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang
pendukung yang efektif akan pasien lakukan sehari-hari
bagi pasien.  Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri
- Aktifitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga
- Aktifitas apa saja yang perlu bantuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat pasien
- Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas yang dapat
dilakukan pasien
- Susun bersama pasien aktifitas yang dapat dilakukan
pasien
 Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
 Memastikan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah … kali pertemuan, SP 1
keluarga mampu :  Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat
 Mengidentifikasi pasien
kemampuan yang  Jelaskan proses terjadinya HDR
dimiliki pasien  Jelaskan tentang cara merawat pasien
 Menyediakan pasilitas  Main peran dalam merawat pasien HDR
untuk pasien melakukan  Susun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
kegiatan pasien
 Mendorong pasien SP 2
melakukan kegiatan  Evaluasi kemampuan SP 1
 Memuji pasien saat  Latih keluarga langsung ke pasien
pasien dapat melakukan
 Menyusun RTL keluarga/ jadwal kegiatan untuk
kegiatan
merawat pasien
 Membantu melatih
SP 3
pasien
 Evaluasi kemampuan keluarga
 Membantu menyusun
 Evaluasi kemampuan pasien
jadwal kegiatan pasien
 RTL keluarga
 Membantu
- Follow up
perkembangan pasien
- Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Yoedhas, 2010.Asuhan Keperawatan Pasien dengan Harga Diri


Rendah.http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com. Diakses tanggal 30 juni 2017
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.Jakarta : EGC. 1998
Townsend. (19CCCC98). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai