Disusun oleh:
Kelompok 3
Tingkat 2C
B. Penyebab
Faktor Yang Memoengaruhi Harga Diri Rendah
1. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi :
a. Biologi
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma
kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa
b. Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi
pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain
itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap
gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri
yang tidak realistis.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah,
pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak.
2. Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
a. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis
yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
b. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena:
1) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa anak-anak ke remaja.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian
anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk penampilan atau fungsi tubuh atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan. (Nurhalimah, 2016)
b) Data objektif
1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada suara rendah
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah :
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Muhith, (2015) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau akibat tindakan
terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu dan tidak berguna
dan memandang dirinya lemah.
3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat. Individu merasa
tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka meyendiri dan enggan untuk
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.
4. Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa bodoh, merasa tidak
mampu dalam melakukan segala hal, dan individu merasa tidak tahu apa-apa,
mengabaikan bahkan menolak kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas
individu menurun.
5. Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
individu tidak memiliki rasa percaya pada dirinya dan individu selalu memandnag
dirinya negatif.
6. Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah individu memandang
hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga terdorong untuk merusak atau mengakhiri
hidupnya. Bahkan klien dengan harga diri rendah timbul perasaan benci dan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan terhadap lingkungan sekitar.
Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. selera makan kurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah
F. Patofisiologi
Menurut Yosep (2011) dengan mengutip hasil penelitian Malhi (2008),
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Penyebab harga diri rendah adalah karena di masa kanak-kanak mereka
sering disalahkan dan jarang diberi pujian atas kesuksesan atau keberhasilannya. Ketika
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima. Di masa dewasa awal sering mengalami kegagalan di sekolah, pekerjaan
atau pergaulan. Harga diri rendah muncul ketika lingkungan cenderung mengasingkan dan
menuntut di luar kemampuan mereka. Perilaku yang biasanya ditunjukkan pada pasien
dengan harga diri rendah adalah kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas
menurun, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri,
ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, menolak kemampuan diri
sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut.
Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
maupun kronik. Harga diri rendah secara situasional akibat trauma mendadak seperti
pembedahan, kecelakaan, pemerkosaan atau dipenjara. Selain itu dirawat di rumah sakit juga
bisa mengakibatkan harga diri rendah karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat pasien tidak nyaman. Penyebab lainnya ialah harapan fungsi tubuh yang tidak
tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai pasien dan keluarga.
Harga diri rendah secara kronik pada umumnya dirasakan oleh pasien sebelum sakit atau
sebelum dirawat pasien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. (Yosep
& Sutini, 2014)\
G. Rentang Respon
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pemyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
Psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.
H. Pohon Masalah
I. Penatalaksanaan
Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2020) Terapi pada gangguan jiwa atau skizofrenia
dewasa ini juga sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud
meliputi:
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa
otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau Latihan bersama (Rokhimma &
Rahayu, 2020). Terapi menurut Widianti et al., (2017) berupa sebagai berikut:
a. Terapi Individu: terapi kognitif, CBT, penghentian pikiran
1) Terapi kognitif adalah metode yang digunakan untuk mengatasi masalah
mental yang penatalaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara
klien dalam menafsirkan atau memandang segala sesuatu dengan cara untuk
berpikir positif.
2) CBT (Cognitif Behaviour therapy ) adalah suatu terapi yang bertujuan untuk
mengajak klien menentang kognitif/pikiran, perilaku dan emosi yang salah
dengan cara menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan
mereka mengenai masalah yang dihadapi (Sasmita et al,. 2010).
3) Penghentian Pikiran merupakan suatu terapi individu dengan cara
mempengaruhi perasaan dan perilaku individu untuk menghentikan pemikiran
serta perasaan negatifnya.
b. Terapi Kelompok: Logoterapi, terapi supportif Logotherapy merupakan terapi
yang berfokus pada penemuan makna hidup sehingga individu mempunyai
kekuatan yang positif untuk bertahan hidup (Widianti et al., 2017).
c. Terapi Keluarga: Terapi sistim keluarga, psikoedukasi Psikoedukasi keluarga
mampu menurunkan beban keluarga dan mampu meningkatkan kemampuan
keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa. Keluarga dibekali dengan
pengetahuan cara merawat melalui tindakan keperawatan pada keluarga.
d. Terapi Komunitas: Assertif community therapy Latihan asertif adalah suatu
kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan
dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan orang lain.
J. Strategi Pelaksanaan HARGA DIRI RENDAH
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)
SP-1 Klien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien merasa malu dan merasa tidak berguna karena keterbatasan fisik yang
dialaminya dan menganggap menantunya tidak menyukai dirinya karena sering
merepotkan.
Data objektif :
a. Klien tampak sering menunduk dan tidak berani menatap mata lawan bicara.
b. Saat berbicara, nada suara klien lambat dan pelan, klien terkadang tiba-tiba berhenti
ditengah kalimat, klien tidak dapat menjelaskan mengapa ia berhenti, klien juga
tidak dapat memulai pembicaraan,
c. Klien hanya menanggapi sepatah kata.
2. Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
d. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
c. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
d. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
e. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu Dhika Boleh Saya kenalan dengan Ibu?
perkenalkan nama saya Shelli Kastina, biasa dipanggil Shelli. Saya mahasiswa
Poltekkes Semarang yang akan dinas di ruangan Dewi Kunthi ini selama 1
minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya
akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Kalau boleh saya tahu nama Ibu
siapa? Senang di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Dhika hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?
c. Kontrak.
“Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah Ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Ibu
dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih” Tujuannya agar meningkatkan harga diri. Apakah Ibu bersedia?“Dimana kita
duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang tamu. Berapa lama?
Bagaimana kalau 10 menit saja?”.
2. Fase kerja
“Ibu ,apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus ,apa lagi?”
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Melipat baju? Mengelap meja?
Mengepel? Mencuci piring?”.
“Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang Ibu miliki”.
“ Ibu dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ? “Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua, yang
ketiga..sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang, coba Ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.
“O yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur ya Bu”.
“Mari kita lihat tempat tidur Ibu ya. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya.” Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari atasnya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan di
sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah kaki
,bagus!”
“Ibu sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali.
“Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus”
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat
tidur? Ibu ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur yang sudah ibu praktekkan dengan
baik sekali. Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus
sekali..
b. RTL
Sekarang ,mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu Mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali ya yaitu pagi dan sore jam berapa?
Pagi jam 8 lalu sehabis istirahat jam 4 sore ya”
“Jika ibu melakukannya jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) jika
tidak melakukan.
c. Kontrak yang akan datang :
1. Topik
“Baik bu, bagaimana jika besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus, melipat baju.. Kalau begitu kita akan latihan
melipat baju besok ya”
2. Waktu
“Ibu mau jam berapa? Oke jam 9 pagi ya bu”
3. Tempat
“Tempatnya dimana bu” Bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu
lagi disini jam 10 ya bu. Sampai jumpa”
“Ya memang benar sekali Pak, Ibu Dhika itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu Dhika, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, Ibu
Dhika memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu Dhika ini terus -
menerus seperti itu, Ibu Dhika bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya
Ibu Dhika jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu Dhika dapat menjadi masalah
serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu Dhika”
”Bapak, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu Dhika? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu Dhika)”
” Ibu Dhika itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
melipat baju. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak dapat
mengingatkan Ibu Dhika untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya Pak dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu Dhika sudah tidak lagi dirawat di Rumah Sakit, bapak
tetap perlu memantau perkembangan Ibu Dhika. Jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani lagi, bapak dapat membawa Ibu Dhika ke Puskesmas”
”Temui Ibu Dhika dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu Dhika, kamu sudah semakin terampil
melipat baju”
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
“Dapatkah Bapak jelaskan kembali maasalah yang dihadapi Ibu Dhika dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak.”
b. RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada Ibu Dhika.”
c. Kontrak yang akan datang :
1. Topik
“Karena ibu sebentar lagi sudah boleh pulang bagaimana kalau besok bertemu
dengan saya untuk membicarakan cara merawat ibu ketika di rumah nanti.”
2. Waktu
“Jam berapa Bapak datang? Baik saya tunggu ya. Sampai jumpa”
3. Tempat
“Bapak menemui saya besok di ruang perawat ya pak”
STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)
SP-4 Keluarga : Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2 : Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat klien dengan masalah harga diri rendah langsung
kepada klien.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan perasaannya lebih baik dan bisa merapikan tempat tidur
sendiri serta melipat baju sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak lebih aktif melakukan kontak mata dan sudah mau menghargai
dirinya sendiri
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Keluarga dapat mempraktekan cara merawat klien harga diri rendah
4. Tindakan Keperawatan
a. Ajarkan keluarga melatih cara merawat klien dengan masalah harga diri rendah
b. Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
c. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat klien
dengan harga diri rendah
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak, perkenalkan saya
perawat Shelli yang merawat ibu Dhika dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
b. Evaluasi/ Validasi :
“Bagaimana dengan perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak
”Bapak masih ingat latihan merawat Ibu Dhika seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu Dhika,
Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak? Oke kalau begitu, sekarang mari kita
temui Ibu Dhika”
2. Fase Kerja
”Selamat pagi Ibu Dhika. Bagaimana perasaan Ibu Dhika hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama suami Ibu Dhika. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, suami Ibu D juga ingin merawat Ibu Dhika agar cepat pulih.”
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihan
beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan orang tua Bapak
(Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
”Baiklah, sekarang saya dan suami Ibu Dhika ke ruang perawat dulu (Perawat
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”
3. Terminasi
b. RTL
“Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat seperti tadi kepada
Ibu Dhika ya”.
“Jangan lupa ya pak apa yang tadi sudah kita praktekan diterapkan juga dirumah.”
1. Topik
“Karena ibu sudah boleh pulang, nanti silahkan bapak datang lagi untuk
memeriksakan atau mengkontrolkan keadaan ibu pak. Bagaimana perkekmbangan
kondisi ibu.”
2. Waktu
3. Tempat
1. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul dan Data yang Perlu dikaji Pasien
Gangguan Harga Diri Rendah
Masalah keperawatan yang mungkin sering terjadi pada pasien dengan gangguan harga
diri rendah, yaitu :
Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM Kesehatan.
komang sri purnama dewi, (2019) LP+SP Harga diri rendah. Diakses melalui
https://id.scribd.com/document/498563744/HARGA-DIRI-RENDAH . Pada tanggal 8 maret
2023 pukul 09.22 WIB
Pardede, J. A, Keliat, B. A, & Yulia, I. (2020). The Symptoms of Low Self-Esteem Decline
after Being Given Acceptance and Commitment Therapy. Advanced Practices in Nursing, 5
(2), 2573-0347
Widianti, E., Keliat, B. A., Wardhani, I. Y., Keperawatan, F., Padjadjaran, U., Ilmu, F., &
Universitas, K. (2017). Aplikasi terapi spesialis keperawatan jiwa pada pasien skizofrenia
dengan harga diri rendah kronis di rs jawa barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 3(1), 83–99.
Paramitha, Y. (2020). Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dan Dukungan Sosial Teman
Sebaya Dengan Harga Diri Pada Remaja (Doctoral dissertation, Universitas Erlangga).
Diakses melalui http://repository.unair.ac.id/id/eprint/101023 Diakses pada tanggal 8 Maret
2023, pukul 08.48 WIB.
Srivana, J. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Gangguan Konsep Diri
Harga Diri Rendah Terintegrasi Dengan Keluarga Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja
(Karya Tulis Ilmiah, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur). Diakses melalui
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/902/1/KTI%20Srivana%20Repository.pdf Diakses
pada tanggal 8 Maret 2023, pukul 09.19 WIB.
Hendarmawan, Satrio. (2018). “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn. Ag dan Tn. As
Dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah Di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang Tahun 2018”. Diakses melalui:
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/89282/Satrio%20Hendarmawan%20-
%20152303101121.pdf?sequence=1&isAllowed=y Pada Rabu, 08 Maret 2023 Pukul 08.30
WIB.