Anda di halaman 1dari 23

Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah

Dosen Pengampu : Dyah Wahyuningsih S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 3
Tingkat 2C

1. Ndaru Pertiwi (P1337420221138)


2. Fania Marsela (P1337420221139)
3. Hesty Puspita Sari (P1337420221140)
4. Kesuma Aprillia (P1337420221141)
5. Annisya Rizqi Salsabila (P1337420221142)
6. Evita Putri Anggraeni (P1337420221143)
7. Hanif Thufail Zulfiandri (P1337420221144)
8. Hana Salsabila (P1337420221145)
9. Shelli Kastina Sukirno (P1337420221146)
10. Dhika Ayu Salsabila (P1337420221147)
11. Saskia Susran Rasyid (P1337420221148)
12. Auralia Farhah (P1337420221149)
13. Ananda Saskia W (P1337420221150)
14. Hafizh Fadil Amin (P1337420221151)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO
PROGRAM DIPLOMA III
2023
A. Pengertian
Nanda (2005), mengatakan bahwa harga diri rendah adalah persepsi diri yang
berkembang negatif dalam berespon terhadap situasi yang sedang terjadi.
Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu menilai dirinya atau
kemampuan dirinya negatif atau suatu perasaan menganggap dirinya sebagai seseorang
yang tidak berharga dan tidak dapat bertangung jawab atas kehidupanya sendiri. CMHN
(2006), mendefinisikan harga diri rendah sebagai suatu perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjagan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampun diri.
Herdman (2012), Megatakan, harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri
negatif yang berkepanjagan/perasaan tentang diri atau kemampuan diri. Harga diri rendah
yang berkepanjagan termaksuk kondisi tidak sehat mental karena dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan lain, terutama kesehatan jiwa.
Kesimpulannya harga diri rendah dapat didefinisikan sebagai penilaiaan internal
maupun eksternal yang negatif. Penilaian internal merupakan penilaian dari luar diri
individu sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilain dari diri luar
indivudu (seperti orang tua, teman saudara dan lingkungan) yang sangaat mempengaruhi
penilaiaan individu terhadap dirinya.

B. Penyebab
Faktor Yang Memoengaruhi Harga Diri Rendah
1. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi :
a. Biologi
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau trauma
kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa
b. Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi
pada orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain
itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap
gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri
yang tidak realistis.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah,
pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak.
2. Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
a. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman psikologis
yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan,
menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku kekerasan.
b. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena:
1) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa anak-anak ke remaja.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi sehat
kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangansebahagian
anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk penampilan atau fungsi tubuh atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan. (Nurhalimah, 2016)

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes RI, 2019).

a) Data subjektif pasien mengungkapkan tentang:


1. Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penolakan terhadap kemampuan diri

b) Data objektif
1. Penurunan produktifitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4. Bicara lambat dengan nada suara rendah

D. Macam – macam Harga Diri Rendah


Macam-macam Harga diri Rendah
1. Situasional Harga diri rendah situasional dalam Wilkinson, Ahern (2009)
didefinisikan sebagai suatu perkembangan persepsi negatif terhadap harga diri
individu sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu
penyakit, kondisi ini dapat disebabkan akibat adanya gangguan citra tubuh, kegagalan
dan penolakan, perasaan kurang penghargaan, proses kehilangan, dan perubahan pada
peran sosial yang dimiliki
2. Kronik Menurut Fitria (2012) menyatakan bahwa gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan pasien sebelum
sakit atau sebelum dirawat. Sedangkan menurut Nurarif dan Hardhi (2015, p. 55)
harga diri rendah kronis merupakan evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang berlangsung lama.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Harga Diri Rendah :
Tanda dan gejala harga diri rendah menurut Muhith, (2015) :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat adanya penyakit atau akibat tindakan
terhadap penyakit.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Individu merasa tidak mampu dan tidak berguna
dan memandang dirinya lemah.
3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri dari masyarakat. Individu merasa
tidak berguna sehingga klien merasa lebih suka meyendiri dan enggan untuk
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.
4. Merendahkan martabat. Individu merasa dirinya lemah merasa bodoh, merasa tidak
mampu dalam melakukan segala hal, dan individu merasa tidak tahu apa-apa,
mengabaikan bahkan menolak kemampuan yang dimiliki sehingga produktivitas
individu menurun.
5. Percaya diri kurang. Individu merasa ragu-ragu dalam mengambil keputusan,
individu tidak memiliki rasa percaya pada dirinya dan individu selalu memandnag
dirinya negatif.
6. Mencederai diri sendiri dan orang lain. Akibat harga diri rendah individu memandang
hidupnya pesimis, tidak berguna sehingga terdorong untuk merusak atau mengakhiri
hidupnya. Bahkan klien dengan harga diri rendah timbul perasaan benci dan dapat
menimbulkan perilaku kekerasan terhadap lingkungan sekitar.

Ciri-ciri harga diri rendah (kusumawati, 2010) adalah sebagai berikut :


1. Perasaan bersalah/penyesalan
2. Menghukum diri
3. Merasa gagal
4. Gangguan hubungan interpersonal
5. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
6. Menganggap diri lebih penting dari orang lain

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. selera makan kurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah

F. Patofisiologi
Menurut Yosep (2011) dengan mengutip hasil penelitian Malhi (2008),
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang
yang tidak optimal. Penyebab harga diri rendah adalah karena di masa kanak-kanak mereka
sering disalahkan dan jarang diberi pujian atas kesuksesan atau keberhasilannya. Ketika
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima. Di masa dewasa awal sering mengalami kegagalan di sekolah, pekerjaan
atau pergaulan. Harga diri rendah muncul ketika lingkungan cenderung mengasingkan dan
menuntut di luar kemampuan mereka. Perilaku yang biasanya ditunjukkan pada pasien
dengan harga diri rendah adalah kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas
menurun, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri,
ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, menolak kemampuan diri
sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut.

Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
maupun kronik. Harga diri rendah secara situasional akibat trauma mendadak seperti
pembedahan, kecelakaan, pemerkosaan atau dipenjara. Selain itu dirawat di rumah sakit juga
bisa mengakibatkan harga diri rendah karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat pasien tidak nyaman. Penyebab lainnya ialah harapan fungsi tubuh yang tidak
tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai pasien dan keluarga.
Harga diri rendah secara kronik pada umumnya dirasakan oleh pasien sebelum sakit atau
sebelum dirawat pasien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat. (Yosep
& Sutini, 2014)\
G. Rentang Respon

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pemyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
Psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

H. Pohon Masalah
I. Penatalaksanaan
Menurut Pardede, Keliat, & Yulia (2020) Terapi pada gangguan jiwa atau skizofrenia
dewasa ini juga sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud
meliputi:
1. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama
(typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa
otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau Latihan bersama (Rokhimma &
Rahayu, 2020). Terapi menurut Widianti et al., (2017) berupa sebagai berikut:
a. Terapi Individu: terapi kognitif, CBT, penghentian pikiran
1) Terapi kognitif adalah metode yang digunakan untuk mengatasi masalah
mental yang penatalaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara
klien dalam menafsirkan atau memandang segala sesuatu dengan cara untuk
berpikir positif.
2) CBT (Cognitif Behaviour therapy ) adalah suatu terapi yang bertujuan untuk
mengajak klien menentang kognitif/pikiran, perilaku dan emosi yang salah
dengan cara menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan
mereka mengenai masalah yang dihadapi (Sasmita et al,. 2010).
3) Penghentian Pikiran merupakan suatu terapi individu dengan cara
mempengaruhi perasaan dan perilaku individu untuk menghentikan pemikiran
serta perasaan negatifnya.
b. Terapi Kelompok: Logoterapi, terapi supportif Logotherapy merupakan terapi
yang berfokus pada penemuan makna hidup sehingga individu mempunyai
kekuatan yang positif untuk bertahan hidup (Widianti et al., 2017).
c. Terapi Keluarga: Terapi sistim keluarga, psikoedukasi Psikoedukasi keluarga
mampu menurunkan beban keluarga dan mampu meningkatkan kemampuan
keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa. Keluarga dibekali dengan
pengetahuan cara merawat melalui tindakan keperawatan pada keluarga.
d. Terapi Komunitas: Assertif community therapy Latihan asertif adalah suatu
kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan
dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan orang lain.
J. Strategi Pelaksanaan HARGA DIRI RENDAH
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)
SP-1 Klien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan, membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian.

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien merasa malu dan merasa tidak berguna karena keterbatasan fisik yang
dialaminya dan menganggap menantunya tidak menyukai dirinya karena sering
merepotkan.
Data objektif :
a. Klien tampak sering menunduk dan tidak berani menatap mata lawan bicara.
b. Saat berbicara, nada suara klien lambat dan pelan, klien terkadang tiba-tiba berhenti
ditengah kalimat, klien tidak dapat menjelaskan mengapa ia berhenti, klien juga
tidak dapat memulai pembicaraan,
c. Klien hanya menanggapi sepatah kata.
2. Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
d. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
e. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
c. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
d. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
e. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan
kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu Dhika Boleh Saya kenalan dengan Ibu?
perkenalkan nama saya Shelli Kastina, biasa dipanggil Shelli. Saya mahasiswa
Poltekkes Semarang yang akan dinas di ruangan Dewi Kunthi ini selama 1
minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00 sampai jam 14:00 siang. Saya
akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Kalau boleh saya tahu nama Ibu
siapa? Senang di panggil apa?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Ibu Dhika hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?
c. Kontrak.
“Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah Ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat Ibu
dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih” Tujuannya agar meningkatkan harga diri. Apakah Ibu bersedia?“Dimana kita
duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di ruang tamu. Berapa lama?
Bagaimana kalau 10 menit saja?”.
2. Fase kerja
“Ibu ,apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus ,apa lagi?”
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Melipat baju? Mengelap meja?
Mengepel? Mencuci piring?”.
“Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang Ibu miliki”.
“ Ibu dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat dikerjakan
di rumah sakit ? “Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua, yang
ketiga..sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang, coba Ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.
“O yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur ya Bu”.
“Mari kita lihat tempat tidur Ibu ya. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya.” Nah, sekarang kita pasang lagi
spreinya, kita mulai dari atasnya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan di
sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah kaki
,bagus!”
“Ibu sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali.
“Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus”
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat
tidur? Ibu ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur yang sudah ibu praktekkan dengan
baik sekali. Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus
sekali..
b. RTL
Sekarang ,mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu Mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali ya yaitu pagi dan sore jam berapa?
Pagi jam 8 lalu sehabis istirahat jam 4 sore ya”
“Jika ibu melakukannya jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Ibu lakukan
tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) jika
tidak melakukan.
c. Kontrak yang akan datang :
1. Topik
“Baik bu, bagaimana jika besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
merapikan tempat tidur? Ya bagus, melipat baju.. Kalau begitu kita akan latihan
melipat baju besok ya”
2. Waktu
“Ibu mau jam berapa? Oke jam 9 pagi ya bu”
3. Tempat
“Tempatnya dimana bu” Bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu
lagi disini jam 10 ya bu. Sampai jumpa”

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


SP-2 Klien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2 : Melatih klien melakukan kegiatan
lain yang sesuai dengan kemampuan klien.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan perasaannya lebih baik dan bisa merapikan tempat tidur
sendiri
b. Klien juga bersedia diajari melipat baju dan memasukkannya dalam jadwal harian
klien
Data objektif :
a. Klien tampak mau melakukan kegiatan yang dipilih
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
yang lain (yang belum dilakukan).
4. Tindakan Keperawatan
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
c. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit
d. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh
e. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien
f. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum, Selamat pagi Ibu, masih ingat dengan saya? Bagus
b. Evaluasi/Validasi :
“Bagaimana dengan perasaan Ibu hari ini? Wah tampak gembira ya”
“ Bagaimana Bu, sudah dicoba untuk merapikan tempat tidur sore
kemarin tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi),
c. Kontrak
Baiklah bu, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa kegiatan itu
Bu “Ya benar kita akan latihan melipat baju dikursi depan ya waktunya 10
menit”Apakah ibu bersedia? mari kita ke depan.
2. Fase Kerja.
“Ibu, sebelum kita melipat baju kita perlu siapkan dulu baju yang akan dilipat.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya” “Pertama kali ibu ambil baju yang akan
dilipat, saya praktikkan dulu ya bu.. Jadi seperti ini ya bu cara melipat baju nya.
“sekarang coba Ibu yang melakukan” “Bagus sekali, Ibu dapat melipat baju dengan
baik”
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita melipat baju? Coba bu diulangi
kembali, bagus...
b. RTL
Bagaimana jika melipat baju ini ditambah lagi jadwal kegiatan Ibu yaitu jadwal
kegiatan merapikan tempat tidur.Mau berapa kali Bu melipat bajunya ? Bagus dua
kali ya ketika pagi dan siang hari ya, mau jam berapa bu? ” Bagus..
4. Kontrak yang akan datang :
1. Topik
“Baik bu, besok ibu bisa melakukan kegiatan merapikan tempat tidur dan melipat
baju secara mandiri ya”
2. Waktu
“ Lakukan selama bangun tidur ya bu”
3. Tempat
“Lakukan di ruangan ibu saja ya bu”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)


SP-3 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1: Mendiskusikan masalah yang
dihadapi keluarga dalam merawat klien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda
dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah, dan memberi
kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan perasaannya lebih baik dan bisa merapikan tempat tidur sendiri
serta melipat baju sendiri, klien juga bersedia diajari kegiatan mengelap meja dan
memasukkannya dalam jadwal harian klien.
Data objektif :
a. Klien tampak lebih aktif melakukan kontak mata dan beberapa saat tersenyum.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Keluarga mampu mendemontrasikan cara merawat klien
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat klien
4. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien di rumah
b. Jelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah
c. Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
d. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat.
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak, perkenalkan saya perawat Shelli yang
merawat ibu Dhika dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
b. Evaluasi/ Validasi :
“Bagaimana dengan perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Ibu Dhika?
Berapa lama waktu Bapak butuhkan? 30 menit saja? Baik pak. Kita berbincang-
bincangnya diruang wawancara saja bagaimana pak? Oke, mari kita keruangan
wawancara”
2. Fase Kerja.

“Apa yang bapak ketahui tentang masalah Ibu Dhika”

“Ya memang benar sekali Pak, Ibu Dhika itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ibu Dhika, sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, Ibu
Dhika memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-
pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan Ibu Dhika ini terus -
menerus seperti itu, Ibu Dhika bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya
Ibu Dhika jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”

“Sampai disini, bapak mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu Dhika dapat menjadi masalah
serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk Ibu Dhika”

”Bapak, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu Dhika? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan Ibu Dhika)”
” Ibu Dhika itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan
melipat baju. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak dapat
mengingatkan Ibu Dhika untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu
menyiapkan alat-alatnya ya Pak dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal kegiatannya”.

”Selain itu, bila Ibu Dhika sudah tidak lagi dirawat di Rumah Sakit, bapak
tetap perlu memantau perkembangan Ibu Dhika. Jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani lagi, bapak dapat membawa Ibu Dhika ke Puskesmas”

”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian


kepada Ibu Dhika”

”Temui Ibu Dhika dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan
pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu Dhika, kamu sudah semakin terampil
melipat baju”

”Coba Bapak praktekkan sekarang. Bagus”

3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :

”Bagaimana Bapak apakah sudah paham?”

“Dapatkah Bapak jelaskan kembali maasalah yang dihadapi Ibu Dhika dan bagaimana cara
merawatnya?”

“Bagus sekali bapak dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak kemari lakukan seperti itu dan di rumah juga demikian ya pak.”

b. RTL
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi besok mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada Ibu Dhika.”
c. Kontrak yang akan datang :
1. Topik
“Karena ibu sebentar lagi sudah boleh pulang bagaimana kalau besok bertemu
dengan saya untuk membicarakan cara merawat ibu ketika di rumah nanti.”
2. Waktu
“Jam berapa Bapak datang? Baik saya tunggu ya. Sampai jumpa”
3. Tempat
“Bapak menemui saya besok di ruang perawat ya pak”
STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)
SP-4 Keluarga : Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2 : Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat klien dengan masalah harga diri rendah langsung
kepada klien.
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subjektif :
a. Klien mengatakan perasaannya lebih baik dan bisa merapikan tempat tidur
sendiri serta melipat baju sendiri.
Data objektif :
a. Klien tampak lebih aktif melakukan kontak mata dan sudah mau menghargai
dirinya sendiri
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Keluarga dapat mempraktekan cara merawat klien harga diri rendah
4. Tindakan Keperawatan
a. Ajarkan keluarga melatih cara merawat klien dengan masalah harga diri rendah
b. Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
c. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat klien
dengan harga diri rendah
B. Proses Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik.
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi bapak, perkenalkan saya
perawat Shelli yang merawat ibu Dhika dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
b. Evaluasi/ Validasi :
“Bagaimana dengan perasaan Bapak hari ini?”
c. Kontrak

”Bapak masih ingat latihan merawat Ibu Dhika seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Ibu Dhika,
Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak? Oke kalau begitu, sekarang mari kita
temui Ibu Dhika”

2. Fase Kerja

”Selamat pagi Ibu Dhika. Bagaimana perasaan Ibu Dhika hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama suami Ibu Dhika. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, suami Ibu D juga ingin merawat Ibu Dhika agar cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihan
beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan orang tua Bapak
(Perawat mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”

”Bagaimana perasaan Ibu Dhika setelah berbincang-bincang dengan suami Ibu


Dhika?”

”Baiklah, sekarang saya dan suami Ibu Dhika ke ruang perawat dulu (Perawat
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)”
3. Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif

“ Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”

b. RTL
“Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat seperti tadi kepada
Ibu Dhika ya”.

“Jangan lupa ya pak apa yang tadi sudah kita praktekan diterapkan juga dirumah.”

c. Kontrak yang akan datang

1. Topik

“Karena ibu sudah boleh pulang, nanti silahkan bapak datang lagi untuk
memeriksakan atau mengkontrolkan keadaan ibu pak. Bagaimana perkekmbangan
kondisi ibu.”

2. Waktu

“Satu bulan kemudian ya, pak”

3. Tempat

“Tempatnya nanti silahkan datang ke rumah sakit lagi ya, pak”


K. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul dan Data yang Perlu dikaji Pasien
Gangguan Harga Diri Rendah
Masalah keperawatan yang mungkin sering terjadi pada pasien dengan gangguan harga
diri rendah, yaitu :

No. Masalah Keperawatan Data Subjektif Data Objektif


1. Isolasi Sosial : Menarik Diri 1. Mengungkapkan tidak 1. Tidak ada kontak mata
berdaya dan tidak ingin hidup ketika pasien diajak
lagi bicara
2. Mengungkapkan enggan 2. Tidak adanya ekspresi
untuk berbicara dengan orang wajah pada pasien, hanya
lain terlihat kosong
3. Pasien terlihat malu saat 3. Suara pasien terdengar
bertemu serta berhadapan pelan, tidak jelas, serta
dengan orang lain. terkadang meracau tidak
menentu.
2. Gangguan Konsep Diri : Harga 1. Mengungkapkan tidak ada 1. Terlihat adanya kondisi
Diri Rendah lagi yang menunjukkan rasa untuk menarik diri dari
peduli terhadap dirinya hubungan sosial
2. Mengungkapkan adanya rasa 2. Pasien tampak mudah
ingin diakui jati dirinya tersinggung
3. Mengungkapkan bahwa 3. Pasien tidak mau makan
dirinya merasa tidak berguna 4. Pasien tidak mau tidur
4. Mengungkapkan bahwa 5. Terlihat adanya rasa malu
dirinya tidak bisa apa-apa pada pasien
5. Mengkritik dirinya sendiri 6. Terlihat adanya rasa tidak
6. Mengungkapkan ingin nyaman saat menjadi
rasanya untuk merusak diri pusat perhatian.
sendiri
7. Mengungkapkan ingin
rasanya untuk merusak orang
lain.
3. Koping Individu Tidak Efektif 1. Mengungkapkan 1. Tampak sedih
ketidakmampuan melakukan 2. Tampak tidak bisa
sesuatu melakukan aktivitas yang
2. Mengungkapkan untuk seharusnya dapat
meminta bantuan orang lain dilakukan
3. Mengungkapkan rasa malu 3. Tampak wajah yang
serta tidak bisa ketika murung
mendapat ajakan melakukan 4. Tampak memiliki
sesuatu ketergantungan terhadap
4. Mengungkapkan adanya rasa orang lain.
tidak berdaya
5. Mengungkapkan rasa tidak
ingin hidup lagi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Koping Individu Tidak Efektif
3. Intervensi Keperawatan
TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki konsep diri yang positif mengungkapkan prinsip komumikasi
terapeutik:
Tujuan khusus : 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun
TUK 1 : non verbal
Pasian dapat membina hubungan saling 2. Perkenalkan diri dengan sopan
percaya dengan perawat kriteria hasil: 3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama
setelah…..x interaksi,pasien menunjukkan panggilan yang disukai pasien
ekspresi wajah bersahabat ,menunjukkan rasa 4. Jelaskan tujuan pertemuan
senang,ada kontak mata,mau berjabat 5. Jujur dan menepati janji
tangan,mau menyebut nama,mau menjawab 6. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien
salam,pasien mau duduk,berdampingan apa adanya
dengan perawat,mau mengutarakan masalah 7. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
yang dihadapi kebutuhan dasar pasien
TUK 2 : 1. Diskusikan kemampuan aspek positif , keluarga
Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan lingkungan yang dimiliki pasien
dan aspek positif yang dimiliki Kriteria hasil: 2. Bersama pasien membuat daftar tentang :
Setelah.….x interaksi pasien dapat a. Aspek positif pasien,keluarga,dan
menyebutkan: a. Kemampuan yang dimiliki lingkungan
pasien b. Aspek positif keluarga c. Aspek b. Kemampuan yang dimiliki pasien
positif lingkungan 3. Utamakan memberi pujian yang realistik dan
hindarkan penilaian negatif
TUK 3 : 1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
Pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat dilaksanakan dan digunakan selama
dimiiki untuk digunakan Kriteria hasil: sakit
Setelah…..x interaksi pasien dapat 2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
menyebutkan kemampuan yang dapat penggunaannya
digunakan
TUK 4 : 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat
Pasien dapat (menetapkan) merencanakan dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang a. Kegiatan mandiri
dimiliki Kriteria hasil: Setelah…..x interaksi, b. Kegiatan dengan bantuan
pasien mampu membuat rencana kegiatan c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
harian 2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi
kondisi pasien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
boleh pasien lakukan
TUK 5 : Pasien dapat melakukan kegiatan 1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
sesuai dengan rencana yang telah dibuat kegiatan yang telah direncanakan
Kriteria hasil: Setelah…..x pertemuan,pasien 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan pasien
dapat melakukan kegiatan jadwal yang telah 3. Beri pujian atas keberhasilan pasien
dibuat 4. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan
setelah pasien pulang
TUK 6 : Pasien dapat memanfaatkan system 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
pendukung yang ada Kriteria hasil: tentang cara merawat pasien dengan harga diri
Setela…..x pertemuan,pasien memanfaatkan rendah
system pendukung yang ada di keluarga 2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama
memanfaatkan system pendukung yang ada di pasien dirawat
keluarga 3. Bantu keluaga menyiapkan lingkungan rumah
TUK 7 : Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang
Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik dosis ,frekuensi dan manfaat obat
Kriteria hasil: 1. Anjurkan pasien meminta sendiri obat pada
Setelah….. pertemuan perawat, dan merasakan manfaatnya
1. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan 2. Anjurkan pasien dengan bertanya kepada dokter
manfaat,dosis dan efek samping obat tentang efek dan efek samping obat yang
2. Pasien dapat mendemonstrasikan dirasakan.
penggunaan obat 3. Diskusikan akibat berhentinya tanpa konsultasi
3. Pasien termotivasi untuk berbicara dengan 4. Bantu pasien menggunakan obat dengan prinsip
perawat apabila dirasakan ada efek samping 5 benar
obat 4. Pasien memahami akibat berhentinya
obat
5. Pasien dapat menyebutkan prinip 5 benar
penggunaan obat
Daftar Pustaka
Yosep, H I dan Sutini, T. 2014. Buku ajar keperawatan jiwa. Bandung: PT
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Kemenkes RI.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebaranprevalensi-
skizofreniapsikosis-di-indonesia#

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Pusdik SDM Kesehatan.

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit


Andi.https://books.google.co.id/books?id=Yp2ACwAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id&
source=gbs_pub_info_r

komang sri purnama dewi, (2019) LP+SP Harga diri rendah. Diakses melalui
https://id.scribd.com/document/498563744/HARGA-DIRI-RENDAH . Pada tanggal 8 maret
2023 pukul 09.22 WIB

Irvan, Van. (2023). LP+SP Harga Diri Rendah. Diakses melalui


://id.scribd.com/document/628393404/LP-SP-HARGA-DIRI-RENDAH . Pada tanggal 8
Maret 2023 pukul 07.31 WIB.

Pardede, J. A, Keliat, B. A, & Yulia, I. (2020). The Symptoms of Low Self-Esteem Decline
after Being Given Acceptance and Commitment Therapy. Advanced Practices in Nursing, 5
(2), 2573-0347

Widianti, E., Keliat, B. A., Wardhani, I. Y., Keperawatan, F., Padjadjaran, U., Ilmu, F., &
Universitas, K. (2017). Aplikasi terapi spesialis keperawatan jiwa pada pasien skizofrenia
dengan harga diri rendah kronis di rs jawa barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia, 3(1), 83–99.

Paramitha, Y. (2020). Hubungan Fungsi Afektif Keluarga Dan Dukungan Sosial Teman
Sebaya Dengan Harga Diri Pada Remaja (Doctoral dissertation, Universitas Erlangga).
Diakses melalui http://repository.unair.ac.id/id/eprint/101023 Diakses pada tanggal 8 Maret
2023, pukul 08.48 WIB.

Srivana, J. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Gangguan Konsep Diri
Harga Diri Rendah Terintegrasi Dengan Keluarga Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja
(Karya Tulis Ilmiah, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur). Diakses melalui
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/902/1/KTI%20Srivana%20Repository.pdf Diakses
pada tanggal 8 Maret 2023, pukul 09.19 WIB.
Hendarmawan, Satrio. (2018). “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Tn. Ag dan Tn. As
Dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah Di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang Tahun 2018”. Diakses melalui:

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/89282/Satrio%20Hendarmawan%20-
%20152303101121.pdf?sequence=1&isAllowed=y Pada Rabu, 08 Maret 2023 Pukul 08.30
WIB.

Nurhalimah. (2016). MODUL BAHAN AJAR CETAK KEPERAWATAN JIWA.


https://www.pdfdrive.com/keperawatan-jiwa-e50034343.html, diakses pada 06 Maret 2023
10.58 WIB

Anda mungkin juga menyukai