X TERUTAMA
PADA AN. T DENGAN MASALAH GASTRITIS PADA TAHAP
PERKEMBANGAN KELUARGADENGAN ANAK DEWASA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANTANG KOTA MEDAN
TAHUN 2023
Disusun oleh:
Erin Yohana Pakpahan (220202021)
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan kepada penulis dan atas berkah rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. X Terutama Pada An. T Dengan
Masalah Gastritis Pada Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Anak
Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Medan Tahun
2023 ”
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan
terimakasih yang terhormat Bapak/Ibu:
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Rohana Sinaga SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Marthalena Simamora, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia
5. Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
6. dr. Fauziah, selaku Kepala Puskesmas Rantang Kota Medan
7. Ns. Nurma Ningsih, S.Kep., selaku Preseptor Klinik Puskesmas Rantang Kota
Medan
8. Ns. Rumondang Gultom, M.KM, selaku Koordinator Stase Keperawatan
Keluarga dan Komunitas
9. Ns. Siska Evi Simanjuntak, MNS, selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Keluarga dan Komunitas
10. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Keluarga dan Komunitas
11. Ns. Masri Saragih, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Stase Keperawatan
Keluarga dan Komunitas
12. Ns. Adventy Riang Bevy Gulo, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Keluarga dan Komunitas
13. Seluruh staff pegawai Puskesmas Rantang, yang telah memberikan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini
14. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Ners Universitas
Sari Mutiara Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini. Penulis menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
dalam rangka penyempurnaan asuhan keperawatan ini dan dapat bermanfaat
bagi semua pihak khususnya dalam bidang keperawatan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Banyak penderita gastritis itu berawal dari kesibukan yang berlebihan sehingga
mengakibatkan seseorang lupa makan (Danu, Putra, Diana, & Sulistyowati, 2019).
Terkadang gejala gastritis pada awalnya diabaikan saja, padahal jika penyakit
gastritis itu dibiarkan maka bias terjadi kondisi komplikasi yang cukup parah
(Danu et al., 2019). Secara garis besar penyebab gastritis dibedakan atas faktor
internal yaitu adanya kondisi yang memicu pengeluaran asam lambung yang
berlebihan, dan zat ekstrenal yang menyebabkan iritasi dan infeksi (Handayani &
Thomy, 2018).
Berdasarkan faktor resiko gastritis adalah menggunakan obat aspririn atau
antiradang non stroid, infeksi kuman helicobacterpylori, memiliki kebiasaan
minum minuman beralkohol, memiliki kebiasaan merokok, sering mengalami
stress, kebiasan makan yaitu waktu makan yang tidak teratur, serta terlalu banyak
makan makanan yang pedas dan asam (Eka Fitri Nuryanti, 2021). Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal
dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan. Persentase dari angka kejadian
gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8% (Mustakim & Rimbawati,
2021).
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk (Handayani & Thomy,
2018). Secara Nasional, Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di
Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI dan angka kejadian gastritis tertinggi mencapai 91,6%
yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5% , Palembang 35,35%, Aceh 31,7%,
dan Pontianak 31,2 % , sedangkan di Sumatra utara angka kesakitan cukup besar
91,6%. (Ilham Syahputra Siregar, 2016).
Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus asuhan keperawatan keluarga pada An. T dengan masalah
gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Tahun 2023.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah gastritis pada
An. T di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun 2023.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan dengan masalah gastritis pada An.
T di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun 2023.
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan dengan masalah gastritis pada An.
T di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun 2023.
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan dengan masalah gastritis pada An.
T di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun 2023.
4. Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan masalah gastritis pada
An. T di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun 2023.
5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan dengan masalah gastritis pada An. T
di Wilayah Kerja Puskesmas Rantang Kota Medan Tahun 2023.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Sementara bagi keluarga dengan pola komunikasi yang tidak berfungsi dengan
baik akan menyebabkan berbagai persoalan, terutama beban psikologis bagi
anggota keluarga. Karakteristik dari pola komunikasi ini antara lain:
a) fokus pembicaraan hanya pada satu orang misalnya kepala keluarga yang
menjadi penentu atas segala apa yang terjadi dan dilakukan anggota keluarga;
b) tidak hanya diskusi di dalam rumah, seluruh anggota keluarga hanya meyetujui;
c) hilangnya empati di dalam keluarga karena masing-masing anggota keluarga
tidak bisa menyatakan pendapatnya. Akibat dari pola komunikasi dan pola asuh
ini akhirnya komunikasi dalam keluarga menjadi tertutup.
1.Struktur peran
Setiap individu dalam masyarakat memiliki perannya masing-masing. Satu sama
lain relatif berbeda tergantung pada kapasitasnya. Begitu pula dalam sebuah
keluarga. Seorang anak tidak mungkin berperan sama dengan bapak atau ibunya.
Struktur peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Bapak berperan sebagai kepala rumah tangga, ibu
berperan dalam wilayah domestik, anak dan lain sebagainya memiliki peran
masing-masing dan diharapkan saling mengerti dan mendukung. Selain peran
pokok tersebut, adapula peran informal. Peran ini dijalankan dalam kondisi
tertentu atau sudah menjadi kesepakatan antar anggota keluarga. Misalnya
seorang suami memperbolehkan istrinya bekerja di luar rumah, maka istri telah
menjalankan peran informal. Begitu pula sebaliknya, suami juga tidak segan
mengerjakan peran informalnya dengan membantu istri mengurus rumah.
2.Struktur kekuatan
Struktur kekuatan keluarga menggambarkan adanya kekuasan atau kekuatan
dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk mengendalikan dan mempengaruhi
anggota keluarga. Kekuasan ini terdapat pada individu di dalam keluarga untuk
mengubah perilaku anggotanya ke arah postif, baik dari sisi perilaku maupun
kesehatan. Ketika seseorang memilki kekuatan, maka ia sesungguhnya mampu
mengendalikan sebuah interaksi. Kekuatan ini dapat dibangun dengan berbagai
cara. Selain itu, ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya struktur kekuatan
keluarga.
a. Legitimate power ( kekuatan/wewenang yang sah)
Dalam konteks keluarga, kekuatan ini sebenarnya tumbuh dengan sendiri,
karna ada hirarki yang merupakan konstruk masyarakat kita. Seorang kepala
keluarga adalah pemegang kekuatan interaksi dalam keluarga. Ia memilki hak
untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga lainnya, terutama pada anak-
anak.
b. Referent power
Dalam masyarakat kita, orangtua adalah panutan utama dalam keluarga
terlebih posisi ayah sebagai kepala keluarga. Apa yang dilakukan ayah akan
menjadi contoh baik oleh pasangannya maupun anak-anaknya. Misalnya
untuk mengajari anak melaksanakan ibadah, tidak perlu dengan kemarahan.
Dengan cara orangtua senantiasa beribadah, anak akan mengikuti dengan
sendirinya. Anak akan belar dari apa yang dilihatnya.
c. Reward power
Kekuasan penghargaan berasal dari adanya harapan bahwa orang yang
berpengaruh dan dominan akan melakukan sesuatu yang postif terhadap
ketaatan seseorang. Imbalan menjadi hal penting untuk memberikan pengaruh
kekuatan dalam keluarga. Hal ini tentu sering terjadi di masyarakat kita, yang
menjanjikan hadiah untuk anaknya jika berhasil meraih nilai terbaik dalam
sekolah. Dengan hadiah tersebut, anak akan berusaha untuk menjadi anak
yang terbaik agar keinginannya terhadap yang dijanjikan orangtua dapat
terpenuhi.
d. Coercive power
Ancaman dan hukuman menjadi pokok dalam membangun kekuatan keluarga.
Kekuatan ini sebagai kekuasan dominasi atau paksaan yang mampu untuk
menghukum bila tidak taat. Bagi sebagian orangtua, mereka memilih tidak
menggunakan kekuasan ini, namun bagi sebagian lainnya sangat
membutuhkan karena merasa putus asa dalam mendidik anak. Setiap anak
memilki karakter unik yang berbeda-beda, oleh karena itu pola asuh juga tidak
bisa disamaratakan. Orangtua memilih pola asuh tentu atas berbagai
pertimbangan yang membuat anak menjadi lebih positif.
2. Tahap II: Tahap mengasuh anak (child bearing). Tahap kedua dimulai dari
lahirnya anak pertama sampai dengan anak tersebut berumur 30 bulan atau 2,5
tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan suatu perubahan yang
besar dalam kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, keluarga dituntut untuk
mampu beradaptasi terhadap peran baru yang dimiliknya dan harus mampu
melaksanakan tugas dari peran baru tersebut.
Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:
1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
3. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran orang tua dan kakek-nenek.
6. Tahap VI: Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda. Permulaan
tahap kehidupan keluarga di tandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
dan berakhir dengan anak terakhir meninggalkan rumah.
Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluaga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.
7. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan. Tahap ini dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir saat
seseorang pensiun.
Tugas-tugas perkembangan keluarga yaitu:
1. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi
penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel
chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi
ulser. Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif (Mansjoer, Arif,
dkk 2022). Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat
timbulnya desquamasi sel dan munculah respon radang kronis pada gaster
yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu
mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena
sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang (Mansjoer,
Arif, dkk 2021). Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan
gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan
timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia
ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan pendarahan (Mansjoer,
Arif, dkk 2021).
Pathway Gastritis
Faktor-faktor
penyebab gastritis
Menurunnya
Menurunnya sekresi mukus
kemampuan
proteksi terhadap
HCl Vasodilatasi mukosa
Meningkatnya
produksi HCl lambung
Terjadi kontak
Mual Muntah
antar HCl dengan
Mukosa lambung
Defisit Nutrisi Hipovolemia
Timbul nyeri
epigastrium
Nyeri Akut
Manifestasi klinis yang muncul sebagai akibat terjadinya gastritis disebut dengan
syndrome dyspepsia. Syndrome dyspepsia adalah penyakit yang memiliki
beberapa gejala yang berkolerasi langsung dengan gastroduodenal seperti rasa
nyeri epigastrium, rasa terbakar epigastrium, rasa sebah pada perut dan juga rasa
cepat kenyang serta ada kemungkinan ditemukan perdarahan pada penderita
gastritis. Manifestasi klinis bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul
perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak
menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik hampir
sama, seperti anoreksia, rasa penuh, nyeri epigastrum, mual dan muntah, sendawa,
hematemesis (Suratun dan Lusiabah, 2022). Tanda dan gejala gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Nyeri epigastrum, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
b. Mual, kembung, muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul.
Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
2. Gastritis Kronis
Pada pasien gastritis kronis umunya tidak mempunyai keluhan.Hanya sebagian
kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nause dan pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan kelainan perdarahan pada penderita gastritis (Catur et al., 2018).
b. Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
5. Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel parietal dan
faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori.
6. Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
2.2.5 Penatalaksanaan
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis adalah perdarahan saluran
cerna bagian atas. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan
absorbsi vitamain B12 (Sjamsuhidajat, 2021). Kemungkinan komplikasi yang
dapat muncul akibat dari penyakit gastritis antara lain perdarahan saluran cerna
bagian atas, ulkus gaster, hematemesis dan melena yang apabila berlanjut akan
menyebabkan shock hemoragik (Notoadmojo, S., & Rizem, 2016). Komplikasi
lain yang dapat ditimbulkan dari gastritis yaitu gangguan proses absorbs
vitamin B12. Penyerapan vitamin B12 yang tidak optimal dapat menyebabkan
anemia perneniosa, gangguan penyerapan zat besi, dan penyempitan pylorus
yaitu bagian yang menghubungkan antara lambung dengan usus halus
(Muttagin dan Sari, 2021 dalam Notoadmojo, S., & Rizem, 2016).
Komplikasi penyakit gastritis menurut (Muttaqin & Sari, 2021) antara lain :
a. Data Umum
Data Umum yang perlu dikaji adalah Nama kepala keluarga, Usia,
Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Daftar anggota keluarga.
b. Komposisi keluarga
c. Genogram
d. Ecomap
e. Denah Rumah
h. Karakteristik Lingkungan
i. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana anggota
keluarga mengembangkan sikap saling mengerti. Semakin
tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya.
Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan
persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota
keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal
tanda-tanda gangguan kesehatan selanjutnya.
2. Fungsi Keperawatan
a.Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah,
tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan, karena gastritis memerlukan
perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makanan
dan gaya hidup. Jadi disini keluarga perlu tau bagaimana cara
pengaturan makanan yang benar serta gaya hidup yang baik
untuk penderita gastritis.
3. Fungsi Sosialisasi
4.Fungsi Reproduksi
5. Fungsi Ekonomi
4 Sistem pernafasan Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas
tredengar ronki (aspirasi sekresi).
10 Sistem integumen Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi
rambut.
b. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
a) Prioritas masalah
Dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah (mudah, sebagian, sulit)
3) Potensi dapat dicegah (tinggi, cukup, rendah)
4) Menonjolnya masalah
Adapun cara menghitung skoring prioritas masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
b) Tujuan
Tujuan asuhan keperawatan pada tingkat keluarga adalah
meinigkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya yang meliputi pelaksanaan tugas kesehatan keluarga.
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem
keperawatan. Sedangkan tujuan jangka pendek mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas
kesehatan keluarga sebagai berikut:
1) Mengenal masalah kesehatannya
2) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
3) Merawat atau menolong anggota keluarga yang sakit
4) Memelihara lingkungan rumah yang biasa mempengaruhi
kesehatan dan pengembangan pribadi
5) Memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat guna
pemeliharaan kesehatan
a) Rencana Tindakan
Rencana tindakan merupakan suatu rencana tindakan keperawatan
berdasarkan masalah keperawatan untuk menyelesaikan masalah
keperawatan. Rencana ini disesuaikan berdasarkan prioritas masalah
keperawatan. Adapun bentuk tindakan yang dilakukan dalam
intervensi:
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga
mengenai masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yangbelum
diketahui
3) Memberikan penyuluhan atau penjelasan dengan
keluarga
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal yang
positif
5) Memberikan pujian pada keluarga atau usahanya
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada asuhan keperwan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluaga dan pada anggota keluarga lainnya.
Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi:
a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c. Tindakan observasi.
d. Tindakan pendidikan kesehatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian
dan evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak
atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan
dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/
keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakuakn selama proses asuhan
keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemanjuan
klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi
meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam
konteks keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga
dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah
serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan. Tahap penilain
atau evaluasi menurut adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan kriteria hasil
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang
berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis yang lain agar
mencapai tujuan kriteria hasil yang ditetapkan (Ida, 2016).
a. S (Subyektif) : data berdasarkan keluhan yang disampaikan
pasien setelah dilakukan tindakan.
BAB 3
: laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
Ecomap Family :
Status Sosial Ekonomi Keluarga : Ny. X dan An. J berperan dalam pemenuhan
kebutuhan rumah tangga.
Penghasilan
Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : kebutuhan yang di keluarkan tiap bulan
adalah untuk keperluan hidup adalah sekitar Rp. 1.500.000 dalam sebulan.
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak: tidak ada
2) Akseptor : tidak ada
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan
Ny. X dan menantunya An. J mampu memenuhi kebutuhan sandang
pangan dari hasil pekerjaanya
VIII. STRES DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek :
Stresor jangka pendek keluarga Ny. X yaitu apabila banyak kerjaan
yang harus dikerjakan
b. Stressor jangka panjang:
Khawatir dengan ekonomi atau penghasilan nya yang kurang, karena
pengeluaran lebih banyak dibandingkan dengan pengeluaran
c. Respon keluarga terhadap stressor:
Respon keluarga Ny.X menghadapi stressor yaitu dengan tetap
menghadapi stressor yang datang dengan santai, namun kadang terjadi
perubahan perilaku anggota keluarga yang berubah menjadi kesal dan
cemas. Apabila menghadapi masalah, keluarga tidak mau tahu tentang
apa yang sedang terjadi
1 Riwayat Penyakit Saat Ini Tampak baik, Tampak baik, Tampak baik, Tampak baik,
kesadaran CM kesadaran CM kesadaran kesadaran
CM CM
2 Keluhan Yang Dirasakan Tidak ada Tidak ada Tampak baik, Tampak baik,
keluhan keluhan kesadaran kesadaran
CM CM
3 Tanda Dan Gejala Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Riwayat Penyakit Sebelumnya Demam Tidak ada Terasa sakit Tidak ada
di bagian ulu
hati seperti
terbakar,
mual dan
muntah,
terasa perih
di bagian
perut sebelah
kiri ketika
telat makan
6 Sistem Cardiovaskular Irama jantung Irama jantung Irama jantung Irama jantung
irregular, tidak irregular, tidak irregular, irregular,
ada jantung ada jantung tidak ada tidak ada
berdebar-debar berdebar-debar jantung jantung
berdebar- berdebar-
debar debar
8 Sistem Gi Tract - - - -
9 Sistem Persarafan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan
10 Sistem Muskuluoskeletal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan
11 Sistem Genitallia - - - -
Potensi untuk 1 2 ½ x2 Apabila berobat dan control dengan teratur maka dapat menghindari dari
diubah : sebagian berbagai penyakit lainnya
Potensi untuk 2 1 2/3x1 Membantu keluarga atau An. T menghindari komplikasi yang ada dengan
dicegah :Cukup melakukan penyuluhan tentang gastritis serta pemberian perasan air
kunyit
Menonjolnya 2 1 2/2x1 Keluarga tidak tahu penyakit gastritis perlu dilakukan modifikasi
masalah: penanganan untuk menghindari komplikasi gastritis
Masalah berat,
harus segera
Ditangani
TOTAL SKOR 8 5
1. Ny. X Klien makan 1 Klien minum ± 8 Klien BAB Klien tidur ± 8 Mandiri tanpa bantuan
hari 3x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK jam/ hari
porsi/ piring habis air putih ± 4X/ hari Jarang tidur siang
2. An. J Klien makan 1 Klien minum ± 8 Klien BAB Klien tidur Klien Mandiri tanpa bantuan
hari 3x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK tidur ± 8 jam/ hari
porsi/ piring habis air putih ± 5X/ hari
3. An. T Klien makan 1 Klien minum ± 6 Klien BAB Tidur ± 7 jam/ hari Mandiri tanpa bantuan
hari 2x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK Jarang tidur siang
porsi/ piring tidak air putih ± 3X/ hari
habis
4. An. M Klien makan 1 Klien minum ± 8 Klien BAB Tidur ± 8 jam/ hari Mandiri tanpa bantuan
hari 3x dengan 1 gelas/ hari dengan 1X/hari dan BAK Jarang tidur siang
porsi/ piring habis air putih ± 4X/ hari
XV. Intervensi
No Masalah Tujuan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
Nyeri akut b.d Setalah dilakukan Keluraga mampu Keluarga 1. Kaji skala nyeri
ketidakmampuan intervensi memutuskan mampu 2. Anjurkan keluarga
keluarga merawat keperawatan untuk merawat, merawat membantu An. T untuk
anggota keluarga keluarga mampu meningkatkan atau anggota meminum perasan air
yag sakit merawat anggota memperbaiki keluarga kunyit
keluarga yang sakit kesehatan untuk 3. Demonstrasikan cara
meningkatkan membuat perasan air
atau kunyit
memperbaiki 4. kolaborasi pemberian
kesehatan. obat sesuai indikasi
yang diberikan
XVI. POA
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Sumber daya
Nyeri - Pendidikan kesehatan Setelah dilakukan - An. T Keluarga: Senin, Rumah Mahas
tentang gastritis pendidikan kesehatan - Keluar An. T 08 An. T iswa
- Demonstrasi pembuatan tentang gastritis ga An. Mahasiswa: Mei
perasan air kunyit keluarga dapat T Erin Yohana 2023
mengetahui tentang Pakpahan
gastritis dan
penangannya
A: Masalah Teratasi
P: intervensi diberhentikan