Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN TINGKAT KETEPATAN MAKAN DAN

PENGETAHUAN GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN


DIET LAMBUNG PADA PASIEN GASTRITIS
DI RS GRANDMED LUBUK PAKAM

PROPOSAL

OLEH:

DEWI KURNIA NINGSIH


2071009

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2024
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT KETEPATAN MAKAN DAN PENGETAHUAN


GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET LAMBUNG PADA
PASIEN GASTRITIS DI RS GRANDMED LUBUK PAKAM

Yang dipersiapkan oleh

DEWI KURNIA NINGSIH


2071009

Proposal Ini Telah Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Peserta Seminar dan
Komisi Penguji Pada Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut
Kesehatan Medistra Lubuk Pakam.

Lubuk Pakam, Maret 2024

Pembimbing

Dr. KARNIRIUS HAREFA, S.Kp.,S.Pd.,M.Biomed.


NPP. 01.21.03.07.1974
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal dengan Judul :

HUBUNGAN TINGKAT KETEPATAN MAKAN DAN PENGETAHUAN


GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET LAMBUNG PADA
PASIEN GASTRITIS DI RUMAH SAKIT
GRANDMED LUBUK PAKAM

Oleh :

DEWI KURNIA NINGSIH


20.71.009

Proposal ini Telah Diseminarkan dan Diterima sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Melanjutkan ke Tahap Penelitian

Lubuk Pakam, Maret 2024


Komisi Penguji :

1. Xxxxx
NPP.xxx

2. Xxxxxx
NPP.xxx

3. Xxxxx
NPP.xxx

Disahkan Oleh:

Dekan, Ketua Program Studi,

Dr. Karnirius Harefa, S.Kep., S.Pd., M.Biomed Raini Panjaitan, S.TP., M.Si
NPP.01.21.03.07.1974 NPP.03.19.17.10.1990
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul

“HUBUNGAN TINGKAT KETEPATAN MAKAN DAN PENGETAHUAN

GIZI DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DIET LAMBUNG PADA

PASIEN GASTRITIS DI RS GRANDMED LUBUK PAKAM”

Dalam Penyusunan proposal ini peneliti menyadari masih banyak

kekurangan baik isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun. Maka pada kesempatan ini dengan

kesungguhan hati dan rasa tulus dan ikhlas peneliti ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Medistra


Lubuk pakam
2. Ns. Rahmad Gurusinaga, S.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam
3. Dr. Karnirius Harefa, S.Kp., S.Pd.,M.Biomed selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
4. Raini Panjaitan, S.TP., M.Si selaku Ketua Prodi Program Studi Gizi
Program Sarjana Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
5. Delita Hayanti Panjaitan, SKM.,MKM selaku Sekretaris Program Studi
Gizi Program Sarjana Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam
6. Dr. Karnirius Harefa, S.Kp., S.Pd.,M.Biomed selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan waktu dan arahan dan nasehat dengan dengan
sabar dalam setiap kesalahan penulisan proposal, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini
7. Seluruh staff dan dosen Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang
telah membantu dan mendidik peneliti dalam mempersiapkan proposal ini
8. Teristimewa sekali peneliti ucapkan kepada kedua orang tua Ayahanda
H.Sutrisno dan Ibunda Satimah serta seluruh keluarga dan abang, adik,
kakak tersayang yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan
moril dan material dalam segala hal, untuk kebaikan peneliti di masa
depan, termasuk dalam hal penyelesaian proposal ini.
9. Sahabat dan Teman-teman gizi angkatan 2020 yang telah berjuang
bersama melewati lembar demi lembar perjuangan.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat
yang berlimpah atas segala kebaikan yang diberikan.

Lubuk Pakam, Maret 2024


Penulis,

Dewi Kurnia Ningsih


2071009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis merupakan gangguan kesehatan pada saluran pencernaan yang

paling banyak dialami oleh setiap orang dan merupakan penyakit yang sering

ditemui di klinik berdasarkan gejala klinisnya (Rizky et al.,2019). Gastritis lebih

populer dengan sebutan penyakit maag. Gastritis merupakan peradangan atau

pembengkakan pada mukosa lambung yang ditandai dengan rasa tidak nyaman di

perut bagian atas, rasa mual, muntah, nafsu makan berkurang, atau sakit kepala

(Hernanto, 2018).

Gastritis atau Dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat
sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan
sebagai nyeri ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual,
muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman (Misnadiarly, 2009). Gastritis dapat
terjadi tiba tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak lambung tetapi seseorang yang
menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan
nyeri ulu hati (Ehrlich, 2011). Gastritis akut merupakan suatu peradangan
permukaan mukosa lambung dengan kerusakan pada superfisial sedangkan
gastritis kronis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun, resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat
setelah 10 tahun gaatritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode
gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis (Deden,
2010). Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Salah satu
penyebab kekambuhan gastritis adalah karena minimnya pengetahuan pasien
dalam mencegah kekambuhan gastritis.
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO 2017), insiden
gastritis di dunia 1,8-2,1 juta jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%),
China (31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia
Tenggara sekitar 586.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari
angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia adalah 40,8%, dan angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevelensi
274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Angka kejadian gastritis di
beberapa kota di Indonesia mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa
kota lainnya seperti Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,5%, Bandung
32,5%, Aceh 31,7%, Surabaya 31,2%, dan Pontianak 31,1% (Jayanti 2017).
Tingginya angka kejadian gastritis dipengaruhi oleh beberapa faktor secara
garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisi
yang memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang
menyebabkan iritasi dan infeksi. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme
perlindungan dalam lambung mulai berkurang sehingga menimbulkan peradangan
(inflamasi). Kerusakan ini ini bisa disebabkan oleh gangguan kerja fungsi
lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa luka atau tumor, jadwal
makan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau kopi yang berlebih, gangguan
stres, merokok, pemakaian obat penghilang nyeri dalam jangka panjang dan
secara terus menerus, stres fisik, infeksi bakteri Helicobacter pylori (Sarasvati
dkk, 2010).
Faktor resiko gastritis adalah pola makan yang tidak teratur, menggunakan
obat aspirin atau anti-radang nonsteroid, infeksi kuman helicobacter pylori,
memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, memiliki kebiasaan
merokok, dan sering mengalami stres. Faktor yang secara garis besar menjadi
penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisi yang memicu
pengeluaran asam lambung berlebihan, dan zat eksternal yang menyebabkan
kematian. Dampak dari gastritis bisa mengalami komplikasi seperti perdarahan
saluran cerna bagian atas, hematemesis dan melena (anemia), ulkus
peptikum,perforasi (Hermanto, 2018).
Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih
makanan yang sehat dan mengerti bahwa makan berhubungan erat dengan gizi
dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya
bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran
tentang kebiasaan makan dan gaya hidup sehat. Permasalahan gizi yang sering
dihadapi oleh remaja adalah masalah gizi ganda (double burden), yaitu gizi
kurang dan gizi lebih (Jayanti Yunda and Novananda, 2017).

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahn yang ada

dalam penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat ketepatan makan dan

pengetahuan gizi dengan tingkat kepatuhan diet lambung pada pasien gastritis

di Rs Grandmed Lubuk Pakam.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat ketepatan makan dan pengetahuan gizi

dengan tingkat kepatuhan diet lambung pada pasien gastritis di Rs Grandmed

Lubuk Pakam.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan ketepatan makan pada pasien gastritis di rumah sakit

grandmed lubuk pakam


2. Mendeskripsikan pengetahuan gizi dengan tingkat kepatuhan diet

lambung pada pasien gastritis

3. Mendeskripsikan kepatuhan diet lambung pada pasien gastritis

4. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan tingkat kepatuhan

diet lambung pada pasien gastritis di rumah sakit grandmed lubuk

pakam

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pendidikan

Bagi pendidikan diharapkan dapat menambah wawasan dalam

pembelajaran terhadap intitusi pendidikan sebagai bahan tambahan

referensi juga ilmu pengetahuan Hubungan Tingkat Ketepatan Makan dan

Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Kepatuhan Diet Lambung Pada Pasien

Gastritis di RS Grandmed Lubuk Pakam.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit Grandmed

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menambah masukan dalam

pengelolahan dan meningkatkan penanganan pasien di rumah sakit

grandmed.

1.4.3 Bagi Penulis

Bagi penulis diharapkan dapat menambah wawasan dalam pembelajaran

mengenai hubungan tingkat ketepatan makan dan pengetahuan gizi dengan

tingkat kepatuhan diet lambung pada pasien gastritis di rumah sakit

grandmed lubuk pakam.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gastritis

2.1.1 Pengertian Gastritis


Gastritis atau Dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat
sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan
sebagai nyeri ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual,
muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman (Misnadiarly, 2009). Gastritis dapat
terjadi tiba tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak lambung tetapi seseorang yang
menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan
nyeri ulu hati (Ehrlich, 2011). Gastritis akut merupakan suatu peradangan
permukaan mukosa lambung dengan kerusakan pada superfisial sedangkan
gastritis kronis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun, resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat
setelah 10 tahun gaatritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode
gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis kronis (Deden,
2010). Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Salah satu
penyebab kekambuhan gastritis adalah karena minimnya pengetahuan pasien
dalam mencegah kekambuhan gastritis.

Di Indonesia menurut WHO (2012) angka kejadian gastritis mencapai


40,8% pada beberapa daerah dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952
jiwa pendududuk. Selain itu pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati urutan
kelima dengan jumlah penderita 218.872 dan kasus kematian 899 orang
(icha,2012). Di wilayah Jawa Timur jumlah penderita gastritis periode Januari-
Juni 2013 sebanyak 27.656 orang. Di wilayah Kabupaten Kediri Tahun 2012
gastritis dan duodenitis menempati urutan ke-5 dengan jumlah18902 jiwa dan
pada bulan Januari - Maret 2013 terdapat 9793 jiwa dan kasus ulkus peptik
sebanyak 5089 jiwa.Di Puskesmas Bendo gastritis menempati urutan ke-3 dari 10
penyakit terbanyak dengan 324 pasien dari data bulan Januari – Juni 2013.
Dari data tersebut ditemukan bahwa adanya pengulangan nama lebih dari 1
kali dengan penyakit yang sama pasien sehingga dapat disimpulakan jika mereka
sering datang ke puskesmas untuk berobat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
dengan 10 pasien gastritis di Puskesmas Bendo Kabupaten Kediri didapatkan 5
orang (50%) mempunyai pengetahuan kurang, 2 orang (20%) mempunyai
pengetahuan cukup dan 3 orang (30%) mempunyai pengetahuan baik dan dari 10
pasien tersebut 7 pasien diantaranya cenderung mengalami kekambuhan. Dengan
begitu berarti masih kurangnya pengetahuan mereka dalam melakukan
pencegahan kekambuhan gastritis.

2.1.2 Pravelensi Gastritis


Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO), insiden gastritis
di dunia 1,8-2,1 juta jumlah penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China
(31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis (29,5%). Di Asia Tenggara
sekitar 586.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Persentase dari angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia adalah 40,8%, dan angka
kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevelensi
274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Dari penelitian yang dilakukan
oleh Kementerian Kesehatan RI, angka kejadian gastritis di beberapa kota di
Indonesia mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya
seperti Jakarta 50%, Denpasar 46%, Palembang 35,5%, Bandung 32,5%, Aceh
31,7%, Surabaya 31,2%, dan Pontianak 31,1% (World Health Organization,
2017).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) di Indonesia
menunjukan prevalensi kurus remaja pada usia 16-18 tahun sebesar 8,1% (1,4%
sangan kurus dan 6,7% kurus). Sedangkan prevalensi gemuk remaja pada usia 16-
18 tahun sebesar 13,5% (9,5% gemuk dan 4,0% obesitas) jika dibandingkan
dengan Riskesdas sebelumnya masalah gizi pada remaja usia 16-18 tahun di
Indonesia prevalensi gizi lebih yaitu gemuk dari 7,3% meningkat menjadi 9,5%
dan obesitas dari 1,6% meningkat menjadi 4,0%.(Riskesdas Kalteng, 2018).
2.1.3 Faktor Penyebab Gastritis
Hasil dari literature riview artikel yang didapatkan peneliti,bahwa
faktor pola makan meliputi jenis makanan, frekuesi makan dan porsi makan, dan
stress, konsumsi kopi, kebiasaan merokok, jenis kelamin dan usia merupakan
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya gastritis.

1. Jenis Makanan
Jenis makanan yang dapat beresiko terhadap gastritis adalah
makanan yang dapat meningkatkan produksi asam lambung. Jenis
makanan itu seperti makanan yang tinggi lemak jenuh seperti santan,
makanan pedas, makanan asam, makanan olahan atau makanan
instan, makanan atau minuman yang bergas atau bersoda ( Khafid et al.,
2019).
2. Frekuensi Makanan
Makan Berdasarkan telaah literature review 3 artikel (8, 11 dan 14)
yang menyatakan frekuensi makan tidak berhubungan dengan gastritis
dan 6 artikel (2, 3, 4, 6, 10 dan 15) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara frekuensi makan dengan kejadian gastritis.
Berdasarkan hasil penelitian (Meity et al., 2017) (Mappagerang &
Hasnah, 2017) dan (Tina, 2019) bahwa jadwal makan sering
tidak teratur seperti jarang sarapan, terlambat makan atau menunda waktu
makan bahkan tidak makan sehingga membuat perut mengalami
kekosongan dalam jangka waktu yang lama.

3. Porsi Makan
Berdasarkan telaah literature review terdapat 3 artikel (3, 4 dan 10) yang
menyatakan bahwa ada hubungan porsi makan dengan timbulnya
gastritis dan 2 artikel (6 dan 14) menyatakan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara porsi makan terhadap risiko kejadian pola
makan dengan timbulnya gastritis di UMM Medical Center.
4. Stress
Berdasarkan telaah literature review terdapat 8 artikel ( 1, 3, 4, 6, 9,
12, 15, dan 16) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara stres dengan kejadian gastritis. Stress yang
berkepanjangan mengakibatkakan peningkatan produksi asam lambung.
Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stress, seperti
beban kerja yang berlebihan, cemas, takut, atau diburu-buru. Kadar
asam lambung yang meningkat akan menimbulkan ketidak nyamanan
pada lambung. Menurut (Potter & Perry 2009),
5. Konsumsi Kopi
Berdasarkan telaah literature review terdapat 1 artikel (13) yang
menyatakan bahwa kopi berpengaruh pada kejadian gastritis, dan 1 artikel
(3) menyatakan kopi tidak berpengaruh pada gastritis. Kandungan kafein
yang terkandung dalam kopi menjadi faktor penyebab penyakit gastritis.
(Irmayani et al., 2019).
6. Kebiasaan Merokok
Berdasarkan telaah literature review terdapat 3 artikel (3,13, dan 16) yang
menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan terjadinya gastritis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Irmayani et al., 2019).
7. Jenis Kelamin
Berdasarkan telaah literature review terdapat 3 artikel (5,8 dan 10) yang
menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap kejadian gastritis,
terutama jenis kelamin perempuan. (arikah. 2015).
8. Usia
Berdasarkan telaah literature review terdapat 4 artikel (5,7,8 dan 10) yang
menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang dapat
berpengaruh terhadap timbulnya keluhan gastritis. (Scobach et al., 2019).

2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya gastritis adalah ketika terjadinya
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan
(defensif) pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif
dan atau penurunan kapasitas defensive mukosa. Faktor ofensif meliputi
asam lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter
pylori yang bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan radikal bebas.
Elemen preepitelial (lapis pertahanan pertama) adalah berupa lapisan mucus
bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi dari berbagai bahan
kimia (Kumar, 2010). Lapis pertahanan kedua yaitu lapisan sel epitel,
Aktifitas yang terjadi pada lapisan sel ini meliputi produksi mukus,
bikarbonat, transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan membuat
ikatan antar sel (Kumar,2010). Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran
darah dan lekosit. Komponen terpenting lapis pertahanan ini ialah
mikrosirkulasi subepitelial yang adekuat (Pangestu, 2010).
2.1.5 Etiologi
1. Gastritis akut Faktor yang sering menyebabkan gastritis akut, yaitu
merokok, obat- obat, minuman berakohol, bakteri, virus, jamur, stres,
alergi atau intoksitasi dari jenis makanan dan minuman, garam empedu,
iskemia dan 21 trauma langsung (Muttaqin, 2011). Hal ini dapat terjadi
obat-obatan yang dapat disebabkan gastritis seperti OAINS (Indomestasin,
Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen
kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilatdan digitalis
bersifat mengiritasi mukosa lambung. Hal tersebut bisa menjadi
peradangan pada lambung bisa mengakibatkan prostaglandin yang
bertugas melindungi dinding lambung. Karna bila terjadinya
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus sangat berlebihan sehingga
dapat terjadi gastritis dan peptic ulcer (Jackson, 2013). Penyebab lain
gastritis dengan minuman beralkohol,seperti whisky, vodkadan gin.
Alkohol dan kokain dapat mengiritasi bisa mengikis mukosa pada dinding
lambung dan bisa terjadi lebih rentan terhadap asam lambung dengan
kondisi normal sehingga menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2011).
Paling sering terjadi infeksi oleh bakteri H. Pylori, bsa terjadi
mengakibatkan oleh bakteri lain. Gastritis ini juga dapat menyebabkan
oleh infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti
Candidiasis, Histoplasmosisdan Phycomycosisjuga termasuk penyebab
dari gastritis (Feldman,2011). Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada
lambung bisa berakibat stres dengan melalui penurunan produksi mukus di
dinding lambung. Mukus adalah factor yang bisa merusak lapisan
pelindung dinding lambung antara lain asam lambung, pepsin, asam
empedu, enzim 22 pankreas, infeksi Helicobacter pylori, OAINS, alkohol
dan radikal bebas (Greenberg, 2011).
2. Gastritis kronik Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum
diketahui, tetapi ada dua predisposisi penting yang biasa menyebabkan
terjadinya gastritis kronik, yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).
A). Gastritis infeksi Bakteri Helicobacter pylori merupakan penyebab
utama dari gastritis kronik (Anderson, 2010). Infeksi Helicobacter pylori
sering terjadi pada anak dan bertahan seumur hidup apabila tidak
dilakukan perawatan (Wibowo, 2011; Price dan Wilson, 2010). selain itu
penyebab gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis,
Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus(Wehbi, 2010).
B). Gastritis non-infeksi
1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel baik dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan secara bertahap yang dapat penipisan dinding lambung, bisa
menghancurkan kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu
produksi faktor intrinsik yang zatnya akan membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12. Kekurangan vitamin B-12 mengakibatkan pernicious
anemia, suatu kondisi yang apabila tidak dirawat bisa 23 mempengaruhi
seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmue atrophic gastritis umumnya
terjadi pada orang tua (Jackson, 2010). 2) Gastropati akibat kimia,
biasanya berhubungan dengan kondisi refluk garam empedu kronis dan
kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee, 2010).
3) Gastropati uremik, terjadi pada penderita gagal ginjal kronis hal ini
disebabkan oleh jumlah ureum yang terlalu banyak pada mukosa lambung
dan gastritis sekunder akibat terapi obatobatan (Wehbi, 2010).
4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis bisa menyebabkan penyakit,
meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener granulomatus, penggunaan
kokain, Isolated granulomatous gastritis, penyakit granulomatus kronik
saat masa anak-anak, Eosinophilic granuloma, Allergic granulomatosis
dan vasculitis, Plasma cell granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor
amyloidosis, dan granulomas yang akan berhubungan dengan kanker
lambung (Wibowo,2011).
5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan
injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2010).

2.1.6 Klasifikasi Gastritis


Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung. Secara histopalogi dapat dibuktikandengan adanya infiltrasi sel-sel
radang di daerah tersebut. Secara umum, gastritis yang merupakan salah satu jenis
penyakit dalam, dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan parah pada permukaan mukosa
lambung dengan kerusakan-kerusakan erosi (Soeparman, dalam Ida,
2016). Gastritis akut merupakan proses inflamasi bersifat akut dan
biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling sering
berkaitan dengan penggunaan obat-obatan anti inflamasi nonsteroid
(Khususnya, aspirin) dosis tinggi dan dalam jangka waktu, konsumsi
alkohol yang berlebihan, kebiasan merokok.
Di samping itu, stress berat seperti luka bakar dan pembedahan,
iskemia dan syok juga dapat menyebabkan gastritis akut. Demikian pula
halnya dengan kemoterapi, uremia, infeksi sistematik,tertelan zat asam
atau alkali, iradiasi lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal
(Robbins dalam Ida, 2016).
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung dalam jangka waktu lama
dan dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau malignadari lambung, atau
oleh bakteri Helicobacter pylory (Soeparman dalam Ida, 2016).
Gastritis kronis merupakan keadaan terjadinya perubahan inflamatorik
yang kronis pada mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar
belakang munculnya dysplasia dan karsinoma (Robbins dalam Ida, 2016).

2.2 Gastritis
2.2.1 Definisi Gastritis
Gastritis atau Dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat
sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan
sebagai nyeri ulu hati, orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual,
muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman (Misnadiarly, 2009). Gastritis dapat
terjadi tiba tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak lambung tetapi seseorang yang
menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan
nyeri ulu hati (Ehrlich, 2011). Gastritis akut merupakan suatu peradangan
permukaan mukosa lambung dengan kerusakan pada superfisial sedangkan
gastritis kronis merupakan peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun, resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat
setelah 10 tahun gaatritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode
2010). Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Salah satu
penyebab kekambuhan gastritis adalah karena minimnya pengetahuan pasien
dalam mencegah kekambuhan gastritis.

2.2.2 Faktor Resiko Gastritis


Beberapa faktor resiko yang sering menyebabkan gastritis diantaranya
(Barkah et al., 2021) yaitu :
1. Pola Makan
Pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan terjadinya gastritis.
Pada saat perut yang harusnya diisi tetapi dibiarkan kosong atau ditunda
pengisiannya maka asam lambung akan meningkat dan mencerna lapisan
mukosa lambung dan menimbulkan rasa nyeri
2. Helicobacter pylori
Helicobacter pylori adalah kuman garam negatif, hasil yang berbentuk
kurva dan batang Helicobacter pylori adalah suatu bakteri yang
menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada
manusia. Infeksi Helicobacter pyloriini sering diketahui sebagai penyebab
utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab terjadinya gastritis.
3. Terlambat makan
Secara alamia lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap
waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya
glukosa darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi. Bila
seseorang telat makan sampai 2-3 jam maka, asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebihan sehingga dapat mengiritasi
mukosa lambung sehingga menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.
4. Makanan pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan merangsang
systempencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi. Hal ini akan
mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual
dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita semakin berkurang nafsu
makannya. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas >_ 1x dalam 1
minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebabkan dengan gastritis.

2.3 Pengetahuan Gizi


2.3.1 Definisi Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan
sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang
baik. Menurut Yusuf, dkk (2008), pengetahuan gizi sendiri sangat perlu
dimiliki oleh setiap orang atau masyarakat karena kesalahan dalam
memilih makanan akan berdampak buruk pada kesehatan. Dampak dari
kesalahan tersebut tidak hanya dirasakan seketika setelah kita
mengkonsumsi makanan tertentu, namun bisa juga dampak tersebut muncul
setelah kita mengkonsumsi makanan dalam jangka waktu yang lama.
Secara tak langsung apabila pengetahuan gizi baik maka sikap dalam
pemilihan makanan juga baik dan dapat berpengaruh terhadap status gizi
karena pemilihan makanan yang baik. Hasil uji korelasi dalam
penelitian ini antara pengetahuan gizi dengan status gizi menunjukkan
hubungan dengan nilai korelasi -0,112 meskipun kategori hubungannya
sangat rendah, dalam hal ini seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang
baik dapat memilih dan mengkonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan serta
aktivitas tubuh yang dapat ditunjukan oleh status gizi seseorang. Dan juga hasil
menunjukkan bahwa dari 60 (85,71%) sampel memiliki pengetahuan gizi yang
baik dan berkategori status gizi normal.
Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan
Oleh tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan
faktor penting untuk menciptakan sumber daya manusia masa depan yang
berkualitas. Menurut Marmi (2014: 3350 dalam (Jayanti Yunda Dwi and
Novananda, 2017) Remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa yaitu usia 10-19 tahun.

2.4 Kepatuhan Diet


2.4.1 Definisi Kepatuhan Diet
Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul karena adanya interaksi
antara petugas kesehatan dengan pasien sehingga pasien mengetahui rencana
tersebut serta melaksanakannya (Kemenkes, 2013). Menurut Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI) (2019), diet adalah pengaturan makan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kepatuhan diet adalah tingkat kesediaan pasien melaksanakan
diet mengikuti pengaturan pola makan yang dianjurkan oleh ahli gizi yang sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan.
Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
diberikan oleh professional kesehatan. Beberapa variabel yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah demografi,
penyakit, program pengobatan dan psikososial. Kepatuhan diet merupakan
kesesuaian perilaku yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan rekomendasi diet
yang diberikan oleh tenaga Kesehatan (Ernawati et al., 2020).
Kepatuhan pada penderita lambung dalam menjalani program diet merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan karena jika pasien tidak patuh bisa menyebabkan
turunnya status gizi penderita (Suseno, 2013).
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Diet
Menurut Notoatmodjo (2014), faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet
lambung pada pasien gastritis adalah :
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yaitu faktor dari diri seseorang untuk melakukan praktik
kesehatan tertentu yang meliputi kepercayaan atau agama yang dianut, faktor
geografis, sikap individu yang ingin sembuh dan pengetahuan.
a. Kepercayaan atau agama yang dianut
Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani
kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki
jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, hal
demikian membuat seseorang merasa akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan
kontrol penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita, dimana
penderita memiliki kepercayaan yang kuat dan lebih patuh terhadap anjuran dan
larangan kalau tahu akibat yang mungkin akan dialami.
b. Faktor geografis
Lingkungan yang jauh atau jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan memberikan
kontribusi rendahnya kepatuhan.
c. Sikap individu yang ingin sembuh
Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu sendiri. Keinginan
untuk tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya.
d. Pengetahuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan baik akan mudah untuk mengaplikasikan
pengetahuannya menjadi perilaku yang positif dan memungkinkan pasien dapat
mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah yang dihadapi, mempunyai rasa
percaya diri yang tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan yang tepat
bagaimana mengatasi kejadian serta mudah mengerti tentang apa yang dianjurkan
oleh pertugas kesehatan, akan dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat
membantu individu tersebut dalam membuat keputusan.
2. Faktor reinforcing
Faktor pendorong (reinforcing factors) merupakan faktor yang ikut mendorong
terlaksananya perilaku. Faktor pendorong ini meliputi dukungan petugas dan
dukungan keluarga.
a. Dukungan petugas
Dukungan dari petugas sangat penting artinya bagi penderita sebab petugas adalah
pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap
kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangat
mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan
termasuk anjuran-anjuran yang diberikan.
b. Dukungan keluarga
Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat
dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat
perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan
menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya
dengan baik, serta penderita mau menuruti saran saran yang diberikan oleh
keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya.
3. Faktor enabling (faktor pemungkin)
Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dalam memberikan penyuluhan
terhadap penderita yang diharapkan dengan prasarana kesehatan yang lengkap dan
mudah terjangkau oleh penderita agar dapat lebih mendorong kepatuhan
penderita.
2.4.3 Diet lambung dengan pasien gastritis
Pada pasien penderita lambung, intervensi diet memegang peran penting,
diet yang berimbang sangat diperlukan untuk tetap fit ketika lambung sudah tidak
lagi berfungsi pada kapasitas yang penuh (Fitriana & Herlina, 2019).
Diet makanan adalah salah satu program yang diterapkan pada penderita lambung
dengan tujuan untuk mempertahankan keadaan gizi agar kualitas hidup dapat
dicapai semaksimal mungkin, mencegah dan mengurangi mengurangi resiko
semakin berkurangnya ke kambuhan lambung. Untuk mempertahankan kondisi
yang lebih baik dari penderita lambung mereka perlu mengkonsumsi jenis dan
jumlah makanan/nutrisi yang tepat setiap harinya serta juga kepatuhan dalam
menjalankan dietnya, seperti diet lambung, asupan cairan, kalium, natrium
(Ayunda et al., 2017).
2.4.4 Tujuan Diet pada pasien Gastritis
Tujuan diet pada penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan dan
cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan
menetralkan sekresi asam lambung yang1 berlebihan.
2.4.5 Syarat Diet Lambung
Syarat-syarat diet pada penyakit gastritis antara lain yaitu:
1. Makanan yang diberikan mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan.
2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk
menerimanya.
3. Lemak rendah, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara
bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.
6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara
termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima
perorangan).
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak.
8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang.
9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24 – 48
jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Macam Diet dan Indikasi Pemberian Diet lambung diberikan kepada
pasien dengan Gastritis, Ulkus Peptikum, Tifus Abdominalis, dan pasca-
bedah saluran cerna atas.
1) Diet Lambung I Diet lambung I diberikan kepada pasien Gastritis
Akut, Ulkus Peptikum, Pasca Pendarahan, dan Tifus Abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring, dan merupakan perpindahan dari
Diet Pasca-Hematemesis-Melena, atau setelah fase akut teratasi. Makanan
diberikan setiap 3 jam, selama 1-2 hari saja karena membosankan serta
kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
2) Diet Lambung II Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari
Diet Lambung I, kepada pasien dengan Ulkus Peptikum atau Gastritis
Kronis dan Tifus
Abdominalis ringan Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan
berupa 3 kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan. Makanan
ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang tiamin.
3) Diet Lambung III Diet Lambung III diberikan sebagai perpindahan dari
Diet Lambung II pada pasien dengan Ulkus Peptikum, Gastritis Kronik,
atau Tifus Abdominalis yang hampir sembuh. Makanan berbentuk lunak
atau biasa bergantung pada toleransi pasien. Makanan ini cukup energi dan
zat gizi lainnya.

2.5 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variabel terikat (dependent)
yaitu Tingkat Kepatuhan Diet Lambung dan variabel bebas (independent) yaitu
Tingkat Ketepatan Makan dan Pengetahuan Gizi Kerangka konsep penelitian ini
adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat Ketepatan Makan Tingkat Kepatuhan Diet


dan Pengetahuan Gizi Lambung

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan. Adapun hipotesis dari permasalahan ini yaitu:
(H1) : Adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan diet lambung
di Rs Grandmed Lubuk Pakam.
(Ho) : Tidak adanya hubungan antara pengetahuan gizi dengan kepatuhan die
lambung di Rs Grandmed Lubuk Pakam.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan
cross sectional, dilakukan untuk melihat hubugan antara variabel satu dengan
variabel lain yang bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat ketepatan
makan dan pengetahuan gizi dengan tingkat kepatuhan diet lambung pada pasien
gastritis di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam pada waktu dan tempat yang
bersamaan.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam,
pada pasien gastritis. Waktu penelitian dilaksanakan pada periode Desember-Juni
2024.
3.2.2 Waktu Penelitian
Tahun2023 Tahun2024
No. Keterangan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Pengajuanjudul
Bimbingan
2
Proposal
3 SeminarProposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pengumpulandata
6 Analisadata
Penyusunan
7
Laporan
8 Bab IV,V,VI
9 Sidang Skripsi

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien gastritis yang berada di
Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam dengan besar populasi 78 orang.
3.3.2 Sampel
1. Jumlah Sampel
Adapun sampel penelitian ini yaitu pasien terdiagnosa gastritis di Rumah
Sakit Grandmed Lubuk Pakam dengan populasi sebanyak 78 orang. Pengambilan
besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan berdasarkan rumus
Lameshow (1997), yaitu :

α
Z ² 1− . p(1−p) N
2
n=
α
d ² (N−1)+Z ² 1− . P (1−P)
2

( 1 , 96 )2 ( 0 ,5 )( 1−0 ,5 ) 78
¿ 2 2
( 0 ,1 ) ( 78−1 )+ (1 , 96 ) .0 , 5 ( 1−0 , 5 )

74 , 8
¿
1 ,73
= 43,23
= 44

Keterangan :
n = Besar sampel minimal yang harus diambil
N = Besar populasi (78)
α
Z ² 1− = Nilai sebaran baku yang besarnya tergantung a (1,96)
2
P = Proporsi kejadian (0,5)
d = Besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima (0,1)

2. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Adapun kriteria sampel sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus
sebagai pedoman di dalam menentukan kriteria inklusi (Sujarweni, 2014).
1. Pasien penderita gastritis
2. Pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik
3. Pasien yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi
Sampel yang tidak memenuhi kriteria eksklusi dianggap tidak layak
sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Pasien gastritis yang tidak sadar
2. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
3. Pasien meninggal dunia sebelum pengambilan data selesai.

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
Jenis pengumpulan data penelitian ini adalah:
1. Data Primer :
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung pada sampel yang
meliputi identitas sampel :
a. Identitas sampel meliputi nama, umur, jenis kelamin,alama, pendidikan dan
pekerjaan responden
b. Data pengambilan lembar kuesioner

2. Data Sekunder :
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, meliputi :
1. Gambaran umum lokasi penelitian
2. Jumlah pasien gastritis di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam

3.4.2 Instrumen Dan Alat Penelitian


a. Wawancara Langsung
Proses pengumpulan data dengan cara wawancara langsung kepada subjek
untuk mengetahui data identitas responden (nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan responden) dan data ketepatan makan, kepatuhan diet,
pengetahuan gizi dengan cara recall 24 jam.
b. Metode penggunaan food recall

3.5 Langkah – Langkah Penelitian

Populasi sampel terdiri dari pasien gastritis di


Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam

Dipilih berdasarkan jumlah pasien gastritis yang


bersedia menjadi responden

Pasien yang bersedia menjadi responden akan


diberikan form food recall menjadi sampel

Melakukan pengamatan data yang di dapat

Analisis data

Gambar 3.1 langkah-langkah penelitian

3.6 Pengolahan Data


Pengolahan data dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah
dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam proses pengolahan
data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
1. Penyuntingan (Editing)
Penyuntingan merupakan pemeriksaan kelengkapan data kuesioner yang
telah dilakukan. Pengecekannya meliputi kelengkapan jawaban responden,
kejelasan tulisan atau jawaban terhadap pertanyaan kuesioner dan wawancara,
kerelevanan jawaban yang diberikan oleh responden, serta kekonsistenan jawaban
responden dengan jawaban pertanyaan yang lain. Jika terdapat data yang tidak
lengkap, maka perlu dilakukan pengambilan data ulang.
2. Pengkodean (Coding)
Pengkodean yaitu mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka atau bilangan. Pemberian label variabel-variabel sesuai klasifikasi
yang diinginkan oleh peneliti, yang telah memiliki batasan sesuai dengan definisi
operasional. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah proses pemasukan data.
3. Pemasukan data (Entry)
Pemasukan data yang telah diberi kode ke dalam program pengolahan data
secara komputerisasi, dengan menggunakan bantuan perangkat lunak sesuai
variabel yang telah disusun, dibuat dengan menggunakan SPSS.
4. Koreksi (Cleaning)
Setelah pemasukan data, peneliti melakukan cleaning atau pembersihan data
dari kesalahan yang mungkin tidak disengaja dengan tujuan untuk menjaga
kualitas data dan mengecek kembali data yang akan diolah apakah ada kesalahan
atau tidak kemudian dilakukan koreksi.

3.7 Definisi Operasional


Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2019)
merupakan suatu sifat atau nilai dari objek, orang maupun kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Menguraikan definisi operasional variabel dalam sebuah
penelitian adalah sesuatu yang esensial, ini berguna untuk pengumpulan data
peneliti agar tidak melakukan kekeliruan. Definisi operasional merupakan
penjelasan maksud dari istilah yang menjelaskan secara operasional mengenai
penelitian yang akan dilaksanakan.
Tabel 3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Kategori Skala
NO
Penelitian Operasional

1 Independen: Ordinal
Tingkat
ketepatan
makan
2 Independen: Ordinal
Pengetahuan
gizi
3 Dependen: Perilaku Form food - Tidak patuh, Ordinal
Tingkat responden recall 24 jam jika hasil
kepatuhan dalam Wawancara analisa food
diet mengkonsumsi menggunakan recall tidak
diet sesuai metode food sesuai
dengan recall 2x24 rekomendasi
rekomendasi jam diet dari ahli
ahli gizi yang gizi
sudah dihitung berdasarkan
perhitungan
sesuai
kebutuhan
kebutuhsn gizi
pasien dari
nya. aspek jenis
dan jumlah
makanannya.
- Patuh, jika
hasil analisa
food recall
sesuai
rekomendasi
diet dari ahli
gizi
berdasarkan
perhitungan
kebutuhan
pasien dari
aspek jenis
dan jumlah
makanannya.
3.8 Metode Analisis Data
a. Analisi Univariat
Data yang dianalisis secara univariat pada penelitian ini adalah karakteristik
responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama
menderita sakit lambung.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
di duga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini
akan menggunakan uji SPSS dengan uji Spearman.
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Ditempat

Sehubung dengan penyusunan skripsi penelitian yang digunakan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Gizi di Institut Kesehatan Medistra
Lubuk Pakam, maka saya akan bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dewi Kurnia Ningsih

Nim : 2071009

Judul : “Hubungan Tingkat Ketepatan Makan dan Pengetahuan Gizi dengan


Tingkat Kepatuhan Diet Lambung Pada Pasien Gastritis di Rumah Sakit
Grandmed”.

Dengan segala kerendahan hati mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini. Demikian atas kesediaannya dan kerjasamanya,
saya ucapkan terima kasih.

Lubuk Pakam, Maret 2024

Peneliti

(Dewi Kurnia Ningsih)


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah memahami isi penjelasan lembar pertama, saya bersedia dengan suka
rela menjadi responden penelitian saudara, Mahasiswa Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam yang bernama Dewi Kurnia Ningsih dengan judul
“Hubungan Tingkat Ketepatan Makan dan Pengetahuan Gizi dengan Kepatuhan
Diet Lambung Pada Pasien Gastritis di Rumah Sakit Grandmed Lubuk Pakam”.
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif pada diri saya
dan saya berharap data yang didapatkan dari saya akan dijaga kerahasiannya dan
bermanfaat bagi kepentingan bersama.

Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari
pihak manapun.

Responden

( )
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER DATA UMUM

Isilahdatainidenganbenar
Petunjuk:Berilahtanda(√)padakotakyangtelahdisediakansesuaijawabananda
A. IdentitasPasien
1. Nama :
2. Umur :
3. JenisKelamin :
4. Alamat :
5. NoRM/Diagnosa :
6. Pendidikanterakhir
a. Tidaksekolah ( )
b. SD ( )
c. SMP ( )
d. SMA ( )
e. Sarjana(S1) ( )
f. Lain-lain……………………………
7. Pekerjaan
a. IbuRumahTangga ( )
b. Wiraswata ( )
c. PNS ( )
d. Petani ( )
e. Lain-lain……………………………

B. KUESIONER KEPATUHAN DIET LAMBUNG

Petunjang pengisian : berilah tanda ceklis () pada setiap pertanyaan dengan

memilih sesuai dengan keterangan dibawah.

Pilihan Jawaban :

Ya : jikapernyataantersebutselaluandalakukan.

Tidak : jikapernyataantersebuttidakandalakukan.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Setiap kali sayamakan,
sayamengaturjumlahatauporsimakansesuaidengananjurantenagamedis
di rumahsakit
2 Saya sudahmakansumberkarbohidratseperti nasi, roti ataububur 3 kali
sehariuntumemenuhikebutuhannutrisisaya
3 Saya makan setiap 6 jam sekali.
Seperticontoh :
“jikasaya makanpagipukul07.00 wib,
makasayaakanmakansiangpukul 13.00 wib dan akanmakanmalam
jam 19.00 wib
4 Saya makan-makananselingansepertibuahatau snack 2 kali sehari
5 Saya selalumengkonsumsilaukhewani dan nabatiseperti ikan, udang,
daging, tempe, tahu dan lainnya
6 Saya membatasimakanan yang tinggikandungangaramnyaseperti ikan
asin, telurasin
7 Saya selalumenghabiskanjumlahporsimakanan yang diberikan oleh
rumahsakitataukeluarga
8 Saya sukamengkonsumsimakanan yang cepatsajiatauinstan
9 Saya sukamengkonsumsisayuran
10 Jika menu darirumahsakitkurangmenarik,
sayaseringmembelimakanandariluaruntukdikonsumsi

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER FOOD RECALL 24JAM


Nama :
Umur :
NoResponden :

Waktu Menu Bahan Ukuran


Makan Makanan Makanan URT Berat (gram)
PAGI

SELINGAN

SIANG

SELINGAN

MALAM
Sumber:chelsea,(2017)

Keterangan
URT :Ukuran Rumah Tangga
Berat(gr) :Tidak perlu diisi oleh responden

LAMPIRAN 5

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

NamaMahasiswa : FOTO 3X4


NIM :
Judul :
DosenPembimbing :

No Tanggal MateriBimbingan Saran Paraf


Pembimbing
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

LAMPIRAN 6

SURAT PERMOHONAN STUDI PENDAHULUAN


LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8
LEMBAR DOKUMENTASI PENELITIAN PENDAHULU

Peneliti menjelaskan maksud dan Pasien menandatangani lembar


Tujuan peneliti kepada responden persetujuan menjadi responden

Wawancara pengisian food recall 24 hours

Melihat buku rekam medik

Anda mungkin juga menyukai