Anda di halaman 1dari 20

POLA MAKAN PASIEN GASTRITIS KRONIS PADA LANSIA DI

DESA ARJOSARI KECAMATAN REJOSO KABUPATEN PASURUAN

Mata Kuliah :

Metode Penelitian

Dosen Pengampu :

Riris Diana R.,S.KM.M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 6, kelas 3B :

1. Fira Yulianingtias (201901050)


2. Intan Berlyana R (201901060)
3. Wisnu Heydi M (201901068)
4. Siti Shofa (201901078)
5. Hasna Mangar (2019001088)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan bisa membuat
makalah ini dengan judul “POLA MAKAN PASIEN GASTRITIS KRONIS
PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN REJOSO KABUPATEN
PASURUAN“. Makalah ini kami ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodelogi Penelitian, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, agar kami dapat menutupi
kekurangan – kekurangan yang terdapat pada makalah ini.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kedapa semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, semoga
makalah ini dapat di jadikan bahan perbandingan dalam penulisan karya – karya lain.

Pasuruan, 04 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................................4
1.5 Keterbatasan Penelitian...................................................................................................4
BAB 2.......................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
2.1 Konsep Gastritis..............................................................................................................5
2.2 Lansia.............................................................................................................................9
2.3 Pola Makan.....................................................................................................................9
2.4 Makanan dan Minuman Mengiritasi Lambung.............................................................10
BAB 3.....................................................................................................................................12
METODE STUDI KASUS.....................................................................................................12
3.1 Pendekatan/Strategi Penelitian......................................................................................12
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................................12
3.3 Setting Penelitian..........................................................................................................12
3.4 Subjek Penelitian..........................................................................................................13
3.5 Metode Pengumpulan Data...........................................................................................13
3.6 Metode Uji Keabsahan Data (Uji Triangulasi Sumber).................................................14
3.7 Metode Analisa Data.....................................................................................................14
3.8 Etika Penelitian.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kasus gastritis bukanlah hal yang baru di tahun ini, karena gastritis
menyerang orang dewasa maupun anak-anak bahkan juga lansia. Masyarakat
Indonesia banyak yang menganggap penyakit gastritis bukanlah sesuatu hal
yang serius, sehingga dianggap tidak memerlukan penanganan dengan segera.
Sehingga pada gastritis lanjut beresiko menimbulkan kanker, dan juga
mengakibatkan pengikisan lambung. Gastritis merupakan gangguan system
pencernaan yang biasa disebut (maag). Peradangan yang terjadi pada lambung
individu atau inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung, yang dikenal di
masyarakat sebagai pengertian gastritis (Nurjannah, 2018).
Pada usia lansia, lapisan mukosa lambung akan mengalami penipisan dan
melemah, kondisi inilah yang menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada
lansia dibandingkan orang yang berusia muda, lebih parah dan beragam.
Lansia dengan beberapa kondisi kronis memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalami penyakit gastritis, peningkatan berat badan yang sering terjadipada
lansia juga menjadi salah satu faktor lemak yang menumpuk diperut dapat
menekan lambung. Gangguan ini tidak hanya di Indonesia bahkan insiden ini
terjadi di dunia dari semua kalangan usia, hal ini disebabkan karena beberapa
faktor. Antara lain: pengaruh obat-obatan, jenis kelamin, jenis makanan,
stress, usia, dan penyebab utama adalah pola makan yang tidak teratur
(Nurjannah, 2018).
Hasil dari Riskesdas (2018) angka terjadinya gastritis di Indonesia dalam
berbagai daerah cukup tinggi 40,8% dengan preferensi 274,396 kasus dari
penduduk 238,452,952 jiwa. Beberapa kota dengan presentasi cukup besar
mempunyai penyakit gastritis diantaranya: Surabaya (31,2%), Denpasar (46%)
dan Medan (91,6%). Kasus rawat inap di rumah sakit satu dari sepuluh pasien
terbanyak merupakan pasien gastritis diseluruh rumah sakit di Indonesia
dengan 30.154 kasus (4.9%).
Dalam beberapa tahun ini, gangguan kesehatan yang banyak dialami oleh
lansia salah satunya adalah gastritis. Masalah yang sering muncul lansia
tinggal sendiri tanpa didampingi sehingga masalah kesehatan sering terjadi.
Dibeberapa daerah pelayanan kesehatan belum optimal, sarana prasarana
terbatas, aspek promosi kesehatan terabaikan, serta tenaga kesehatan yang
memperhatikan kesehatan lansia masih sangat kurang. Oleh karena itu
penyakit gastritis dapat mempengaruhi kualitas hidup pada seseorang dari akut
hingga kronis. Adaptasi yang baik, koping keluarga dan juga lingkungan dapat
membantu dalam penanganan kasus ini. Penyuluhan mengenai pentingnya
peran keluarga dalam mengendalikan faktor-faktor yang mungkin akan
menimbulkan terjadinya kekambuhan juga sangat disarankan (Megawati &
Nosi, 2014).
Saat ini semakin banyak yang mengangap bahwa gaya hidup seseorang
tidak terlalu penting sehingga adanya bakteri yang menyebabkan salah
satunya inflamasi pada dinding lambung. Pola makan yang tidak teratur sangat
berhubungan dengan gastritis. Apabila tidak segera ditangani asam lambung
akan naik mengakibatkan terjadinya luka-luka (ulkus) yang disebut sebagai
tukak lambung. Mengkonsumsi alcohol, stress, merokok, frekuensi makan,
dan jenis makanan sangat erat hubungannya dengan gastritis yang secara tidak
langsung akan menyebabkan terjadinya iritasi pada lambung. Kurangnya
pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebih, serta kurangnya dukungan
keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis pada lansia. Pola makan yang
kurang benar menjadi faktor utama penyebab gastritis pada lansi Kurangnya
pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebih, serta kurangnya dukungan
keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis pada lansia. Pola makan yang
kurang benar menjadi faktor utama penyebab gastritis pada lansia
(Nurhanifah, Resa, & Afni, 2018). Di Indonesia ada beberapa pola makan
yang dapat mengakibatkan gastritis seperti makan sambal berlebihan, makan
makanan terlalu asam, dan lain sebagainya.
Pola hidup yang tidak baik akan menjadi masalah dikemudian hari, salah
satunya gastritis. Gastritis pada lansia terjadi oleh beberapa faktor yang
dilakukan semasa hidupnya. Gastritis akan menimbulkan komplikasi ringan
hingga berat yang akan mengakibatkan keparahan pada lambung. Gastritis
akut akan terjadi jika masalah ini tidak segera ditangani, selain itu hal ini akan
menimbulkan pendarahan pada saluran cerna apabila Ini terjadi dan terlambat
ditangani akan berakibat anemia dan beresiko pada kematian. Oleh sebab itu
masyarakat harus mampu mengetahui faktor-faktor yang disebabkan oleh

2
gastritis agar mendapat penanganan sejak dini (Azwar & Gorontalo, 2018).
Beberapa strategi untuk mencegah masalah gastritis dari segala usia,
menghindari makanan pemicu asam lambung. Hindari mengomsumsi
minuman yang mengandung kafein, usahakan untuk mengomsumsi makanan
dalam porsi kecil namun frekuensi sering, jangan langsung tidur atau rebahan
setelah makan, tidur yang cukup. Metode yang sering digunakan untuk
mengatasi masalah ini diantaranya adalah relaksasi, merupakan terapi
psikologis untuk mengintervensi dan mengontrol fungsi psikologis sehingga
mampu mengurangi rasa nyeri pada lambung. Pembedahan, hal ini sering
dilakukan untuk pengobatan medis yang dilakukan untuk para ahli, metode ini
memiliki efek samping yang lebih banyak dari jenis terapi yang lain untuk
mengurangi sekresi asam lambung sehingga menimbulkan pengosongan
lambung ke usus 12 jari. Diet dan terapi obat biasa dilakukan untuk
menghambat terjadinya sekresi asam lambung. Menurut penelitian terapi
farmasi ini belum membuktikan hasil yang konsisten (Subekti & Utami,
2015).
Berdasarkan penelitian di atas penyakit gastritis merupakan masalah
yang umum dan dapat dilihat dibeberapa daerah di Indonesia. Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya gastritis yaitu: usia, jenis kelamin, pola makan,
gaya hidup dan lai sebagainya. Sehingga masyarakat wajib mengetahui hal-hal
yang menyebabkan terjadinya gastritis agar dapat dilakukan pencegahan dan
penanganan segera. Dikarenakan penyakit ini sering dianggap tidak begitu
penting oleh setiap individu yang bahkan dapat mengakibatkan penyakit akut,
kronis hingga kematian. Kemauan diri sendiri dan dukungan keluarga juga
menjadi faktor dalam penyembuhan masalah ini untuk menghindari stress agar
tidak menimbulkan kekambuhan.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana strategi pola makan pasien gastritis kronis pada lansia di desa
Arjosari, Rejoso Pasuruan?

3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin memberikan gambaran tentang pola
makan pasien gastritis kronis pada lansia di desa Arjosari, Rejoso Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Klien
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sehingga dapat
membantu meningkatkan pengetahuan dan kesehatan klien.

1.4.2 Bagi Mahasiswa


Manfaat penelitian ini sebagai mahasiswa keperawatan adalah
mendapatkan ilmu baru dan meningkatkan upaya mahasiswa dalam
menganalisis pengalaman pola makan pasien gastritis pada lansia.

1.4.3 Bagi Daerah Setempat


Manfaat bagi daerah setempat adalah menambah daftar pola makan yang
baik bagi penderita gastritis kronis.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan


Manfaat peneliti ini bagi institusi adalah sebagai bahan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pola makan pasien gastritis kronis
pada lansia.

1.5 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menyadari dengan penyusunan studi kasus ini memungkinkan
sekali terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunannya, terutama karena
keterbatasan waktu. Oleh karena itu perlu kiranya tinjauan kembali mengenai
studi kasus ini dalam mendalam mencapai tahap kesempurnaan.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gastritis


2.1.1 Definisi Gastritis
Proses inflamasi pada lambung mengakibatkan mukosa lambung terka
sehingga sering kali penderita dapat merakan mual, muntah dan merasa nyeri pada ulu
hati. Sehingga penyakit ini sering kali menyebabkan kekambuahan oleh beberapa
faktor(Melani, 2016). Pola makan yang tidak benar menjadi faktor utama penderita
gastritis mengalami gangguan pencernaan. Terutama pada lansia, penderita harus
memperhatikan dengan benar makanan yang dikonsumsi. Frekuensi makanan, jenis
makanan dan juga tekstur harus sesuai dan memastikan lambung tidak dalam keadaan
kosong(Muhith & Siyoto, 2017). Selain pola makan aktivitas yang berlebihan juga
dapat mempengarui pencernaan. Penderita yang mengalami stres juga dapat memicu
kekambuhan gastritis kronis, dikarenakan faktor fikiran dapat meimbulkan
kekambuhan (Kurniyawan & Kosasih, 2015).

2.1.2 Klasifikasi Gastritis


Beberapa klarifikasi gastritis menurut Angos (2016) gastritis dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Gastritis Akut
Penyakit yang diakibatkan peradangan pada dinding lambung, untuk
melindungi lambung dari kerusakan akibat asam lambung, dinding lambung
dilapisi oleh lendir mukus yang cukup tebal. Gastritis akut dialami kurang
dari tiga bulan. Gastritis akut dapat mengakibatkan luka pada lambung
bahkan sering terjadi(Kurniyawan & Kosasih, 2015). Ada beberapa tipe pada
gastritis kronis diantaranya gastritis akut, erosive, dan eosinofilik. Secara
umum gastritis mempunyai tanda gejala yang serupa.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik, peradangan di lapisan lambung yang terjadi cukup lama
penderita mengalami nyeri ulu hati perlahan dan dalam cukup lama. Nyeri
diawali dengan yang lebih ringan dibanding dengan gastritis akut. Namun
terjadi lebih lama dan sering muncuk sehingga mengakibatkan peradangan
kronis. Hal ini juga beresiko pada kanker lambung apabila tidak segera

5
ditangani. Atropi progresif kelenjar menjadi tanda bahwa terjadi gastritis
kronis pada lambung, karena hilangnya sel yang berperang pada lambung
yaitu, sel parietal dan chief sel. Gastritis kronik dibedakan menjadi tiga
jenisn yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi dan gastritis hipertropi
(Kurniyawan & Kosasih, 2015).

2.1.3 Epidemiologi
Hasil dari Riskesdas (2018) mengalami peningkatan yang cukup, angka
terjadinya gastritis di Indonesia dalam berbagai daerah cukup tinggi 40,8%
dengan preferensi 274,396 kasus dari penduduk 238,452,952 jiwa. Beberapa
kota dengan presentasi cukup besar mempunyai penyakit gastritis
diantaranya: Surabaya (31,2%), Denpasar (46%) dan Medan (91,6%). Kasus
rawat inap di rumah sakit satu dari sepuluh pasien terbanyak merupakan
pasien gastritis diseluruh rumah sakit di Indonesia dengan 30.154 kasus
(4.9%).

2.1.4 Etiologi
Menurut Sipponen and Maaroos (2015), Penyebab gastritis dapat di bedakan
sesuai dengan klasifikasi, yaitu sebagai berikut :
1. Gastritis Akut, disebabkan oleh penggunaan obat-obat analgetik dan anti
inflamasi terutapan aspirin secara bebas tidak menggunakan resep dokter.
Mengkonsumsi bahan-bahan kimia seperti alkohol, kopi yang banyak
mengandung kafein dan juga orang yang.
2. Gastritis Kronik, penyebab yang terjadi pada umumnya belum diketahui
secara rinci, hanya saja sering bersifat multifaktor. Bisa terjadi akibat kuman,
pola makan yang tidak benar, memakan makanan yang dipantang, dan
kurangnya kepatuhan dalam terapi pengobatan.

2.1.5 Manifestasi Klinis


Menurut Dhani (2019), Gambaran klinis pada gastritis dibedakan menjadi
dua dengan manifestasi sebagai berikut, yaitu:
1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:
a. Timbulnya hemoragi yang mengakibatkan ulserasi superfisial pada
lambung.
6
b. Perasaan mual dan ingin muntah, sakit kepala, kelelahan dan
ketidaknyamanan pada abdomen.
c. Gejala asimptomatik sering terjadi pada beberapa pasien.
d. Memuntahkan makanan yang membuat lambung iritasi agar tidak terjadi
diare dan kolik.
e. Dalam beberapa hari pasien akan pulih, namun sering kali nafsu makan
belum kembali selama kurang lebih 3 hari.
2. Gastritis Kronis
Pada kasus gastritis kronis, sering terjadi penderita mengalami kembung
setelah memakan sesuatu, ketidaknyamanan pada mulut, terjadinya mual
dan muntah, paenderita juga sering mengalami nyeri pada ulu hati, dan
juga mengalami penurunan nafsu makan (anoreksia). Gelaja defisiensi
B12 tidak akan terjadi pada gastritis dengan tipe a yang mengalami
asimtomatik.

2.1.6 Diagnosis
Beberapa kasus sedikit penderita gastritis mengalami tanda dan gejal,
biasanya hanya merasakan kurangnya nafsu makan (anoreksia), nyeri pada
hulu hati bertahap dan merasakan mual dan ingin muntah setiap saat.
Penderita mengalami keluhan tersebut harus melakukan terapi obat dan pola
makan untuk mencegah terjadinya gastritis akut menjadi kronis. Melakukan
pemeriksaan penunjang juga menjadi indicator yang tepat dalam menangani
penyakit (Vieth, Neumann, & Falkeis, 2014).
Banyak alternative pemeriksaan medis yang dapat dilakukan untuk
mengetahui hasil dari keadaan lambung. Misalnya, Usg, endoskopi,
histopatologi, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
menegakan gambaran biopsy atau endoskopi yang menghasilkan seperti
adanya eritema, eksudatif, flat erosison, raised erosion, perdarahan,
edematous rugae. Gambaran proses pemeriksaan biasanya dapat dilihat dari
autoimun yang merupakan respon mukosa lambung yang dan kerusakan sel
epitel. Pemeriksaan histopatologi juga menyertakan pemeriksaan
Helicobacter pylori (Vieth et al., 2014)

7
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Sipponen and
Maaroos (2015) adalah:
1. Terjadinya saluran pencernaan yang mengalami pendarahan.
2. Terganggunya absorbsi dari vitamin B12 yang menjadikan ulkus,
perforasi dan anemia.
3. Pada gastritis akut, sering kali terjadi komplikasi yang menimbulakan
pendarahan pada bagian saluran pencernaan bagian.Terjadinya anemia,
akibat mengalami kurang penyerapan yang disebabkan gangguan vitamin
B12.

2.1.8 Patofisiologi
Menurut Toh (2014), dibedakan menjadi beberapa antara lain: GastritisAkut,
ada 2 hal yang akan terjadi apabila lambung teriritasi oleh zat asing, yaitu :
1. Meningkatnya sekresi berupa HCO3 berkaitan dengan NaCL
menghasilkan NaCO3 mengakibatkan iritasi lambung, terjadinya mual
dan muntah dan gangguan nutrisi.
2. Terjadinya hemostastis yang diakibatkan oleh mukosa lambung.
Jikaterjadi erosi dikemudian hari dikarenakan penanganan terlambat
maka akan mengakibatkan nyeri pada lambung dan terjadi hipovolemik
karena pendarahan.
3. Gastritis Kronik, hal ini terjadi disebabkan gastritis akut yang terjadi
berulang oleh karena itu mengakibatkan penyembuhan yang tidak
sempurnya sehingga akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel
pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis. Gastritis itu tidak bisa sembuh dan
juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan dignostik menurut Alianto (2015), beberapa yang dapat
dilakukan sebagai berikut :
1. Radiology, merupakan pemeriksaan sinar x gastrointestinal bagian atas.
2. Endoskopy, gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
8
3. Laboratorium, mengetahui kadar asam hidroklorida.
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi), tes diagnostic kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat
ulkusjaringan atau cidera.
5. Pemeriksaan Histopatologi, tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
6. USG, mengetahui luka ataupun massa melalui gambar.

2.2 Lansia
2.2.1 Definisi Lansia
Menurut Kemenkes RI (2017), seorang yang memiliki usia lebih dari 60
tahun disebut sebagai lansia. Umur yang memasuki tahap akhir dan
terjadiproses penuaaan yang merupakan menurunnya fungsi organ pada tubuh
manusia. Sehingga lansia rentan sekali terkena penyakit apabila mempunyai
pola hidup yang tidak baik. Aktivitas lansia juga sangat berkurang dari
aktivitas terdahulu.
Menurut UU no 4 tahun 1965 lansia diberikan pengertian bahwa
seseorang umur 55 tahun keatas, ketidak mampuan bekerja dan membutuhkan
orang lain terutama keluarga untuk menjaga dimasa tua (Bkkbn, 2014).

2.3 Pola Makan


Faktor utama penderita penyakit gastritis harus mengetahui jenis
makanan dan minuman yang dikonsumsi dengan frekuensi dan waktu yang
tepat disebut sebagai pola makan. Kebiasaan makan seseorang sangat
berpengaruh dalam kesehatan. Gizi dan nutrisi dalam tubuh harus tercukupi,
dengan mengkonsumsi makanan yang seimbang. Terganggunya pencernaan
diawali dengan pola mkan yang tidak baik. Dalam penelitian (Bkkbn, 2014)
untuk meringankan kerja lambung kita harus mengetahui porsi makan yang
sesuai bisa diterapkan seperti makan sedikit namun sering agar dinding
lambung penderita tidak terlalu bekerja.
Pada lansia umumnya gastritis terjadi akibat pola makan yang tidak
diperhatikan. Sehingga asam dala lambung meningkat, aktivitas juga sangat

9
menganggu dalam menerapkan pola makan yang teratur. Apabila lapisan
mukosa lambung menipis akan mengakibatkan keparahan gastritis
(Tussakinah, Masrul, & Burhan, 2018).

2.4 Makanan dan Minuman Mengiritasi Lambung


Selain pola makan yang teratur penderita gastritis harus sangat
memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan
yang terlalu keras tidak dianjurkan untuk penderita gastritis dikarenakan dapat
merusak dinding lambung. Makanan yang panas, pedas, asam, minuman
berakhol, kafein, soda sangat tidak dianjurkan pada penderita(Kurniyawan &
Kosasih, 2015).
Mengkonsumsi makanan yang salah dalam jumlah yang banyak
mengakibatkan dinding lambung semakin tipis. Diet yang salah dengan
mengurangi makanan, makanan sangat kurang dari kebutuhan tubuh
mempermudah gastritis terjadi. Jika keadaan itu dibiarkan akan memperparah
penderita karena dapat menyebabkan perforasi atau gangrene (Sari, Putri, &
Agustin, 2010)

2.4.1 Frekuensi dan Jadwal Makan


Takaran atau jumlah dan waktu makan dalam sehari seperti makakan
pokok, dan makanan camilan disebut frekuensi makan. Makanan pokok
biasanya diberikan pada pagi, siang, dan sore hari. Seperti, nasi, daging, sayur,
dan buah. Sedangkan makanan camilan dapat diberikan disela-sela waktu
tersebut. Seperti, snack, roti dan lain-lain (Tae, Sanubari, & Rahardjo, 2019).
Frekuensi makan sangat berperan dalam meminimalisir terjadinya
gastritis.dalam waktu 3-4 jam lambung akan kosong. Maka jadwal makan ini
menyesuaikan kosongnya makanan dalam lambung. Pada umumnya setiap
orang melakukan kegiatan makan makanan utama 3 kali dalam sehari yaitu
makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga waktu makan
tersebut yang paling penting adalah makan pagi sebab dapat membekali tubuh
dengan berbagai zat makanan terutama kalori dan protein yang berguna
sebagai cadangan energi untuk melakuakan aktivitas dalam sehari (Tae et al.,
2019).

10
2.4.2 Faktor - Faktor Kekambuhan Gastritis
Beberapa faktor yang sering terjadi yang mempengaruhi tingkat
kekambuhan gastritis antara lain Stress, meningkatkan produksi asam lambung
sehingga pergerakan peristaltic lambung meningkat. Kelelahan, aktivitas yang
berlebihan dapat memicu kekambuhan karena pergerakan lambung begitu
cepat. Mengkonsumsi makanan yang panas, pedas, asam, minuman
berakhohol, soda kopi yang mengandung kafein dapat menimbulkan
kekambuhan. Pola makan yang tidak teratur, sudah pasti meningkatkan
kekambuhan dikarenakan perut sering kosong dan terjadi pergesekan antar
dinding lambung (Ausrianti & Nurleni, 2019).

11
BAB 3
METODE STUDI KASUS

3.1 Pendekatan/Strategi Penelitian


Penelitian ini menggnaka strategi penelitian kualitatif dengan
melakukan studi kasus CSR (care study research), dengan melaukan
penekanan dalam aspek pembahasan secara detail dan mendalam disusun
secara semi terstruktur Dan sistematis (Nursalam, 2015). Penelitian
kualitatif dilakukan peneliti secara detail untuk melihat kemampuan dalam
pengambilan data dan mencari informasi terhadap responden agar
menghasilkan data yang berkualitas (Nursalam, 2015). Dalam penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran pola maka gastritis
pada lansia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dirumah partisipan yaitu di Desa Arjosari
Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Waktu penelitian mulai tanggal
04 April 2022. Pengambilan data dan penyelesaian sesuai waktu yang
ditentukan oleh pembimbing.

3.3 Setting Penelitian


3.3.1 Tempat
Penelitian dilakukan dirumah partisipan yaitu di Desa Arjosari
Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Pasien tinggal bersama suami
beredekatan dengan anak laki-laki, menantu perempuan dan cucu lakilaki.
Partisipan mempunyai 2 orang anak dan sudah berumah tangga. Partisipan
tinggal bersama suaminya dan anak bungsunya setiap hari kerumahnya
dan juga sekaligus merawat partisipan ketika sakit karena anak sulung
partisipan tinggal bersama keluarga di Kalimantan. Rumah partisipan
bersih, ventilasi baik, dan juga penerangan cukup.

3.3.2 Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana yang digunakan dalam pebelitian ini adala
literature berupa buku, jurnal, dan hasil penelitian yang pernah

12
dilakukan sebelumnya. Selain itu ada juga beberapa peralatan penulisan
diantaranya yaitu laptop, kertas, dan printer. Serta variable yang
digunakan untuk mengambil data peneliti sendiri, keluarga yang dekat
dengan pasien atau serumah dengan pasien. Alat bantu domumentasi
yaitu recorder smartphone, handphone, kertas, dan pena. Tempat
penelitian dilakukan didalam rumah pasien.

3.4 Subjek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah Ny. M usia 58 tahun, sedangkan suami
Tn. E berusia 63 tahun dan anak Ny. M yaitu Tn. I berusia 29 tahun. Ny.
M tinggal serumah dengan suaminya dan anak Ny. M tinggal didekat
rumah Ny. M bersama dengan anak dan istrinya. Ny. M pernah masuk
rumah sakit pada tahun 2018 dikarenakan lambung kronis. Setelah itu
Ny. M control ke dokter praktek umum secara rutin dan mengkonsumsi
obat secara rutin dan sesuai aturan. Ny. M selalu makan tepat waktu
untuk menghindari kekambuhan penyakitnya. Ny. M juga mengikuti
anjuran dokter dan mengatur makanan minuman yang dikonsumsi setiap
harinya.
a. Ny. M sebagai partisipan 1 yang merupakan pasien
b. Tn. E sebagai partisipan 2 yang merupakan suami pasien
c. Tn. I sebagai partisipan 3 yang merupakan anak pasien

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1 Wawancara
Menurut Kurniawan (2019), Wawancara adalah tanya jawab antara
dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data,
keterangan atau pendapat tentang suatu hal. Metode yang digunakan
dalam melakuka penelitian berupa wawancara semi terstruktur.
Melakanakan metode ini dengan menggunakan pertanyaan yang aka
dijawab oleh partisipan. Peneliti menyusun pertanyaan yang telah
disetujui oleh pembimbing untuk dikembangkan agar dapat memperoleh
data yang diinginkan. Alat perekam surara digunakan untuk mrekam
percakapan peneliti dengan responden. Pedoman wawancara

13
mencangkup bagaimana gambaran faktor pola makan pada pasien
gastritis kronis lansia.

3.5.2 Observasi
Menurut Zakky (2018), pengumpulan data harus bersifat
naturalistic dengan mengganakan konsep natural pelaku partisipan
menggunakan interaksi dan percakapan yan wajar. Media yang
digunakan untuk mendukung observasi ialah lembr observasi,
pengamatan sesuai panduan. Penelitian yang dilakukan harus
menggunakan dokuentasi dengan partisipan.

3.6 Metode Uji Keabsahan Data (Uji Triangulasi Sumber)


Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai
dengan tujuan dan karakteristik penelitian. Data yang telah dikumpulkan
perlu dicek keabsahannya untuk dikenali validitasnya. Pengecekan data
untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran data pada penelitian
kualitatif dapat dilakukan dengan triangulasi (Bachri, 2010).
Triangulasi merupakan metode sintesa data terhadap kebenarannya
dengan menggunakan metode pengumpulan data yang lain atau berbagai
paradigma triangulasi. Data yang dinyatakan valid melalui triangulasi
akan memberikan keyakinan terhadap peneliti tentang keabsahan
datanya, sehingga tidak ragu dalam pengambilan kesimpulan terhadap
penelitian yang dilakukan (Bachri, 2010). Hasil dari pengambila data
bersifat palidatif dari semua partisipan untuk memperloeh data yang
menunjang hasil observasi dan mendapatkan sumber data yang benar
dan valid.

3.7 Metode Analisa Data


Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan
bermanfaat untuk solusi permasalahan, tertutama masalah yang
berkaitan dengan penelitian (Anugerah, 2013). Analisa data merupakan
langkah-lagkah yang ditempuh peneliti dalam memilah data untuk tujuan

14
menarik kesimpulan. Anaisa data penelitian studi kasus yang meneliti
tentang pola makan pasien gastritis pada lansia.

3.8 Etika Penelitian


Menurut Habibah (2015), etika merupakan perilaku manusia dalam
kehidupan sehari-hari yang telah melekat pada diri seseorang. Penelitian
keperawatan merupakan masalah yang sangat penting, mengingat
penelitian berubungan langsung dengan manusian maka segi etika harus
diperhatikam. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Informed Penelitian
Informed Consent adalah sebuah izin khusus atau formulir
pemberian kuasa, diperlukan untuk suatu diagnosa tidak biasa atau
prosedur terapi yang dilakukan terhadap pasien. Formulir ini
menyediakan bukti tertulis bahwa pasien menyetujui prosedur –
prosedur yang tercantum dalam pemberian kuasa (Kawi,
Nurhayati, & Dahlan, 2018). Jika responden bersedia maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak
bersedia maka harus menghormati hak partisipan.
b. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andi Nur Indah Sari, F. M. (2021). Pola Makan Penderita Gastritis di Desa Beka.
D'nursing and health journal .
sumbara sumbara, Y. I. (2020). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis
Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk. jurnal ilmiah kesehatan iqra .
Syamsu Dwi Wahyuni, R. R. (2017). hubungan pola makan dengan kejadian gastritis
pada remaja. global health science .

16

Anda mungkin juga menyukai