Anda di halaman 1dari 47

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN POLA MAKAN DAN STUNTING PADA BALITA DI DESA


KAMAL, KECAMATAN KAIRATU BARAT, KABUPATEN SERAM
BAGIAN BARAT

Disusun dan diajukan oleh:


TASYA RENATA NIKWELEBU
NIM P07131019047

PROGRAM STUDI GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

anugerah-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Usulan Penelitian ini dengan judul Gambaran Pola Makan

dan Stunting pada Balita Di Desa Kamal, Kecamatan Kairatu Barat,

Kabupaten Seram Bagian Barat.

Terima kasih juga penulis ucapkan dengan rasa hormat kepada

Inamah, SKM.,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah dan penguji

III yang telah membimbing dan menuntun penulis sejak dalam

penyusunan Usulan Penelitian hingga selesai, serta selalu memberikan

motivasi dan arahan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Hairudin Rasako, S.KM.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mendapatkan ilmu dari Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku.

2. Kepada Puskesmas Kairatu Barat dan seluruh staf yang telah

memberikan izin penelitian

3. Mahmud, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua Jurusan dan penguji II yang telah

memberikan saran, masukan dan kritikan demi menyempurnakan

Usulan Penelitian.
4. Wahyuni Sammeng, S.Gz.,M.Kes selaku Penguji I yang telah

memberikan saran, masukan dan kritikan demi menyempurnakan

Usulan Penelitian.

5. Santi Aprilian Lestaluhu,S.Gz, MPH selaku Pembimbing Akademik

yang senantiasa selalu memotivasi dan memberikan dukungan serta

arahan kepada penulis selama dalam mengikuti pendidikan.

6. Bapak/Ibu Staf Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku yang telah banyak membimbing serta memberi ilmu

pengetahuan selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Keluarga tercinta Papa (Philipus), Mama (Jemima), serta Adik-adik

tersayang (Michael, Abraham) yang selalu membimbing dan selalu

memberikan perhatian serta sebagai penyemangat bagi penulis.

8. Sahabat penulis (Iren, Tania) dan teman-teman seangkatan Jurusan

Gizi yang sudah memberi semangat kepada penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga usulan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, Januari 2022

Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN POLA MAKAN DAN STUNTING PADA BALITA DI DESA


KAMAL, KECAMATAN KAIRATU BARAT, KABUPATEN SERAM
BAGIAN BARAT

Disusun dan Diajukan Oleh


Tasya Renata Nikwelebu
NIM. P07131019047

Pembimbing

Inamah, SKM.,M.Kes Ambon, Januari 2022


NIP. 197605081999032003
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR……………………………………………………….
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………....
DAFTAR TABEL ………….………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………..
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah……………………..…
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….
D. Manfaat Penelitian……………………………………………...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pola Makan…………………………………………………..
2. Stunting…………………………...………………………….
B. Kerangka Konsep………………………………………...……..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………..……..
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian…………………………..……..
C. Populasi Dan Sampel………………………………………..…
D. Variable Dan Definisi Operasional…………………….….….
E. Cara Pengumpulan Data………………………………..……..
F. Bahan/Instrumen Penelitian…………………………….…….
G. Cara Pengolahan Dan Analisa Data…………………..……..
H. Penyajian Data…………………………………………….…….
I. Jalannya Penelitian…………………………………………..…
DAFTAR PUSTAKA…………………….……………………………..…...
LAMPIRAN………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL

1. Angka Kecukupan Karbohidrat……………………………………..


2. Angka Kecukupan Protein…………………………………………..
3. Angka Kecukupan Lemak…………………………………………...
4. Ambang batas Status Gizi ( TB/U )………………………………….
5. Variabel dan Defenisi Operasional…………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah stunting yang terjadi menggambarkan adanya

masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu atau calon ibu,

masa janin dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita

selama masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya

terkait masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi berbagai

kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan.

Dampak stunting juga dapat mengganggu perkembangan mental

dan kecerdasanya saat usia dewasa, dampak ini dapat terlihat dari

ukuran fisik yang tidak optimal serta kualitas kerja yang tidak

kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Balita yang kekurangan gizi akan mengalami penurunan

kecerdasan, penurunan imunitas dan produktivitas, masalah

kesehatan mental dan emosional, serta kegagalan pertumbuhan.

(Dayuningsih et al., 2021)

Stunting diartikan sebagai masalah gizi kronis pada balita yang

ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan

dengan anak seusianya. Anak yang menderita stunting akan lebih

rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk

mengidap penyakit degeneratif. Dampak stunting tidak hanya pada


segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.

(Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, 2018)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018

prevalensi stunting pada balita di dunia sebesar 22.3% Dengan

demikian dapat dikatakan prevalensi stunting di Indonesia lebih

tinggi dibanding prevalensi stunting di dunia lebih dari setengah

balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih

dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita

stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan

(58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). (Candra,

2020)

Berdasarkan Hasil Riskesdas Tahun 2018 proporsi status

gizi sangat pendek dan pendek pada Balita dengan indikator tinggi

badan menurut umur (TB/U) untuk sangat pendek TB/U< -3 SD dan

Pendek TB/U ≥ -3 SD s/d < -2 SD, prevalensi pendek (stunting)

sebesar 30,8% yang terdiri dari proporsi balita sangat pendek 11,5

% dan balita pendek 19,3%. Jumlah ini mengalami penurunan dari

tahun 2013 yakni 37,2% (sangat pendek 18,0% dan balita pendek

19,2 %). Prevalensi stunting di Maluku secara umum ( Usia 0-59

bulan) yaitu sangat pendek 12,5%, pendek 21,5%, normal 66,0%.

Sedangkan Prevalensi stunting kabupaten seram bagian barat

tahun 2017 sebesar (30%), tahun 2018 mengalami peningkatan


menjadi (31,4%), dan tahun 2019 mengalami penurunan sebesar

(28%). Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat

yang berat bila prevalensi stunting berada pada rentang 30-39%.

Walaupun terjadi penurunan, tetapi masalah kesehatan

masyarakat terkait stunting yang dialami secara nasional masih

tergolong berat karena angka prevalensi stunting masih berkisar

pada angka 30-39%. Sedangkan jika prevalensi pendek ≥ 40%

maka tergolong dalam masalah yang berat (Kemenkes, 2018).

Salah satu faktor yang menyebabkan resiko kejadian

stunting adalah kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang

lama, sehingga dapat terjadi perlambatan pertumbuhan (Wellina,

dkk, 2016). Masalah kekurangan gizi sering dialami anak balita,

karena pada masa ini sering terjadi masalah makan yang

disebabkan anak cenderung memilih-milih makanan yang akan

dikonsumsi. Faktor makanan berupa pola makan dapat dinilai dari

jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi serta cara pemberian

makan (Sari, dkk, 2016).

Pola makan yang kurang baik akan mempengaruhi asupan

zat gizi yang berperan dalam pertumbuhan anak. Pola makan yang

seimbang akan melahirkan status gizi yang baik, sebaliknya

asupan makanan yang kurang akan menyebabkan tubuh menjadi


kurus dan rentan terhadap penyakit (Sulistyoningsih dalam Pakhri,

dkk, 2015).

Status gizi adalah cerminan terpenuhinya kebutuhan gizi

yang akan didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh

tubuh (Nasar, dkk, 2015).

Kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anak harus selalu

diperhatikan dengan membiasakan pola makan yang seimbang

dan teratur setiap hari sesuai dengan tingkat kecukupannya (Arifin,

2015).

Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Kairatu

Barat, jumlah anak balita keseluruhan didesa kamal yaitu 400

orang, sendangkan jumlah balita stunting di desa kamal yaitu 51

orang (12,75%), dan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 28 orang

(54,9%), dan perempuan 23 orang (4,5%).(Data Rill Antar Desa,

Puskesmas Kairatu Barat, 2021).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Gambaran Pola Maka dan Stunting

pada Balita di Desa Kamal kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten

Seram Bagian Barat, provinsi Maluku.


B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

penilitian Ini adalah bagaimana Gambaran Pola Makan dan

Stunting pada Balita di Desa Kamal, Kecamatan Kairatu Barat,

Kabupaten Seram Bagian Barat.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pola Makan dan Stunting

pada Balita di Desa Kamal, Kecamatan Kairatu Barat,

Kabupaten Seram Bagian Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jenis bahan makanan yang dikonsumsi

oleh Balita di Desa Kamal kecamatan Kairatu Barat,

Kabupaten Seram Bagian Barat, provinsi Maluku.

b. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi makanan yang

dikonsumsi oleh Balita di Desa Kamal kecamatan Kairatu

Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, provinsi Maluku.

c. Untuk mengetahui jumlah zat gizi ( Karbohidrat, Protein,

Lemak ) pada makanan yang dikonsumsi oleh Balita di Desa

Kamal kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian

Barat, provinsi Maluku.


d. Untuk mengetahui kejadian Stunting pada Balita di Desa

Kamal, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian

Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan masukkan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan pada

umumnya dan memberikan tambahan referensi tentang Gambaran

Pola Makan dan Stunting pada Balita.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi inovasi baru

dalam gambaran pola makan dan stunting pada balita ke masa

yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pola Makan

a. Pengertian Pola Makan

Pola makan diartikan sebagai pembiasaan dalam

memberikan asupan makanan dari proses secara berulang dan

dengan waktu yang lama, Kebutuhan asupan nutrisi anak tidak

sama yang mana terdampak pada usia komposisi dalam tubuh,

pola perilaku serta masa pertumbuhan pola makan menyokong

masa tumbuh secara normal pada tinggi badan/tubuh (Adriani,

dkk 2016).

Pola makan merupakan praktek yang diterapkan oleh orang

tua khususnya ibu terhadap anaknya dalam hal perilaku, gaya

dan situasi makan yang tepat untuk anak agar anak dapat

mendapatkan gizi yang cukup dan dapat tumbuh dan

berkembang sesuai dengan tumbuh kembang usianya. Tumbuh

dan kembang anak usia balita tergantung pada perawatan dan

pengasuhan orang tuanya dalam hal makanan (Fikawati et

al.,2017).

Pola makan yang kurang baik akan mempengaruhi asupan

zat gizi yang berperan dalam pertumbuhan anak. Pola makan


yang seimbang akan melahirkan status gizi yang baik,

sebaliknya asupan makanan yang kurang akan menyebabkan

tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit

(Sulistyoningsih dalam Pakhri, dkk, 2015).

b. Jumlah zat gizi

Asupan zat gizi adalah jumlah zat gizi yang berasal dari

konsumsi bahan makanan guna menjalankan fungsi seperti

menciptakan energi, merawat jaringan hingga manajemen

aktivitas hidupnya. Zat gizi makro berupa karbohidrat, lemak,

dan protein menghasilkan energi bagi tubuh melalui proses

metabolisme (pembakaran). Sumber energi utama adalah

karbohidrat dan lemak, sedangkan protein terutama digunakan

sebagai zat pembangun. Bila konsumsi karbohidrat dan lemak

kurang untuk memenuhi kebutuhan energi maka digunakan

protein (Kesehatan et al., 2019).

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan makronutrien sebagai sumber

energi utama bagi manusia. Semua jenis karbohidrat terdiri

atas unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O).

Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua

golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan


energi bagi tubuh. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4

kkal. Sumber karbohidrat terdapat pada beras, roti, kentang,

umbi-umbian, buah gula pasir, labu kuning, makaroni, mie

kering, jagung (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat

FKM UI, 2016).

Karbohidrat komplek ada dalam gandum, nasi, sereal.

Oat dan karbohidrat sederhana (gula sederhana) ada dalam

fruktosa, glukosa, laktosa, yang ditemukan dalam buah-

buahan, gula serta susu dan produk olahannya (Fikawati,

dkk, 2017).

Tabel 2.1

Angka Kecukupan Karbohidrat yang dianjurkan

(per orang per hari)

Kelompok Berat Tinggi Karbohidrat

Umur Badan Badan (g)

(kg) (cm)

1-3 Tahun 13 92 215

4-6 Tahun 19 113 220

Sumber : AKG 2019


2. Protein

Protein berasal dari kata Yunani proteos, yang

berarti yang utama atau yang didahulukan. Protein terdiri

atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu sama lain

dalam ikatan peptide. Protein adalah zat makronutrien

yang merpakan bahan pembentuk dasar struktur sel tubuh.

Seperlima bagian tubuh adalah protein. Protein mempunyai

fungsi sebagai pembangun serta memelihara sel-sel dan

jaringan tubuh. Protein memiliki fungsi lain di dalam tubuh

adalah Pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan

ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,

memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi,

mengangkut zat-zat gizi, dan sumber energi (Almatsier,

2016).

Sumber-sumber protein banyak terkandung di dalam

bahan makanan hewani dan nabati yang sering dikonsumsi

oleh manusia. Protein hewani tergolong protein berkualitas

tinggi, sedangkan protein nabati tergolong terbatas. Asam

amino lisin kurang pada sereal dan ethionin kurang pada

jenis kacang-kacangan. Contoh bahan makanan sumber

pada ikan, daging, telur, tempe, tahu dan lain sebagainya

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI,

2016).
Tabel 2.2

Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan

(per orang per hari)

Kelompok Berat Tinggi Protein

Umur Badan Badan (g)

(kg) (cm)

1-3 Tahun 13 92 20

4-6 Tahun 19 113 25

Sumber : AKG 2019

3. Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom

karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Lemak

merupakan sumber energi padat yang menghasilkan lebih

dari dua kali energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Selain

berasal dari makanan, kelebihan karbohidrat pada tubuh

akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak

(adipose) Fungsi lemak sebagai sumber energi, alat angkut

vitamin larut lemak, sebagai alat penghemat pengunaan

protein,membantu sekresi asam lambung dan

pengosongan lambung. sebagai pelumas, pemilihara suhu

tubuh dan pelindung organ tubuh Sumber utama lemak


adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa

sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung), mentega,

margarin, dan lemak hewani (lemak daging dan ayam).

Sumber lemak lain adalah krim, susu, keju, kuning telur

serta makanan yang dimasak dengan minyak (Almatsier,

2016).

Jumlah lemak yang ada pada tubuh seseorang dapat

dilihat pada fisik seseorang, makin besar dan berat organ

tersebut makin banyak jaringan aktif sehingga makin

banyak pula lemak yang diperlukan untuk mempertahankan

karingan itu (Supariasa, 2016).

Tabel 2.3

Angka Kecukupan Lemak yang dianjurkan

(per orang per hari)

Kelompok Berat Badan Tinggi Lemak

Umur (kg) Badan (g)

(cm)

1-3 Tahun 13 92 45

4-6 Tahun 19 113 50

Sumber : AKG 2019


c. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah bahan makan yang bervariasi yang

jika dimakan, dicerna, dan diserap menghasilkan susunan menu

yang sehat dan seimbang. Jenis makanan yang di konsumsi

harus variatif dan kaya nutrisi. Diantaranya mengandung nutrisi

yang bermanfaat bagi tubuh yaituh karbohidrat, protein, vitamin,

lemak, dan mineral (Oetoro, 2018)

Dalam pemilihan jenis makanan, biasanya diawali dengan

proses pengenalan lebih dulu mengenai jenis makanan yang

tidak menyebabkan alergi, umumnya yang mengandung kadar

protein paling rendah seperti serealia (beras merah atau beras

putih). Makanan baik umumnya berasal dari bahan yang segar,

misalnya tempe, kacang, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur

mayur, dan buah-buahan. Makanan sesuai berdasarkan

pertumbuhan umur anak (Sally Purwaty, 2021) :

d. Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan sehari-hari. Secara

alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat

pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus (Oetoro, 2018).

Kebutuhan asupan gizi masing-masing anak tidaklah sama.


Umumnya dikarenakan rentang usia dan kebutuhan tubuh,

perilaku dan kegiatan sehari-hari dan masa pertumbuhan yang

dialami. Asupan makan menyokong laju bertumbuh dan

berkembang secara normal pada tinggi dan berat anak. Jadwal

pemberian makanan yaitu 3 kali makanan utama (pagi, siang

dan malam) dan 2 kali makanan selingan (diantara 2 kali

makanan utama) (Kesehatan et al., 2019).

2. Stunting

a. Pengertian Stunting

Stunting (Balita Pendek) adalah masalah kurang gizi kronis

yang disebebkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu

yang cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih

dalam kandungan dan baru nampak 2 tahun (Rahmadhita,

2020).

Anak balita dengan status pendek (stunted) dan sangat

pendek (severely stunted) adalah mereka yang memiliki

panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umur

dibawah standart baku yang ditetapkan oleh WHO-MGRS

(Multicentre Growth Reference Study) ( TNP2K, 2017).

Panjang badan menurut umur atau umur merupakan

pengukuran antropometri untuk status stunting. Panjang badan


merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, panjang badan

tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan

panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif

terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek.

Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap panjang badan akan

nampak dalam waktu yang relatif lama. Pengukuran tinggi

badan harus disertai pencatatan usia (TB/U).(Studi et al., 2017).

b. Faktor yang Mempengaruhi Stunting Menurut (Wahida

Yuliana, 2019) beberapa faktor yang terkait dengan kejadian

stunting berhubungan dengan berbagai macam faktor yaitu :

1. Pendidikan Orang tua

Latar belakang pendidikan berdampak pada perilaku

pemberian asupan makanan menggunakan upaya dalam

memilih makanan dari segi kualitas dan standar serta jumlah

berdampak pada perilaku pemberian asupan makanan

dengan adanya pemilahan dalam segi standar dan jumlah.

Pendidikan seorang ayah dinilai menjadi faktor yang

berdampak pada kekayaan rumah tangga dan komoditi

pasar sebagai bahan konsumsi dan potensi pemilihan bahan

yang digunakan sebagai konsumsi rumah tangga.

Sementara pendidikan seorang ibu juga berdampak pada


tingkat kandungan gizi pada anak yang mana tingkat

pendidikan tinggi mengindikasikan tingkat status gizipada

anak yang lebih baik. Semakin tinggi latar pendidikan orang

tua maka semakin baik pula dalam pemilihan bahan

makanan yang diberikan pada anak.

2. Pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua berdampak pada kebutuhan gizi

keluarga di mana memiliki korelasi pada pemasukan

keluarga yang berdampak pada daya beli dan konsumsi

yang mana menjelaskan ketika tingkat pendapatan keluarga

terbatas mengindikasikan tingkat daya beli dan konsumsi

keluarga yang rendah pula baik dari segi kuantitas dan

kualitas bahan makanan begitupun sebaliknya yang mana

pendapatan keluarga yang besar turut mendukung

pertumbuhan anak sebab keluarga dapat mencukupi apa

yang menjadi kebutuhan anak secara primer, sekunder dan

tersier.

3. Tinggi badan orang tua

Tinggi tubuh atau badan diartikan sebagai skala atau

posisi tubuh saat berdiri dalam posisi vertikal dimana kaki

ditempelkan pada dasar tanah atau lantai dengan kepala

dan leher yang tegak, dada membusung, perut yang datar

serta menarik nafas sesaat. Tinggi tubuh atau badan dapat


diberikan ukuran mulai dari ujung kepala atas hingga bagian

kaki.

4. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi

terjadinya kejadian stunting, karena keadaan sosial ekonomi

atau keadaan rumah tangga yang tergolong rendah akan

mempengaruhi tingkat pendidikan rendah, kualitas sanitasi

dan air minum yang rendah, daya beli yang rendah serta

layanan kesehatan yang terbatas, semuanya dapat

berkontribusi terkena penyakit dan rendahnya asupan zat

gizi sehingga berpeluang untuk terjadinya stunting.

c. Penilaian stunting pada balita

Indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi

badan menurut umur (TB/U) menggambarkan pertumbuhan

panjang atau tinggi badan anak berdasasarkan umurnya. Indeks

ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (severely

stunted). Yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama

atau sering sakit. Anakanak yang tergolomg tinggi menurut

umurnya juga dapat diidentifikasi (Wahida Yuliana, 2019).

Anak-anak dengan tinggi badan diatas normal (tinggi sekali)

biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin. Namun, hal ini

jarang terjadi di indonesia. Terdapat perbedaan istilah dalam


pengukuran balita yaitu PB dan TB, (Wahida Yuliana, 2019)

yaitu:

1. Panjang badan (PB) digunakan untuk mengukur anak usia

0 sampai 24 bulan dan anak dalam posisi telentang. Bila

anak usia 0 sampai 24 bulan diukur dengan berdiri, maka

hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambah 0,7 cm.

2. Tinggi badan (TB) digunakan untuk mengukur anak usia

diatas 24 bulan dan anak diukur dalam posisi berdiri. Bila

anak usia lebih dari 24 bulan diukur dengan telentang,

maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan 0,7 cm.

Tabel 2.4

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi TB/U

Indeks Kategori Status Ambang Batas (Z-


Gizi score)
Panjang Badan Sangat pendek <-3 SD
atau Tinggi (severely
Badan menurut stunted)
Umur (PB/U atau Pendek (stunted) -3 SD sd<- 2 SD
TB/U) anak usia Normal -2 SD sd +3 SD
0-60 bulan Tinggi >+3 SD

Sumber : Kemenkes, 2020

Keterangan :

Indeks panjang badan menurut umur atau tinggi badan

menurut umur (PB/U atau TB/U) menggambarkan petumbuhan

panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks


ini dapat mengindentifikasi anak-anak yang pendek (stunted)

atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh

gizi kurang dalam waktu lama atau sering sakit.


B. Keranngka Konsep

Pola Makan :
1. Jumlah Zat Gizi
2. Jenis Makanan
3. Frekuensi
Makan

Faktor-faktor yang Stunting


mempengharui
stunting :
1. Pendidikan
orang tua

2. Pekerjaan
orang tua

3. Tinggi badan
orang tua

4. Status sosial
ekonomi

Keterangan:

Variable terikat yang diteliti ( Dependen )

Variable bebas yang diteliti ( Indenpenden )

Variabel bebas yang tidak diteliti


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

rancangan penelitian cross sectional dimana variabel terikat dan

variabel bebas diukur pada saat yang sama untuk memberikan

Gambaran Pola Makan dan Stunting Pada Balita di Desa Kamal,

Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat. Sebagai

variabel terikat yang diteliti adalah status gizi (Stunting) dan sebagai

variabel bebas yang diteliti adalah pola makan.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022.

2. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kamal, Kecamatan

Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat . Alasan memilih

lokasi di Desa Kamal, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten

Seram Bagian Barat yaitu untuk mengetahui bagaimana

gambaran pola makan pada balita di desa kamal .


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu balita di desa kamal yang

berjumlah 400 orang dengan perempuan sebanyak 187 orang dan

laki laki yaitu 213 orang.

2. Sampel

a. Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan Rumus Slovin

sebagai berikut:

Jumlah sampel

N
n = 2
1+ N × e

keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumalah Populasi

e = Standar Eror

Jumlah Populasi = 400 orang

Standar eror = 0,05

N
n = 2
1+ N × e

400
= 2
1+ 400 ×0 , 05
400
=
1+(1)

400
=
2

n = 200

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 orang.


D. Variabel dan Devenisi Operasional

Tabel 3.1
Variabel dan Defenisi Operasinal

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

1. Pola Makan .

a. Jumlah zat Berapa banyak Wawancara Nutrisurvei Baik : Ordinal


gizi jumlah makanan ≥100% AKG
yang
dikonsumsi oleh Sedang : 80-
balita dalam 1 99% AKG
kali makan.
Kurang : 70-
80% AKG

Defisit : <70%
AKG
(Supariasa,2016)
b. Jenis Jumlah jenis Wawancara Recall 24 1.Beragam : Ordinal
Makanan makanan yang jam >5 jenis
dikonsumsi oleh
balita dalam 2. Tidak
sehari. beragam :
<5 jenis

(Widyaningsih,
2018)

c. Frekuensi Frekuensi Wawancara FFQ 1.Sering : 3- Ordinal


makan penggunaan 6x/minggu
bahan makan
dalam sehari. 2.Jarang : 1-
2x/minggu

(Nurlita, 2017)
2. Stunting Indikasi Mengukur Mikrotois, Sangat pendek Ordinal
masalah gizi tinggi badan alat (severely
yang sifatnya atau pengukur stunted)
kronis sebagai panjang panjang <-3 SD
akibat dari badan badan.
keadaan yang Pendek
berlangsung (stunted)
lama. -3 SD sd<- 2 SD

Normal
-2 SD sd +3 SD

Tinggi
>+3 SD
(Kemenkes,
2020)

E. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer Dalam Penelitian ini adalah:

a. Data identitas sampel yaitu : umur dan jenis kelamin di dapat

dari wawancara pada orang tua balita.

b. Data pola makan (Jumlah zat gizi, jenis makanan) dari

wawancara dengan menggunakan recall 24 jam.

c. Data frekuensi makan dikumpulkan dari wawancara dengan

menggunakan FFQ.

2. Data Sekunder Dalam Penelitian ini adalah :

a. Gambaran umum lokasi penelitian, dikumpulkan dengan cara

mencatat data balita di desa kamal.


b. Jumlah populasi balita dikumpulkan dengan cara mencatat

data yang sudah ada pada bagian Puskesmas Kairatu Barat.

F. Bahan / Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Alat tulis

2. Lembar persetujuan sebagai responden

3. Timbangan injak dan microtoise, pengukur panjang badan

4. Recall 24 jam, FFQ

G. Cara Pengolahan dan Analisis Data

Data dalam penelitian ini diolah secara manual atau mengedit data

dengan melihat kembali hasil pengumpulan data untuk menghindari

kesalahan dan di observasi atau pengamatan langsung yag dilakukan

peneliti ke desa kamal, kecamatan kairatu barat, kabupaten seram

bagian barat.

H. Penyajian Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk

tabel dan narasi.


I. Jalannya Penelitian

Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menentukan masalah penelitian

Permasalahan yang diangkat hendaknya memiliki nilai

penelitian, artinya sebuah permasalahan yang diangkat itu

nantinya berguna bagi masyarakat sehingga permasalahan itu

dapt terselesaikan dan terpecahkan secara bersama-sama.

Dalam penelitian ini saya mengambil permasalahan tentang

pola makan dan stunting pada balita

b. Menentukan judul penelitian

Setelah menentukan masalah penelitian, selanjutnya adalah

menentukan judul penelitian. Dimana judul yang saya ambil

dalam penelitian ini adalah gambaran pola makan dan stunting

pada balita.

c. Konsultasi dengan pembimbing mengenai judul penelitian dan

penysunan proposal KTI 1

Setelah didapatkan judul penelitian, langkah selanjutnya

adalah konsultasi dengan pembimbing mengenai jurnal

penelitian serta menjelaskan kepada pembimbing tentang judul


peneltian beserta jelaskan alasan pengambilan judul tersebut

dan konsultasi tentang penyusunan proposal.

d. Mengurus surat izin pengambilan data awal

Langkah selanjutnya adalah mengurus surat izin

pengambilan data awal kepada pihak akademik dengan

menyertakan tempat penelitian yang akan dijadikan responden

pada penelitian yang akan dilakukan. Kemudian selanjutnya

akan diurus oleh pihak akademik untuk dibuatkan surat izin

pengambilan data awal dan dalam waktu 1 hari surat sudah

bisa diambil.

e. Melakukan studi pengambilan data awal

Ketika surat sudah selesai diproses oleh pihak akademik

selanjutnya adalah melakukan pengambilan data awal

ketempat yang dituju dengan melampirkan surat izin penelitian

bahwa akan dilakukan penelitian di tempat tersebut.

f. Studi kepustakaan

Selanjutnya adalah melakukan studi kepustakaan karena

studi kepustakaan merupakan salah satu hal yang harus ada

dalam penelitian. Studi kepustakaan merupakan segala usaha

yang dilakukan peneliti untuk menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang akan diteliti. Informasi


dapat diperoleh dari jurnal, buku ilmiah, laporan penelitian

karangan ilmiah, dan sumber-sumber lainnya.

g. Menyusun proposal

Langkah selanjutnya dalam menyusun proposal dimulai dari

bab 1 sampai bab 3 sesuai dengan judul yang akan diteliti.

Kemudian menentukan data penelitian agar proses penelitian

terlaksanan secara sistematis dan teratur serta dapat

didokumentasikan.

h. Konsultasi dengan pembimbing

Setelah menyusun proposal dari bab 1 samapai bab 3,

selanjutnya melakukan konsultasi dengan pembimbing tentang

proposal dan mempertanggungjawabkan semua yang telah

dibuat. Setelah itu jika pembimbing sudah menandatangi

halaman persetujuan, segera membuat PPT dan mendaftar

untuk ujian seminar proposal KTI 1.

i. Ujian seminar proposal KTI 1

Setelah mendaftar konfirmasi dengan penguji dan tentukan

waktu untuk ujian seminar proposal KTI 1, dan kemudian

mempresentasikan hasil usulan proposal penelitian untuk para

penguji dalam seminar ujian proposal KTI 1, dan setelah

selesai mempresentasikan usulan peneltian memcatat saran

dan kritikan dari para penguji dan segera melakukan revisi.

2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan uji validasi dan reliabilitas kuesioner

b. Mengurus surat izin penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Fikawati dkk, 2015. Jurnal hubungan antara pola asuh ibu dengan status
gizi balita di Desa Talelu Kecematan Dimembe Kabupaten Minahasa
Candra, A. (2020). EPIDEMOLOGI STUNTING.
Dayuningsih, D., Permatasari, T. A. E., & Supriyatna, N. (2021). Pengaruh
Pola Asuh Pembrian Makan Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, 14(2), 3.
https://doi.org/10.24893/jkma.v14i2.527
Jenggawah, N., Pada, S., Berpikir, K., Dan, K., & Belajar, M. (2019).
Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember
Jember Digital Jember Digital Repository Repository Universitas
Universitas Jember.
Kesehatan, K., Indonesia, R., Kesehatan, P., Jurusan, M., Studi, P., & Iii,
D. (2019). Kementerian kesehatan republik indonesia politeknik
kesehatan medan jurusan gizi program studi diploma iii 2019.
Studi, P., Gizi, I., Kedokteran, F., & Diponegoro, U. (2017). Journal of. 6.
Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, R. S. (2018). Situasi Balita
(Pendek) di Indonesia. In Laboratorium Penelitian dan
Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas
Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur (Issue April).
Kemenkes, R. (2020) STANDAR ANTROPOMETRI ANAK.
Supariasa,I Dewa Nyoman,Bachyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2016. Penilaian
Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. INFODATIN : Situasi Kesehatan Anak
Balita di Indonesia.
KEMENKES RI;2015 Kementerian Kesehatan RI. 2016. INFODATIN :
Situasi Balita Pendek. KEMENKES RI;2016
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2018.
KEMENKES RI;2018. Kementerian Kesehatan. 2018. Hasil Pemantauan
Status Gizi (PSG) Tahun 2017. KEMENKES RI;2018
Purnama, Ni Luh Agustini, Lely Lusmilasari, Madarina Julia. 2015.
Perilaku Orang Tua Dalam Pemberian Makan Dan Status Gizi Anak
Usia 2-5 Tahun. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No. 3, Januari
2015.
Widyaningsih, Novita Nining, Kusnandar, Sapja Anantanyu. 2018.
Keragaman Pangan, Pola Asuh Makan dan Kejadian Stunting pada
Balita Usia 24-59 Bulan.Jurnal Gizi Indonesia. Vol.7,
No.1,Desember 2018.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
KEMENKES RI;2015.
Nasar, Sri S., Suharyati Djoko, SA. Budi Hartati, dan Y. Endang Budiwiarti.
2016. Penuntun Diet Anak. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
Rusilanti, Mutiara Dahlia,dan Yeni Yulianti. 2015. Gizi dan Kesehatan
Anak Pra-sekolah. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sari, Gustiva,
Gustina Lubis, dan Edison. 2016. Hubungan Pola Makan dengan
Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang Jurnal Kesehatan Andalas. 2016.
Rahmadhita, K. (2020) ‘Permasalahan Stunting dan Pencegahannya’,
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), pp. 225–229. doi:
10.35816/jiskh.v11i1.253.
Wahida Yuliana, bawon nul hakim (2019) darurat stunting dengan
melibatkan keluarga. sulawesi selatan: yayasan ahmar cendekia
indonesia.
Oetoro, d. S. (2018). 1000 Jurus Makan Pintar dan Hidup Bugar. Jakarta:
http://www.google.com/m.repulika.co.id.
Nurlita, 2017 Hubungan konsumsi makanan cepat saji dengan status gizi.
LAMPIRAN

Lampiran 1

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Lengkap Balita :
2. Tanggal Kunjungan :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Alamat :
6. Tempat, Tanggal Lahir :
7. Agama :
8. Nama Ayah :
9. Nama Ibu :
B. DATA ANTROPOMETRI
10. Berat badan :
11. Tinggi Badan :
FORMULIR RECALL 24 JAM
No. Waktu Nama Bahan Makanan Urt Berat Ket
Makan Masakan (gr)

*) Coret yang tidak perlu


FORMULIR FOOD
FREQUENCY
QUESTIONARE (FFQ)

Nama Balita :
Umur :

Frekuensi Konsumsi Banyak Rata-rata


Jenis makanan
Haria Minggu Bulan Tidak porsi* konsums
n
Pernah per hari
1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
MAKANAN POKOK
Nasi putih
Nasi kuning
Nasi goreng
Ketupat
Roti tawar putih
Roti warna coklat
Bihun
Biskuit
Frekuensi Konsumsi Banyak Rata-ra
Jenis makanan
Haria Minggu Bulan Tidak porsi* konsum
n
Pernah per hari
1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
Kerupuk udang/ikan
Mie instan
Singkong
Kentang
Lainnya.……………
………….
LAUK HEWANI
Daging sapi
Ayam dengan kulit
Ayam tanpa kulit
Hati ayam
Ikan bandeng
Ikan mas
Ikan gurame
Ikan bawal
Ikan kembung
Ikan lele
Ikan tuna
Teri nasi (rebon)
Cumi-cumi
Udang segar
Kerang
Sosis
Bakso
Nugget
Kornet
Sarden
Abon sapi
Frekuensi Konsumsi Banyak Rata-ra
Jenis makanan
Haria Minggu Bulan Tidak porsi* konsum
n
Pernah per har
1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
Ikan teri
Telur ayam
kampung
Telur ayam negeri
Telur bebek
Telur puyuh
Susu sapi
LAUK NABATI
Tahu
Tempe
Kacang merah
Kacang hijau
Kacang kedelai
Oncom
Kacang mete
SAYURAN
Kacang panjang
Buncis
Brokoli
Bayam
Kangkung
Sawi hijau
Sawi putih
Daun singkong
Taoge
Ketimun
Wortel
Labu siam
Kol
Frekuensi Konsumsi Banyak Rata-ra
Jenis makanan
Haria Minggu Bulan Tidak porsi* konsum
n
Pernah per hari
1x 2-3x >3x 1-4x 1-3x
Jagung
Terong
Daun kemangi
Daun bawang
Tomat
BUAH
Alpukat
Apel
Jeruk sunkist
Jeruk manis
Mangga
Pepaya
Rambutan
Semangka
Anggur
Pir
Pisang ambon
Kedondong
Srikaya
Salak
Sirsak
Durian
Melon
Strawberry
Jambu air
Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai