Anda di halaman 1dari 57

1

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN STATUS GIZI ANAK


SEKOLAH DASAR

Sebagai Salah Syarat

Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan

Pada Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Disusun dan Diajukan Oleh:

PELPINA SERE

NIM: PO7131017021

PROGRAM STUDI GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

2020

HALAMAN PERSETUJUAN
2

GAMBARAN ASUPAN ENERGI PROTEIN DAN STATUS GIZI ANAK

SEKOLAH DASAR

Disusun dan Diajukan Oleh:

PELPINA SERE

NIM: PO7131017021

Pembimbing

Michran Marsaoly SKM. M.Kes Tanggal 2020

Nip: 197407011998032002

KATA PENGANTAR
3

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis Ilmiah ini dengan judul “GAMBARAN ASUPAN ENERGI,

PROTEIN DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DI SD NEGERI 6

AMBON KECAMATAN NUSANIWE”

Akhirnya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih dengan tulus dan penuh rasa hormat kepada Octovina

Soumokil, SKM., MPH selaku pembimbing, yang telah meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran dalam membantu serta membimbing

penulis. Oleh karena itu perkenalkan penulis untuk menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat.

1. Hairudin Rasako,S.KM.,M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk menuntut ilmu di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku.

2. Mahmud, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Dan Sekaligus

Penguji II Poltekes Kemenkes Maluku yang telah memberikan motivasi

dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

3. Lily Mesfer, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar 6 Ambon Kecamatn

Nusaniwe yang telah membantu penulis dalam melakukan

pengambilan data awal.


4

4. Min Nendisa, S.Pd.,S.Kep.,M.Kes selaku penguji I yang telah

memberikan saran, masukan dan arahan kepada penulis.

5. Staf dosen politeknik kesehatan kemenkes Maluku jurusan gizi yang

selama ini banyak menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi penulis.

6. Responden pada penelitian ini, yang telah meluangkan waktu dan

tenaga hingga terselesaikan pengumpulan data penelitian ini.

7. Serta semangat dan bantuan baik moral maupun material baik secara

Langsung Orang Tuaku, Bpk Rudolf dan Ibu Katrin yang telah

memberikan kasih saying, doa, perhatian maupun tidak langsung

kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

8. Kk Arnold, Kk Isak, Kk Apet, Kk Ocha dan Adik Atha . Selaku keluarga

tercinta yang telah memberikan nasehat dan dorongan serta motivasi

kepada peneliti selama masa kuliah dan sahabat-sahabat ku (Yuli,

Luna, Yunet, alin, Didi , Titi dan Tanti, carlin), yang telah memberikan

motivasi dan dorongan kepada peneliti selama kuliah.

Untuk itu tidak ada yang dapat penulis berikan selain rasa terimakasih,

dan harapan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan kususnya kepada penulis.

Ambon, Juni 2020


5

Penulis

ABSTRAK

GAMBARAN ASUPAN ENERGI PRPTEIN DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH


DASAR

PELPINA SERE

Latar Belakang: Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk

pertumbuhan dan perkembangan, energy, berpikir, beraktivitas

fisik dan daya tahan tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan terdiri dari

zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak . Serta zat

gizi mikro seperti vitamin dan mineral . Menurut data

RISKESDAS tahun 2013, secara nasional prevalensi status gizi

pada anak umur 5-12 tahun pada kategori normal 70%.

Prevalensi kurus menurut (IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun

adalah 11,2%, terdiri dari yaitu 4% sangat kurus dan 7,2% kurus.

Tujuan Penelitian: Untuk mengekaji gambaran asupan

energy protein dan status gizi anak Sekolah Dasar

Jenis Penelitian: yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan, yaitu studi yang objek penelitiannya berupa


6

karya-karya kepustakaan baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel

dalam media massa, maupun data-data statistika.

Hasil Penelitian:

Kata Kunci: Pengetahuan, ASI Eksklusif, Status Gizi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………..i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….…..iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...………..vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….…………viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………….….x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………….……....…….1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………….……4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….……..4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori …………………...……………………………….…..….6
B. Kerangka Konsep ..……..……………...……………..……..………31

BAB III. METODE PENELITIAN


7

A. Jenis penelitian …...………………………………………….….……32


B. Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………..….….….…32
C. Populasi dan Sampel ……………..………………………………….32
D. Variabel dan Definisi Operasional ...…………………..…………….34
E. Cara Pengumpulan Data...………………...…………………………35
F. Bahan atau instrument penelitian…………………...........……….36
G. Cara Pengolahan dan Analisa…………..….………………………...6
H. Penyajian Data…………………………………………………………..7
BAB IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………………
..
B. Saran
……………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN
8

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak

usia sekolah tersebut adalah generasi penerus bangsa.

Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung

pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar,

dalam masa pertumbuhan dan perkembangan fisik erat

hubungannya dengan status gizi anak. Konsumsi makanan

merupakan salah satu faktor utama penentu status gizi

seseorang. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

seoptimal mungkin. (Sulistyanto, dkk.2010).

Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan

perkembangan, energy, berpikir, beraktivitas fisik dan daya

tahan tubuh. Zat gizi yang dibutuhkan terdiri dari zat gizi

makro seperti karbohidrat, protein, lemak . Serta zat gizi mikro

seperti vitamin dan mineral (Muhilal,2012).

Pada anak sekolah, anak harus mendapat cukup energy

dan zat-zat gizi yang memenuhi kebutuhan yang sangat

meningkat. Kurang energy dan protein dapat terjadi karena

aktivitas fisik yang berlebihan. Akan tetapi badan yang kurus


9

dapat terjadi karena terlalu aktif dalam berbagai kegiatan fisik

biasanya bersifat sementara . (Hartriyanti,2007).

Status gizi menjadi penting karena merupakan salah

satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian.

Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi

terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam

proses pemulihan (Hartriyanti,2007).

Status gizi dapat dipengaruhi oleh faktor langsung dan

tidak langsung. Salah satu faktor langsung yaitu asupan energy

dan asupan protein (Supariasa, 2002). Status gizi seseorang

sering kali dihubungkan dengan asupan makanan sehari-hari.

Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan

semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Fungsi zat gizi dalam tubuh yaitu memberi energy,

pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta untuk mengatur

proses tubuh (Almatsier, 2004).

Penyebab langsung Kurang Energi Protein yaitu makanan

anak atau asupan makanan dan penyakit infeksi (biologis).

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga,

pola pengasuhan anak, pola makan, kebiasaan adat istiadat

serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan

(sanitasi). Pokok masalah yaitu pendidikan, pengetahuan dan

ketrampilan memanfaatkan sumber daya keluarga dan


10

masyarakat. Akar masalah adalah ekonomi, politik dan social

(Soekiman,2000).

Perilaku gizi yang salah pada anak sekolah perlu

mendaptkan perhatian. Misalnya, tidak sarapan pagi, jajanan

yang tidak sehat disekolah, kurang mengkonsumsi sayuran dan

buah, terlalu sering mengkonsumsi jenis makanan fast food

dan junk food, terlalu banyak mengkonsumsi zat makanan

tambahan seperti bahan pengawet, pewarna, dan penambah

cita rasa. (Khonsa,2012).

Status anak dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor

tidak langsung. Faktor langsung meliputi infeksi dan asupan

atau konsumsi makanan, sedangkan faktor tidak langsung

meliputi faktor ekonomi, pengetahuan gizi, dan sanitasi

makanan (penyiapan, penyajian dan penyimpanan) (Khomsan,

2003). Asupan makan dapat berasal dari pangan nabati

ataupun pangan hewani. Pangan nabati merupakan bahan

makanan yang berasal dari tanaman, sedangkan pangan

hewani merupakan bahan makanan yang berasal dari hewan.

Pangan hewani merupakan sumber protein yang baik daripada

protein pangan nabati, karena protein hewani mempunyai

kandungan asam-asam amino esensial yang lengkap

susunannya mendekati apa yang diperlukan oleh tubuh untuk

pertumbuhan ( Astawan, 2008 dan Haryanto,2009).


11

Menurut data RISKESDAS tahun 2013, secara nasional

prevalensi status gizi pada anak umur 5-12 tahun pada

kategori normal 70%. Prevalensi kurus menurut (IMT/U) pada

anak umur 5-12 tahun adalah 11,2%, terdiri dari yaitu 4%

sangat kurus dan 7,2% kurus. Pravalensi status gizi gemuk

pada anak umur 5-12 tahun secara nasional masih tinggi yaitu

18,8% yang terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk

(obesitas) 8,8%.

Berdasarkan penjelasan uraian tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai gambaran asupan energy

protein dan status gizi pada anak sekolah di Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka

dirumuskan masalah yang akan diteliti “Bagaimana Gambaran

Asupan Energi Protein Dan Status Gizi Anak Sekolah Di

Sekolah Dasar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengkaji gambaran asupan energy protein dan status

gizi anak Sekolah Dasar

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengkaji asupan energy pada anak sekolah

dasar
12

b. Untuk mengkaji asupan protein pada anak sekolah

dasar

c. Untuk mengkaji status gizi pada anak sekolah dasar

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan serta

bahan masukan yang dijadikan sebagai bahan acuan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut bagi yang berkepentingan di

Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku.

2. Manfaat Bagi Sekolah ( Sasaran )

Hasil penelitian di harapkan dapat informasi kepada pihak

sekolah tentang asupan dan status gizi anak sekolah dasar.

3. Manfaat Praktis Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis

untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama

mengikuti perkuliahan pada Politektik Kesehatan Kemenkes

Maluku dan ini dapat dijadiakan sebagai pengalaman berharga

bagi penulis serta menambah wawasan serta daya pikir dan

pemahaman tentang gambaran asupan energy dan status gizi

anak sekolah.
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal organ-organ, serta menghasilkan energy.

Nutrition status adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu

(Supariasa,2001)..

Status gizi juga diartikan sebagai keadaan

kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang

ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari

ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman,2000).

Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut

undemutrition merupakan keadaan gizi seseorang

dimana jumlah energy yang masuk lebih sedikit dari

energy yang dikeluarkaj. Hal ini dapat terjadi karena

jumlah energy yang masuk lebih sedikit dari anjuran

kebutuhan individu. Status gizi lebih (ovemutrition)


14

merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah

energy yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari

jumlah energy yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena

jumlah energy yang masuk melebihi kecukupan energy

yang dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat

gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat

mengakibatkan seseorang menjadi gemuk

(Almatsier,2005).

Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara

efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum. Status gizi lebih terjadi bila tubuh

memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,

sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi

esensial. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh

konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis

pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam

keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan

(Almatsier,2001).
15

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Soekirman (2000). Faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung

dan tidak langsung.

1. Penyebab Langsung, yaitu:

a) Asupan makanan

Asupan yang berlebihan dapat berdampak

tidak baik, salah satu contohnya obesitas.

Obesitas pada remaja putri lebih umum dijumpai

daripada remaja putra.

Obesitas ini dapat berdampal kurang baik

terhadap perkembangan social dan psikososial.

Remaja yang obesitas lebih banyak menyendiri,

depresi dan rendah gairah hidup. Keadaan yang

lebih parah dapat terjadi pada obesitas yaitu

berisiko tinggi terhapat penyakit degenerative

seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit

jantung coroner, kanker, dan bahkan kematian.

b) Penyakit infeksi yang diderita

Timbulnya gizi kurang tidak hanya

dikarenakan makanan yang kurang tetapi juga

karena penyakit. Anak yang mendapat makanan

cukup baik tetapi sering diserang diare atau


16

demam akhirnya dapat menderita kurang gizi.

Sebaliknya, anak yang mendapat makanan

makanan tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya

dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah

terserang infeksi, kurang napsu makan, dan

akhirnya berakibat kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung, yaitu:

a) Ketahanan pangan keluarga, yaitu kemampuan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan

seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang

cukup dan baik mutu gizinya. Ketahanan pangan

keluarga mencakup ketersediaan pangan baik dari

hasil produksi sendiri maupun dari sumber lain

atau pasar, harga pangan dan daya beli keluarga

serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

b) Pola pengasuh anak, meliputi sikap dan perilaku

ibu atau pengaruh lain dalam kedekatannya

dengan anak, memberikan makan merawat,

menjaga kebersihan , memberi kasih sayang, dan

sebagainya.

c) Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan,

yaitu akses dan keterjangkauan anak dan

keluarga terhadap air bersih dan pelayanan


17

kesehatan yang baik seperti imunisasi,

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,

penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi

serta sarana kesehatan yang baik. Semakin baik

ketersediaan air bersih yang cukup untuk

keluarga serta semakin dekat jangkauan keluarga

terhadap pelayanan dan sarana kesehatan,

ditambah peningkatan pemahaman ibu tentang

kesehatan, semakin kecil resiko anak terkena

penyakit dan kekurangan gizi.

c. Cara Penentuan Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara

langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi

secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antopometri, klinis, biokimia, dan biofisik

sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dapat

dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistic

vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk

menentukan status gizi digunakan indeks antopometri

( Supariasa,2001)

Penilaian status gizi terdapat dua cara, yaitu

metode langsung dan tidak langsung. Penilaian status

gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat


18

penilaian yaitu, antopometri, klinis, biokimia dan biofisik.

Metode tidak langsung dibagi tiga yaitu dengan survey

konsumsi makanan, statistic vital dan faktor ekologi

yang berdasarkan pada lingkungan, social, ekonomi dan

budaya, serta data-data kesakitan ataupun kematian

(Supariasa,2002).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

berkaitan dengan agens (penyakit), host (penjamu) dan

environment (lingkungan). Status gizi dipengaruhi oleh

asupan makanan, penyakit infeksi, serta faktor ekologi

sebagai interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia

tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,

irigasi, dan sebagainya (Supariasa,2002).

Indeks antopometri yang umum digunakan dalam

menilai status gizi adalah yang pertama Indikator BB/U

yaitu Indikator BB/U dapat normal, lebih rendah atau

lebih tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO.

Apabila BB/U normal digolongkan pada status gizi

buruk. BB/U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang

atau buruk BBU/U tinggi dapat digolongkan berstatus

gizi lebih. Kelebihannya dapat dengan mudah dan cepat

dimengerti oleh masyarakat umum, sensitive untuk


19

melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu

pendek dan dapat mendekteksi kegemukan, sedangkan

kelemahannya interprestasi status gizi dapat keliru

apabila terdapat oedema data umur yang akurat sering

sulit diperoleh kesalahan pada saat pengukuran karena

pakaian anak yang tidak dilepas dan anak bergerak,

dan masalah social budaya setempat yang

mempengaruhi orang tua untuk tidak menimbang

anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

Kedua indicator TB/U, yaitu mereka yang diukur

dengan indicator TB/U dapat dinyatakan TB-nya normal,

kurang dan tinggi menurut standar WHO. Bagi yang

TB/U kurang menurut WHO dikategorikan stunded yang

diterjemahkan “sebagai pendek tak sesuai umurnya”.

Tingkat keparahannya dapat digolongkan menjadi ringan,

sedang dan berat. Hasil pengukuran mengga,barkan

status gizi masa lampau. Seseorang yang tergolong

pendek tak sesuai umur kemungkinan keadaan gizi

masa lalu tidak baik. Berbeda dengan berat badan

rendah yang diukur dengan BB/U yang mungkin dapat

diperbaiki dalam waktu pendek, baik pada anak maupun

dewasa. Indikator TB/U menggabarkan status gizi masa

lampau : Kelebihannya yaitu dapat memberikan


20

gambaran riwayat gizi masa lampau dan dapat dijadikan

indicator keadaan social ekonomi penduduk.

Kelemahannya kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang badan pada kelompok usia balita, tidak dapat

menggambarkan keadaan gizi saat ini, memerlukan data

umur yang akurat yang sering sulit diperoleh di Negara-

negara berkembang, kesalahan sering dijumpai pada

pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh

petugas non professional.

Ketiga indicator BB/TB yaitu pengukuran

antopometri terbaik adalah menggunakan indicator

BB/TB. Ukuran ini dapat menggambarkan status gizi

saat ini dengan lebih sensitive dan spesifik. Artinya

mereka yang BB/TB kurang, dikategorikan sebagai kurus

atau wasted. Indikator BB/TB ini diperkenalkan oleh Jelife

pada tahun 1996 dan merupakan indicator yang baik

untuk menilai status gizi saat ini, terutama bila data

umur yang akurat sulit diperoleh. Oleh karena itu

indicator BB/TB merupakan indicator independent

terhadap umur. Kelebihannya yaitu independent terhadap

umur dan ras, dapat menilai satus”kurus” dan “gemuk”

dan keadaan marasmus atau KEP berat lain.

Kelemahannya yaitu kesalahan pada saat pengukuran


21

karena pakaian anak tidak dilepas atau bergerak terus,

masalah social budaya setempat yang mempengaruhi

orang tua untuk tidak menimbangkan anaknya karena

dianggap seperti barang dagangan, kesulitan dalam

melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan anak

pada kelompok balita, kesalahan sering dijumpai pada

pembacaan skala ukur terutama bila dilakukan oleh

petugas non professional, tidak dapat memberikan

gambaran apakah anak tersebut pendek normal atau

panjang (Soekirma, 2002).

d. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gzi dapat dinilai dari pengukuran

antopometri. Secara umum arti dari antopometri yaitu

ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi

(Gibson, 2005).

Antoprometri sangat umum digunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan

antara asupan protein dan energy, biasanya terlihat dari

pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh ( Gibson,

2005 ).

Pengukuran Antrpometri ada beberapa cara yaitu

dengan indeks massa tubuh (IMT) dan Z-score. Untuk


22

menentukan indeks massa Tubuh (IMT) seseorang

digunakan rumus sebagai berikut :

IMT = Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (M²)

Z- score digunakan untuk mengukur status gizi anak-

anak hingga usia 17 tahun. Z-score dapat dibagi dalam tiga

perhitunngan yaitu BB/U menggambarkan status gizi saat

ini. TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan erat

kaitannya dengan social ekonomi, BB/TB berat badan

berhubungan linier dengan tinggi badan, dapat melihat

status gizi sekarang, dan independen terhadap umur

(Supariasa, 2002)

e. Indeks Masa Tubuh (IMT) Berdasarkan Umur (IMT/U).

Saat ini untuk mengetahui status gizi anak dalam

masa pertumbuhan dapat menggunakan IMT untuk

anak, atau IMT berdasarkan umur. IMT/U merupakan

cara atau alat untuk memantau status gizi anak yang

berusia 2 hingga 20 tahun. Nilai IMT normal untuk

kelompok umur yang berbeda tergantung nilai z-score

IMTnya. Untuk mengetahui nilai IMT/U langkah pertama

yang telah dijelaskan kemudian hasil perhitungannya

disklasifikasi menurut tabel IMT/U menurut Z-score.


23

Keuntungan menggunakan IMT/U yaitu lebih sensitive

untuk remaja yang sedang tumbuh dan dapat

diklasifikasikan sebagai status gizi kurus, normal dan

gemuk.(Dr Andy Hartono,2000)

Menurut WHO (2005), yang tertuang dalam

keputusan Mentari Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antopometri

penilaian status gizi anak, kategori dan ambang batas

status gizi anak dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang batas (z-


score)
Indeks Massa Sangat Kurus <-3 SD
Tubuh Menurut Kurus -3 SD sampai dengan <-
2 SD
Umur ( IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan
1 SD
Anak umur Gemuk > 1 SD sampai dengan
2 SD
5.18ahun Obesitas > 2 SD
Sumber : (WHO, 2005)

2. Asupan Energi
Makanan yang bergizi dapat memberikan untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas, makanan bergizi juga
berfungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh serta mengatur proses tubuh (Almatsier,2004).
24

Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di

dalam tubuh seperti proses peredaran dan sirkulasi darah,

denyut jantung, pemafasan, pencernaan, proses fisiologis

lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik.

Energi dalam tubuh dapat tibul karena adanya pembakaran

karbohidrat, protein dan lemak, karena itu agar energy

tercukupi perlu pemasukan makanan yang cikup dengan

mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Protein

diperlukan oleh tubuh untuk membangun sel-sel yang

rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan

hormone, membentuk zat anti energy dimana tiap gram

protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Kartasapoetra &

Marsetyo,2003).

Kekurangan energy terjadi akibat dari asupan energy

yang tidak cukup memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan

oleh tubuh, maka tubuh akan mengambil simpanan

gilkogen dalam tubuh dan diubah menjadi energy. Jika hal

itu terus terjadi maka tubuh akan menjadi kurus, status gizi

pun akan menjadi kurang, bahkan daya tahan tubuh

menjadi lemah. Sedangkan kebutuhan energy akan diubah

menjadi lemak tubuh sehingga berat badan berlebih atau

kegemukan. (Almatsier,2004).
25

Menurut Hardinsyah (2002), kebutuhan gizi antar

individu yang berat badannya relative sama dan berasal

dari kelompok umur yang sama dapat bervariansi.

Namum variasi kebutuhan energy lebih kecil dibanding

dengan variasi kebutuhan protein dan zat gizi lainnya

pada kelompok umur yang sama. Hal ini dikarenakan

energy dapat disimpan di dalam tubuh dalam bentuk

lemak yang dapat diubah kembali menjadi energy dan

digunakan pada kesempatan lainnya bila kekurangan

energy.

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme

dari karbohidrat, protein, dan lemak. Energi berfungsi

sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,

pengaturan suhu dan kegiatan fisik. Kelebihan energy

disimpan tubuh sebagai cadangan energy dalam bentuk

lemak sebagai cadangan jangka panjang (Hardinsyah &

Tambunan 2004).

Asupan energy pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan, apabila tubuh berada

dalam tingkat kesehatan yang optimum dimana jaringan

penuh oleh semua zat gizi, maka tubuh akan

mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi terhadap

serangan penyakit. Apabila asupan energy pada


26

seseorang tidak seimbang dengan kecukupan gizi tubuh

maka akan terjadi gizi kurang atau bahkan gizi buruk

(Notoatmodjo,2005).

Kebutuhan energy seorang ditaksir dari kebutuhan

energy untuk komponen-komponen sebagai berikut : 1)

Angka Metabolisme Basal/AMB : 2) Aktifitas fisik : 3)

Pengaruh Dinamik Khusus Makanapn/SDA (dapat

diabaikan). Kebutuhan energy terbesar pada umumnya

diperlukan untuk metabolisme basal. Kebutuhan energy

basal atau AMB pada dasarnya ditentukan oleh ukuran

dan komposisi tubuh serta umur. AMB per kg berat

badan lebih tinggi pada orang pendek dan kurus serta

lebih rendah pada orang tinggi dan gemuk. Penggunaan

energy diluar AMB bagi bayi dan anak selain untuk

pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya.

Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses

pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan

bentuk dan susunan jaringan tubuh, juga aktivitas yang

tinggi (Almatsier 2003).

3. Asupan Protein

Didalam tubuh, protein mempunyai peranan yang

sangat penting. Fungsi utamanya sebagai zat pembangun

atau pembentuk struktur sel, misalnya untuk pembentukan


27

otak rambut, kulit, membrane sel, jantung, hati, ginjal, dan

beberapa organ penting lainnya. Kemudian terdapat pula

protein yang mempunyai fungsi khusus, yaitu protein yang

aktif. Beberapa diantaranya adalah enzim yang bekerja

sebagai biokatalisator, hemoglobin sebagai pengangkut

oksigen, hormon sebagai pengatur metabolisme tubuh dan

antibody untuk mempertahankan tubuh dari serangan

penyakit (Sirajuddin,2010).

Protein seperti halnya karbohidrat dan lemak

dibangun oleh unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen

(O), tetapi juga protein mengandung unsur Nitrogen (N),

nitrogen yang terkandung dalam protein yaitu sebesar 16%.

Unit pembangun dalam semua jenis protein adalah asam

amino. Berbagai jenis asam amino membangun sel dan

jaringan tubuh yang sangat spesifik, seperti kolagen terletak

dalam jaringan ikat tubuh, myosin dalam jaringan otot,

hemoglobin dalam sel darah merah, sel enzim dan

hormone insulin (Sudiarti,2007).

Menurut Moehji (2003) protein terbentuk dari asam-

asam amino yang dirangkaikan oleh ikatan peptide. Fungsi

protein antara lain membangun jaringan tubuh baru,

memperbaiki jaringan tubuh, menghasilkan senyawa

esensial, mengatur tekanan osmotic, mengatur


28

keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa,

menghasilkan pertahanan tubuh, menghasilkan mekanisme

transportasi, dan menghasilkan energy.

Berdasarkan sumbernya, protein dibedakan sebagai

protein hewani dan protein nabati. Sumber protein hewani

antara lain daging, dan organ-organ dalam seperti hati,

pancreas, ginjal paru-paru, jantung dan jeroan (babat, usus

halus, dan usus besar). Susu dan telur termasuk juga

sumber protein hewani berkualitas tinggi. Selain itu, ikan

kerang dan jenis udang merupakan kelompok sumber

protein yang baik karena mengandung sedikit lemak

(Nilawati 2008). Menurut Almatsier (2003) sumber protein

nabati adalah kacang keledai dan hasilnya seperti, tahu dan

tempe, serta kacang-kacangan. Selain itu, adanya berbagai

responden yang memiliki asupan protein yang cukup, tetapi

malah ada beberapa responden yang memiliki status gizi

yang buruk. Hal ini diduga karena asupan gizi dan

penyakit infeksi. Timbulnya KEP tidak hanya karena

makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak

yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering

menderita diare atau deman, akhirnya akan menderita

kurang gizi. Adanya responden yang mengalami defisit

dalam asupan protein kemungkinan dikarenakan faktor


29

ekonomi, kebiasaan makan, ketersediaan bahan makanan,

social budaya, dan lain-lain. Setidaknya ada 4 faktor yang

melatarbelakangi KEP, yaitu : Masalah social, ekonomi,

biologi, dan lingkungan. Salah satu masalah social ekonomi

dan lingkungan yang sangat berpengaruh adalah

kemiskinan yang merupakan akar dari ketiadaan pangan

tempat tinggal yang tidak bersih dan sehat serta

ketidakmampuan menggunakan fasilitas kesehatan.

Komponen biologi yang menjadi latar belakang KEP antara

lain malnutrisi ibu, baik sebelum maupun selama hamil,

penyakit infeksi, serta diet rendah energy protein (Arisman,

2004).

Faktor penyebab KEP dibagi menjadi 2, yakni

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit

infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya KEP tidak

hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena

penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik

tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya mudah

terserang KEP. Dalam kenyataan keduanya (makanan dan

penyakit) secara bersama-sama merupakan penyebab KEP.

Selanjutnya adalah penyebab tidak langsung yaitu

ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak,


30

serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan

(Soekirman,2000).

Protein merupakan zat gizi yang paling banyak

terdapat dalam tubuh. Fungsi utama protein adalah

membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Fungsi lain dari protein adalah menyediakan asam amino

yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan

metabolism, mengatur keseimbangan air, dan

mempertahankan kenetralan asam basa tubuh

(Almatsier,2005).

Protein selain untuk membangun struktur tubuh

(pembentukan berbagai jaringan) juga akan disimpan untuk

digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan

atau kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar.

Kekurangan protein yang terus menerus akan menimbulkan

gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh

menurun, rentam terhadap penyakit, daya kreatifitas dan

daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lain

(Kartasapoeta & Marsetyo,2003).

Asupan makanan pada anak perempuan lebih

sedikit dari pada anak laki-laki, termasuk asupan protein,

padahal bagi remaja perempuan membutuhkan asupan

protein lebih banyak karena lebih membutuhkan asupan zat


31

besi yang berada di pada protein, karena pada remaja

perempuan mengalami menstruasi (Arisman,2004).

Sumber makanan yang paling banyak mengandung

protein berasal dari bahan makanan hewani, seperti telur,

susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sedangkan sumber

protein nabati berasal dari tempe, tahu, dan kacang-

kacangan. Catatan Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun

1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari

rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari.

Anjuran asupan protein berkisar antara 10-15% dari total

energy (Almatsier,2005).

Pemberian atau penyediaan makanan bergizi

keluarga, dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ataupun

pendapatan keluarga, selain itu ada beberapa hal yang

akan berpengaruh yaitu kurangnya pengetahuan akan

bahan makanan yang bergizi, pantangan-pantangan yang

secara tradisional masih berlaku, dan keeganan untuk

mengkonsumsi bahan makanan murah yang walaupun

mereka ketahui banyak mengandung zat gizi (Kartasapoetra

% Marsetyo.2003).

Kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada

seseorang dapat dilakukan dengan melakukan penilaian

konsumsi makanan yang dapat dilakukan dengan


32

menghitung intake zat-zat gizi sehari. Penilaian konsumsi

makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam

penentuan status gizi perorangan atau kelompok, rumah

tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut

(Supariasa,2001).

Protein dalam tubuh harus tercukupi, karena protein

memiliki peran dalam tubuh manusia. Fungsi dari protein

yaitu :

a. Pertubuhan dan Pemeliharaan

Sebelum sel-sel dapat mensintesis protein baru,

harus tersedia semua asam amino esensial yang

diperlukan dan cukup nitrogen guna pembentukan asam-

asam amino nonesensial yang diperlukan. Pertumbuhan

atau penambahan otot hanya mungkin bila tersedia

cukup campuran asam amino yang sesuai termasuk

untuk pemeliharaan dan perbaikan.

b. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh

Hormon-hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin

adalah protein, demikian pula berbagai enzim. Ikatan-

ikatan kimia ini bertindak sebagai katalisator atau

membantu perubahan-perubahan biokimia yang terjadi di

dalam tubuh.
33

c. Mengatur keseimbangan air

Cairan tubuh terdapat di dalam tiga komponen

yaitu intraseluler (di dalam sel), ekstraseluler/interseluler

(di antara sel) dan intravascular (di dalam pembuluh

darah). Distribusi cairan di dalam kompartemen ini harus

dijaga dalam keadaan seimbang atau homeostatis.

Keseimbangan ini diperoleh melalui system kompleks

yang melibatkan elektrolit dan protein.

d. Memelihara netralitas tubuh

Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu

bereaksi dengan asam dan basa untuk menjaga Ph

pada taraf konstan.

e. Pembentukan antibody

Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi

terhadap bahan-bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim

yang terutama terdapat dalam hati. Dalam keadaan

kekurangan protein kemampuan tubuh untuk

menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan racun ini

berkurang.

f. Mengangkut zat-zat gizi

Protein memegang peranan esensial dalam

memgangkut zat-zat gizi dari saluran cerna melalui

dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke


34

jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam

sel-sel. Sebagian besar yang mengangkut zat-zat gizi ini

adalah protein. (Almatsier,2004).

Jika protein dalam tubuh mengalami kekurangan

maka pertumbuhan akan terhambat. Pada masa anak-

anak protein sangat diperlukan karena untuk mencapai

pertumbuhan yang optimal, sedangkan jika kelebihan

protein dapat menyebabkan obesitas, asidosis, kenaikan

amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam

pada bayi (Almatsier,2004).

1. Kecukupan Asupan Energi dan Protein

Untuk klasifikasi dari tingkat konsumsi kelompok/rumah

tangga atau perorangan, belum ada standar yang pasti.

Berdasarkan buku pedoman petugas gizi puskesmas,

Supariasa (2001), klasifikasi tingkat konsumsi dibagai

menjadi empat dengan cut of points masing-masing adalah

baik jika >- 100% AKG, sedang 80-99%, kurang 70-80%,

dan deficit < 70%

2. Hubungan Asupan Energi Protein dan status Gizi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi

bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan

secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,


35

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum. Status gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi

dalam jumlah berlebihan. Baik status gizi kurang atau pun

status gizi lebih terjadi gangguan gizi, gangguan gizi

disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer

adalah bila asupan makanan seseorang salah dalam

kuantitas dan atau kualitasnya. (Almatsier,2004).

Asupan energy pada seseorang dapat menentukan

tercapainya tingkat kesehatan, apabila tubuh berada dalam

tingkat kesehatan yang optimum dimana jaringan penuh

oleh semua zat gizi, maka tubuh akan mempunyai daya

tahan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.

Apabila asupan energy pada seseorang tidak seimbang

dengan kecukupan gizi tubuh maka akan terjadi gizi kurang

atau bahkan gzi buruk (Notoatmodjo,2005).

Asupan yang berlebihan dapat berdampak tidak baik,

salah satu contohnya obesitas. Keadaan yang lebih parah

dapat terjadi pada obesitas yaitu berisiko tinggi terhadap

penyakit degenaratif seperti diabetes militus, hipertensi,

penyakit jantung coroner, kanker, dan bahkan kematian

(Soekirman,2006).
36

3. Penilaian Status Gizi Menggunakan Faktor Ekologi

a. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyebab langsung

pada masalah gizi. Hadirnya penyakit infeksi dalam

tubuh anak akan membawa pengaruh terhadap keadaan

gizi anak. Sebagai reaksi pertama akibat adanya infeksi

adalah menurunnya nafsu makan anak yang berarti

bahwa berkurangnya masukan (intake) zat gizi kedalam

tubuh anak. Keadaan merangsur memburuk jika infeksi

diserta muntah yang mengakibatkan hilangnya zat gizi.

Penyakit yang tidak mengurangi cadangan energy

sekalipun, jika berlangsung lama dapat menggangu

pertumbuhan karena hilangnya nafsu makan anak

(Arisman,2002).

Tubuh manusia secara kontinu terpajan pada

berbagai macam organisme mikroba yang berpotensi

patogenetik baik di lingkungannya maupun di dalam

dirinya sendiri, namum sebagian besar orang tidak

mengalami infeksi yang berulang atau terus-menerus.

Hal ini disebabkan oleh adanya seperangkat mekanisme

pertahanan yang kompleks (Mandal,2008).

Sumber penyakit infeksi adalah semua benda,

termasuk orang atau binatang yang dapat menyebabkan


37

penyakit pada seseorang. Sumber penyebab penyakit ini

dapat dikelompokka menjadi :

1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar,

dan sebagainya.

2) Golongan riketsia, misalnya thypus.

3) Golongan bakteri, misalnya disentri.

4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial,

schistosoma, dan sebangainya.

5) Golongan jamur, yaitu bermacam-macam panu,

kurap,dan sebagainya

6) Golongan cacing, yaitu bermacam-macam cacing perut

seperti ascaris (cacing gelang) cacing kremi, cacing pita

,cacing tambang dan sebagainya.

Selain itu penyakit-penyakit ini dapat bersumber dari

manusia sendiri campak (measles) cacar air (small pox),thypus

(thypoid), miningtis, gonoirhoea dan shypilis. Manusia sebagai

resevoar dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier

(Notoatmodja,2003).

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunya nafsu

makan atau menibulkan kesulitan menelan dan mencema

makanan. (supariasa,2002)

a. Faktor fisik
38

Anak-anak yang sakit, yang sedang dalm

penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan

pangan khusus karena status kesahatan meraka yang

buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk,

adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini

kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat

(supariasa 2002)

Munurut Hatriyanti (2007) pertumbuhan fisik seorang

anak dipergaruhi oleh dua faktor dominan yaitu lingkungan

dan genetis.

Kemampuan genetis dapat muncul secara optimal jika

didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif, yang

dimaksud dengan faktor lingkuangan di sini intake

gizi.apabila tejadi tekanan terhadap dua faktor dia atas,

maka muncul growth flltering

b. Faktor biologis

Pengaruh genetikbersifat heredo-konsititusional yang

artinya bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan

oleh faktor keturunan. Faktor genetic akan berpengaruh

pada kecepatan pertumbuhan, kematangan tulang, gizi, alat

seksual, dan saraf. Faktor internal seperti biologis, termasuk

genetic dan factor factor eksternal seperti status gizi.

Faktor internal (genetic) antara lain termasuk berbagai


39

factor bawaan, jenis kelamin, obstetric dan ras atau

suku bangsa. Apabila potensi genetic ini dapat

berinteraksi dengan lingkungan yang tidak baik maka

akan menghasilkan gangguan pertumbuhan. Gangguan

pertumbuhan di Negara maju lebih sering diakibatkan

oleh factor genetic ini. Di Negara sedang berkembang,

gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh factor

genetic juga dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak

memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal

(Supariasa,2002).

c. Faktor Lingkungan Budaya

Bagi manusia, lingkungan adalah segala sesuatu

yang ada di sekitarnya, baik berupa benda hidup,

benda mati, benda nyata ataupun benda abstrak,

termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk

karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di

alam tersebut. Lingkungan budaya dalam hal ini adalah

masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak dalam memahami atau

pempersepsikan pola hidup sehat (Juli Soemirat,2002).

Anak sekolah sangat mudah terpengaruh oleh

lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih

makan di luar, atau menyantap jajanan. Lebih jauh lagi


40

kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan

terutama iklan televise. Teman sebaya berpengaruh

besar pada anak sekolah dalam hal ini memilih jenis

makanan. Dan kebiasaan makan keluarga dan susunan

hidangan merupakan salah satu manifestasi kebudayaan

keluarga yang disebut life style (gaya hidup). Faktor-

faktor yang merupakan asupan (input) bagi terbentuknya

suatu life style keluarga ialah : penghasilan, pendidikan,

lingungan kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan,

suku bangsa, kepercayaan, pendapat tentang kesehatan,

pengetahuan gizi, produksi pangan. Tingkat obesitas

(status gizi lebih) sangat erat hubungannya dengan

proses modernisasi (akulturasi) dan meningkatnya

kemakmuran bagi sekelompok masyarakat. Pola hidup

kurang gerak (sedentary lifestyle) dan pola makan yang

mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) telah

menjadi secular trend bagi masyarakat kita terutama di

kota-kota besar (Arisma,2004).

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya

sinar matahari, mempunyai dampak yang negative

terhadap pertumbuhan anak. Kebersihan lingkungan

maupun kebersihan perorangan memegang peranan

penting dalam timbulnya penyakit. Demikian pula dengan


41

populasi udara baik yang berasal dari pabrik, asap

rokok atau asap kendaraan dapat menyebabkan

timbulnya penyakit. Anak sering sakit, maka tumbuh

kembangnya akan terganggu (Juli Soemirat,2002).


42

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini, maka digambarkan kerangka

konsep sebagai berikut :

Asupan Energi

Asupan Protein
Status Giz

Anak SD

Penyakit infeksi

Gambar 1 : Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti


43

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian Studi

Kepustakaan (Library Research). dengan tujuan untuk mengetahui

Gambaran Asupan Energi Protein Dan Status Gizi Anak

Sekolah Dasar.

B. Sumber Data

Sumber data yang menjadi bahan penelitian ini berupa jurnal

penelitian, review jurnal, annual report, buku dan data-data yang

berkaitan dengan Gambaran Asupan Energi Protein Dan Status

Gizi Anak Sekolah Dasar.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan

Data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku,

makalah atau artikel, jurnal dan sebagainya. Pencarian literatur

dilakukan dengan menggunakan mesin pencari google di internet

dengan kata kunci Gambaran Asupan Energi Protein Dan

Status Gizi Anak Sekolah Di Sekolah Dasar.

2. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah daftar

check-list klasifikasi bahan penelitian, skema/peta penulisan

dan format catatan penelitian


44

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis isi (Content Analysis). Analisis ini digunakan untuk

mendapatkan inferensi yang valid dan dapat diteliti ulang berdasarkan

konteksnya (Kripendoff, 1993). Dalam analisis ini akan dilakukan

proses memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah

berbagai pengertian hingga ditemukan yang relevan (Serbaguna,

2005). Untuk menjaga kekelan proses pengkajian dan mencegah

serta mengatasi mis – informasi ( Kesalahan pengertian manusiawi

yang bisa terjadi karena kekurangan penulis pustaka) maka dilakukan

pengecekan antar pustaka dan memperhatikan komentar pembimbing

(Sutanto, 2005).
45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari studi literature didapatkan hasil sebagai berikut:

Untuk mengkaji gambaran asupan energy protein dan status gizi anak Sekolah Dasar

No Penulis, Judul Tujuan Jenis Instrumen Hasil


Tahun Penilitian/ Penilitian
Artikel
1. Baiq Hubungan Antara penelitian ini Penelitian adalah Recall 24 Berdasarkan
Qamariyah, Asupan Energi, Zat adalah observasional jam , recall hasil penelitian
Triska Susila Gizi Makro dan mempelajari analitik dengan aktivitas diketahui bahwa
Nindya, 2018 Total Energy hubungan rancang studi cross- fisik, rata – rata
Expenditure dengan antara asupan sectional yang pengukuran asupan energi
Status Gizi Anak energi, zat gizi dilaksanakan di berat badan pada siswa status
Sekolah Dasar makro dan total SDN Pacarkembang dan tinggi gizi obese dalah
energy 1 Surabaya pada badan. 1917,64 kkal dan
expenditure Juli 2017. Sampel siswa status gizi
dengan status Penelitian adalah normal adalah
gizi anak siswa kelas 4 dan 5 1600,13 kkal.
sekolah dasar. sebanyak 66 orang
yang diambil
46

dengan simple
random sampling.
2. riska Hubungan asupan Mengetahui Menggunakan Data Asupan energi
kusumaningru energi dan asupan hubungan metode cross Asupan tergolong tinggi
m¹, dewi pertiwi protein dengan asupan energi sectional. Sampel diperoleh
apabila asupan
dyah status gizi anak min dan asupan yang diambil adalah dari Recall
energi per hari
kusudaryati², ketitang nogosari protein dengan anak kelas 3, 4, dan 24 jam,
>119% AKG
retno dewi boyolali status gizi anak 5 sebanyak 52 data status
energi. Tabel 7
noviyanti, 2017 MIN Ketitang sampel dengan gizi (IMT/U)
menunjukkan
Nogosari simpel random diperoleh
bahwa sebagian
Boyolali sampling. dari besar sampel
pengukuran
dengan asupan
BB dan TB
energi tingkat
ringan sebanyak
34,0 % (16
sampel). Sampel
penelitian
mempunyai nilai
rata-rata asupan
energi sehari
sebesar 1508,57
± 235,05 kkal.
3. Erisa hubungan antara Mengetahui Jenis penelitian ini formulir Rata-rata
permatasari, kecukupan energi hubungan adalah penelitian recall 24 kecukupan energi
2018 dan protein dengan kecukupan observasional jam, status responden
status gizi pada energi dan dengan gizi tergolong sedang
anak di panti protein dengan menggunakan diperoleh yaitu sebesar
asuhan keluarga status gizi pendekatan cross dengan 90,5 %. Rata-rata
47

yatim pada anak di sectional. melakukan kecukupan


muhammadiyah Panti Asuhan pengukuran protein
Surakarta Keluarga Yatim antropometr responden
Muhammadiya i yaitu berat tergolong sedang
h Surakarta. badan dan yaitu 91,2%.
tinggi Responden yang
badan. memiliki status
gizi normal
sebanyak (83%),
kurus (10,6%),
gemuk (4,3%),
obesitas (2,1%).
Kecukupan
energi dengan
status gizi
menurut IMT/U
(p= 0,000 , r=
0,754).
Kecukupan
protein dengan
status gizi
menurut IMT/U
(p= 0,000 , r=
0,763). Simpulan
: Terdapat
hubungan yang
signifikan antara
kecukupan energi
48

dengan status
gizi pada anak.
Terdapat
hubungan antara
kecukupan
protein dengan
status gizi pada
anak. Perlu
adanya
pengaturan
asupan makanan
yang mengacu
pada menu
seimbang untuk
mencapai status
gizi yang
optimal. Hal
tersebut
dimaksudkan
untuk
memberikan
makanan yang
bergizi agar
menurunkan
risiko masalah
gizi.
49

*
4 Reanita J. Hubungan antara Tujuan Penelitian
Berdasarkaini Asupan energi
Markus*, asupan energi penelitian ini bersifat n survei
metode kurang sebanyak
Nancy S.H. dengan status gizi yaitu untuk analitik dengan
food recall 4,7% siswa,
Malonda*, pada anak kelas 4 menganalisis pendekatan
24 cross
jam asupan energi
Maureen I. dan 5 sd negeri hubungan sectional study.
didapati cukup sebanyak
Punuh* 2016 matungkas antara asupan Jumlah sampel
gambaran 81,4% siswa, dan
kecamatan energi dengan sebanyak asupan 86 asupan energi
dimembe kabupaten status gizi responden dengan
energi lebih sebanyak
minahasa utara pada anak menggunakan
paling 14,0% siswa
reanita kelas 4 dan 5 teknik proportional
banyak
SD Negeri stratified sampling.
kategori
Matungkas cukup yaitu
Kecamatan 81,4% dan
Dimembe berdasarka
Kabupaten n IMT/U
Minahasa didapati
Utara. paling
banyak
dengan
kategori
normal yaitu
80,2%.
5 Junus Hubungan antara Penelitian ini Penelitian ini penelitian Hasil analisis
Fenanlambir*, asupan, energi, bertujuan bersifat observasi menggunak univariat variabel
Nancy S. H. dengan status gizi mengetahui analitik dengan an asupan energi.
50

Malonda*, pada anak sekolah hubungan pendekatan cross kuesioner, Responden yang
Anita Basuk dasar kelas 4 dan 5 asupan energi sectional. Sampel formulir memiliki distribusi
2016 sdn 21 kelurahan dengan status diambil dengan food recall asupan energi
bahu kecamatan gizi anak teknik total sampling 24 jam, alat baik yaitu
malalayang kota sekolah dasar sebanyak 72 anak. tulis sebesar 45
manado di SDN 21 menulis, responden
Kelurahan program (62,5%),
Bahu nutrisurvey responden
Kecamatan dengan asupan
Malalayang energi sedang
Kota Manado yaitu sebanyak
17 responden
(23,6%), dan
responden yang
memiliki asupan
energi kurang
yaitu 10
responden
dengan
presentase
(13,9%).
51

B. Pembahasan

Status gizi merupakan indikator yang dapat menggambarkan

kondisi kesehatan dipengaruhi oleh asupan serta pemanfaatan zat gizi

di dalam tubuh. Asupan energi yang masuk ke dalam tubuh diperoleh

dari makanan yang dikonsumsi sedangkan pengeluaraan energi

digunakan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek termik

makanan. Keseimbangan antara pemasukan energi dan

pengeluarannya akan menciptakan status gizi normal.

Berdasarkan penelitian Qamariyah dkk, 2018, mendapatkan

bahwa Asupan energi dan zat gizi makro karbohidrat, protein, lemak

dan total energy expenditure berhubungan dengan status gizi anak

sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata –

rata asupan energi pada siswa status gizi obese dalah 1917,64 kkal

dan siswa status gizi normal adalah 1600,13 kkal. Hasil analisi uji

statistik menunjukkan bahwa asupan energi berhubungan signifikan

dengan status gizi anak sekolah dasar (p=0,000). penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi siswa normal (69,7%).

Terdapat hubungan signifikan antara asupan energi (p=0,000), protein

(0,017), lemak (p=0,040), karbohidrat (p=0,001) dan total energy

expenditure (p=0,000) dengan status gizi anak sekolah dasar.

Berdasarkan penelitian kusumaningrum dkk, 2017

menunjukkan asupan energi paling banyak adalah defisit tingkat

ringan sebanyak 17 sampel (36,2%). Hasil penelitian ini sebagian


52

sampel memiliki asupan protein paling banyak adalah defisit berat

sebanyak 38 sampel (80,9%). Sedangkan berdasarkan hasil uji

korelasi dengan menggunakan Pearson Product Moment dapat

disimpulkan menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan energi

dengan status gizi dengan nilai p=0,855. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmaniah, dkk (2014) dengan hasil

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan

protein. Vertikal (2012) Bahwa status gizi yang tidak baik disebabkan

asupan energi maupun protein tidak baik selain itu disebabkan karena

faktor ekonomi keluarga yang kurang sehingga menyebabkan karena

faktor ekonomi keluarga yang kurang sehingga menyebabkan

terbatasnya daya beli terhadap bahan makanan sehingga

mempengaruhi variasi menu yang disajikan. Selain itu penyakit infeksi

turut mempengaruhi asupan makanan dan status gizi dari anak.

Perbedaan hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang

berbeda, semakin berpendidikan seseorang maka pengetahuan akan

kesehatan dan status gizi semakin tinggi (Vertikal, 2012).

Sedangkan untuk asupan protein menunjukkan tidak terdapat

hubungan antara asupan protein dan status gizi dengan nilai p=0,404.

r=0,125 yang berartinya menunjukan korelasi positif yang artinya

apabila asupan protein meningkat maka status gizi semakin baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Vertikal (2012) tidak ada

hubungan yang bermakna antara asupan protein dan status gizi lebih
53

anak SD Negri Pondok Cina. Akan tetapi hasil penelitian Mariani

(2002) terdapat hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi

anak balita. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan beberapa

hubungan asupan protein dengan status gizi balita, namun mengingat

banyaknya faktor yang mempengaruhi status gizi. Selain itu pada

anak usia 6-12 tahun banyak yang mempengaruhi kebiasaan makan

mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa

takut tiba disekolah, menyebabkan anakanak sering menyimpang dari

kebiasaan makan pagi (Moehji, 2003). Kebiasaan jajan merupakan

salah satu yan menyebabkan konsumsi makanan baik energi, protein

mereka rendah. Karena dalam usia ini anak-anak ini gemar sekali

jajan, terkadang mereka sengaja menolak makan pagi dan sebagai

gantinya mereka jajan dan jajanan yang dipilih sudah tentu makanan

yang mereka senangi saja, misalnya es, gula-gula atau makanan lain

yang kurang gizinya (Soekirman, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Erisa permatasari, 2018

menunjukan bahwa rata-rata kecukupan energi 90.5±11.83 dengan

nilai minimum 63.8 yang tergolong kategori kecukupan energi kurang

dan nilai maksimum 129.9 yang tergolong kategori kecukupan energi

lebih jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Rata-

rata status gizi responden -0.24±1.09 tergolong normal dengan nilai

minimum -2.20 yang tergolong kategori kurus dan nilai maksimum

2.48 yang tergolong kategori obesitas. Sedangkan asupan protein


54

menunjukan bahwa rata-rata kecukupan protein 91.2±17.45 dengan

nilai minimum 56.6 yang tergolong kategori kecukupan protein kurang

dan nilai maksimum 157.5 yang tergolong kategori kecukupan protein

lebih jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Rata-

rata status gizi responden -0.24±1.09 tergolong normal dengan nilai

minimum-2.20 yang tergolong kategori kurus dan nilai maksimum 2.48

yang tergolong kategori obesitas. Yang menandakan bahwa terdapat

Hubungan kecukupan energi dengan status gizi (IMT/U) berdasarkan

uji statistik berupa person product moment diketahui ρ value 0.000

(>0.05) maka h0 ditolak artinya ada hubungan kecukupan energi

dengan status gizi (IMT/U) pada anak di Panti Asuhan Keluarga Yatim

Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian yang dilakukan Angela dkk, 2016 juga menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara asupan energi dan protein dengan

status gizi pada BB/U pada anak balita. Dimana dalam penelitian ini

terdapat banyak anak yang semakin baik asupan energi maka

semakin baik pula status gizinya. Menurut Suhardjo dan Kusharto

(1988) dalam Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, seseorang tidak dapat bekerja

dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan

kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam

tubuh, namun kebiasaan ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang

gawat yaitu kurang gizi (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2010) Hasil

analisis uji statistik antara asupan energi dengan status gizi BB/TB
55

memperoleh hasil p= 0,005 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi BB/TB.

Sejalan dengan penelitian di desa Cibeusi Sumedang yang dilakukan

Prakoso (2011) yang mendapatkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara tingkat konsumsi energi balita dengan status gizi.

Penelitian Markus dkk, 2016 juga mendapatkan Berdasarkan uji

statistik rank spearman didapati hasil p value untuk hubungan asupan

energi dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri IMT/U

diperoleh hasil untuk nilai p=0,000 dan r=0,856. Nilai p lebih kecil

dibandingkan dengan nilai α 0,05. Artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara asupan energi dengan status gizi pada anak kelas 4

dan 5 berdasarkan indeks antropometri IMT/U dengan nilai korelasi

koefisien sangat kuat.. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sorongan (2016) yang menyatakan ada hubungan

antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks IMT/U.

Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pahlevi (2012) terdapat hubungan antara asupan energi dengan

status gizi pada anak Sekolah Dasar. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Regar (2012) tidak terdapat hubungan

antara asupan energi dengan status gizi anak.

Penelitian oleh Fenanlambir dkk, 2016 juga menunjukan

asupan energi. Responden yang memiliki distribusi asupan energi

baik yaitu sebesar 45 responden dengan presentase (62,5%),


56

responden dengan asupan energi sedang yaitu sebanyak 17

responden (23,6%), dan responden yang memiliki energi kurang yaitu

sebanyak 10 responden (13,9%). Dan berdasarkan gambar status

gizi. Responden yang memiliki distribusi staus gizi kurus yaitu 22

responden (30,6%), status gizi normal yaitu sebnyak 46 responden

(63,9%) dan yang status gizi gemuk yaitu 4 responden (5,6%).

Sedangkan hasi uji korelasi Spearman terlihat taraf signifikan atau

nilai P sebesar 0,000 (<0,05) dan nilai koefisien korelasi sebesar

0,844. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara asupan

energi dengan status gizi IMT/U pada anak Sekolah Dasar Negeri 21

Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Hal ini

menunjukan bahwa ada hubungan antara asupan energi dengan

status gizi tergolong kuat karena memiliki nilai koefisien korelasi (r =

0,844).
57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan studi literature didapatkan :

1. Asupan energy pada anak sekolah dasar rata kurang baik

2. asupan protein pada anak Sekolah Dasar rata-rata kurang baik

3. status gizi pada anak sekolah di Sekolah Dasar rata-rata baik

4. terdapat hubungan antara asupan energy dan protein dengan

status gizi anak sekolah dasar

B. Saran

Semoga penelitian ini dapat bermamfaat dan berguna bagi

masyarakat dan untuk penelitian-penelitian berikutnya. Penelitian

ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan adanya

penelitian lain yang terkait untuk penyempurnaan kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai