Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang

mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok

untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara

optimal serta melindungi anak dari penyakit (Profil Kesehatan RI, 2013).

Pemberian ASI berarti memberikan zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak,

memberikan zat kekebalan terhadap penyakit dan mewujudkan ikatan

emosional antara ibu dan bayinya.Pemberian ASI secara eksklusif

sampai usia 6 bulan pertama kehidupan merupakan suatu misi

primer dalam program kesehatan masyarakat dunia yang direkomenda

sikan oleh World Health Organization (WHO).

ASI Eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2017)

adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan

minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali

obat dan vitamin.

Menurut WHO (2011) hanya 40% bayi di dunia yang mendapatkan ASI

ekslusif sedangkan 60% bayi ini ternyata telah mendapatkan makanan

pendamping ASI saat kurang dari 6 bln.

Hal ini membuktikan bawah ASI ekslusif masih rendah sedangkan

pemberian MP-ASI dini di berbagai negara masih tinggi, tetapi terjadi di

negara berkembang seperti indonesia (Kumalasari,2015)

1
Rendanya pemberian ASI merupahkan ancaman bagi tumbuh kembang

anak yang akan tepengaruh pada pertumbuhan dan perrkembangan kualitas

sumber daya manusia secara umum

Terjadinya rawan gizi pada bayi disebakan karena ASI (air susu ibu)

banyak di ganti dengan susu formula dengan jumlah dan cara yang tidak

sesuai kebutuhan. Di perkirakan 80% ibu yang melahirkan mampu untuk

menghasilkan ASI yang cukup untuk gizi yang baik untuk bayi.

Manary dan salmons (2009) menyatakan frekuensi atau keadaan gizi

kurang yang banyak temukan pada bayi-bayi terlihat ketika para ibu di daerah

perkotaann memilih menggunakan susu formula di bandingkan ASI( air susu

ibu)

Berdasarkan Survey Data Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup pada

tahun 2008-2012. Sedangkan tujuan dari pembangunan kesehatan di

Indonesia yaitu tercapainya Millenium Development Goals (MDG’s) pada

tahun 2015 yaitu terjadinya penurunan AKB menjadi 23 per 1000 kelahiran

hidup melalui pemberian ASI Eksklusif pada bayi serta dilakukannya

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama satu

jam dengan dibantu oleh tenaga kesehatan. Melihat angka diatas, berarti

masih belum tercapai target dari MDG’s untuk menurunkan AKB di

Indonesia.Untuk melanjutkan tujuan dari pembangunan kesehatan di

Indonesia di tahun 2010-2014, maka tahun 2015 Kementerian Kesehatan

Indonesia menetapkan tujuan pembangunan Kesehatan di Indonesia

2
yaitu salah satunya menurunkan angka kematian bayi dari 32 menjadi

24 per 1.000 kelahiran hidup

Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah

satu langkah pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan

kehidupan yang sehat dan sejahtera. Sayangnya, tidak semua orang

mengetahui hal ini. (United Nations)

ASI adalah air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik kualitas

dan kuantitasnya. Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktosa dan garam-garan anorganik yang disekresikan oleh kelenjar

mammae ibu, dan berguna sebagai makanan.Keseimbangan zat-zat gizi

dalam susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susu nya memiliki bentuk

paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda.

Pengetahuan Ibu berpengaruh kepada pemberian ASI ekslusif, Ibu yang

mempunyai pengetahuan yang baik tentang ASI ekslusif. Maka ibu tersebut

memberikan ASI secara ekslusif kepada bayinya dan sebaliknya ibu yang

kurang pengetahuan dapat di pengaruhi dengan promosi susu formula

dibandingkan memberikan ASI secara ekslusif pada bayinya.

Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik.

ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk

memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama. Pemberian ASI selama 6

bulan tanpa makanan pendamping apapun sering disebut ASI .

Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan oleh penyakit

infeksi masih tinggi. Pentingnya pemberian ASI terutama ASI Eksklusif untuk

bayi sangat luar biasa. (Dinkes DIY, 2016).

3
Di Indonesia, bayi yang telah mendapatkan ASI ekslusif sampai usia 6

bulan adalah 29,5% (Profil ksesehatan indonesia ,2017). Hal tersebut belum

selesai dengan target kementrian kesehatan tahun 2015-2019 yaitu

presentasi bayi ASI ekslusif sebesar 50% dan menurut Provinsi Maluku

,Cakupan ASI ekslusif pada bayi usia 6-12 bln palingg sedikit 43% dari apa

yg diinginkan.

Sesuai dengan laporan Puskesmas Halong pada bulan Juli- Oktober

tahun 2019 Cakupan ASI Eksklusif dari 50 bayi usia 6 – 12 bulan terdapat 9

bayi (18%) yang mendapat asi eksklusif penuh, sedangkan 41 bayi (82%)

lainnya tidak mendapatkan ASI eksklusif penuh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah yaitu

“Bagaimana gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang pemberian ASI

Eksklusif Dan status gizi Anak Usia 6 – 12 Bulan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang

Pemberian ASI ekslusif dan status gizi Pada bayi 6-12 bulan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk Mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang pengertian ASI

Eksklusif.

b. Untuk mengetahui status gizi (BB/U) bayi usia 6-12 bulan.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI

ekslusif dan status gizi pada bayi 6-12 bulan

4
D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Sebagai acuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai

bahan referensi untuk studi lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti Memberikan pengalaman nyata dalam melaksanakan

penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka mengembangkan

diri dalam melaksanakan fungsi bidan sebagai peneliti tentang

bagaimana pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif.

b) Bagi Puskesmas Halong Sebagai bahan masukan untuk evaluasi

peningkatan mutu pelayanan Bagi ibu menyusui.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Konsep Dasar Pegetahuan

a. Devinisi pengetahuan

Pengatahuan merupahkan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui indra manusia yaitu: indera penglihatan,indera

pendengar,indera penciuman,rasa dan peraba.sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan

(Notoadmojo,2007)

Pengetahuan mengungkapkan bawah seseorang sebelum mengadopsi

perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadilah proses sebagai

berikut:

1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (objek)

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tersebut disini

sikap objek mulai timbul

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lag

4) Trial dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan pengetahuan kesadaran dan sikap terhadap stimulasi

5) Adaption , dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi

6
Namun demikian dari penelitian selanjutnya rogers menyimpulkan

bawah perubahan perilaku tidak selalu melalui tahap

(Notoadmojo,2016)

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup dalam demain kognitif menurut Notoadmojo 2003

mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau diterima. Tingkat ini yang paling rendah

2) Memahani (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara bebas

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagaik kemampuan untuk menggunakan materi yang

dipelajari dalam kondisi rill. Aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum,rumus,metode,prinsip dan sebagainya dlm situasi yang

lain.

4) Analisis (Analysis)

7
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

objek ke dalam komponen-komponen.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) valuasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilain pada suatu

materi atau objek penilaian-penilaian atau menggunakan kriteria-

kriteria

c. Pengukuran tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan seseorang dibagi dalam tiga

kategori, yaitu :

1. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari

seluruh pernyataan.

2. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari

seluruh pernyataan.

3. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari

seluruh pernyataan.

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau kuesioner

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pengaruh ini dapat

membentuk kenyakinan sehingga sesorang berperilaku sesuai ketentuan

8
d. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kehidupan ibu:

1. Faktor predisposisi

a. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai dilahirkan sampai berulang tahun,

umur tingkat kematian, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang

b. Pendidikan

Semakin tingggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima

informasi,sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghabat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang

diperkenalkan

c. Pekerjaan

Menurut narkum (2010) berkerja umumnya merupahkan kegiatan yang menyita

waktu, ibu-ibu akan mempunyai banyak pengaruh terhadap

krhidupan keluarga

2. Faktor pendukung

a. Informasi

informasi adalah pembritahuan atau kabar. Informasi memberikan pengaruh

kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat

pendidikan yang rendah tetapi ia juga akan mendapatkan informasi

di bebagai media lainnya dan dapat juga meningkatkan

pengetahuannya.

b. Lingkungan

9
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar dan

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Lingkungan memberikan lingkungan yang terpengaruh kepada

seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik maupun hal-hal

yang buruk tergantung pada sifat kelompok lingkungan

3. Faktor pendorong

1. Sikap petugas

Tatalaksana yang menunjang keberhasilan meyusui :

1) Bayi baru lahir segera diberikan pada ibu yang segera disusui

2) Merawat bayi bersama ibunya

3) Mengerjakan teknik meyusui yang benar

4) Mengerjakan cara mengeluarkan pengeluarab ASI

5) Jangan menjualkan pemberian ASI

6) Jangan memberikan kempleng atau dot pada bayi

2. Konsep dasar pemberian ASI

a. ASI

ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan bayi

hingga 6 bulan, asi adalah makan yang bergizi yang mudah dicerana

(Bunda,2008)

b. ASI Eklusif

ASI ekslusif atau lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya

diberikan air susu tanpa makanan tambahan lain, dianjurkan sampai 6

bulan dan disusui sedini mungkin ASI ekslusif adalah bayi hanya

10
diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan lain diberikan pada bayi

berumur 0-6 bulan (Dinkes,2008)

c. Manfaat pemberian ASI

1.Bagi bayi

ASI adalah maknan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan komposisi

nutrizi yang sesuai dengan perkembangan bayi sehat ASI mudah

dicerna oleh bayi.nutrizi yang terkandung sangat mudah diserap oleh

bayi. ASI kaya akan antibodi yang melindungi bayi dari penyakit atau

infeksi penyakit ASI dapat mencengah karies karena mengandung

mineral selinium

2. Bagi ibu

Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan Kontraksi rahim

,yang berarti mengurangi resiko pendarahan.memberikan ASI juga

membantu meperkecil rahim ke ukuran sebelum hamil menyusui (ASI)

dan juga membantu penurunan berat badan lebih cepat.

3. Bagi keluarga

Tidak pelu buang uang untuk membeli susu formula bayi sehat berarti Keluarga

mengeluarkan biaya lebih sedikit(hemat)

d. Tanda ASI cukup pada bayi

1. Bayi buang air kecil 5-6 x sehari

2. Bayi buang air besar 2x atau lebih sehari

3. Menggakhiri menyusui sendiri

4. Bayi rileks dan puas setelah minum

11
5. Bayi bertambah berat badan sekitra 750 gram – 1kilogram setiap

bulanya.

e. Komposisi yang terkandung dalam ASI

1. Protein

Protein ASI merupahkan bahan baku untuk pertumbuhandan perkembangan

bayi .protein ASI sangat cocok karna protein didalam hampir

seluruhnya terserap oleh oleh sistem pencernaan bayi.

2. Lemak

Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori

ASI antara 3,5-4,5% walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi

mudah diserat oleh bayi.

3. Mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi ASI

mengandung zat bessi yang mudah diserat dan lebih banyak (lebih

dari 50%) dan sangat diperluhkan untuk tumbuh kembang bayi

(prasetyono,2009)

4. Vitamin

ASI mengandung vitamina yang diperlukan bayi. Vitamin K yang berfungsi

sebagai katalisor pada proses pembekuan darah terhadap dalam ASI

dengan jumlah cukup dan mudah diserat (Prasetyo,2009)

5. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi

dibandingkan susu mamalia lain. Laktosa mempunyai manfaat lain

yaitu mempertinggi absobsi kalsium merangsang pertumbuhan

laktobasilusbifidus (Arif,2009)

12
f. Tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda diantaranya:

1. Kolustrum

a. Pengertian

Kolustrum adalah lipida struktural ( Pembentuka struktur sel) yang berfungsi

sebagai komponen yang dibutuhka Sekitar 80% dari kolestrol diproduksi

oleh hatiselebihnya maknan Yang mengandung kolestrol seperti

danging,telur dan produk Susu Kolustrum sangat berguna mebantu

pembentukan hormon,vitamn D dan lapisan dinding sel syaraf. Dan juga

mengembangkanjaringan otak padaanak-anak (silalahi,2006)

b. Manfaat

1) Kolustrum mengandung Zat kekebalan terutama IgA

(immunoglobulin) untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi dan juga

berguna untk menebalkan usus bayi yang belum terbentuk sempurna

sehingga dapat mencenga diare

2) Kolustrum mengandung vitamin A yang tinggi dan mengandung

karbohidrat dan rendah lemak sehingga kebutuhan gizi pada bayi

terpenuhi

3) Kolustrum juga membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran

bayi yang pertama berwarna hijau, hal ini juga dapat mengatasi bayi

masalah zat dalam tubuh yang menyebabkan bayi kuning

4) Kolustrum juga mmengandung beberapa zat dalam jumlah yang

tinggi seperti natrium,kalium dan kolestrol

g. faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1) Asupan makanan

13
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh maknan yangdikonsumsi oleh ibu,

oleh karna itu ibu pernahmenyantap maknan yang mengandung gizi

seimbang secara teratur

2) Kondisi ibu

Kondisi ibu tak akan pentingnya dalam kelencaran ASI, bila ibu dalam keadaan

stres ,cemas,khawatir tengang dan sebagainya ASI tidak akan turun

dari aveoli menunju puskesmas

3) Perawatan payudara

Perawatan payudara yang benar akan memperlancarkan produksi ASI. Oleh

karena itu semenjak ibu hamil sebaiknya rajin merawat payudara

4) Frekuensi bayi menyusui Frekuensi bayi menyusui atau memera ASI

mempengaruhi produksi ASI dan kelancaraN ASI

5) Pengaruh obat obatan lain

6) Alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui dapat

mempengaruhi jumlah produksi ASI

h. Tujuan langka keberhasilan ASI ekslusif

1) Mempersiapkan payudara ibu jika diperluh

2) Mempelajarai ASI dan tatalaksana menyusui

3) Menciptakan dukungan keluarga,teman dan sebagainya

14
4) Memilih tempat melahirkan

5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

ekslusif

6) Menciptakan suatu positif tentang ASI ekslusif dan menyusui

i. Faktor-faktor pendukung keberhasilan Pemberian ASI

1) Ibu harus yakkin bahwa mampu menyusui bayi

2) Ibu cukup minum (8-12glas perhari)

3) Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai

4) Perhatikan cara meletakan bayi dan cara meletakan puting pada

mulut bayi yang benar

5) Makin sering payudara diisap bayi makin banyak produksi ASI

3. Status Gizi

1) Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan

oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi yang

diperoleh dari zat pangan atau makanan yang dampak fisiknya dapat

diukur dengan antropometri . Salah satu pengukuran antropometri

yang digunakan dalam mengklasifikasikan status gizi berdasarkan

berat badan menurut Panjang Badan (BB/PB) (Supariasa, 2015).

2) Penilaian Status Gizi

a. Penilaian Secara Langsung yaitu :

a) Antropometri

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang melibatkan berat badan,

tinggi/ panjang badan, serta tekanan darah. Pengukuran dengan

15
antropometri dapat menggunakan tiga indikator yaitu BB/U, TB/U,

dan BB/TB. Dalam melakukan pengukuran tinggi/panjang badan

serta berat badan dengan antropometri harus dikonversikan nilai

standar (Z-score) WHO 2005 (Riskesdas, 2017).

Penggunaan antropometri adalah untuk pengukuran

ketidakseimbangan konsumsi karbohidrat dan protein terkait

dengan pertumbuhan fisik serta jaringan tubuh seperti lemak, otot,

maupun kandungan air di dalam Tubuh.(Supariasa, 2012).

b) Klinis

Penilaian klinis biasanya digunakan jika mengalami

ketidakseimbangan gizi pada jaringan epitel yaitu rambut, kulit,

mata, mukosa mulut serta kelenjar tiroid.

Penilaian klinis digunakan untuk melakukan deteksi cepat mengenai tanda klinis

secara umum dari kelebihan maupun kekurangan gizi (Supariasa,

2012).

c) Biokimia

Penilaian biokimia merupakan penilaian dengan diuji didalam

laboratorium, jaringan tubuh yang digunakan dalam penilaian ini

yaitu otot, darah, hati, tinja serta urine. Penilaian biokimia biasanya

dimanfaatkan dalam masalah kurang gizi secara spesifik

(Supariasa, 2012).

16
d) Biofisik

Penilaian biofisik digunakan dalam melihat kemampuan fungsi seperti perubahan

struktur dari jaringan. Penggunaannya biasanya pada kondisi

tertentu antara lain pada kasus rabun senja (Supariasa, 2012).

b. Penilaian Secara tidak Langsung yaitu :

1) Survey konsumsi makanan

Survey konsumsi makanan merupakan cara yang dapat

digunakan dengan melihat jenis maupun jumlah dari nutrisi

yang biasa dikonsumsi. Biasanya dapat dimanfaatkan dalam

mengidentifikasi kekurangan maupun kebutuhan dari zat gizi

(Supariasa, 2012).

2) Statistik vital

Statistik vital digunakan dalam menganalisis beberapa data

statistik seperti umur, angka kesakitan dan angka kematian.

Pengukuran ini digunakan untuk indikator pengukuran status

gizi masyarakat (Supariasa, 2012).

3) Ekologi

Penilaian dengan ekologi penting dilakukan untuk tahu akan

penyebab kejadian malnutrisi dalam masyarakat. Malnutrisi

merupakan kombinasi dari faktor fisik, biologis, dan lingkungan

budaya (Supariasa, 2012).

1.Indikator Antropometri

Indikator penilaian status gizi menurut Depkes 2015 dapat dilakukan dengan tiga

rumus, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. BB/U menyajikan

17
keadaan gizi secara umum dikarenakan berat badan

berhubungan positif dengan usia maupun tinggi badan. TB/U

menyajikan tentang ada atau tidaknya indikasi gangguan gizi

kronis yang diakibatkan oleh keadaan tertentu dalam jangka

waktu lama, antara lain keadaan kemiskinan, kebiasaan hidup

yang tidak sehat, serta pola asuh yang tidak tepat sejak lahir.

Indeks yang terakhir adalah BB/TB menyajikan indikasi

gangguan gizi bersifat akut yang diakibatkan oleh suatu kondisi

yang singkat misalnya adalah wabah penyakit dan bencana

kelaparan (Depkes 2015).

2. Klasifikasi Status Gizi

Status gizi diklasifikasikan berdasarkan tiga rumus, yang

pertama adalah BB/U digunakan untuk mengklasifikasifikasikan

gizi buruk, gizi kurang (underweight), gizi baik, maupun gizi

lebih (overweight). Kedua adalah BB/TB yang digunakan untuk

mengklasifikasikan kurus sekali, kurus (wasting), serta gemuk

(obesitas). Terakhir adalah TB/U yang digunakan untuk

menentukan sangat pendek, pendek (stunting), dan tinggi

normal. Klasifikasi tersebut mengacu pada standar Z-score

WHO 2005. Penilaian status gizi berdasarkan Zscore adalah

sebagai berikut :

Z-score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku

Rujukan

Keterangan :

18
Z-score : Skor standar WHO 2005 dalam Kemenkes 2010

Nilai individu subjek : BB balita

Nilai median baku rujukan : Nilai standar WHO-NCHS

Nilai simpang baku rujukan :Selisih nilai median dengan nilai baku rujukan

TABEL 1.1 Klarifikasi Status Gizi Menggunakan Z-Score

Berdasarkan BB/U, TB/U.BB/TB

Indeks Kategori Ambang batas Z-score


Berat badan menurut Gizi Lebih >2 SD

umur Gizi Baik -SD s/d 2 SD

Gizi Kurang -3 SD s/d <2

Gizi Buruk <-3SD

Tinggi Badan menurut Tinggi >2SD

umur (TB/U) Normal -SD s/d 2 SD

Pendek -3SD s/d <2 SD

Sangat Pendek <3SD


Berat badan menurut Gemuk >SD

tinggi badan Normal -SD s/d 2 SD

Kurus -3SD s/d <2SD

Samgat Kurus <-3SD

3. Tumbuh kembang dan Kebutuhan Gizi Bayi usia 6-12 Bulan

1) Pengertian Bayi

19
Bayi adalah makhluk yang hadir kedunia dengan sebuah mekanisme

bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan

berupa kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuh

kembangnya "benih sifat pengasih" yang secara alami telah ada dalam

dirinya (Supariasa 2015).

Tumbuh kembang Bayi usia 0-6 Bulan dan stimulasi

pendukungnya.Berikut gambaran umum tumbuh kembang bayi umur 0-6

bulan:

a) Tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan

Mulai mampu mengontrol gerakan-gerakan otot-ototnya,

menggerakkan tangan dan kakinya, ketika dia bergerak seolah-olah

kejang itu adalah cara dia belajar mengendalikan diri.

b) Tumbuh kembang bayi usia 1,5 – 3 bulan

Umumnya sudah mulai mampu mengangkat kepala di posisi telungkup. Aktif

belajar mengontrol dan mengendalikan gerakan otot tangan dan kaki,

menggenggam benda-benda kecil disekitar atau yang diberikan

kepadanya.

c) Tumbuh kembang bayi usia 3 – 6 bulan

Motorik kasar Mampu mengangkat dan menahan kepalanya beberapa saat

lamanya. Mampu menggunakan kedua tangan untuk menahan

tubuhnya sambil bergerak maju pada posisi ditelungkupkan. Motorik

halus Mampu menggunakan kedua tangan untuk meraih dan

menggenggam sebuah benda. Mulai memasukkan semua benda yang

dipegangnya ke dalam mulut untuk mengenal benda-benda/mainannya

(Supariasa, 2012).

20
1. Kebutuhan zat gizi bayi

Di usia 0 hingga 6 bulan, sumber gizi bayi adalah air susu ibu (ASI). ASI

mengandung gizi yang sangat lengkap sehingga sudah mencukupi

standar kebutuhan gizi bayi. Sementara bagi bayi di usia lebih dari 6

bulan memerlukan asupan makanan pendamping ASI sebagai tambahan

sumber gizi bayi.

Berikut ini daftar standar kebutuhan gizi bayi untukmemenuhi angka

kecukupan kalori tersebut :

a) Karbohidrat

Karbohidrat yang diperlukan tubuh bayi berkisar antara 40% dari

kebutuhan kalori bayi.

b) Protein

Protein yang diperlukan sebesar 10% dari jumlah kebutuhan kalori per

hari.

c) Lemak

Lemak yang diperlukan sebanyak 40 sampai 50% daritotal kebutuhan

kalori. Selain itu, kebutuhan gizi bayiakan vitamin dan mineral juga

harus dipenuhi. Berikut ini sebagian daftar standar kebutuhan gizi bayi

per hari untuk usia 7 sampai 12 bulan terhadap vitamin dan mineral

yang direkomendasikan oleh Depkes 2015. (Supariasa, 2012).

21
Tabel 1.2.Kebutuhan Vitamin dan Mineral pada Bayi usia 6-12

Bulan Menurut Depkes 2015

Vitamin dan mineral Kebutuhan


Vitamin D 5 mg
Vitamin E 5 mg
Vitamin K 2,5 mg
Vitamin B6 0,3 mg
Vitamin folat 80 mg
Vitamin B12 0,5 mg
Kolin 150 mg

Vitamin C 50 mg

Kalsium 570 mg

Fosfor 275 mg

Magnesium 75 mg

Zat besi 11 mg

Zinc 3 mg

22
C. Kerangka Konsep

Pengetahuan ibu tentang


pemberian ASI ekslusif

Pendidikan Status Gizi pada bayi usia


6-12 bulan

Dukungan Keluarga

23
Keterangan:

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian ASI
ekslusif dan status gizi Pada bayi 6-12 bulan
B. Waktu dan lokasi penelitian
1. Waktu
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Februari tahun 2020
2. Tempat penelitian
Penelitian ini di lakukan
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6-12
sebanyak 50 orang
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini diambil secara total sampling yaitu dengan
sampel diambil secara keseluruhan berjumlah 50 bayi yang usia 6-12 bln ,
kriteria yang ditentukan sebgai berikut:
a. Inslusi:
Ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan bersedia menjadi sampel
b. Esklusi:
Ibu yang tidak memiliki bayi 6-12

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur skala


Oprasional
1 Tingkat Pengetahuan Wawancara Kuesioner Baik: jika Ordinal

24
Pengetahuan ibu rumah responden
ibu menyusui tangga menjawab ≥ 60%
tentang dari total jawaban
Pemberian nenar tidak baik:
ASI pada bayi jika skor jawaban ≤
usia 6-12 bln 60% dari totaal
jawaban benar
( sugiyono)

Dacin/ Gizi buruk jika <- Nominal


2 Status gizi Status gizi Masukan timbangan 3SD
bayi yang Bayi yang Gizi kurang jika
diukur secara kedalam berkapasitas -3 SD s/d<2SD
antropometri gendongan 25 kg Gizi baik jika -2 SD
menggunakan lalu, kaitkan dengan s/d 2SD
indeks berat gendongan ketelitian Gizi lebih jika >2SD
badan untuk ke 0,01 kg
umur (BB/U timbangan Sangat pendek
jika:<-3 SD
Pendek jika:-3 s/d<
-2SD
Normal jika:-2 SD
s/d 2 SD
Tinggi jika:>2 SD

Sangat kurus jika:-3


SD s/d<-2SD
Normal jika:-2 SD
s/d 2 SD
Gemuk :>2SD

E. Cara pengumpulan data


1. Data primer
Jenis data primer yaitu data yang diproleh dengan cara membagikan kuesioner
yang mengharuskan responden untuk menjawab beberapa pertanyaan
dengan cara melakukan pengisian kuesioner
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diproleh dari puskesmas halong
F. Bahan/ instrument penelitianBahan dan istrument yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :kuesioner atau daftar pertayaan, meliputi gambaran tingkat
pengetahuan ibu menyusuitentang pemberian ASI ekslusif dan status gizi
pada bayi 6-12 bln
G. Cara pengolahan dan analisa data
Data yang digunakan atau diperoleh dari lapangan dan diola mengunakan teknik:

25
1. Editing
Melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian meliputi
kelengkapan identitas dan jawaban yang diperoleh responden

2. Coding
merupakan kode berupa penomoran denngan teliti pada setiap kuesioner yang
diisi oleh responden untuk kemudian untuk memperoleh proses
pengolahan data

3. Trafering
Memidahkan jawaban/kode jawaban media tertentu
misalnya master tabel atau kartu kode

4. Tabulating
Memasukan datra kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasi
H. Penyajian data
Data-data tersebut diatas diolah secara manual dengan menggunakan
kalkulator serta disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dinarasikan
dengan menjelaskan

26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

N0 Penulis, Judul Tujuan Jenis intrumen Hasil


tahun Penelitian/ penelitian
artikel
1 Desi Gambaran Untuk Pendekatan Kuesioner Hasil: Anak Balita yang
Setiandar pengetahuan mengetahui scross gizi buruk sebanyak
Lili gizi ibu dan gambaran sectional 4,7% gizi kurang
Rahmawati, Pemberian pengetahuan 18,1%, gizi baik 76,3%
tahun 2018 ASI ekslusif gizi ibu dan dan gizi lebih 9,0% . ibu
kaitanya pemberian dengan pengetahuan
dengan status ASI ekslusif kurang sebanyak
gizi pada balita kaitanya 78,1% , Pemberian ASI
diwilayah kerja dengan ekslusif baru mencapai
puskesmas status gizi 47,9%. Kejadian gizi
sayung II pada balita buruk pada balita
kecamatan cenderung terjadi pada
sayung ibu yang memiliki
kabupaten pengetahuan yang
demak kurang yaitu 5,4%
dibandingkan dengan
ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik
yaitu 2,1%. Balita yang
diberikan ASI ekslusif
memiliki status gizi
buruk yaitu5,8% lebih
tinggi dibandingkan
balita yang tidak
diberikan ASI ekslusif

27
yaitu 3,6%. Pada bayi
menunjukan kejadian
gizi buruk cenderung
dialami oleh bayi atau
balita dengan riwayat
tidak diberikan ASI
eklusif yaitu 7,1%
sementara diberikan
ASI ekslusif tidak ada
yang gizi buruk

2. Sisca Putri Gambaran Untuk Pendekatan Deskriptif/menga Hasil: Sebagian besar


utami, Status Gizi mengetahui scross mbarkan (73%) balita
Marni, Pada Balita gambaran sectional mempunyai status gizi
Retno diPosyandu status gizi normal sebanyak (13%)
Ambarwati, dusun gayam pada balita balita yang mempunyai
Tahun setrorejo status gizi gemuk,
2016 sedangkan status gizi
kurus dan kurus sekali
mempunyai presentasi
yang sama yaitu (6%),
sebagian besar
stimulasi tumbuh
kembang pada balita
adalah baik sebanyak
18 responden (60%).
Sebagian besar
makanan dari balita
adalah: ikan, dan sayur
jumlah 15 balita (50%).
Sebagian besar
responden memiliki
riwayat pemberian ASI
ekslusif dengan jumlah
19 balita (63%).

3. Rahayu Hubungan Tujuan Analitik Kuesioner Hasil menunjukkan


Seni dkk Pengetahuan, penelitian dengan bahwa terdapat
(2019 sikap,perilaku untuk pendekatan hubungan antara
dan menganalisis case pengetahuan (p=
karakteristik hubungan control 0,006), dan perilaku
ibu tentang pengetahuan pemberian ASI
ASI ekslusif ,sikap,perilak eksklusif (p=0,013)
dengan status u dan dengan status gizi bayi.
gizi pada bayi karakteristik Selain itu, karakteristik
Ibu terhadap ibu yaitu umur dan

28
pemberian paritas berpengaruh
ASI eksklusif sebesar 4,3 kali dalam
dengan status gizi bayi
status gizi
bayi.

4. Laelatunnis Hubungan Untuk Cross- Kuesioner Hasil: balita yang masih


a, Th. pemberian ASI mengetahui sectional diberikan ASI sebesar
Ninuk Sri dengan status hubungan 77,3% mempunyai
Hartini, gizi balita usia pemberian ststus gizi baik, balita
Nugroho 6-23 bulan di ASI dengan yang mempunyai status
susanto, kelurahan ststus gizi gizi kurang sebesar
tahun 2019 klitren balita usia 6- 16% , Balita yang
gondokusuma 23 bulan mempunyai status gizi
n yogyakarta lebih besar 4% dan
balita yang mempunyai
status gizi buruk
sebesar 2,7%. 52,9%
balita yang sudah tidak
diberikan ASI
mempunyai status gizi
baik, balita yang
mempunyai status gizi
kurang sebesar 35,3%,
dan balita yang
mempunyai sttatus gizi
lebih dan buruk
sebesar 5,9%. Tidak
terdapat hubungan
yang signifikan antara
pemberian ASI dengan
Status gizi balita usia 6-
23 bulan (P<0,05

5. Nadya Ayu Hubungan Untuk Cross- Kuesioner Hasil pengukuran


ginanti, pemberian ASI mengetahui sectional dengan antropometri
Dina dengan Status pemberian diukur menggunakan
Rahayunin gizi bayi usia ASI ekslusif indeks BB/U,
g P, M.Zen 0-6 bulan pada bayi PB/U,BB/PB
Rahfiludin diwilayah kerja usia 0-6 Menunjukan satu bayi
Mahasiswa puskesmas bulan (4,8%) kurang gizi pada
peminatan gayamsari bayi yang belum
gizi , tahun kota semarang diberikan ASI, satu bayi
2017 (4,8%) yang
kekurangan nutrisi yang
tidak diberikan Bayi
ASI ekslusif , satu bayi
(4,8%) adalah kurus
pada gizi bayi yang
diberikan ASI ekslusif

29
dan bayi (14,3%) bayi
kurus tidak diberikan
ekslusif menyusui.

B. PEMBAHASAN

1. Gambaran tingkat pengetahuan tentang ASI ekslusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar
langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan
makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena
langsung diminum dari payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi
dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6
bulan pertamanya.ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal serta melindungi anak dari penyakit.
Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan,
enzim pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk
memenuhi kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung
karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral
secara lengkap yang sangat cocok dan mudah diserap secara
sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal bayi yang
sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu (Soetjiningsih, 2012).

Pemberian ASI berarti memberikan zat gizi yang bernilai gizi


tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
syaraf dan otak, memberikan zat kekebalan terhadap penyakit dan
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.Pemberian ASI
secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama kehidupan
merupakan suatu misi primer dalam program kesehatan
masyarakat dunia yang direkomenda sikan oleh World Health
Organization (WHO).
Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi.
Beberapa manfaat ASI bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap
infeksi gastrointestinal, menurunkan risiko kematian bayi akibat diare
dan infeksi, sumber energi dan nutrisi bagi anak usia 6 sampai 23
bulan, serta mengurangi angka kematian di kalangan anak-anak yang
kekurangan gizi. Sedangkan manfaat pemberian ASI bagi ibu yaitu
mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara, membantu
kelancaran produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan
kehamilan dalam enam bulan pertama setelah kelahiran, dan
membantu mengurangi berat badan lebih dengan cepat setelah
kehamilan (WHO, 2016a).
Bagi keluarga, pemberian ASI Eksklusif akan membawa manfaat
dari aspek ekonomi. Bayi yang diberikan ASI Eksklusif 0-6 bulan oleh

30
ibunya akan menghemat biaya pengeluaran keluarga, yaitu tidak ada
biaya yang keluar untuk membeli susu formula ataupun makanan
tambahan lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Desi Setiandar Lili Rahmawati, tahun
2018, didapati sebagian ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan
yang mempunyai tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
ekslusif yang baik sebanyak 2,1% kurang baik sebanyak 5,4%.
Pengetahuan ibu mengenai keunggunlan ASI dan cara pemberian ASI
yang benar akan menunjukan keberhasilan menyusui.
Hal ini juga sejalan dengan Rahayu Seni dkk (2019) yaitu Hasil
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan (p=
0,006), dan perilaku pemberian ASI eksklusif (p=0,013) dengan status
gizi bayi. Hal ini sejalan pula dengan Khofiyah, 2019 di mana hasil
penelitiannya pada variabel pengetahuan ibu dengan nilai uji statistic
regresi logistic didapatkan p-value = 0,006 dan nilai OR = 9,42 (CI:
1,89-46,9) dapat diartikan bahwa ibu yang tahu tentang ASI Ekslusif
berpeluang 9,42 kali untuk berhasil dalam memberikan ASI Ekslusif
dibandingkan ibu tidak tahu mengenai ASI Ekslusif.
Penelitian ini jugaa sejalan dengan Laelatunnisa, Th. Ninuk Sri
Hartini, Nugroho susanto, tahun 2019, menunjukan bawah terdapat
hubungan antara pengetahuan dan juga status gizi bayi yaitu balita
yang masih diberikan ASI sebesar 77,3% mempunyai ststus gizi baik,
balita yang mempunyai status gizi kurang sebesar 16% , Balita yang
mempunyai status gizi lebih besar 4% dan balita yang mempunyai
status gizi buruk sebesar 2,7%. 52,9% balita yang sudah tidak
diberikan ASI. hubungan yang signifikan antara pemberian ASI
dengan Status gizi balita usia 6-23 bulan (P<0,05.
Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh
kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan kualitas sumber daya manusia secara umum
(Rahman, 2017).
Pengetahuan juga merupahkan Hasil simulasi informasi yang
diperhatikan dan di ingat. Informasi tersebut bisa berasal dari
pendidikan formal maupun non formal,percakapan,membaca,
mendengar radio, menonton televisi, dan pengalaman hidup ( wawan
dan dewi 2016). Menurut asumsi penelitian pengetahuan ibu
merupahkan faktor penting untuk mendukung keberhasilan pemberian
ASI ekslusif pada bayinya. Karena semakin tinggi pendidikan dan
semakin banyak pengetahuan maka semakin mudah menerima
informasi yang dimilikinya. Sebaliknya pengetahuan yang kurang
akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
nilai yagng diperkenalkan.
2. Gambaran tentang Status Gizi

31
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan,
dan lainnya). Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran
kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energy
yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok
yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat
gizi yang diperoleh dari zat pangan atau makanan yang dampak
fisiknya dapat diukur dengan antropometri

Bayi sampai anak usia 5 tahun (Balita) dalam ilmu gizi


dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap
kekurangan gizi termasuk Kekurangan Energi Potensial (KEP).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,
pada masabalita ini perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya.Usia balita merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, sehingga sering disebut periode emas
sebab dalam periode ini terjadi perkembangan saraf otak
khususnya mielinisasi sekaligus periode kritis. Periode emas dapat
tercapai.

Menurut Laporan Global Nutrition pada tahun 2017


menunjukkan masalah status gizi di dunia diantaranya prevalensi
wasting (kurus) 52 juta balita (8%), stunting (pendek) 115 juta balita
(23%), dan overweight 4 juta balita (6%) (UNICEF dan WHO, 2017).
Prevalensi underweight di dunia tahun 2016 berdasarkan lingkup
kawasan World Health Organization (WHO) yaitu Afrika 17,3%
( 11,3 juta), Amerika 1,7% ( 1,3 juta), Asia Tenggara 26,9% (48
juta),Eropa 1,2% (0,7 juta), Mediterania Timur 13% (10,5 juta),
Pasifik Barat 2,9% (3,4 juta), sedangkan secara global didunia
prevalensi anak usia dibawah lima tahun yang mengalami
underweight ialah 14% (94,5 juta) (WHO, 2017).

Hasil pengukuran status gizi menurut Pemantauan Status Gizi (PSG)di Indonesia
dengan indeks BB/TB pada balita 0-23 bulan,mendapatkan
prevalensi sangat kurus sebesar 3,7%, kurus 8,9%, normal
83,1%dan gemuk 4,3%. Dari 34 provinsi yang ada di Indonesia,
provinsi dengan prevalensi tertinggi dan terendah dengan sangat
kurus dan kurus adalah provinsi Maluku. Menurut PSG tahun 2015-
2016 di Sumatera Barat, bahwasanya persentase balita usia 0-23
bulan berdasarkan indeks BB/TB pada tahun2016 mengalami

32
sangat kurus sebesar 2,3%, kurus 8,8%, normal 85,7%, dan gemuk
3,2% (KemenkesRI,2017).

Bertambahnya usia bayi mengakibatkan bertambah pula


kebutuhan gizinya, ketika bayi memasuki usia 6 bulan ke atas maka
kebutuhan beberapa elemen seperti karbohidrat, vitamin dan
protein tidak dapat terpenuhi oleh ASI saja oleh sebab itu bayi 6
bulan memerlukan makanan pendamping ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizinya. Perilaku ibu dalam pemberian MP ASI baik dari
segi ketepatan waktu,jenis makanan maupun jumlah makanan
ditentukan oleh pengetahuan ibu terhadap MP ASI.

Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat penting dalam


meningkatkan status gizi anaknya.Mulai dari menentukan, memilih,
mengolah sampai dengan menyajikan menu gizi sehari-hari.
(Departemen Kesehatan RI, 2007).

Berdasarkan data dari penelitian Desi Setiandar Lili Rahmawati


tahun 2018, ada beberapa balita yang gizi buruk sebanyak 4,7%
gizi kurang 18,1%, gizi baik 76,3% dan gizi lebih 9,0%
Berdasarkan data dari penelitian Sisca Putri utami, Marni,
Retno Ambarwati, Tahun 2016 Sebagian besar (73%) balita
mempunyai status gizi normal sebanyak (13%) balita yang
mempunyai status gizi gemuk, sedangkan status gizi kurus dan
kurus sekali mempunyai presentasi yang sama yaitu (6%),

Berdasarkan data dari penelitian Nadya Ayu ginanti, Dina


Rahayuning P, M.Zen Rahfiludin Mahasiswa peminatan gizi , tahun
2017 , pengukuran dengan antropometri diukur menggunakan
indeks BB/U, PB/U,BB/PB Menunjukan satu bayi (4,8%) kurang
gizi pada bayi yang belum diberikan ASI, satu bayi (4,8%) yang
kekurangan nutrisi yang tidak diberikan Bayi ASI ekslusif , satu bayi
(4,8%) adalah kurus pada gizi bayi yang diberikan ASI ekslusif dan
bayi (14,3%) bayi kurus tidak diberikan ekslusif menyusui

Gizi baik atau gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat yang
digunakan secara efisien, sehinggah memungkinkan pertumbuhan
fisik,pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
umum pada tingkat setinggi mungkin. Statusngizi kurang bila tubuh
menjadi kekurangan satu atau lebih zat-zat lebih esenzial.

Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap


kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap
pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
dengan produktifitas optimal.

33
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahan tentang gambaran pengetahuan ibu
dan status gizi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.Sebagai responden memiliki pengetahuan tentang ASI ekslusif
sehingga masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif
kepada anaknya
2.Sebagian besar juga responden tidak mengetahui informasi tentang
ASIekslusif dan maanfaatnya dikarenakan pengetahuan, pendidikan
dan pekerjaan ibu
B. SARAN
Diharapkan kepada ibu- ibu agar dapat memberikan ASI ekslusif
kepada anaknya, karena ASI itu baik untuk bayi agar bayi tersebut
mendapat gizi yang baik

34
DAFTAR PUSTAKA

Bunda,(2008), ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang


dibutuhkan bayi hingga 6 bulan, asi adalah makan yang bergizi
yang mudah dicerana
Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar,
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Depertemen Kesehatan RI (2015) ,Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak
Diza fathamira hamza,2018,Pengaruh Pemberian Asi Ekslusif
terhadap berat badan bayi usia 4-6 bulan diwilayah kerja
puskesmas langsa kota.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Buku Saku Pementauan Status
Gizi
LiretaL,
(2018),https://www.researchgate.net/publication/335226020_Hubu
ngan_pengetahuan_sikap_perilaku_dan_karakteristik_ibu_tentang
_ASI_eksklusif_terhadap_status_gizi_bayi diakses pada 08 januari
2020
Nilakesuma.A,(2015), Hubungan Status gizi bayi dengan pemberian
Asi ekslusif.jurnal kesehatan
Nislawaty .(2018) Faktor-Faktor yang berhubungan dengan
Pemberisan ASI pada bayi dikelurahan Langgini wilaya kerja
puskesmas Bangkinang kota kabupaten Kampar tahun 2018,
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Notoatmojo,S,(2003) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan .Rineka
cipta jakarta
Notoadmojo,(2016), Pengetahuan yang cukup dalam demain kognitif
Notoadmojo(,2012)https://www.academia.edu/22350334/BAB_II_TINJ
AUAN_PUSTAKA_2.1_Konsep_Dasar_Pengetahuan_2.1.1_Pen

35
gertian_Pengetahuan diaskes pada 08 januari 2020 diwilayah
kerja puskesmas Air dingin kota padang.
Nurfahidayah,S.(2019) Faktor yang berhubungan dengan Pemberian
ASI ekslusif
Profil kesehtan tahun (2013),ASI membantu pertumbuhan dan
Perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak
dari penyakithttps://www.slideshare.net/mansurasayful/profil-
kesehatanindonesia2013 diakses pada 19 desember 2019
Puspita,S.,Pujiastuti,W.,Sit,S & Kes,(2015), Hubungan Pemberian Asi
Ekslusif terhadap status gizi pada bayi usia 7-8 bulan diwilaya
puskesmas Tlogomulyo,Kabupaten Temanggungn tahun 2014,
Kebidanan
Roesli, Utami.(2004).ASI Ekslusif menyusui dini Plus ASI Ekslusif.
Rosita ,S.(2006) ASI untuk Kecerdasan Bayi,Ayyana,Yogyakarta
Rahman,(2017),Rendanya pemberian ASI merupahkan ancaman bagi
tumbuh kembang anak yang akan tepengaruh pada
pertumbuhan dan perrkembangan kualitas sumber daya manusia
secara umum
Soetjiningsih. 2012. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Srinigsih, I,. (2011). Faktor Demografi, Pengetahuan Ibu Tentang Air
Susu Ibu Dan Pemberian ASI Eksklusif . Jurnal Kesehatan
Masyarkat . 6(2). Januari 2011.
Simanungkalit,H,M.2018.Status pekerjaan dan pengetahuan ibu
menyususi terhadap pemberian ASI ekslusif. Jurnal info
Kesehatan. https://doi.org/10.31965/infokes.vol16.iss2.222
Supraisa. (2012). Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC.
Widyaastuti, E. (2015) gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusui
tentang asi ekslusif pada bayi 6-12 bln
World Healt organization (2018) tentang Asi ekslusif yang baik bagi
bayi

36
37

Anda mungkin juga menyukai