Anda di halaman 1dari 48

1

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN


STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN

Sebagai Salah Syarat

Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Kesehatan

Pada Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Maluku

Disusun dan Diajukan Oleh:

MARLEN LESNUSSA

NIM: PO7131017058

PROGRAM STUDI GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

2020
2

HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DAN

STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN

Disusun dan Diajukan Oleh:

MARLEN LESNUSSA
NIM: PO7131017002

Pembimbing

Muhammad Asrar,SKM.,MPH Tanggal 2020


Nip: 19740701 1998032002
3

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diseminarkan dihadapan Tim penguji

Usulan Penelitian pada Program Studi Gizi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku, pada tanggal Isi tgl sesuai tgl kemarin ujian proposal

Desember 2019 dan dinyatakan telah diterima dan dapat dilanjutkan

menjadi Karya Tulis Ilmiah.

Susunan Tim Penguji

Ketua,

Muhammad Asrar,SKM.,MPH

NIP: 197601172000121001

Anggota

Penguji II Penguji III

Inamah.SKM.M.,Kes Michran Marsaoly.SKM.,MPH


NIP: 19760508081999032003 NIP: 19760508081999032003
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

anugerahnya yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan

Ibu Tentang Pemberian Makananan Pendamping ASI (MP-ASI) Dan

Status Gizi Balita” dengan baik.

Terima kasih juga penulis ucapkan dengan rasa hormat kepada

ibu pembimbing Muhammad Asrar.SKM.,MPH yang telah membimbing

dan menuntun penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, serta

selalu memberikan motivasi dan arahan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada :

1. Hairudin Rasako,S.KM.,M.Kes selaku direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mendaptakan ilmu dari Politeknik Kesehatan Kemenkes

Maluku

2. Mahmud,S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Maluku serta sebagai Pembimbing Akademik yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan selama mengikuti pendidikan.

3. Michran Marsaoly.SKM.,MPH. selaku Penguji I yang telah

membimbing dan memberikan masukan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini.
5

4. Inamah.SKM.M.,Kes. selaku Penguji II yang telah membimbing dan

memberikan masukan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua (Ayah

Bapak Frets Lesnussa dan Ibu Yohana Matulessy), dan Semua

keluarga yang selalu membimbing dan selalu memberikan perhatian

serta sebagai penyemangat bagi penulis.

6. Teman – teman seperjuangan angkatan 2017 D3 Gizi yang sama –

sama berjuang dan selalu memberi motivasi..

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi menuju kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Ambon, 2020

Pen

ulis
6

ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANANAN


PENDAMPING ASI (MP-ASI) DAN STATUS GIZI BALITA
Marlen Lesnussa
Latar Belakang:Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan
makanan atau minuman tambahan yang mengandung zat gizi dan
diberikan mulai usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain
dari ASI. Setelah bayi berusia 6 bulan, kebutuhan zat gizi makin
bertambah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi,
sementara produksi ASI mulai menurun, karena itu bayi membutuhkan
makanan tambahan yang tidak tepat kualitas dan kuantitasnya dapat
menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada gangguan pertumbuhan
dan perkembangan apabila tidak segera diatasi (Multalib, 2014). World
Health Organization merekomendasikan untuk memberikan ASI secara
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan MP-ASI sejak bayi
berusia 6-24 bulan diteruskan dengan pemberian ASI samapai dengan 2
tahun atau lebih.
Tingkat pendidikan ibu dan pengetahuan ibu merupakan faktor yang
penting untuk mendukung keberhasilan pemberian makanan pendamping
asi pada balita, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai nilai yang
diperkenalkan (Fikawati, 2012).
Tujuan penelitian:ini adalah untuk menjelaskan Tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi balita.
Jenis penelitian:yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan, yaitu studi yang objek penelitiannya berupa karya-karya
kepustakaan baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel dalam media massa,
maupun data-data statistika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan tentang Makanan pendamping ASI dalam kategori cukup.
Hal ini dikarenakan oleh tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu yang
baik. Sehingga ibu memahami manfaat dari MP-ASI, baik dari segi
pemilihan bahan,pengolahan,variasi makanan, dan pola pemberian yang
tepat dan untuk status gizi sebagian besar balita dalam kategori gizi baik
berdasarkan indeks BB/U,TB/U dan BB/PB
Kata Kunci : Pengetahuan, Makanan Pendamping, Status Gizi
7

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul.....................................................................................i
Halaman Persetujuan..........................................................................ii
Kata Pengantar...................................................................................iii
Daftar isi..............................................................................................iv
Daftar Tabel.........................................................................................v
Daftar Lampiran...................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori..........................................................................6
B. Kerangka Konsep.....................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.........................................................................14
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian....................................................14
C. Populasi Dan Sampel ..............................................................14
D. Variabel dan definisi Oprasional...............................................15
E. Teknik Atau Cara Pengumpulan Data......................................15
F. Bahan atau Instrumen Penelitian.............................................16
G. Jalanya Penelitian....................................................................16
H. Cara Pengumpulan Dan Analis Data.......................................17
DAFTAR PUSTAKA
8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang

keluar langsung dari payudarah seorang ibu untuk bayi. ASI

merupakan makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan

bersih karena langsung diminum dari payudarah ibu. ASI

mengandung semua zat gizi dan cairan yang mengandung semua zat

gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi

di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI terbagai menjadi 3 yaitu kolostrum.

ASI masa peralihan dan ASI mature. Kolestrum adalah susu yang

keluar pertama, kental , berwarna kuning dan mengandung protein

tinggi dan sedikit lemak (Walyani , 2015).

Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan,

enzim pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk

memenuhi kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung

karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, air , kartinin dan mineral

secara lengkap yang sangat cocok dan mudah diserap sacara

sempurna dan sama sekali tidak menggangu fungsi gijal bayi yang

sedang dalam tahap pertumbuhan (Soetjiningsih, 2015 ).

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan atau

minuman tambahan yang mengandung zat gizi dan diberikan mulai

usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI.
9

Setelah bayi berusia 6 bulan, kebutuhan zat gizi makin bertambah

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi, sementara

produksi ASI mulai menurun, karena itu bayi membutuhkan makanan

tambahan yang tidak tepat kualitas dan kuantitasnya dapat

menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada gangguan

pertumbuhan dan perkembangan apabila tidak segera diatasi

(Multalib, 2014).

Usia penyapihan 6-24 bulan merupakan usia yang sangat

rawan karena pada usia ini merupakan masa peralihan dari ASI ke

pengganti ASI atau ke makana n sapihan. Pemberian MP-ASI yang

tidak tepat dalam jumlah yang cukup baik dari segi kuantitas maupun

kualitas. Akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan kekurang

gizi. (Chandradewi, 2014).

Pemberian MP-ASI akan berkontribusi pada perkembangan

optimal seorang anak bila dilakukan dengan tepat. Sebagai panduan

pemberian MP-ASI Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

mensyaratkan 4 hal berikut diantaranya ketepatan waktu,

adekuat(mencukupi), bersih dan aman. (Almatsier,2009)

Periode pemberian MP-ASI pada bayi tergantung sepenuhnya

pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena

itu pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan karena pengetahuan

tentang MP-ASI dan sikap yang baik terhadap pemberian MP-ASI

akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun menu yang baik


10

untuk dikonsumsi oleh bayinya. Pada keluarga dengan pengetahuan

tentang MP-ASI yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan

makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak balita

karena ketidaktahuan ibunya. ( Bahri,2011) dalam Skripsi

Sheptriani,2019)

Pengetahuan ibu adalah suatu faktor yang penting dalam

pemberian makanan tambahan pada bayi karena dengan

pengetahuan yang baik, ibu tahu kapan waktu pemberian makanan

yang tepat. Ketidaktahuan tentang akibat pemberian makanan

pendamping ASI dan cara pemberiannya serta kebiasaan yang

merugikan kesehatan ,secara langsung ataupun tidak langsung

menjadi penyebab masalah gizi kurang pada anak, khususnya anak

usia dibawah 2 tahun( Aryani,2008)

World Health Organization merekomendasikan untuk

memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan

memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6-24 bulan diteruskan dengan

pemberian ASI samapai dengan 2 tahun atau lebih. Standar ini

direkomendasikan karena terbukti dapat menurunkan angka kematian

anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu sesuai dengan Millenium

Development Goals keempat dan kelima. Resiko kematian balita yang

diberikan ASI dan MP-ASI dengan baik dapat menurun sebesar 13% .

Pemberian MP-ASI yang tepat mulai usia 6 bulan akan mengurangi

risiko malnutrisi (Retno,2013) ).


11

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian

makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan status gizi balita

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian

ASI (MP-ASI) dan status gizi balita.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian

makanan pendamping MP-ASI

b. Untuk mengetahui status gizi balita berdasarkan indeks BB/U,

TB/U dan BB/TB atau BB/PB balita

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat membantu penulis untuk

menambah wawasan , pengetahuan dan pengalaman serta

ketrampilan kepada ibu yang memberikan makanan tambahan

pada bayi

2. Bagi peneliti

Sebagai bahan bacaan ilmah sekaligus sebagai tambahan

pustaka. Sehingga menjadi bahan atau data bagi mereka yang

ingin mengadakan penelitian serupa .


12

3. Bagi tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan

pemasukan bagi pengelolah KIA untuk meningkatkan

pengetahuan ibu menyesui yang dapat di puskesmas halong.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu tyang terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan ini melalui panca inra manusia yakni indra

penglihatan, indra pendengaran, penciuman,rasa dan raba

namun sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

penglihatan dan pendengaran. (Notoatmodjo,2012)

2. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

a. Pengertian tentang MP-ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan

makanan atau minuman tambahan yang mengandung zat gizi

dan diberikan mulai usia 6-24 bulan untuk memenuhi

kebutuhan gizi selain dari ASI. Setelah bayi berusia 6 bulan,

kebutuhan zat gizi semakin bertambah seiring dengan

pertumbuhan dan perkembangan bayi, sementara produksi

ASI mulai menurun, karena itu bayi membutuhkan makanan

tambahan sebagai makanan pendamping ASI. Pemberian

makanan tambahan yang tidak tetap kualitas dan

kuantitasnya dapat menyebabkan gizi kurang yang


14

berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan

apabila tidak segera diatasi (Mutalib,2014)

Masa bayi merupakan kelompok masyarakat rawan gizi

dimana prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok

tersebut. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) kementrian

kesehatan 2018 menunjukan kecendrungan prevalensi anak

balita pendek atau stunting sebesar 30,8%. Angka ini

menurun 6,4% dibandingkan angka kasus berdasarkan

Riskesdas 2013 yaitu sebesar 37,2%. Namun jumlah tersebut

masih jauh dari angka minimum stunting yang di tetapkan

WHO yaitu 20% . Demikian juga dengan kasus gizi kurang

atau underweight pada tahun 2018 yaitu sebesar 17,7%.

b. Syarat Pemberian MP-ASI

Makanan bayi dan balita jelas berbeda dengan makanan

orang dewasa. Makanan pendamping ASI yang baik

harus memenuhi syarat utama, yakni sehat, mudah dicerna,

dan mengandung sejumlah nutrisi terutama energi dan

protein. Apabila untuk makanan pendamping ASI yang

sudah diberikan rutin setiap hari. Berikut beberapa

persyaratan MP-ASI yang baik:


15

1) Sehat

Makanan harus bebas dari kuman penyakit pengawet,

pewarna, dan racun. Pertumbuh dan perkembangan bayi

sangat rentan terhadap

2) Mudah Dicerna

Makanan tambahan untuk bayi hanya terdiri dari satu

bahan atau beberapa bahan saja. Ini karena sistem

pencernaa bayi yang belum siap untuk menerima

bermacam-macam makanan. Bahan makanan seperti

pisang dan pepaya dapat diperoleh dengan mudah di

Negara-negara tropis, sementara apel dan pir kebanyakan

dibudidayakan di daerah subtropis. Demikian pula dengan

jenis-jenis sayuran dan sumber karbohidrat yang berbeda-

beda untuk beberapa daerah. Walaupun telah banyak

pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang impor,

penggunaan bahan makanan lokal akan lebih menjamin

kesegaran dan merupakan bentuk ketahanan pangan

yang baik.

3) Masih segar atau Fresh

Sebaiknya MP-ASI disiapkan sesaat sebelum

diberikan kepada bayi dan dibuat dari bahan-bahan segar

yang bebas pulusi. Oleh karena itu, bahan MP-ASI harus


16

memenuhi standar higienis baik dalam bentuk bahan

mentah ataupun cara pengolahannya

4) Mudah diolah

Pengolahan bahan MP-ASI sebaiknya tidak terlalu

lama, tetapi teksturnya cukup lembut untuk pencernaan

bayi yang baru mengenal MP-ASI. Bahan yang mudah

diolah tentu akan memudahkan orang tua menyiapkan

MP-ASI untuk anaknya.

5) Harga terjangkau

Makanan pendamping ASI tidak harus mahal. Jika

harganya terjangkau tentu akan lebih baik. Secara umum

harga bahan pangan nabati lebih murah dari bahan

pangan hewani. Selain itu, porsi makan bayi masih sedi kit

sehingga tidak perlu membeli bahan MP-ASI terlalu

banyak.

6) Cukup kandungan gizinya

Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus

memenuhi kecukupan gizi bayi. Kombinasi yang tepat

antara bahan nabati dan hewani diharapkan memenuhi

kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh dan berkembang

dengan baik. Selain itu, bahan nabati lebih berisiko kecil

menyebabkan alergi dari pada bahan hewani. Selain itu


17

perlu diingat bahwa bahan makanan sumber protein dapat

memacu pertumbuhan fisik bayi lebih baik.

7) Jenis makanan sesuai dengan umur bayi

Ada beberapa makanan yang tidak pantas diberikan

untuk bayi usia 6 bulan karena baru tepat diberikan ke

bayi berumur 9 bulan, ini harus diperhatikan karena

kemampuan pencernaan bayi yang lebih muda usianya

berbeda dengan bayi yang sudah besar. Kemampuan

cerna bayi berkembang sesuai dengan umurnya. Untuk

pengenalan MP-ASI awal, sari buah tunggal, pure buah

tunggal, atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna darp

pada buah utuh, pure aneka buah, atau roti.

3. Tanda-tanda Anak Siap Menerima MP-ASI

Mulai usia 6 bulan pertumbuhan, keaktifan, dan Aktivitas bayi

makin bertambah. Sehingga ia akan memerlukan nutrisi lebih selain

ASI guna memenuhi energi untuk aktivitasnya kini. Maka bayi akan

memberi tanda- tanda pada orang tuanya bahwa ia siap menerima

makanan pendamping ASI, tanda- tanda itu antara lain.

(Albar,Husein.,2015)

1) Memasukkan tangan ke dalam mulut lalu berusaha

menguyahnya.

2) Berat badan naik dua kali dari berat saat lahir

3) Membuka mulut saat disuapi


18

4) Refleks menjulurkan lidang hilang

5) Lebih tertarik pada makanan dibandingkan puting susu

6) Rewel walaupun sudah diberi ASI 4-5 kali sehari

7) Dapat duduk dengan penyangga dan menegakkan kepala

8) Memiliki rasa ingin tahu dan melihat dengan seksama saat orang

lain sedang makan.

4. Cara pemberian MP-ASI

Cara pemberian MP-ASI adalah ( waryana, 2010)

a. Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat

gizi yang diberikan oleh bayi

b. Makanan tambahan harus diberikan kepada bayi yang telah

berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6 kali/hari

c. Anak kecil memerlukan lebih dari satu kali makan dalam sehari

sebagai komplemen terhadap ASI . Volume makanan yang

diberikan jangan terlalu besar karena kapasitas perutnya masih

kecil, sehingga anak kecil harus harus diberikan makanan lebih

sering dalam sehari dibandingkan dengan orang dewasa

dengan porsi kecil.

d. Bila sulit untuk menambah minyak,lemak,dan gula kedalam

makanan, maka bayi hanya memperoleh cukup zat gizi bila bayi

makan 4-6 kali perhari . Bayi dapat diberikan makan 3 kali

sehari dan diberi makanan bergizi tinggi diantaranya ( Selingan)

sebagai makanan kecil.


19

e. Sebelum berumur 2 tahun , bayi belum dapat mengkonsumsi

makanan orang dewasa.

f. Makanan campuran ganda(multi mix) yang terdiri dari makanan

pokok lauk dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik

ditiinjau nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut.

g. Pada permulaan, makanan tambahan harus diberikan dalam

keadaan halus

h. Gunakan sendok atau cangkir untuk memberi makan

i. Pada waktu berumur 2 tahun , bayi dapat mengkonsumsi

makanan stengah porsi orang dewasa.

j. Selama masa penyapihan , bayi seringkali menderita infeksi

seperti batuk, campak(cacar air)atau diare , apabila

makanannya mencukupi gejalanya tidak akan sehebat bayi

yang kurang gizi.( Waryanan,2010)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI

a. Pengetahuan

Merupakan sebab penting dari gangguan gizi ( suhardjo

2012 ) merupakan ketidak tahuan tentang cara pemberian

makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang

merugikan kesehatan secara langsung dan tidak langsu ng

menajdi penyebab utama terjadinya Kurangnya pengetahuan

tantang gizi atau kemampuan untuk masalah kurang gizi pada


20

anak khususnya pada umur dibawah 2 tahun ( Depaertemen

kesehatan dari kesejahteraan social RI 2015).

b. Pengalaman

Dari hasil penelitian oleh Desak Made Intan Kumala Ratih

dan Budi Artini, didapatkan bahwa pengalaman juga

berpengaruh juga berpengaruh pada pemberian MP-ASI

menurut (Notoatnodjo,2015).pengalaman pribadi di waktu yang

sudah berlalu akan mempengaruhi seseorang dalam memecah

masalah di masa depan.Dalam hal MP-ASI , contoh pengalaman

bisa didapat dari pengetahuan pemberian MP-ASI pada anak

sebelumnya.

c. Sosial budaya

Dibeberapa tempat, tradisi di tempat tinggal ataupun turun –

temurun dari orang tua juga ada yang berkaitan dengan

pemberian makanan pada bayi.

d. Petugas Kesehatan

Hal ini terkait dengan peran petugas kesehatan dalam hal

promosi kesehatan dan edukasi informasi ke masyarakat. Dalam

hal MP-ASI penjelasan petugas kesehatan tantang MP-ASI yang

baik sesuai yang tertulis dalam buku KIA akan berpengaruh pada

pemberian MP-ASI selain itu pemantuan juga diperlukan untuk

mengevaluasi pemberian MP-ASI yang baik agar gizi bayi dapat


21

terpenuhi dengan baik dan mencegah kesehatan bayi terkain

makanan.

e. Informasi

Dari penelitian oleh Desak Made Instan Kumala Ratih dan

budi Artini lagi, jenis sumber informasi juga berpengaruh pada

ketepan pemberian MP-ASI, sumber informasi yang mempunyai

dasar ilmiah tentu akan memiliki hasil yang lebih baik. Adapun

sumber informasi tentang MP-ASI dapat diperoleh dari media

masa, tenaga kesehatan, dukun bayi , lingkungan , keluarga dan

lingkungan sosial.

f. Pekerjaan ibu

Pekerjaan ibu terkait rendahnya jam berada di rumah dan

harus kembali bekerja sebelum bayi berusia 6 bulan membuat

ibu tidak dapat memberi makanan yang tepat untuk bayi mereka,

sehingga cenderung tidak memberi ASI- ekslusif dan memberi

makanan bayi sebelum waktunya.

g. Ekonomi

Suatu keluarga status gizi ekonomi yang lebih baik akan

lebih mudah mencukupi kebutuhan primer maupun sekundernya

disbanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih buruk.


22

6. Cara membuat makanan pendamping ASI (MP-ASI)

a. Bubur bayi

Membuat bubur bayi salah satunya dapat bunda berikan

kepada anak, ada 2 jenis bubur seperti ini, diantaranya bubur

sumsum, dan bubur beras. Kedua jenis bubur seperti ini cocok

diberikan pada bayi 6-7 bulan. Cara membuat bubur bayi cukup

sederhana dan praktis siapapun dapat mengolahnya.

b. Sereal bayi

Dalam mengolah sereal sangat mudah dibuat, hanya dengan

dised uh bersama air panas, sudah dapat membuat makanan

pendamping ASI seperti ini. Tetapi bunda juga perlu hati- hati

dalam memberikan sereal, jangan terlalu banyak, dalam sehari

bunda dapat memberikannya cukup 1 kali

c. Buah-Buahan

Buah –Buahan tentu sangat bagus di konsumsi oleh bayi,

diantaranya yang dapat bunda berikan ialah seperti pisang ,

alpukat, atau buah naga, cara mengolahnya dapat kerok atau di

haluskan dengan menggunakan blender. Selain buah tersebut

dapat bunda berikan juga seperti jeruk mangga, apel.

d. Sayuran

Bunda dapat memberikan MP-ASI seperti sayuran untuk bayi

dapat di olah dengan cara diblender, kemudian dicampurkan ke

dalam bubur beras. Selain banyak manfaat MP-ASI seperti ini,


23

juga membantu dalam masa pertumbuh sang anak, terutama

dalam kecerdasannya

e. Puding bayi

Puding menjadi salah satu makanan favorit bayi, sudah

banyak dijual puding bayi rasa susu, dan rasa buah dalam

kemasan instan di supermarket. Tetapi bila bunda ingin

membuat puding bayi, dapat mencoba mengolah silky puding

sendiri, dengan puding plain, susu formula dan jus buah yang

dipanaskan secara bersamaan.

7. Jenis-jenis MP-ASI dan waktu pemberiannya

Usia Frekuensi Jumlah setiap kali Tekstur Variasi


makan (kekentalan/kon
(perhari) sistensi)

Mulai 2-3 kali Mulai dengan 2-3 Bubur kental Asi (bayi disusui
berikan makan sendok makan. sesering yang
makanan ditambah Mulai dengan diinginkan) +
tambahan Asi pengenalan rasa makanan hewani
ketika anak dan secara (makanan lokal) +
berusia 6 perlahan makanan pokok
bulan tingkatkan (bubur, makanan
jumlahnya lokal lainnya) +
kacang (makanan
Dari usia 6- 2-3 kali 2-3 sendok makan Bubur kental lokal + buah –
9 bulan makanan penuh setiap kali atau makanan buah/sayuran
ditambah makan tingkatkan keluarga yang (makanan local)
Asi 1-2 kali secara perlahan dilumutkan
makanan sampai ½
selingan (setengah)
mangkuk
berukuran 250 ml

Dari usia 9- 3-4 kali ½ (setengah) Makanan


12 bulan makan sampai ¾ (tiga keluarga yang
ditambah perempat) dicincang atau
Asi 1-2 kali mangkuk dicacah.
makanan Makanan
24

selingan berukuran 250 ml dengan


potongan kecil
yang dapat
dipegang
makanan yang
diiris-iris

Dari usi 12- 3-4 kali ¾ (tiga perempat) Makanan yang


24 bulan makan sampai 1 (satu) diiris-iris
ditambah mangkuk ukuran
Asi 1-2 kali 250 ml Makanan
makanan keluarga
selingan

Catatan : Tambahka Sama dengan Sama dengan Sama dengan


n 1-2 kali diatas menurut diatas menurut diatas, dengan
Jika anak makan kelompok usia kelompok usia penabahan 1-2
kurang dari ekstra 1-2 gelas susu
24 bulan kali perhari + 2-3 kali
tidak diberi makanan cairan tambahan
Asi selingan terutama didaerah
bisa dengan udarah
diberikan panas

Sumber : Kementerian Kesehatan RI. 2019

8. Saran Pemberian Makanan pendamping ASI

Saran pemberian makanan pendamping ASI menurut dr.

Merry Dame Cristy (16 Agustus 2019)

a. Jika si kecil menolak MP-ASI yang bunda berikan, cobalah

menunggu beberapa menit atau beberapa hari. Bila si kecil tetap

tidak tertarik, bunda tidak perlu cemas, karena pada periode ini,

MP-ASI masih merupakan makanan pelengkap dan bukan

asupan utama bagi bayi.

b. Jika si kecil sudah mau mengonsumsi satu jenis MP-ASI,

tunggulah hingga 3 hari sebelum memperkenalkan jenis MP-ASI


25

yang lain. Rentang waktu ini diperlukan untuk melihat apakah

bayi memiliki alergi terhadap makanan tersebut

c. Pada saat memperkenalkan MP-ASI bunda bisa mencampur

buah maupun sayur yang sudah dilumatkan dengan ASI

percampuran ini bertujuan agar tekstur MP-ASI menjadi lebih

lunak sehingga mudah dicerna oleh bayi

d. Agar MP-ASI , bunda boleh menyuapi air putih sebagai selingan,

untuk membantu si kecil menelan.

e. sewaktu memberikan MP-ASI , bunda boleh menyuapi air putih

sebagai selingan, untuk membantu si kecil menelan.

9. Status gizi

a. Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau

kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan

energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari zat pangan atau

makanan yang dampak fisiknya dapat diukur dengan

antropometri. Salah satu pengukuran antropometri yang

digunakan dalam mengklasifikasi status gizi berdasarkan berat

badan menurut panjang badan (BB/PB ) ( Supariasa, 2015).

b. Penilaian Status gizi

1) Antropometri

Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang

melibatkan berat bdan, tinggi atau panjang badan, serta


26

tekanan darah. Pengukuran dengan antropometri dapat

menggunakan tiga indikator yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB.

Dalam melakukan pengukuran tinggi atau panjang badan

serta berat badan dengan antropometri harus dikonversikan

nilai standar ( Z-score) WHO 2005 ( Riskesdas, 2017).

2) klinis

Penilaian klinis biasanya digunakan jika mengalami

ketidakseimbangan gizi pada jaringan epitel yaitu rambut,

kulit, mata, mukosa mulut serta kelenjar tiroid . penilaian klinis

digunakan untuk melakukan deteksi cepat mengenai tanda

klinis secara umum dari kelebihan maupun kekurangan gizi

(Supariasa, 2012).

3) Biokimia

Penilaian biokimia merupakan penilaian dengan diuji

didalam laboratorium jangan tubuh yang digunakan dalam

penilaian ini yaitu otot, darah , hati tinja serta urine. Penilaian

biokimia biasanya dimanfaatkan dalam masalah kurang gizi

secara spesifik ( Supariasa,2013).

4) Biofisik

Penilaian biofisik digunakan dalam melihat kemampuan

fungsi seperti perubahan struktur dari jaringan. Penggunaanya

biasanya pada kondisi tertentu antara lain pada kasus rabun

senja ( Supariasa, 2012)


27

c. Indikator Antropometri

indakator penilaian status gizi menurut Depkes 2015 dapat

dilakukan dengan tiga rumusan, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB ,

BB/U menyajikan keadaan gizi secara umum dikarenakan berat

badan berhubungan positif dengan usia maupun tinggi badan.

TB/U menyajikan tentang ada atau tidaknya indikasi gangguan

gizi kronis yang diakibatkan oleh keadaan tertentu dalam jangka

waktu lama, antara lain keadaan kemiskinan , kebiasaan hidup

yang tidak sehat , serta pola asuh yang tidak tepat sejak lahir

indeksi yang terakhir adalah BB/TB menyajikan indikasi

gangguan gizi bersifat akut yang diakibatkan oleh sesuatu

kondisi yang singkat misalnya adalah wabah penyakit dan

bencana kelaparan ( Depkes 2015).

d. Klasifikasi status gizi

Status gizi diklasifikasi berdasarkan tiga rumus, yang

pertama adalah BB/U digunakan untuk mengklasifikasi gizi

buruk, gizi kurang (underweight), gizi baik, maupun gizi lebih

(overweight) kedua adalah BB/TB yang digunakan untuk

mengklasifikasikan kurus sekali, kurus (wasting), serta gemuk

(obesitas) . terakhir adalah TB/U yang digunakan untuk

menentukan sangat pendek, pendek ( Stunting ) , dan tinggi

normal . klasifikasi tersebut mengacu pada standar Z-score


28

WHO 2010 penilaian status gizi berdasarkan Z-score adalah

sebagai berikut

Z-score = nilai indivindu subjek- nilai media baku rujukan nilai

simpang baku rukukan

Keterangan :

Z-score : Skor standar WHO 2005 dalam kemenkes 2010

Nilai individu subjek : BB balita

Nilai median baku rukan : Nilai standar WHO-NCHS

Nilai simpang baku rujukan : selisih nilai medan dengan nilai

baku rujukan

Tabel 1.1 klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z-Score

Berdasarkan BB/U

Indeks Kategori Status gizi Ambang batas Z-


score
Berat badan menurut Gizi lebih >2 SD
umur (BB/U)
Gizi baik -SD s/d 2 SD

Gizi kurang -3 SD s/d <-2

Gizi buruk <-3 SD


Sumber:kepmenks No.1995/MENKKES/SK/XII/2010 tentang
standar antropometri penilaian status gizi anak
29

e. Zat Gizi yang diperlukan anak Balita

1. Energi

Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat

protein , dan lemak. Setiap gram protein menghasilakan 4

kalori, lemak 9 kalori dan 13 karbohidrat 4 kalori. Distribusi

kalori dalam makanan anak yang dalam keseimbangan diet

(balanced diet) ialah 15% berasal dari protein ,35% dari

lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang

tetap setiap hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan

kenaikan berat badan 500 gram dalam seminggu

( Soekirman, 2014).

Tabel 2.1 angka kecukupan Energi untuk anak Balita

Golongan Kecukupan Energi Kkal/kg BB/hari

Umur
1 990 110
1-3 1200 100
4-5 1620 90
Sumber : Soekirman, 2012

2. Protein

Nilai status gizi ditentukan oleh kadar amino esensial. Akan

tetapi dalam praktek sehari- hari umumnya dapat ditentukan dari

asalnya. Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih

tinggi bila dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan


30

protein telur dan protein susu biasanya dipakai sebagai standar

untuk nilai gizi protein. (Soekirman,2014).

Nilai gizi protein nabati ditentukan oleh asam amino yang

kurang ( asam amino pembatas), misalnya protein kacang –

kacangan . nilai protein dalam makanan orang di indonesia

sehari- hari umumnya diperkirakan 60% dari pada nilai gizi

protein telur (Soekirman, 2013).

Tabel 2,2. Angka kecukupan protein anak Balita

Umur Tahun Gram/hari


1 1,27
2 1,19
`3 1,12
4 1,06
5 1,01
Sumber : soekirman, 2012

3. Lemak

Lemak merupakan komponen sel-sel dibutuhkan oleh

ratusan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh

( MeGuire dan Beerman,2013) . lemak terdiri dari trigliserida,

fosfolipid dan sterol yang masing- masing mempunyai fungsi

khusus bagi kesehatan manusia. Sebagai besar ( 99%) lemak

tubuh adalah trigliserida. Triglidrida terdiri dari gliserol dan asam-

asam lemak disamping mensuplai energi, lemak terutama

trigliserida, berfungsi menyediakan cadanfan energi tubuh,

isolator , pelindung orang dan menyediakan lemak esensial

( Seokirman,2013).
31

Tabel 2,3. Tingkat kecukupan Lemak anak Balita

Umur Gram
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 bulan 44
4-6 bulan 62
Sumber : Hardinsyah, 2014

4. Vitamin dan Mineral

Pada dasarnya dalam ilmu gizi , nutrisi atau yang lebih

dikenal degan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu

makronutrisi dan mikronutrisi . makronutrisi terdiri dari protein ,

lemak, karbohidrat dan beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh

dalam jumlah yang besar. Sedangkan mikronutrisi

(mikronutreint) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam

jumlah sangat sedikit ( dalam ukuran miligram samapi

microgram), seperti vitamin dan mineral.

E. Konsep dasar pengetahuan

1) pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah salah satu cara untuk mendapatkan

pengetahuan dengan mulai pendidikan formal maupun non

formal. Pendidikan formal didapatkan jenjang luar sekolah ,

misalanya : pendidikan dan latihan , kursus –kursus , tukar

pikiran , belajar melalui buku-buku serta mulai media komunikasi


32

yang menunjang karena pengetahuan itu merupakan salah satu

komponen perilaku seperti diharapkan tentunya memerlukan

salah satu komponen perilaku , maka agar terjadinya perubahan

sikap dan tingkah laku seperti diharapakan tentunya memerlukan

suatu tambahan pengetahuan melalui pendidikan sebagai proses

belajar manusia dewasa kearah perubahan perilaku.

2) Tingkat –tingkat pengetahuan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang

(notoatmodjo 2014) merinvikan tingkat pengetahuan dalam 6

tingkat yaitu :

a) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paleng rendah karena tingkat ini

mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami ( comprehension ): memahami diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk menjelaskan menyebutkan

contoh : menyimpulkan , meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (aplication ) : diartikan sebagai kemampuan untuk

materi yang dipelajari dari suatu situasi atau kodisi riil atau

nyata aplikasi disini juga diartikan sebagai penggunaan


33

hukum-hukum rumus metode , prinsip dan sebagainya

dalam konteks yang lain

d) Analisis (analysis) : suatu kemampuan untuk menjabarkan

suatu materi atau suatu objek kedalam komponen-

komponen tetapi masih ada kaitanya satu sama lain ,

kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

e) Sintesis (syientesis) :suatu kemampuan untuk menyusun

formal dan formasi yang ada misalanya dpat menyusun

merencanakan , dapat meringkaskan dan menyesuaikan

terhadap teori atau rumusan-rumusan yang telah ada

f) Evaluasi (evalution ): berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu cerita ditentukam oleh

cerita yang telah ada

3) Dasar- dasar pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) yang telah menjadi besar

pengetahuan ibu diperoleh dari berbagai hal, antara lain;

a) Pengalaman adalah keseluruhan peristiwa perjumpaan dan

apa yang telah terjadi pada manusia dalam interaksinya

dengan alam, diri sendiri, lingkungan social dan seluruh

kenyataan termasuk Tuhan yang Maha Esa .


34

b) Ingatan dan kesaksian dalam kedudukan sebagai dasar

pengetahuan , baik pengelaman maupun ingatan saling

berkaitan , tetapi ingatan mengandalkan pengalaman

sebagai sumber dari dasar rujuknya , sedangkan kesaksian

adalah penegasan sesuatu yang benar oleh saksi peristiwa

yang diajurkan oleh orang lain dapat dipercaya.

c) Minat dan rasa ingin tahu, dalam hal ini yang mendasari

adanya pengetahuan adalah minat dan rasa tahu. Minat

mengarahkan terhadap hal-hal yang dialami dan dianggap

penting untuk diperhatikan . orang akan menikmati apa yang

ia anggap bernilai , sedangkan rasa ingin tahu mendorong

orang ingin bertanya dan melakukan penyelidikan atas apa

dialami dan menarik nilainya.

d) Pemikiran untuk menarik kesimpulan akan hal-hal yang

sebelumnya telah diketahui , berkat kemampuan menalar

manusia dapat mengembangkan pengetahuan

e) Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari

segenap asas , aturan dantata cara penalaran yang betul

( correct reasoning )logika ini merupakan suatu dasar ,

sebab tanpa logika penalaran tidak perlu dikatakan

f) Bahasa merupakan salah satu hal mendasar dan

memungkinkan pengetahuan pada manusia . seluruh

kegiatan berfikir manusia erat kaitanya dengan kemampuan


35

sebagai makluk yang berbahasa . sehingga manusia mampu

untuk mengembakan pengetahuan berkat kemampuan

tersebut

g) Kebutuhan manusia merupakan factor yang mendasari dan

mendorong berkembangnya pengetahuan- pengetahuan

manusia melakukan interaksinya dunia dan lingkungan social

sekitar manusia membutukan pengetahuan


36

B. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual merupakan abstrak yang dibentuk oleh

generalisasi dan hal-hal khusus, konsep hanya diamati atau diukur

melalui kontruksi atau yang lebih dikenal dengan variebel kerangka.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan atau tingkat

pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping ASI MP-ASI

dan status gizi balita di puskesmas Halong.

Asupan
Pengetahuan ibu
Asi

Mp-Asi

Status Gizi Balita


berdasarkan
Penyakit Infeksi indek BB/U,
TB/U dan BB/TB
atau BB/PB

Keterangan :

= Variabel yang di teliti

= Variabel yang tidak diteliti


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan, yaitu studi dengan objek penelitiannya berupa karya-

karya kepustakaan baik berupa jurnal ilmiah, buku, artikel dalam media

massa, maupun data-data statistika. Kepustakaan tersebut akan

digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian yang diajukan

oleh penulis yang dalam hal ini adalah Tingkat pengetahuan ibu

tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan status gizi

balita. Adapun sifat dari studi yang dilakukan adalah deskriptif analisis

yaitu memberikan edukasi dan pemahaman kepada pembaca, serta

jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

B. Teknik cara pengumpulan data

1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah

dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, buku, makalah atau artikel, jurnal dan

sebagainya. Pencarian literatur dilakukan dengan menggunakan

mesin pencari google dengan kata kunci : Tingkat pengetahuan ibu

tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan status

gizi balita.
38

C. Bahan atau Instrumen penelitian

Bahan dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

koesioner atau daftar pertanyaan meliputi: tingkat pengetahuan

D. Cara pengolahan dan Analis data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan cara manual

dengan langkah-langkah sebagai berikut( Sugiono 2007):

a. Pengecakan data yang telah di kumpulkan apakah sudah sesuai

dengan surat penelitian.

b. pembersihan data, di lakukan agar data yang di kumpulkan jelas

dan sesuai dengan pertanyaan yang tergantung pada kuesioner

pengumpulan data

c. melakukan pengelompokan data dan pentabulasian sesuai

dengan tujuan penelitian


39

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil studi literature tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI
dan Status Gizi Balita didapatkan hasil sebagai berikut :

No Penulis, Judul Tujuan Jenis Instrumen Hasil


Penelitian
Tahun Penilitian/ Penilitia
n
Artikel
1. Sari dan Hubungan Untuk Observas Kuesioner Hasil penelitian
Ratnawati. Pengetahuan Ibu menganalisis ional menyatakan bahwa
Amerta tentang Pola hubungan dengan terdapat hubungan
Nutr (2018) Pemberian antara desain antara pengetahuan
Makan dengan pengetahuan cross pola pemberian makan
Status Gizi Balita ibu mengenai sectional dengan status gizi balita
pola (p < 0,05)
pemberian
makan
terhadap
status gizi
balita.
2. Rina Hubungan untuk Observas Foam Hasil penelitian
Kundre Pemberian mengetahui i analitik Recall 24 berdasarkan uji chi-
Julia V. Makanan hubungan dengan jam, dan square terdapat
Rottie, Pendamping Air pemberian pendekat antropometr hubungan yang
Agustus Susu Ibu (MP- makanan an cross i signifikan antara
2017 ASI) Dengan pendamping sectiona pemberian MP-ASI
Status Gizi Bayi air susu ibu dengan status gizi bayi
Pada Usia 6-12. (MP-ASI)
dengan status
gizi bayi pada
usia 6-12
3. Ikti Sri Hubungan Untuk Analitik Kuesioner Hasil penelitian
Wahyuni, Tingkat mengetahui dengan dan menunjukkan bahwa
2015 Pengetahuan Ibu hubungan desain antropometr sampel ibu balita yang
Tentang Gizi tingkat cross- i memiliki tingkat
Dengan Status pengetahuan sectional. pengetahuan tinggi
Gizi Anak Balita ibu tentang sebanyak 44 orang
40

gizi dengan (59,46%), sedang


status gizi sebanyak 21 orang
balita dengan (28,38%), dan rendah
indikator BB/U sebanyak 9 orang
(12,16%). Hampir
seluruh sampel. Dari
anak balita memiliki
status gizi baik yakni 63
balita (85,14%), kurang
8 balita (10,81%), lebih
2 balita (2,70%), dan
buruk hanya 1 balita
(1,35%).

4 Ficha Elly Hubungan Untuk Kuantitati Kuesioner Pengetahuan kurang


Kusumasar Pengetahuan Ibu mengetahui f dan foam sebagian besar memiliki
i 2012 Tentang adanya food recall anak dengan status gizi
Makanan hubungan 24 jam buruk, selanjutnya ibu
Pendamping Asi pengetahuan dengan pengetahuan
Dengan Status ibu tentang cukup sebagian besar
Gizi Pada anak makanan memiliki anak dengan
pendamping status gizi baik, dan ibu
41

ASI dengan dengan pengetahuan


status gizi baik sebagian besar
anak memiliki anak dengan
status gizi baik.

5 Istiarty.dkk. Gambaran untuk Deskriptif Kuesioner, Hasil penelitian MP-ASI


Pemberian mengetahui foam food yang tidak tepat
Makanan gambaran recall 24 sebanyak 88,2%,
Pendamping Asi pemberian jam, frekuensi pemberian
(Mp-Asi) Dan makanan MP-ASI yang tepat
Status Gizi Pada pendamping 92,5%, jumlah
Bayi Usia 6-12 ASI (MP-ASI) pemberian MP-ASI
Bulan dan status gizi yang tepat sebanyak
bayi usia 6-12 71,0%, tekstur
bulan pemberian MP-ASI
yang tepat sebanyak
87,1% dan variasi
pemberian MP-ASI
yang tidak tepat
sebanyak 98,9%.
Terdapat 2,2% bayi
berstatus gizi
buruk,sebanyak 10,8%
bayi berstatus gizi
kurang dan 87,1% bayi
berstatus gizi baik
berdasarkan BB/U.
Status gizi berdasarkan
PB/U sebanyak 2,2%
bayi berstatus sangat
pendek sebanyak 9,7%
bayi berstatus pendek,
dan sebanyak 88,2%
bayi berstatus gizi
normal. Status Gizi
berdasarkan BB/PB
sebanyak 8,6% bayi
sangat kurus, sebanyak
7,5% berstatus kurus
dan sebanyak 83,9%
bayi berstatus gizi
42

normal.
43

B. Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan ibu dengan Pemberian MP-ASI
Hasil penelitian terhadap pengetahuan ibu tentang makanan
pendamping ASI menunjukkan yang berpengetahuan kurang yaitu
sebanyak 25 responden (26,9%), berpengetahuan cukup sebanyak
37 responden (39,8%) dan yang berpengetahuan baik sebanyak 31
responden (33,3%) dari 93 sampel penelitian. Tingkat pengetahuan
responden tentang makanan pendamping ASI dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain umur, pendidikan dan pekerjaan. Dalam
penelitian ini umur ibu sebagian besar 20-30 tahun sebesar (54,8%).
Usia ibu menunjukkan usia yang matang dan dewasa. Dengan usia
ibu yang matang dan dewasa diharapkan kemampuan dan wawasan
juga baik. Menurut Kozier dkk (2010) usia 20-40 tahun merupakan
masa dewasa muda. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping
ASI menunjukkan yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 25
responden (26,9%), berpengetahuan cukup sebanyak 37 responden
(39,8%) dan yang berpengetahuan baik sebanyak 31 responden
(33,3%) dari 93 sampel penelitian. Tingkat pengetahuan responden
tentang makanan pendamping ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain umur, pendidikan dan pekerjaan. Dalam penelitian ini umur
ibu sebagian besar 20-30 tahun sebesar (54,8%). Usia ibu
menunjukkan usia yang matang dan dewasa. Dengan usia ibu yang
matang dan dewasa diharapkan kemampuan dan wawasan juga baik.
Menurut Kozier dkk (2010) usia 20-40 tahun merupakan masa
dewasa muda.
44

2. Status gizi balita


Status gizi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh manusia
akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari
makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang,
baik dan lebih (Almatsier, 2002). Distribusi status gizi anak diwilayah
kerja Puskesmas Juwiring Klaten menunjukkan distribusi yang gizi
baik yaitu sebanyak 52 responden (55,9%), gizi kurang yaitu
sebanyak 22 responden (23,7%) dan gizi buruk yaitu sebanyak 19
responden (20,4%). Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi
anak adalah faktor sosial ekonomi keluarga. Menurut Saputra (2012)
status sosial ekonomi berhubungan dengan kemampuan untuk
mencukupi kebutuhan gizi anak. Anak yang dalam keluarga berstatus
sosial ekonomi tinggi cenderung lebih tercukupi kebutuhan gizinya
dibandingkan status sosial ekonomi rendah.
45

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi literature didapatkan :
1. Pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI sebagian besar
dalam kategori cukup. Hal ini dikarenakan oleh tingkat pengetahuan
dan pendidikan ibu yang baik. Sehingga ibu memahami manfaat dari
MP-ASI, baik dari segi pemilihan bahan,pengolahan,variasi makanan,
dan pola pemberian yang tepat.
2. Status gizi sebagian besar balita dalam kategori gizi baik berdasarkan
indeks BB/U,TB/U dan BB/PB

B. Saran
Ibu hendaknya meningkatkan pengetahuan mereka tentang makanan
pendamping ASI bagi anaknya dengan mengakses buku KIA, sehingga
dengan pengetahuan yang mereka miliki mereka mampu memberikan
makanan pendamping ASI yang baik dan benar pada anaknya dan
akhirnya berdampak pada peningkatan status gizi anaknya.
46

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009 Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta
Aryani.(2008).Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat.
yang Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Patient
Safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta
Tahun 2008.Semarang: Tesis. (Tidak diterbitkan)
Ariyani 2008. Dalam Sumbang en banyumas,2013. PENDAHULUAN.
Air susuibu ( ASI ) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein ,
lactose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu , sebagai makanan utama bagi bayi . MP-ASI. Hal 63-75.
Bahri. 2011. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Pemberian.
MP-ASI di Kelurahan PB.Selayang II Kecamatan Medan Selayang.
USU Repository. Med
Baso, M. (2007). Studi Longitudinal Pertumbuhan Bayi yang diberi MP-ASI
(Blende dfood) dan MP-ASI Non-pabrik (Local Food).
( Chandradewi 2012. Pengaruh Pelatihan Pemberian MP-ASI Kepada Ibu
dengan Anak Baduta Di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Terhadap
Pengetahuan dan Perilaku Pemberian MP-ASI. dlm J kedokteran Dan
kesehatanVol 13, 2017. Hal 80-89.
Departemen kesehatan dan kesehjateraan sosial RI. 2018. Data Status
GiziBalita
Gatot Sudaryanto2014. Panduan pemberian MP-ASI. Syratma kanan
pendamping ASI yang baik. Hal 31-33
Khumaidi. 2006. Gizi, Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia. Institut
Pertanian Bogor
Muchtadi, D. 1996. Gizi Untuk Bayi ASI, Susu Formula dan Makanan
47

Tambahan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta .Dalam Mufida dkk,


Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu( MP-ASI ) untuk
Bayi 6 – 24 Bulan. J Pangan dan Argoindustri. Vol 3 No 4, 2015
Muthmainnah, Fithriatul. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Ibu Dalam Memberikan Makanan Pendamping Air Susu
Ibu Di Puskesmas Pamulang. Program Studi Ilmu Keperawatan.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri
Syari fHidayatullah. Jakarta. . Dalam Mufida dkk, Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu Ibu( MP-ASI ) untuk Bayi 6 – 24
Bulan. J Pangan dan Argoindustri. Vol 3 No 4, 2015.
Retno, A.S.,et al.2013. Pengaruh Pemberian Makanan Pada Bayi dan
Anak terhadap Pengetahuan ibu, dalam Firlia Ayu Arini, Nur Intania
Sofianita IMBI. Pengaruh Pelatihan Pemberian MP-ASI Kepada Ibu
dengan Anak Baduta Di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Terhadap
Pengetahuan dan Perilak u Pemberian MP-ASI. J Kedokteran dan
Kesehatatan. Vol.13, No. 1, Januari 2017.
Supariasa 2002. Penilaian Status Gizi 4 indeks antropometri. Hal 56-59.
Utami, Karina Dewi. 2011. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian MP-ASI Dini Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan Di
DesaSutopati. FKIK. UIN. Ciputat. Dalam Mufida dkk, Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air SusuIbu( MP-ASI ) untuk Bayi 6 – 24 Bulan.
J Pangan dan Argoindustri. Vol 3 No 4, 2015.
Sugiyono, 2007. Metodologi Penelitian Administrasi
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak.
Pertama Agar Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta : Pustaka
Baru.
Wawandkk 2011. Dalan N Rahmawati 2013, Pengaruh Penyuluhan
Perawatan Kesehatan Kuku Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan
Praktik Perawatan Kuku Pada Siswa Kelas 5 Di Sd Negeri Kalikayen
02 Kecamatan Ungaran Timur. Hal 9-34.
Winarno, FG. 1987. Gizi dan Makanan Bagi Bayi Anak Sapihan,
Pengadaandan Pengolahannya. Pustaka Sinar Harapan. Dalam
Mufida dkk, Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu( MP-ASI
48

) untuk Bayi 6 – 24 Bulan. J Pangan dan Argoindustri. Vol 3 No 4,


2015. WHO. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child. World
Health Organization. Geneva. Dalam Mufida dkk, Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu Ibu( MP-ASI ) untuk Bayi 6 – 24
Bulan. J Pangan dan Argo industri. Vol 3 No 4, 2015.

Wargiana. 2013. Hubungan Pemberian MP-ASI Din iDengan Status Gizi


Bayi Umur 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rowo tengah
Kabupaten Jember. UniversitasJember :Skripsi

Anda mungkin juga menyukai